Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN TEORITIS
(Wiknjosastro, 2010)
a. Uterus
Uterus merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh peritoneum atau
serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng. Uterus wanita nullipara panjang
6-8 cm, dibandingkan dengan 9-10 cm pada wanita multipara. Berat uterus wanita yang
pernah melahirkan antara 50-70 gram. Sedangkan pada yang belum melahirkan beratnya
80gram atau lebih.
b. Serviks uteri
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat perlekatan serviks
uteri dengan vagina, membagi serviks menjadi bagian supravagina yang panjang dan
bagian vagina yang lebih pendek. Panjang serviks sekitar 2,5 3 cm, 1 cm menonjol
kedalam vagina pada wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh jaringan ikat
fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastic (Evelyn, 2002).
c. Corpus uteri
Merupakan organ yang mempunyai peranan besar dalam reproduksi wanita, yaitu
pada saat haid sampai melahirkan. Berbentuk seperti buah pir, berongga dan berotot.
Sebelum hamil beratnya sekitar 30-50 gram dengan ukuran panjang 9 cm dan lebar 6 cm.
Terdriri dari: paling luar lapisan serosa atau peritoneum yang melekat pada ligamentum
latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular atau miometrium berupa otot polos
tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta
dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh
sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen
mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi
ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan
perkembangan wanita.
d. Ligamenta penyangga uterus
Ligamenta latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale,
ligamenum ovarii, ligamentum sacrouternia propium, ligamentum infundibulopelvicum
ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.
e. Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica atau illiaca interna, serta
arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
f. Salping atau Tuba Falopii
Tuba fallopii merupakan organ yang dikenal dengan istilah saluran telur.
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan,
panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum
uteri. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan: serosa, muskular (longitudinal dan sirkular)
serta mukosa dengan epitel bersilia.
Tuba falopii bukan merupakan saluran yang lurus, tetapi mempunyai bagian yang
lebar sehingga dibedakan menjadi bagian yaitu pars interstitialis, pars isthmica, pars
ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan
ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya.
Pars isthmica (proksimal / isthmus) merupakan bagian dengan lumen tersempit,
terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet. Tempat yang sering terjadi
fertilisasi (bertemunya ovum dan sperma) adalah daerah ampula atau infundibulum, dan
pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini.
Pars infundibulum (distal) dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale
pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi menangkap
ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam
tuba.
g. Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus)
h. Ovarium
Ovarium merupakan organ berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, terdiri
dari sepasang kiri-kanan, digantung ke uterus oleh ligamentum ovarii proprium
ke
a.
b.
c.
d.
e.
jelas dalam beberapa kasusketuban pecah dini. penangananya melalui Seksio Sesarea.
(Manuaba, 2007).
b. PPROM ( Preterm Premature Rupture of membrane)
Ketuban pecah dini premature (PPROM) mendefinisikan ruptur spontan membran
janin sebelum mencapai umur kehamilan 37 minggudan sebelum onset persalinan .
Pecah tersebut kemungkinan memiliki berbagai penyebab, namun banyak yang
percaya infeksi intrauterin menjadi salahsatu predisposisi utama Sebuah tinjauan
ilmiah penyebab PPROM diidentifikasi penyebab potensial banyak dalam kasus.
tertentu. Ini termasuk penurunan umumdalam kekuatan peregangan membran amnion,
cacat lokal pada membranamnion, penurunan kolagen cairan ketuban dan perubahan
dalam struktur kolagen, iritabilitas uterus, apoptosis, degradasi kolagen, dan
pereganganmembran.
Pada
(MFMU)menemukan
bahwa
jaringan
faktor
Maternal-Fetal
risiko
PPROM
Medicine
adalah
Unit
PPROM
c. Etiologi
Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti.
Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD,
namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui (Nugroho, 2012).
Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah :
a. Infeksi : infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya KPD.
b. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis ya ng selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri ( akibat persalinan, curetage )
c. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gamelli
d. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi
e. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah
f. Keadaan sosial ekonomi
g. Faktor lain :
1. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai
dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit
ketuban.
2. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
3. Faktor multi gradivitas, merokok dan perdarahan antepartum.
4. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin C).
Beberapa faktor risiko dari KPD : Inkompetensi serviks (leher rahim),
Polihidramnion ( cairan ketuban berlebih), Riwayat KPD sebelumnya, Kelainan
atau kerusakan selaput ketuban, Kehamilan kembar, Trauma, Serviks (leher
rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu, Infeksi pada
kehamilan seperti bakterial vaginosis
d. Patofisiologi
Pada kehamilan trimester II selaput ketuban amnion terdiri dari sel selapis,
sedangkan selaput korion lebih tebal dari 4-6 sel, lapisan basal diantaranya selaput
amnion dengan korion. Makin tua usia kehamilan semakin besar tekanan pada
selaput ketuban, tekanan pada permukaan janin besar daripada tekanan pada
permukaan uterus. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan
ikat dan vaskularisasi, bila pembukaan serviks, maka selaput ketuban sangat
lemah dan mudah pecah. Ketuban pecah dini belum diketahui penyebabnya yang
jelas sampai saat ini, ada hubungannya dengan hal-hal berikutnya: Adanya hiper
mortalitas Rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah, Ketuban terlalu
tipis (kelainan ketuban), Infeksi (amnionitis atau khoriamnionitis), Faktor-faktor
predisposisi seperti : multipara dan lain sebagainya (Nugroho, 2012)
WOC
Manifestasi Klinis (Nugroho, 2012)
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
1. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah.
2. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran
untuk sementara.
3. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. (Nugroho,
2012)
7. Komplikasi
a) Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu adalah sindrom distress pernapasan (RDS = Respiratory Distress
Syndrome), yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.
Keluhan Utama.
Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang menjalar keperut,
adanya his yang makin sering, teratur, keluarnya lendir dan darah,perasaan ingin
buang air kemih, bila buang air kemih hanya sedikit-sedikit.
3) Riwayat penyakit sekarang
Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan antara 38-42
minggu disertai tanda-tanda menjelang persalinan yaitu nyeri pada daerah pinggang
menjalar keperut, his makin sering, teratur, kuat, adanya show (pengeluaran darah
campur lendir). Kadang ketuban pecahdengan sendirinya.
kelamin,
pembedahan
yang
dialami,
dapat
memperberat
iv.
KALA I
Pengkajian dasar utama yaitu :
1. Observasi Lokasi, Keteraturan, Intensitas, dan durasi kontraksi uterur.
2. Observasi adanya perdarahan yang hebat, jika tidak ada perdarahan, lakukan
pemeriksaan vagina steril untuk mengkaji status ketuban, dilatasi dan penipisan
serviks, bagian presentasi .
3. Observasi riwayat klien yaitu HPHT (Hari pertama haid terakhir) untuk
menentukan usia kehamilan ibu. Taksiran persalinan (rumus naegele : tanggal
4.
7. Ambil darah untuk pemeriksaan Hb dan Ht, serologi, dan golongan darah etiologi
dan faktor resiko.
Persalinan diduga dipicu oleh satu faktor berikut atau lebih, yang berhubugan
dengan
iribilitasi
miometrium.Pelepasan
oksitosin
oleh
pituitari
7. Lihat adanya sakit kepala berat disertai mual dan muntah : gejala stroke,bicara
tidask jelas , deviasi mata, dan manifestasi SPP lain.
8. Lihat adanya inversi uterus( uterus tampak pada introirtus,atau dengan inversi
persial, nyeri dan perdarahan hebat.)
9. Palpasi fundus dan lihat adanya tanda pelepasan plasenta yang meliputi :
a) Uterus yang keras dan berkontraksi.
b) Uterus berubah dari bentuk cakram menjadi bulat ketika plasenta
turun ke bagian bawah uterus .
c) Semburan darah gelap yang tiba-tiba dari vagina.
d) Tali pusat yang keluar dari vagina bertambah panjang saat plasenta
mendekati introitus
e) Pemeriksaan vagina atau rektum menunjukkan vagina yang penuh,
atau selaput janin tampak pada introitus.
KALA IV
1. Lihat apakah ada tanda faktor resiko hemoragi postpartum (misal,
persalinan yang lama,multiparitas,bayi besar, pengeluaran plasenta yang
melekat secara manual, riwayat hemoragi postpartum sebelumnya,
manipulasi uteri berlebihan)
2. Observasi tinggi,posisi dan tonus fundus setiap 15 menit selama satu jam
pertama, kemudian setiap 30 menit selama satu jam, dan selanjutnya setiap
jam (sesuai prosedur yang berlaku di institusi)
3. Palpasi kandung kemih (kandung kemih yang penuh)teraba diatas simpisis
pubis, dapat mengubah posisi fundus dan mengganggu kontraksi uterus.
4. Observasi
tekanan darah (TD) bersamaan dengan pengkajian
fundus(hipotensi dapat terjadi karena hipovolemia akibat hemorogi.
5. Observasi frekuensi jantung bersamaan dengan pengkajian fundus
(volume sekuncup, curah jantung, yang meningkat selama kehamilan,
akan tetap meningkat dan bahkan dapat meningkat setelah melahirkan).
4). Kontrasepsi
a. Jenis kontrasepsi,
b. Lama pemakaiannya, dan
c. Keluhan-keluhan yang ada setelah menggunakan kontrasepsi.
6) Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Hari pertama haid terakhir (HPHT) dan taksiran persalinan (TP)
Kepala
1) Inspeksi
Rambut : lihat kebersihan kulit kepala dan rambut.
Telinga : lihat kesimetrisan, kelengkapan, dan kebersihan telinga,
Mata
Mulut
Lidah
Gigi
d) Abdomen
1) Inspeksi
Ada/tidaknya bekas jahitan/operasi,
Nilai kesesuaian antara pembesaran perut dengan usia kehamilan, dan
Lihat ada/tidaknya striae dan linea.
2) Palpasi
Leopold :
Leopold I
Leopold III
turun/masuk ke panggul.
Tinggi Fundus Uteri (TFU)
3) Auskultasi
a.
b.
c.
d.
e.
e) Ekstremitas
1 Ekstremitas Atas
Insp eksi
Palpasi
2 Ekstremitas Bawah
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
f) Anogenitalia, tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui keadaan jalan lahir ibu,
apakah normal atau abnormal.
1. Inspeksi
(a) Pemeriksaan Dalam
i.
ii.
iii.
iv.
v.
Pembukaan Servik
Portio
Ketuban
Presentasi
Posisi
vi.
vii.
Penurunan
Bagian Terkemuka
Promotorium
Linea Innominata
Os Sakrum
Dinding samping panggul
Spina Ischiadica
Arcus Pubis
(c) Uku ran Panggul Luar (UPL) : Distantia Inter Tuberosum (DIT).
2
Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus ~
b. Resiko infeksi berhubungan dengan pemeriksaan dalam yang berulang
~
c. Komplikasi potensial (janin) berhubungan dengan pecahnya selaput
ketuban ~
d. Komplikasi potensial (maternal) berhubungan dengan infeksi genetalia ~
e. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan aliran darah ke paru-paru
menurun ~
f. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan d ehidrasi ~
g. Ansietas berhubungan dengan air ketuban terlalu banyak keluar ~
h. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan usia gestasi yang lama
i. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketegangan uterus berlebihan
~
j. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kehilangan banyak air
Daftar Pustaka
Crosley Et, Al 2015. Premature Rupture Of membran.
http://www.scrip.org/journal/ojog/. Di unduh pada tanggal 25 september 2016
Green, Carol J. Wilkinson, Judith M. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Dan Bayi Baru
Lahir. 2012. Jakarta: EGC
Judith M. Wilkinson. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi Nic Dan
Kreteria Hasil Noc. Jakarta:EGC
Nugroho, 2010. Kasus Emergency Kebidanan Untuk Kebidanan Dan Keperawatan. Yogyakarta :
Nuha Medika
Potter, P.A, Perry,A.G.2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7. Vol 1. Alih Bhasa:
Renata Komlasari. Jakarta: EGC
Prawirohadjo, S. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta : PT, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wilkinson, Judith. Aherm, Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nanda
NicNoc.Edisi 9.Jakarta : EGC
Judith M. Wilkinson. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi Nic Dan
Kreteria Hasil Noc. Jakarta:EGC