Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 REMAJA
2. 1.1 Definisi Remaja
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.
Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan
perubahan sosial. Di sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada
umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun
(Notoatdmojo, 2007). Menurut Soetjiningsih (2004) Masa remaja merupakan
masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan
seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa
menjelang dewasa muda. Berdasarkan umur kronologis dan berbagai
kepentingan, terdapat defenisi tentang remaja yaitu:
1) Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefenisikan remaja adalah
bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun dan umur 12-20 tahun
anak laki- laki.
2) Menurut undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak,
remaja adalah yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
3) Menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah
mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat
tinggal.
perkembangan remaja:
a. Remaja awal (early adolescent)
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahanperubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan- dorongan yang
menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran
baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis.
Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah berfantasi erotik.
Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali
terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti dan
dimengerti orang dewasa.
b. Remaja madya (middle adolescent)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau
banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu
yaitu
fase
operasional
formal.
Kematangan
rangsangan/sentuhan.
c) Rahim (uterus), yaitu jaringan sebesar telur ayam, tetapi punya kemampuan
melar yang sangat besar sekali dalam mengandung bayi.
d) Saluran telur (tuba palopii) disebelah kanan dan kiri rahim
e) Indung telur (ovarium) yang menghasilkan hormone-hormon estrogen,
progesterone dan sel telur.
Pada laki-laki
Alat kelamin pria terdiri dari:
a) Testis menghasilkan hormon-hormon testosterone dan androgen dan
spermatozoa diproduksi dalam jumlah ratusan juta.
b) Saluran deferens (vas deferens), yaitu yang menghubungkan testis dengan
kelenjar prostat.
c) Kelenjar prostat yaitu tempat penyimpanan spermatozoa untuk sementara.
d) Saluran kencing (uretra), yaitu tempat keluarnya air mani dalam keadaan
penis berereksi (Sarwono, 2010)
b. Tanda seks sekunder
Tanda-tanda seks sekunder merupakan tanda-tanda badaniah yang
membedakan pria dan wanita.
Pada wanita bisa ditandai antara lain: pertumbuhan tulang-tulang (badan
menjadi tinggi, anggota badan menjadi panjang), pertumbuhan payudara, tumbuh
bulu yang halus dan lurus berwarna gelap dikemaluan, mencapai pertumbuhan
ketinggian badan setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi keriting, haid, dan
tumbuh bulu- bulu ketiak.
Pada laki-laki bisa ditandai dengan pertumbuhan tulang-tulang, tumbuh bulu
kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara, bulu
kemaluan menjadi keriting, tumbuh rambut-rambut halus diwajah (kumis,
b)
c)
pendidikan
kesehatan
sangat
diperlukan
terutama
dinegara-negara
dapat
mengakibatkan
orang
yang
bersangkutan
cacat
atau
ketidakmampuan.
e) Rehabilitasi (Rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi
cacat. Untuk memulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihanlatihan tertentu. Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran orang tersebut,
ia tidak atau segan melakukan latihan-latihan yang dianjurkan. Disamping itu
orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang-kadang malu untuk
kembali ke masyarakat (Notoatmodjo, 2007).
c. Peranan pendidikan kesehatan
Semua ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan
mengacu pada H. L. Blum. Dari hasil penelitiannya di Amerika Serikat sebagai
salah satu negara yang sudah maju Blum menyimpulkan bahwa lingkungan
mempunyai andil yang paling besar terhadap status kesehatan. Kemudian
berturut-turut disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor dua, pelayanan
kesehatan dan keturunan mempunyai andil yang paling kecil terhadap status
kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
2.2.2 Pendidikan Seks
a. Defenisi
Pendidikan seks adalah salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah
penyalahgunaan seks. Khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang
tidak diharapkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular,
depresi, dan perasaan berdosa (Sarwono, 2010)
negara
secara
umum
menerima
pendidikan
seks,
tetapi
tidak
Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat raguragu atau malu.
b)
c)
d)
e)
b)
Aktivitas yang tidak dapat diamati orang lain (dari luar) misalnya berpikir,
berfantasi, bersikap, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. perilaku
dikatakan wajar apabila ada penyesuaian diri yang diselaraskan peran manusia
sebagai makhluk ndividu, sosial dan berketuhanan (Purwanto, 1999). Aktivitas
atau perbuatan manusia tidak terjadi secara sporadic (timbul dan hilang pada saatsaat tertentu), tetapi selalu ada kelangsungan kontinuitas antara satu perbuatan
dengan perbuatan berikutnya. Tiap-tiap perilaku selalu mengarah pada suatu tugas
tertentu. Keunikan perilaku berbeda dari yang lainnya. Jadi tiap-tiap manusia
memiliki ciri-ciri, sifat-sifat tersendiri yang membedakan dari manusia lainnya.
Pengalaman-pengalaman masa lalu dan aspirasi-aspirasinya untuk masa yang
akan datang menentukan perilaku dimasa kini dan arena tiap orang mempunyai
pengalaman dan aspirasi yang berbeda-beda, maka perilaku di masa kini pun
berbeda-beda (Purwanto,1999).
b. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku
Menurut teori Lawrence Green, mengemukakan bahwa perilaku manusia
dari tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor
pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non
behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3
faktor, diantaranya:
a)
b)
c)
2.3.2
Seksual
a. Pengertian seksual
Seksual adalah rangsangan-rangsangan atau dorongan yang timbul
berhubungan dengan seks (Notoatmodjo, 2007). Seksualitas bukan semata-mata
bagian intrinsik dari seseorang tetapi juga meluas sampai berhubungan dengan
orang lain. Keintiman dan kebersamaan fisik merupakan kebutuhan sosial dan
biologis sepanjang kehidupan. Kesehatan seksual telah didefinisikan sebagai
pengintegrasian aspek somatik, emosional, intelektual dan sosial dari kehidupan
seksual, dengan cara yang positif memperkaya dan meningkatkan kepribadian,
komunikasi dan cinta. Seks juga digunakan untuk memberi label jender, baik
seseorang itu pria atau wanita.
Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seseorang mengkomunikasikan
perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang di lakukannya, seperti
sentuhan, ciuman, pelukan, senggama seksual dan melalui perilaku yang lebih
halus seperti isyarat gerak tubuh, etiket, berpelukan dan perbendaraan kata
(Zawid, 1994).
b. Tahapan perkembangan seksual
Tahapan psikoseksual yang harus dilalui seorang anak menurut Sigmund
Freud terbagi dalam 4 fase yaitu:
a) Fase oral
Fase oral adalah fase seorang anak mendapatkan perasaan nikmat melalui
mulutnya, yaitu ketika sedang menyusu dan mengisap air susu ibu yang
dimulai sejak bayi hingga usia 1-2 tahun.
b) Fase anal
Pada fase anal, kenikmatan yang dirasakannya berubah dari mulut ke daerah
anus dan sekitarnya (seperti saluran kencing). Rasa nikmat akan dirasakan
anak ketika sedang menahan kencing dan buang air besar. Fase ini dimulai
pada anak berusia 2-4 tahun.
c) Fase phallus
Selanjutnya perubahan yang dirasakannya turun kebagian alat kelaminnya.
Fase ini berlangsung pada saat anak berumur 4-6 tahun.
d) Fase laten
Fase laten berlangsung pada usia sekolah. Fase laten ini terbagi 2 bagian
sebagai berikut:
Bagian awal
Pada bagian ini seorang anak sudah tidak lagi memperhatikan kenikmatan
yang pernah dirasakan pada alat kelaminnya, bahkan cenderung seperti
melupakan kejadian tersebut.
Bagian akhir
Begitu memasuki bagian akhir dari masa laten, seorang anak mulai
menunjukkan
kembali
kenikmatan
yang
dirasakan
melalui
alat
kelaminnya. Karena pada saat memasuki fase ini usia anak telah beranjak
dewasa, dorongan seksual, perasaan cinta, ketertarikannya kepada lawan
jenis mulai tumbuh. Jadi, perhatian anak beralih kepada alat kelaminnya
adalah hal wajar.
2. 3.3 Aktivitas Seksual
a. Defenisi aktivitas seksual
Perilaku (aktivitas) seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh
hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis.
Bentuk-bentuk aktivitas ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik
sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. (Sarwono, 2010).
Dalam hal ini aktivitas (perilaku) seksual diurutkan sebagai berikut:
Berpacaran/Berkencan
Berpegangan tangan
b) Petting
Definisi petting adalah upaya membangkitkan dorongan seksual antar jenis
kelamin dengan cara menyentuh orgab seksual tanpa melakukan tindakan
intercourse. Usia 15 tahun ditemukan bahwa 39 remaja perempuan
melakukan petting, sedangkan 57% remaja laki-laki melakukan petting.
c) Oral seks
Oral seks melakukan rangsangan dengan mulut pada organ seks
pasangannya. Jika melakukan oral seks itu laki-laki, sebutannya adalah
cunnilingus, jika yang melakukan oral seks tersebut perempuan, sebutannya
adalah fellatio.
d) Anal seks
Anal seks adalah hubungan seksual yang dilakuakan dengan memasukkan
penis kedalam anus atau anal. Aktivitas seksual seperti ini tentu sangat
berbahaya karena anus mengandung banyak bakteri biang penyakit.
e) Hubungan seksual
Hubungan seksual atau yang disebut bersetubuh yang benar menurut
etika, moral dam agama adalah jika dilakukan melalui sebuah ikatan
pernikahan antara seorang laki-laki dan perempuan yang dilandasiu oleh rasa
cinta. Dengan bersetubuh, dua orang akan menjadi satu secara fisik dan
emosional. Inilah yant disebut pemenuhan dorongan seksual dalam arti yang
sebenarnya. Aktivitas seksual seperti ini tidak menimbulkan rasa ketakutan
terhadap penyakit menular, risiko kehamilan diluar nikah, ataupun berdosa.
Kontrol sosial kurang tepat yaitu terlalu ketat atau terlalu longgar
penampilan
diri
yang
salah
untuk
menunjukkan
kematangannya.
b)
Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia
perkawinan, baik secara hukum karena adanya undang-undang tentang
perkawinan yang menetapkan batas usia menikah (sedikitnya 16 tahun untuk
wanita dan 19 tahun untuk pria), maupun karena norma sosial yang makin
lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan
(pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lainnya).
c)
e)
f)
c) Transeksual
Sebutan ini ditujukan untuk orang laki-laki atau perempuan yang tidak
menginginkan jenis kelamin mereka untuk memperoleh kepuasan seksualnya.
Kelainan ini sebenarnya sudah dapat dilihat pada usia anak-anak seperti
kesukaanya pada boneka dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kegiatan
perempuan.
d) Transvetite
Transvetite merupakan istilah yang diberikan seorang laki-laki heteroseksual
yang menginginkan memakai pakaian perempuan.
e) Exhibitions
Penderita exhibition akan memperoleh kepuasan seksual dengan cara
memperlihatkan penis secara sengaja kepada perempuan atau anak kecil
yang menurutnya sesuai dengan keinginanya.
f)
Fetihisme
Merupakan pemujaan yang ditujukan pada benda-benda mati atau bagian
tubuh idolanya sampai mendapat kepuasan seksual.
g)
Phedophilia
Merupakan kelainan seksual yang memperoleh kepuasan jika berhubungan
seksual sengan anak kecil atau dibawah umur.
(Dianawati, 2003).