Você está na página 1de 24

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI


1. Anatomi :
Organ-organ interna berfungsi untuk ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi
blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus dan kelahiran terdiri dari : Uterus, Serviks
uteri, Corpus uteri, dan Ligamenta penyangga uterus.

(Wiknjosastro, 2010)

a. Uterus
Uterus merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh peritoneum atau
serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng. Uterus wanita nullipara panjang

6-8 cm, dibandingkan dengan 9-10 cm pada wanita multipara. Berat uterus wanita yang
pernah melahirkan antara 50-70 gram. Sedangkan pada yang belum melahirkan beratnya
80gram atau lebih.
b. Serviks uteri
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat perlekatan serviks
uteri dengan vagina, membagi serviks menjadi bagian supravagina yang panjang dan
bagian vagina yang lebih pendek. Panjang serviks sekitar 2,5 3 cm, 1 cm menonjol
kedalam vagina pada wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh jaringan ikat
fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastic (Evelyn, 2002).
c. Corpus uteri
Merupakan organ yang mempunyai peranan besar dalam reproduksi wanita, yaitu
pada saat haid sampai melahirkan. Berbentuk seperti buah pir, berongga dan berotot.
Sebelum hamil beratnya sekitar 30-50 gram dengan ukuran panjang 9 cm dan lebar 6 cm.
Terdriri dari: paling luar lapisan serosa atau peritoneum yang melekat pada ligamentum
latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular atau miometrium berupa otot polos
tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta
dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh
sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen
mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi
ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan
perkembangan wanita.
d. Ligamenta penyangga uterus
Ligamenta latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale,
ligamenum ovarii, ligamentum sacrouternia propium, ligamentum infundibulopelvicum
ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.
e. Vaskularisasi uterus

Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica atau illiaca interna, serta
arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
f. Salping atau Tuba Falopii
Tuba fallopii merupakan organ yang dikenal dengan istilah saluran telur.
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan,
panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum
uteri. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan: serosa, muskular (longitudinal dan sirkular)
serta mukosa dengan epitel bersilia.
Tuba falopii bukan merupakan saluran yang lurus, tetapi mempunyai bagian yang
lebar sehingga dibedakan menjadi bagian yaitu pars interstitialis, pars isthmica, pars
ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan
ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya.
Pars isthmica (proksimal / isthmus) merupakan bagian dengan lumen tersempit,
terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet. Tempat yang sering terjadi
fertilisasi (bertemunya ovum dan sperma) adalah daerah ampula atau infundibulum, dan
pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini.
Pars infundibulum (distal) dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale
pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi menangkap
ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam
tuba.
g. Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus)
h. Ovarium
Ovarium merupakan organ berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, terdiri
dari sepasang kiri-kanan, digantung ke uterus oleh ligamentum ovarii proprium

ke

dinding panggul oleh ligamentum infundibulo-pelvikum. Ovarium dilapisi mesovarium,


sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah ke saraf. Terdiri dari korteks dan

mendula. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel primordial


menjadi folikel degraf, selanjutnya terjadi ovulasi. Ovarium juga mensintesis dan
menghsilkan sekresi hormon-hormon steroid yaitu esterogen dan progesteron. Ovarium
merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama, sehingga mempunyai dampak
kewanitaan dalam pengatur proses menstruasi.
2. Fisiologi air ketuban (Liquar Amnion)
Air ketuban (cairan amnion) diproduksi oleh sel (endotel) yang melapisi kantung ketuban
dan permukaan plasenta (ari-ari) dan peresapan cairan (eksudasi) melewati membran kantung
ketuban. Pada proposisi lebih besar, air ketuban dihasilkan oleh kencing janin.
Dalam keadaan sehat, janin akan minum air ketuban dan mengeluarkan kembali dalam
bentuk kencing, sehingga seolah-olah terjadi suatu lingkaran atau siklus yang berulang.
Bentuk, rupa, bau ketuban tidak jauh beda dengan air kencing
Dalam air ketuban juga dijumpai sel-sel dalam rambut (lanugo) yang terlepas serta
butiran lemak yang bisa melapisi permukaan kulit bayi (verniks kaseosa). Pada suatu keadaan
tertentu, air ketuban didapatkan dalam jumlah yang lebih dari normal keadaan ini disebut
polihidramnion atau kadang disebut hidramnion.
Volume air ketuban bervariasi menurut usia kehamilan, puncaknya di umur kehamilan
sekitar 33 minggu, volume air ketuban berkisar 1- 1,5 liter. Pada kasus polihidromnion bisa
sampai 3 liter, bahkan terjadi sebelum umur kehamilan mencapai 22 minggu atau 5 bulan.
Penyebab polihidromnion belum dipastikan secara benar, salah satu yang dicurigai
adanya proses infeksi. Dua per tiga kasus polihidromnion tidak diketahui sebabnya.
Polihidromnion meningkatkan resiko kelahiran prematur dan resiko komplikasi persalinan.
Kemungkinan terjadi perdarahan pasca persalinan lebih tinggi dibanding dari pada
perlekatannya sebelum operasi dan terjadinya kematian janin didalam kandungan. Kejadian
bedah caesar juga lebih tinggi dibandingkan pada kehamilan biasa karena lebih banyak yang
tidak normal atau untuk kesejahteraan janin (Nugroho, 2012).

a.
b.
c.
d.
e.

Air ketuban mempunyai fungsi yaitu:


Melindungi janin terhadap trauma luar.
Memungkinkan janin bergerak dengan bebas.
Melindungi suhu tubuh janin.
Meratakan tekanan didalam uterus pada saat partus, sehingga serviks membuka.
Membersikan jalan lahir jika ketuban pecah dengan cairan steril, dan akan mempengaruhi

keadaan di dalam vagina, sehingga bayi tidak mengalami infeksi.


f. Untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditlan atau diminum yang kemudian
dikeluarkan melalui kencing.
B. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini (KPD)
a. Definisi
ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan
atau sebelum inpartu, pada pembukaan kurang dari 4 cm ( fase laten). Hal ini terjadi
pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan, KPD dibededakan
menjadi KPD preterm dan KPD memanjang. KPD preterm adalah KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu, KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12
jam sebelum waktunya melahirkan (Nugroho, 2012).
b. Klasifikasi
Ketuban pecah dini (Premature Rupture of Membranes / PROM) mengacu kepada
pasien yang melampaui usia kehamilan 37 minggu dan ditampilkandengan adanya
pecah ketuban PROM sebelum awal persalinan. Ketuban pecah dini preterm PROM.
adalah pecahnya ketuban sebelum kehamilan 37 minggu. Dan pecah ketuban
berkepanjangan adalah setiap pecahnya ketuban yang berlangsung selama lebih dari 24
jam dan lebih dahulu pecah pada awal persalinan (Nugroho, 2012).
a. PROM ( Premature Rupture of Membrane)
Ketuban pecah pada saat usia kehamilan 37 minggu. Pada PROM penyebabnya
mungkin karena melemahnya membran amnion secarafisiologis. Kondisi klinis seperti
inkompetensi serviks dan polihidramniontelah diidentifikasi sebagai faktor risiko yang

jelas dalam beberapa kasusketuban pecah dini. penangananya melalui Seksio Sesarea.
(Manuaba, 2007).
b. PPROM ( Preterm Premature Rupture of membrane)
Ketuban pecah dini premature (PPROM) mendefinisikan ruptur spontan membran
janin sebelum mencapai umur kehamilan 37 minggudan sebelum onset persalinan .
Pecah tersebut kemungkinan memiliki berbagai penyebab, namun banyak yang
percaya infeksi intrauterin menjadi salahsatu predisposisi utama Sebuah tinjauan
ilmiah penyebab PPROM diidentifikasi penyebab potensial banyak dalam kasus.
tertentu. Ini termasuk penurunan umumdalam kekuatan peregangan membran amnion,
cacat lokal pada membranamnion, penurunan kolagen cairan ketuban dan perubahan
dalam struktur kolagen, iritabilitas uterus, apoptosis, degradasi kolagen, dan
pereganganmembran.

Pada

(MFMU)menemukan

bahwa

jaringan
faktor

Maternal-Fetal
risiko

PPROM

Medicine
adalah

Unit
PPROM

sebelumnya,fibronektin janin positif pada kehamilan 23 minggu, dan leher


rahim pendek (<25 mm) pada umur kehamilan 23 minggu. Untuk penatalaksanaannya
dirawat di Rumah Sakit, tunda persalinan, berikanantibiotik.

c. Etiologi
Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti.
Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD,
namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui (Nugroho, 2012).
Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah :

a. Infeksi : infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya KPD.
b. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis ya ng selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri ( akibat persalinan, curetage )
c. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gamelli
d. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi
e. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah
f. Keadaan sosial ekonomi
g. Faktor lain :
1. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai
dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit
ketuban.
2. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
3. Faktor multi gradivitas, merokok dan perdarahan antepartum.
4. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin C).
Beberapa faktor risiko dari KPD : Inkompetensi serviks (leher rahim),
Polihidramnion ( cairan ketuban berlebih), Riwayat KPD sebelumnya, Kelainan
atau kerusakan selaput ketuban, Kehamilan kembar, Trauma, Serviks (leher
rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu, Infeksi pada
kehamilan seperti bakterial vaginosis
d. Patofisiologi
Pada kehamilan trimester II selaput ketuban amnion terdiri dari sel selapis,
sedangkan selaput korion lebih tebal dari 4-6 sel, lapisan basal diantaranya selaput

amnion dengan korion. Makin tua usia kehamilan semakin besar tekanan pada
selaput ketuban, tekanan pada permukaan janin besar daripada tekanan pada
permukaan uterus. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan
ikat dan vaskularisasi, bila pembukaan serviks, maka selaput ketuban sangat
lemah dan mudah pecah. Ketuban pecah dini belum diketahui penyebabnya yang
jelas sampai saat ini, ada hubungannya dengan hal-hal berikutnya: Adanya hiper
mortalitas Rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah, Ketuban terlalu
tipis (kelainan ketuban), Infeksi (amnionitis atau khoriamnionitis), Faktor-faktor
predisposisi seperti : multipara dan lain sebagainya (Nugroho, 2012)
WOC
Manifestasi Klinis (Nugroho, 2012)
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
1. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah.
2. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran
untuk sementara.
3. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. (Nugroho,
2012)

7. Komplikasi
a) Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu adalah sindrom distress pernapasan (RDS = Respiratory Distress
Syndrome), yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.

b) Resiko infeksi meningkat pada kejadian KPD.


c) Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya koriomnionitis (radang pada korion dan amnion).
d) Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada
KPD.
e) Resiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm.
f) Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD
preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini
terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu. (Nugroho, 2012)
8. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Cairang yang keluar dari vagina perlu diperiksa: warna, konsentrasi,
bau dan pH-nya.
b) Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban, urine
atau sekret vagina
c) Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah
warna, tetap kuning.
d) Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7,5 ,
darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
e) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada objek
dan biarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran
daun pakis.
2) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
a) Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri.
b) Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun
sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.
9. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
1) Konservatif :
a) Rawat di rumah sakit

b) Beri antibiotika : bila ketuban pecah >6 jam berupa: Ampisillin 4 x


500 mg atau Gentamycin 1 x 80 mg.
c) Umur kehamilan <32-34 minggu: dirawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d) Bila usia kehamilan 32-34 minggu, masih keluar air ketuban, maka
usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi
kehamilan (hal sangat tergantung pada kemampuan perawatan bayi
premature)
e) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda tanda infeksi
intrauterine)
f) Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid selama untuk
memacu kematangan paru-paru janin.
2) Aktif :
a) Kehamilan > 35 minggu: induksi oksitosin, bila gagal dilakukan
seksio sesaria : Cara induksi: 1 ampul syntocinon dalam Dektrose
5%, dimulai 4 tetes/menit, tiap jam dinaikkan 4 tetes sampai
maksimum 40 tetes/menit.
b) Pada keadaan KPD, letak lintang dilakukan seksio sesaria
c) Bila ada tanda tanda infeksi: beri antibiotika dosis tingggi dan
persalinan diakhiri.
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identifikasi dan riwayat kesehatan
1)
Biodata klien meliputi :
Nama, Umur : dalam kategori usia subur (15 49 tahun). Bila di dapatkan terlalu
muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua (lebih dari 35 tahun) merupakan
keompok resiko tinggi. Pendidikan, pekerjaan dan alamatklien.
2)

Keluhan Utama.

Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang menjalar keperut,
adanya his yang makin sering, teratur, keluarnya lendir dan darah,perasaan ingin
buang air kemih, bila buang air kemih hanya sedikit-sedikit.
3) Riwayat penyakit sekarang
Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan antara 38-42
minggu disertai tanda-tanda menjelang persalinan yaitu nyeri pada daerah pinggang
menjalar keperut, his makin sering, teratur, kuat, adanya show (pengeluaran darah
campur lendir). Kadang ketuban pecahdengan sendirinya.

4) Riwayat penyakit dahulu


Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabitus melitus, TBC, hepatitis, penyakit
kelamin, pembedahan yang dialami, dapat memperberat persalinan.
5) Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabitus melitus, TBC, hepatitis,
penyakit

kelamin,

pembedahan

yang

dialami,

dapat

memperberat

persalinan,memungkinkan penyakit tersebut tertulah orang keluarga lain.


6) Riwayat obstetric
Riwayat haid ditemukan amenorhhea (aterm 38-42 minggu), prematur kurang
dari 37 minggu
7) Riwayat psikososial spiritual dan budaya
Perubahan psikososial pada trimester 1 yaitu ambivalensi, kekuatan dan
fantasi. Pada trimester 2 adanya ketidaknyamanan kehamilan (mual,muntah),
narchisitik, pasif dan introvert. Pada trimester 3 klien merasa tidak feminim lagi
karna perubahan tubuhnya, ketakutan akan kelahiran bayinya, distress keluarga
karena adanya

perasaan sekarat selama persalinan berlangsung.

8) Pola kebutuhan sehari-hari


i. Nutrisi
Adanya his berpengaruh terhadap keinginan atau selera makan yang menurun
ii. Istirahat tidur
Klien dapat tidur terlentang, miring ke kanan/kiri tergantung pada letak
iii.

punggung anak, klien sulit tidur terutama kala 1-IV


Eliminasi
Adanya perasaan sering/susah kencing selama kehamilan dan proses persalinan.

iv.

Pada akhir trimester III dapat terjadi kontipasi


Seksual
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual/fungsi dari
sek yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.

KALA I
Pengkajian dasar utama yaitu :
1. Observasi Lokasi, Keteraturan, Intensitas, dan durasi kontraksi uterur.
2. Observasi adanya perdarahan yang hebat, jika tidak ada perdarahan, lakukan
pemeriksaan vagina steril untuk mengkaji status ketuban, dilatasi dan penipisan
serviks, bagian presentasi .
3. Observasi riwayat klien yaitu HPHT (Hari pertama haid terakhir) untuk
menentukan usia kehamilan ibu. Taksiran persalinan (rumus naegele : tanggal
4.

HPHT ditambah 7 dan bulan kurangi.


Periksa tanda-tanda vital yang meliputi suhu, nadi,pernapasan serta tekanan

darah untuk memandingkan dengan nilai sebelum kehamilan dan pranatal.


5. Observasi edema perifer ada/tidak
6. Catat dan pantau irama jantung janin.

7. Ambil darah untuk pemeriksaan Hb dan Ht, serologi, dan golongan darah etiologi
dan faktor resiko.
Persalinan diduga dipicu oleh satu faktor berikut atau lebih, yang berhubugan
dengan

iribilitasi

miometrium.Pelepasan

oksitosin

oleh

pituitari

posteriorStimulasi estrogen yang disebabkan oleh penurunan progesteron


Peningkatan kadar prostagladinibu dan kortisol janin.Distensi uterus Peningkatan
tekanan intrauteri Penuaan plasenta Penekanan bagian presentasi terhadap serviks
dan segmen uterus bawah.
KALA II
1. Pemeriksaan DJJ (secara kontinu atau setiap selesai kontraksi uterus dan
tanda-tanda vital ibu diantara kontraksi uterus (5-15) Lanjutkan pengkajian
station, presentasi,dan posisi janin.
2. Lihat apakah ibu merubah posisi (berbaring, duduk,jongkok.) terhadap status
dan penurunan janin.
3. Observasi durasi kala satu dan tingkat keletihan
4. Saat ketuban telah pecah, catat waktu dan jumlah,warna,serta bau cairan,juga
catat DJJ kembali.
KALA III
1. Lihat adanya perdarahan yang hebat
2. Palpasi uterus sebelum dan sesudah pengeluaran plasenta
3. Lihat retensi fragmen plasenta dan pengeluaran secara manual atau
menggunakan alat.
4. Lihat adanya pucat dan sionosi, penurunan pengeluaran urin, dan disorientasi.
5. Lihat adanya peningkatan nadi dan pernapasan, serta penurunan TD.
6. Lihat adanya sionosis, dyspnue, hipotensi, takikardi, syok, kegagalan
koagulasi (misal: ptekie, perdarahan dari lokasi tusukan vena), atoni
uterus,edema pulmonal, dan henti nafas.

7. Lihat adanya sakit kepala berat disertai mual dan muntah : gejala stroke,bicara
tidask jelas , deviasi mata, dan manifestasi SPP lain.
8. Lihat adanya inversi uterus( uterus tampak pada introirtus,atau dengan inversi
persial, nyeri dan perdarahan hebat.)
9. Palpasi fundus dan lihat adanya tanda pelepasan plasenta yang meliputi :
a) Uterus yang keras dan berkontraksi.
b) Uterus berubah dari bentuk cakram menjadi bulat ketika plasenta
turun ke bagian bawah uterus .
c) Semburan darah gelap yang tiba-tiba dari vagina.
d) Tali pusat yang keluar dari vagina bertambah panjang saat plasenta
mendekati introitus
e) Pemeriksaan vagina atau rektum menunjukkan vagina yang penuh,
atau selaput janin tampak pada introitus.
KALA IV
1. Lihat apakah ada tanda faktor resiko hemoragi postpartum (misal,
persalinan yang lama,multiparitas,bayi besar, pengeluaran plasenta yang
melekat secara manual, riwayat hemoragi postpartum sebelumnya,
manipulasi uteri berlebihan)
2. Observasi tinggi,posisi dan tonus fundus setiap 15 menit selama satu jam
pertama, kemudian setiap 30 menit selama satu jam, dan selanjutnya setiap
jam (sesuai prosedur yang berlaku di institusi)
3. Palpasi kandung kemih (kandung kemih yang penuh)teraba diatas simpisis
pubis, dapat mengubah posisi fundus dan mengganggu kontraksi uterus.
4. Observasi
tekanan darah (TD) bersamaan dengan pengkajian
fundus(hipotensi dapat terjadi karena hipovolemia akibat hemorogi.
5. Observasi frekuensi jantung bersamaan dengan pengkajian fundus
(volume sekuncup, curah jantung, yang meningkat selama kehamilan,
akan tetap meningkat dan bahkan dapat meningkat setelah melahirkan).

6. Observasi jumlah pembalut yang digunakan (untuk mendeteksi hemorogi


akibat atonia uteri atau laserasi vagina atau uterus.
7. Pantau kadar Hb dan Ht (membantu memperkirakan jumlah kehilangan
darah)
2. Pemeriksaan fisik
A. Data Subjektif (Anamnesis)
Data subjektif yang dikaji antara ibu hamil dan ibu bersalin tidak jauh berbeda,
yaitu menanyakan :
1) Biodata Pasien
a. Nama pasien dan suami
b. Umur
c. Suku dan Bangsa
d. Agama
e. Pendidikan
f. Pekerjaan
g. Nomor telepon dan alamat
h. Keluarga dekat yang mudah dihubungi
2) Alasan Masuk dan Keluhan Utama
3) Riwayat Menstruasi
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Menarche, yaitu menstruasi pasien pertama kali, pada umur berapa,


Siklus,
Banyaknya darah menstruasi,
Lamanya menstruasi, berapa hari, dan
Ada atau tidaknya dismenorrhoe (nyeri saat menstruasi).
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

4). Kontrasepsi
a. Jenis kontrasepsi,
b. Lama pemakaiannya, dan
c. Keluhan-keluhan yang ada setelah menggunakan kontrasepsi.
6) Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Hari pertama haid terakhir (HPHT) dan taksiran persalinan (TP)

b. Keluhan pada trimester I, trimester II, dan trimester III


c. Pergerakan janin pertama kali
d. Pergerakan janin 24 jam terakhir
B. Data Objektif (Pemeriksaan Fisik)
Pemeriksaan yang dilakukan bidan terhadp ibu hamil dan ibu bersalin adalah
sama. Hanya saja pada ibu bersalin bidan harus melakukan pemeriksaan
tambahan yang harus dilakukan yaitu pemeriksaan dalam. Adapun hal-hal yang
harus diperiksa oleh bidan adalah sebagai berikut :
1) Pemeriksaan Umum, meliputi :
a. Kesadaran ibu,
b. Berat bada sebelum hamil,
c. Berat badan sekarang
d. Tinggi badan, dan
e. Lingkar Lengan Atas (LILA)
2) Tanda-tanda Vital (TTV), meliputi :
a. Tekanan darah,
b. Nadi,
c. Pernapasan, dan
d. Suhu.
3) Pemeriksaan Fisik, meliputi :
a.

Kepala
1) Inspeksi
Rambut : lihat kebersihan kulit kepala dan rambut.
Telinga : lihat kesimetrisan, kelengkapan, dan kebersihan telinga,
Mata

: lihat kesimetrisan, kelengkapan, conjungtiva pucat/tidak,

dan kebersihan mata,


Bibir

: nilai keadaan bibir (stomatitis), kering/tidak,

Mulut

: nilai kebersihan mulut, pucat/tidak.

Lidah

: nilai kebersihan lidah,

Gigi

: nilai kebersihan gigi, ada/tidak karies dentis.

Muka : nilai ada/tidaknya udem.


2) Palpasi
Muka, nilai muka ada udem/tidak, tepatnya pada palpebra.
b. Leher
1) Inspeksi, ada/tidak pembesaran kelenjar limfe dan tiroid.
2) Palpasi, ada/tidaknya pembesaran kelenjar limfe dan tiroid.
c. Dada
1) Inspeksi
Mamae : nilai kesimetrisannya, hiperpigmentasi pada papilla dan areolla
Areolla : nilai hiperpigmentasinya.
Kelenjar Montgomery : ada/tidak.
2) Palpasi
Benjolan : ada/tidaknya benjolan pada mamae, apakah ada noul-nodul
pada mamae dan areolla,Apakah ada rasa nyeri saat dipalpasi, dan Nilai
pengeluaran colostrum, dengan memencet areolla.

d) Abdomen
1) Inspeksi
Ada/tidaknya bekas jahitan/operasi,
Nilai kesesuaian antara pembesaran perut dengan usia kehamilan, dan
Lihat ada/tidaknya striae dan linea.
2) Palpasi
Leopold :
Leopold I

: untuk mengetahui bagian apa yang ada pada fundus dan

menilai tinggi fundus uteri.


Leopold II

: untuk mengetahui bagian janin terhadap dinding perut ibu.

Leopold III

: untuk mengetahui apakah bagian terbawah jannin

(kepala/bokong) masih bisa digerakkan/tidak.


Leopod IV

: untuk mengetahui sejauh mana kepala janin telah

turun/masuk ke panggul.
Tinggi Fundus Uteri (TFU)

: untuk mengetahui apakah perbesaran rahim

sesuai/tidak dengan usia kehamilan atau ada kemungkinan kehmilan


kembar.
Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ) : untuk mengetahui perkiraan berat
badan janin.

3) Auskultasi
a.
b.
c.
d.
e.

Detak Jantung Janin (DJJ), untuk memantau kesejahteraan janin.


Frekuensi
Irama
Intensitas
Punctum Maximum, untuk mengetahui posisi terjelas terdengarnya DJJ.

e) Ekstremitas
1 Ekstremitas Atas
Insp eksi

: lihat apakah ada tanda-tanda udem, varises, dan sebagainya.

Palpasi

: raba apakah ada udem, varises, dan sebagainya.

2 Ekstremitas Bawah
Inspeksi

: lihat apakah ada tanda-tanda udem, varises, dan sebagainya

Palpasi

: raba apakah ada udem, varises, dan sebagainya.

Perkusi

: untuk menilai refleks patella kiri dan kanan.

f) Anogenitalia, tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui keadaan jalan lahir ibu,
apakah normal atau abnormal.
1. Inspeksi
(a) Pemeriksaan Dalam
i.
ii.
iii.
iv.
v.

Pembukaan Servik
Portio
Ketuban
Presentasi
Posisi

vi.
vii.

Penurunan
Bagian Terkemuka

(b) Ukuran Panggul Dalam (UPD)


i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.

Promotorium
Linea Innominata
Os Sakrum
Dinding samping panggul
Spina Ischiadica
Arcus Pubis
(c) Uku ran Panggul Luar (UPL) : Distantia Inter Tuberosum (DIT).
2

Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus ~
b. Resiko infeksi berhubungan dengan pemeriksaan dalam yang berulang
~
c. Komplikasi potensial (janin) berhubungan dengan pecahnya selaput
ketuban ~
d. Komplikasi potensial (maternal) berhubungan dengan infeksi genetalia ~
e. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan aliran darah ke paru-paru
menurun ~
f. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan d ehidrasi ~
g. Ansietas berhubungan dengan air ketuban terlalu banyak keluar ~
h. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan usia gestasi yang lama
i. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketegangan uterus berlebihan
~
j. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kehilangan banyak air

Daftar Pustaka
Crosley Et, Al 2015. Premature Rupture Of membran.
http://www.scrip.org/journal/ojog/. Di unduh pada tanggal 25 september 2016

Doenges, Marlynn E, Moorhouse, Mary Frances, 2001, Rencana Perawatan Maternal/Bayi.


Jakarta: EGC

Evelyn, C. 2002. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: EGC

Ferhat Et, Al 2013. Journal Interferon dan Sitokin.


http://www.scrip.org/journal/ojog/. Diunduh pada tanggal 25 septemer 2016

Green, Carol J. Wilkinson, Judith M. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Dan Bayi Baru
Lahir. 2012. Jakarta: EGC

Hanke Et, Al 2015. Premature Ruture Of Membranes Characteristics.


http://www.scrip.org/jornal/pone/0122564. Diunduh pada tanggal 26 september 2016

Judith M. Wilkinson. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi Nic Dan
Kreteria Hasil Noc. Jakarta:EGC

Li Et, Al 2013. Open Journal Obstetri dan Ginekologi.


http://www.scrip.org/journal/ojog/. Di unduh pada tanggal 25 september 2016
Manuaba, 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Nugroho, 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika

Nugroho, 2010. Kasus Emergency Kebidanan Untuk Kebidanan Dan Keperawatan. Yogyakarta :
Nuha Medika

Palacio Et, Al 2014. BMC kehamilan dan Persalinan.


http://www.biomedcentral.com/1471-2393/14/183. Di unduh pada tanggal 25 september 2016

Potter, P.A, Perry,A.G.2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7. Vol 1. Alih Bhasa:
Renata Komlasari. Jakarta: EGC

Prawirohadjo, S. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta : PT, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Qiulan Et, Al 2013. Premature Rupture Of Membranes.


http://www.biomedcentral.com/1471-2393/14/183. Di unduh pada tanggal 25 september 2016

Saifuddin. 2009. Buku Ajar Anatomi Dan Fisiologi. Jakarta: EGC

Saifuddin.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Varney, H. 2007. Buku Saku Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

Wiknjosastro Hanifaf. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Wilkinson, Judith. Aherm, Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nanda
NicNoc.Edisi 9.Jakarta : EGC

Sumarah, Widyastuti, Wiyati. 2008. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta : Fitramaya

Li Et, Al 2013. Open Journal Obstetri dan Ginekologi.


http://www.scrip.org/journal/ojog/. Di unduh pada tanggal 25 september 2016

Palacio Et, Al 2014. BMC kehamilan dan Persalinan.


http://www.biomedcentral.com/1471-2393/14/183. Di unduh pada tanggal 25 september 2016

Crosley Et, Al 2015. Premature Rupture Of membrane


http://www.scrip.org/journal/ojog/. Di unduh pada tanggal 25 september 2016

Ferhat Et, Al 2013. Journal Interferon dan Sitokin.


http://www.scrip.org/journal/ojog/. Diunduh pada tanggal 25 septemer 2016

Hanke Et, Al 2015.


http://www.scrip.org/jornal/pone/0122564. Diunduh pada tanggal 26 september 2016

Sualman, K. 2009. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini.


http://www.medicastro

Judith M. Wilkinson. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi Nic Dan
Kreteria Hasil Noc. Jakarta:EGC

Você também pode gostar