Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abortus adalah pengeluaran fetus baik hidup maupun mati pada setiap stadium
kebuntingan sebelum waktunya kelahiran normal. Penyebab abortus secara garis besar dapat
dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu abortus karena agen infeksius seperti virus, bakteri,
protozoa, jamur dan agen non infeksius seperti faktor fisik, hormonal, trauma, pakan, bahan
kimia dan lain-lain.
Pada kasus ini, diare terjadi setelah pemberian susu dari sapi abortus kepada pedet.
Dalam penularan penyakit, susu dapat menjadi salah satu media penularan. Berikut beberapa
penyakit infeksius pada sapi yang dapat menyebabkan abortus:
1. Brucellosis
Brucellosis adalah penyakit hewan menular yang secara primer menyerang sapi,
kambing, babi dan sekunder beberapa jenis hewan lainnya dan manusia. Brucellosis
disebabkan bakteri Brucella abortus (Anonim 1978). Abortus karena Br.
abortus umumnya terjadi dari bulan ke-6 sampai ke-9 periode kebuntingan. Kejadian
abortus berkisar antara 5-90% di dalam suatu kelompok ternak tergantung pada berat
ringan infeksi, daya tahan hewan bunting, virulensi organisme dan faktor-faktor lain
(Toelihere 1985).
2. Leptospirosis
Pada sapi disebabkan oleh spirocheta yang kecil dan berbentuk filamen, yang
terpenting diantaranya adalah Leptospira pamona, L. hardjo, L. grippotyphosa dan
L. conicola. Organisme ini mudah dimusnahkan oleh panas, sinar matahari,
pengeringan, asam, dan desinfektan. Leptospira dapat hidup selama beberapa hari
atau minggu dalam lingkungan yang lembab pada suhu sedang seperti di tambak,
aliran air yang macet atau di tanah basah (Toelihere 1985).
Air merupakan media penyebaran utama untuk penyakit ini. Penularannya dapat pula
melalui luka, semen, baik perkawinan alamiah maupun perkawinan dengan IB. selain
dapat menular ke ternak lain penyakit ini juga dapat menular ke manusia (Blakely
&Bade 1991).
3. Camphylobacteriosis
Camphylobacteriosis yang disebabkan oleh Camphylobakter foetus veneralis adalah
salah satu penyakit penyebab utama kegagalan reproduksi pada sapi yang disebarkan
melalui perkawinan. Umumnya ditemukan kematian embrio dini atau abortus pada
bulan ke-4 sampai akhir kebuntingan (Toelihere 1985).