Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A.
kabar maupun televisi tanah air merupakan bukti telah terjadi kecenderungan
pelecehan terhadap nilai-nilai kemanusian, terlebih kenyataan ini dilakukan oleh
anak-anak usia sekolah. Semakin maraknya penyimpangan perilaku di kalangan
remaja, seperti minum keras, mengkonsumsi narkoba, mengakses film porno,
pergaulan bebas dan tindakan penyimpangan amoral lainnya. Potret tersebut tentu
menjadi bagian dari keprihatinan bersama, terutama oleh para pelaku pendidikan.
Selanjutnya sebagai suatu bentuk refleksi, apa mungkin masalah tersebut disebabkan
karena adanya kesalahan dalam mendesain pendidikan. Apa mungkin dewasa ini pada
praktiknya pendidikan masih berorientasi kepada ratio atau pencapaian kemampuan
intelektual sementara kemampuan lain diabaikan bahkan dianggap kurang penting.
Dewasa ini para remaja khususnya, gaya pacarannya sudah melanggar
norma agama, moral, etika, dan nilai budaya. mereka melakukan hubungan seksual di
luar nikah (berzina). Padahal
bertentangan dengan nilai moral, etika dan budaya. Yusuf.LN, dkk (2010 : 41-42)
menyebutkan di Indonesia beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan antara lain:
1.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Biran Afandi di Jakarta, tentang remaja
melakukan seks bebas, dimana 83 % remaja dari 285 responden mengakui telah
Berdasarkan data dari pusat data informasi kesejahtraan sosial DEPSOS RI tahun
2000 populasi WTS di seluruh Indoesia berjumlah 73.037 orang. Kemudian
tehun 2003 meningkat menjadi 81.893 orang, mereka tersebar tidak sebatas kota
besar tetapi meluas ke kota-kota kecil, mereka rata berusia 17 sampai 25 tahun,
notabennya dalah remaja.
3.
perkembangan media masa serta teknologi informasi begitu cepat. Sekat-sekat batas
negara menjadi hampir tidak ada karena kemajuan teknologi. Hanya dengan
mengakses internet ataupun menonton media televisi, setiap orang dengan mudah
mendapatkan informasi dari belahan dunia dalam hitungan detik. Namun, kemajuan
media informasi tersebut ibarat pisau bermata dua. Bisa menguntungkan dan juga
2
merugikan. Salah satu dampak kerugian yang kita rasakan saat ini salah satunya
fakta yang dirilis di atas. Krisis moral diatas tidak hanya terjadi di perkotaan, bahkan
di daerah-daerah juga terjadi hal yang sama.
Kemerosotan moral dan jati diri bangsa, sedikit banyak ada hubungannya
dengan penyelenggaraan pendidikan yang kurang bermakna bagi kehidupan yang
utuh dan asasi. Berbagai upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan nasional terus
di lakukan. misalnya, adanya peningkatan anggaran pendidikan, pembudayaan
informasi
dan
teknologi
(IT),
adanya
sekolah
berstandar
internasional,
dilaksanakannya ujian nasional (sekalipun ada pro dan kontra), program sertifikasi
guru (yang juga belum sepenuhnya memenuhi sasaran sebagai upaya peningkatan
kualitas), juga adanya revisi kurikulum terkait dengan di keluarkannya Permen No.
22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, dan Permen No. 23 tentang Standar Kompetensi
Lulusan (SKL), yang kemudian dimunculkan pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), termasuk sudah barang tentu untuk mata pelajaran IPS.
Namun kenyataannya, perbaikan Standar Isi untuk bidang IPS belum begitu
memuaskan bila dikaitkan dengan pengertian dan tujuan pembelajaran IPS.
Rumusannya baru, tetapi esensi substansinya tidak jauh berbeda.
Kurikulum itu
masih tetap menitik beratkan pada penguasaan materi. Kritik pun kembali terdengar
bahwa pelajaran IPS terlalu sarat materi, bersifat kognitif, dan hafalan. Karena
berorientasi pada materi ajar, pembelajaran IPS akan terjebak pada proses
mengumpulkan informasi dan mengakumulasi fakta. Ada fihak yang memandang
bahwa pelajaran IPS tidak penting, apalagi mata pelajaran tersebut tidak masuk
3
dan
keterampilan agar mereka kelak mampu memainkan peranan sesuai kemampuan dan
kedudukannya masing-masing sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan
sosialnya. Melalui pendidikan akan terbentuk tatanan kehidupan masyarakat yang
maju, tentram damai, dan sejahtra berdasarkan nilai-nilai dan norma budaya. Jiwa
pendidikan perlu di fungsikan sebagai wahana pembelajaran yang dapat mewariskan
dan menanamkan nilai budaya kepada peserta didik.
Undang Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(SPN) pada Pasal 3
berfungsi
yang
menyebutkan
bahwa
pendidikan
berfungsi
untuk
berkembang dan dijadikan pegangan oleh dan dalam masyarakat. Nilai sebagai
sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan norma yang berfungsi
mengatur hak dan kewajiban secara benar dan bertanggung jawab tentu harus menjadi
panduan bagi pembinaan peserta didik. Muara dari usaha tersebut ditegaskan dengan
kalimat bahwa tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan segenap potensi
yang dimiliki untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tilaar (2004: 17) menjelaskan dalam upaya memperkuat jati diri dapat di
lakukan melalui nilai-nilai budaya, dalam hal ini tugas pendidikan nasional ialah
mengembangkan identitas peserta didik agar supaya dia bangga menjadi bangsa
Indonesia dengan penuh percaya diri memasuki kehidupan global sebagai bagsa
Indonesia yang berbudaya.
Somantri ( 2001: 101) Pembelajaran IPS yang secara formal mulai
diberlakukan dari jenjang sekolah dasar sampai SMA, dituntut untuk mampu
memediasi pengembangan dan pelatihan potensi siswa secara optimal, khususnya
yang bertalian dengan transformasi nilai-nilai budaya dan norma sosial. Namun
realitas yang ada di lapangan, ternyata masih jauh dari harapan sebagaimana
ditegaskan dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003.
Sekolah sebagai salah satu wahana terjadinya proses transformasi nilai-nilai
budaya dan norma-norma sosial sebagai bagian dari pembentukan kepribadian siswa
belum menjadi kenyataan. Salah satu program persekolahan yang memikul beban
6
Sistem Pendidikan Nasioanal Pasal 1 ayat (1) yang dimaksud dengan pendidikan
adalah:
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara .
Berdasarkan
dari
pengertian
pendidikan, praktisi, guru, peserta didik, dan nilai-nilai dalam belajar merupakan
faktor yang sangat penting untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Praktisi
dan guru sebagai fihak yang mengemban tugas untuk mengemudikan tugas
pendidikan
pendidikan tersebut. Peserta didik adalah fihak yang menjadi subyek dalam proses
pembelajaran harus dapat memperoleh sesuatu yang berfaedah untuk memenuhi
segala kebutuhan yang di perlukan sebagai bekal dalam kehidupannya. Sedangkan
nilai-nilai sebagai hal yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan pengetahuan,
sikap dan keterampilan kepada peserta didik. Dalam hal ini guru merupakan
fasilitator harus sadar dan memahami apa yang harus di berikan dan peroleh peserta
didik
menyatakan bahwasebagai
institusi
sosial, sekolah memiliki peranan dan fungsi berperan membimbing dan mengarahkan
peserta didik untuk mengenal, memahami dan mengaktualisasikan pola hidup yang
berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian sekolah pada hakekatnya adalah
institusi yang mewariskan dan melestarikan nilai-nilai yang dipegang oleh
masyarakat. Pendidikan
melalui pendayagunaan
dan
pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa yang ada dilingkungan sekitar , baik
lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah.
Kegiatan pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan
lingkungannya. Lingkungan bukan hanya sebagai akomodasi tetapi juga merupakan
sumber belajar bagi peserta didik. Menjadikan lingkungan sebagai sumber belajar
bagi peserta didik merupakan tuntutan masayarakat, sehingga peserta didik dapat
memahami arti dan fungsi lingkungannya dalam kehidupannya.
Kenyataan yang di hadapi selama di sekolah adalah siswa hanya menerima
pelajaran yang diberikan oleh guru. Selama proses belajar mengajar berlangsung
keaktifan siswa sangat kurang sekali. Hal ini menggambarkan belajar secara
tradisional dimana siswa hanya mendengar penjelasan dari guru sebagai satu-satunya
sumber. Sedangkan kita ketahui kemampuan guru terbatas baik dari segi
keterampilan maupun dari pengetahuan. Walaupun di gunakan sumber buku teks,
namun sumber belajar tidak terbatas pada buku saja masih banyak sumber belajar lain
yang dapat membantu dalam proses belajar mengajar.
Fenomena yang terlihat dewasa ini, sumber-sumber belajar yang tersedia di
lingkungan kita masih kurang di manfaatkan sehingga pelaksanaan proses belajar
mengajar juga kurang optimal yang lebih jauh mengakibatkan mutu pendidikan yang
kita harapkan belum tecapai.
( 2006 :
69) bahwa sumber daya belajar yang terdapat dalam masyarakat lingkungan peserta
didik belum banyak dipergunakan sebagai sumber belajar dalam pendidikan IPS.
Implikasinya bahan pelajaran tidak diperkaya dengan nilai-nilai dan budaya, sehingga
peserta didik tidak akrab dengan lingkungan sosial budayanya.
Salah satu nilai budaya yang dapat diangkat sebagai sumber belajar IPS di
Kabupaten Aceh Tengah ialah budaya Sumang. Sumang adalah perbuatan yang tabu
dan sangat dilarang dilakukan oleh individu dalam masyarakat. Budaya Sumang
adalah budaya yang sarat dengan nilai-nilai dan sangat bermanfaat untuk
mewujudkan keteraturan dan kedamaian dalam
10
Pertama,
norma relevan dengan SK- KD pada pokok bahasan tentang penerapan nilai dan
norma dalam pembentukan kepribadian pada IPS Sosiologi pada kelas X pada
Madrasah Aliyah. Di samping itu materi nilai dan norma yang terdapat dalam buku
paket sosiologi masih terlalu umum sehingga nilai-nilai dan norma tersebut bagi
peserta didik kurang dapat memahaminya nilai secara riil dalam kehidupan seharihari.
Kedua, Materi
pembelajaran IPS Sosiologi pada kelas X pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Aceh
Tengah, sehingga nilai budaya masyarakat belum terintegrasi dalam pendidikan IPS
sebagai sumber nilai dan norma. Penerapan budaya Sumang ini dalam pembelajaran
IPS pada MA di Aceh Tengah, (1) relevan dengan kebutuhan masyarakat dan siswa,
(2) dapat menumbuhkan keterampilan sosial siswa, (3) sumber belajar berbasis nilai
budaya masyarakat, (4) pelanggaran Sumang adalah salah satu bentuk penyimpangan
sosial dalam masyarakat yang sering di lakukan oleh pelajar.
Ketiga,
positif, harus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi muda sebagai penerus
kehidupan masyarakat. Di samping itu budaya Sumang dapat berkontribusi sebagai
penunjang tegaknya syariat agama Islam di Aceh Tengah.
Pelestarian nilai budaya merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan
oleh anggota masyarakat. Hal ini dalam pepatah Aceh di ungkapkan Meunyo
gadeuh ma meupat jeurat, meunyo gadeuh adat ho tamita, maksudnya, kalau ibu
11
meninggal ada kuburannya, kalau adat hilang kemana di cari. Salah satu upaya
pelestarian dan pewarisan budaya tersebut dilakukan melalui pendidikan. Dalam hal
ini pendidikan IPS sebagai bagian dari pendidikan nasional memiliki andil, peran
dan tanggung jawab untuk membudayakan nilai-nilai sosial budaya kepada generasi
penerus melalui pembelajaran.
Keempat, kerisis moral remaja khususnya di kalangan pelajar sebagaimana
yang tersebut pada awal latar belakang masalah ini, maka sangat relevan nilai
budaya Sumang diangkat kedalam dunia pendidikan IPS di Aceh Tengah untuk
meminimalisir dan sebagai usaha pereventif terhadap kenakalan remaja dari kalangan
pelajar khususnya dalam hal pergaulan bebas atau pelanggaran Sumang. Sebagai
tujuan dari penelitian ini kiranya nilai-nilai budaya yang terdapat dalam lingkungan
masyarakat di Aceh Tengah dapat di reaktualisasi kembali sebagai pengetahuan dan
keterampilan serta
di
kekuatan nilai dari norma ini akan hilang, sehingga kurang efektif sebagai nilai dan
norma untuk membentuk dan mengatur hubungan dalam pergaulan masyarakat
khusunya kaum remaja. Melihat fenomena ini dalam perkembangannya batas-batas
dan rambu-rambu pergaulan masyarakat semakin hari semakin kabur dari ketentuan12
ketentuan Adat dan Agama. Hal ini menimbulkan suatu kekhawatiran dan
kegelisahan dari pihak orang tua, masyarakat, ulama dan pemerintah daerah, sehingga
timbul suatu inisiatif untuk mengaktualisasikan kembali adat istiadat termasuk
budaya Sumang dalam beberapa kebijakan pemerintaha Daerah.
Adapun realisasi kebijakan pemerintah Daerah Aceh Tengah sejak tahun
2000 ialah melaksanakan program Pilot Projek
pemberantasan
Sumang.
Namun
ini kurang
membuahkan hasil yang maksimal dan tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Hal ini dapat dilihat dari seringya pasangan muda mudi berkhalwat, hamil diluar
nikah, dan perselingkuhan dan menipisnya rasa malu, serta hilangnya rasa takut dan
hormat para remaja yang berkhalwat terhadap masyarakat lingkungan.
Sehubungan dengan uraian permasalah di atas, maka
penelitian ini
Sumang tersebut
dapat
13
dikembangkan
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Nilai Budaya Sumang dapat di
jadikan sebagai sumber nilai dalam pembelajaran IPS pada Madrasah Aliyah di
Kabupaten Aceh Tengah.
Dari rumusan masalah
14
1.
2.
yang dapat di
jadikan sebagai sumber nilai dalam pembelajaran IPS pada Madrasah Aliyah di
Kabupaten Aceh Tengah ?
3.
C.
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan nilai-nilai
budaya Adat Sumang dapat di integrasikan pada pembelajaran IPS Aliyah Negeri
Pegasing Kabupaten Aceh Tengah. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini dapat
dirincikan sebagai berikut:
1.
2.
3.
15
D.
Manfaat penelitian
Secara teoritis
disebabkan karena tidak ada kepedulian untuk melestarikan dan mewariskannya oleh
suatu generasi ke genersi berikutnya. Budaya lokal sebagai kearifan lokal dan unsurunsur kebudayaan Nasional perlu dilestarikan. Salah satu cara untuk melestarikan
dan mewarisankannya kepada generasi berikutnya ialah melalui pendidikan, karena
pendidikan merupakan suatu proses pembudayaan.
Secara praktis manfaat dari penelitian ini adalah:
1.
2.
Merupakan suatu proses sosial atau pembudayaan yang direncana secara sadar
dan terarah tentang nilai-nilai kearifan lokal sekaligus suatu upaya melestarikan
unsur-unsur kebudayaan Nasional.
3.
4.
Menjadi sumber pengetahuan dan acuan bagi guru-guru IPS untuk melakukan
inovasi dalam pembelajaran IPS
16
5.
E.
Klarisifikasi Konsep
Untuk memperjelas arah penelitian ini penulis membuat klarisifikasi
konsep atau pembatasan masalah agar penelitian ini dapat dilaksanakan secara efektif
dan efisien. Adapun yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah bagaimana
potensi nilai-nilai budaya Sumang sebagai sumber pembelajaran dalam pendidikan
IPS, sehingga peserta didik dapat memahami nilai-nilai budaya yang ada dalam
masyarakat dilingkungannya. Dengan demikian titik berat pelestarian budaya melalui
pendidikan IPS adalah berkembangnya individu agar dapat memahami lingkungan
sosialnya.
1.
Nilai
Darmadi ( 2007) Nilai (value) berasal dari bahasa Latin valere secara
harfiah berarti baik/buruk yang kemudian diperluas menjadi segala sesuatu yang di
senangi, di inginkan, di cita-citakan dan disepakati. Kupperman 1983 (Mulyana.
2004: 9) menjelaskan, nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia
dalam menentukan plihannya diantara cara-cara tindakan alternatif.
Menurut Almuchtar (2008 : 244), Nilai meliputi rujukan untuk menyatakan
sesuatu yang baik, buruk, bagus, jelek, pantas tidak pantas, wajar tidak wajar sopan
17
atau kurang ajar. Sumantri ( Sauri dan Firmansyah. 2010 : 3) Nilai merupakan hal
yang terkandung dalam hati nurani manusia lebih memberi dasar daan prinsip akhlak
yang merupakan standar dari keindahan dan efisien atau keutuhan kata hati (potensi).
Gunakaya (Sumaatmadja, dkk.2002:7.41) Nilai adalah kumpulan sikap dan perasaanperasaan yang selalu di perlihatkan dan diekpresikan melalui perilaku manusia
sebagai perorang, kelompok ataupun masyarakat secara keseluruhan tentang baik
buruk, benar salah, patut tidak patut terhadap objek material maupun non material.
Dari uraian beberapa pendapat diatas bahwa nilai adalah sesuatu yang baik, berharga,
bermanfaat dan di cita-citakan sebagai standar perilaku. Nilai yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah suatu yang baik, berharga dan bermanfaat sebagai
pedoman
dalam pergaulan
harmonis.
2.
Budaya
Menurut Yunidar (Mutakin.2008 : 72 ) Budaya adalah hal ikhwal yang
berkenaan akal budhi . Dengan demikian Kebudayaan dapat diartikan suatu hal baik
berwujud benda ataupun non benda yang dihasilkan oleh manusia baik secara
induvidu atau kelompok berdasarkan kemampuan akal, ide atau gagasan.
Koentjaraningrat (1984: 180) budaya merupakan Keseluruhan system gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Berhubungan dengan nilai budaya Koentjaraningrat (1984 ; 189)
menjelaskan bahwa, Nilai-Nilai budaya adalah konsep-konsep mengenai apa yang
18
hidup dalam fikiran sebagian besar dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang
mereka anggap bernilai, berharga, penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi
sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para
warga masyarakat tersebut. Nilai budaya yang menjadi acuan tingkah laku sebagian
besar anggota masyarakat berada dalam alam pikiran mereka dan sulit diterangkan
secara rasional.
3.
Budaya Sumang
Menurut Syukri ( 2008 : 184) Budaya Sumang adalah Budaya yang
Sumber Belajar
19
mata pelajaran atau mata kuliah yang mempelajarai kehidupan sosial yang kajiannya
mengintegrasikan bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
Menurut Somantri (2001:45) IPS merupakan perpaduan antara konsep-konsep
ilmu sosial dengan konsep Pendidikan yang disajikan secara sistematik, psikologi dan
fungsional sesuai
20
Ibrahim dan Hakim, dalam bukunya yang berjudul Syariaat dan Adat Istiadat
jilid 2, menjelaskan bahwa Sumang terdapat dalam hukum adat terdiri dari
empat macam yang disebut Sumang opat yaitu:
a.
b.
c.
d.
2.
Syukri dalam bukunya berjudul; Sarak Opat Sistem Pemerintahan Tanah Gayo
dan relevansinya Terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah. Bahwa Sumang
adalah adat pergaulan yang amat dilarang di lakukan oleh anggota masyarakat
dalam pergaulan sehari-hari dalam system sosial masyarakat Gayo. Sumang
yang deskripsikan meliputi Sumang penengonen, Sumang perceraken, Sumang
pelangkahan, dan Sumang kenunulen. Kesemua jenis Sumang ini merupakan
suatu bentuk larang yang tujuannya adalah untuk membina dan memlihara
akhlakul karimah, dan etika masyarakat serta menjaga terjadinya fitnah dalam
keluarga dan masyarakat, yang pada gilirannya akan menimbulkan permusuhan
dan akan merusak persatuan.
Dalam penelitian ini posisi peneliti dalam penulisan tesis ini tentang Budaya
Sumang ialah, penulis meneliti tentang nilai-nilai yang terkandung dalam budaya
Sumang yang belum ada di teliti oleh orang lain. Nilai-nilai budaya Sumang yang
peneliti identifikasi dari hasil penelitian ini di implementasikannya sebagai sumber
nilai dalam pembelajaran IPS di persekolahan/Madrasah.
21