Você está na página 1de 3

Agresi Militer Belanda ke Republik Indonesia

1) Agresi Militer Pertama Belanda (21 Juli 1947-4 Agustus 1947)


Pada 21 Juli 1947 Belanda melancarkan serangan secara serentah terhadap
daerah daerah republic. Serangan ini diarahkan ke Pulau Jawa dan Sumatra.
Serangan militer tersebut oleh pihak republic dikenal sebagai Agresi Militer
Pertama Belanda. Sementara itu, pihak Belanda menyebut aksi agresinya
sebagai Operasi Produk karena serangan pertama yang dilancarkannya
ditujukan pada sasaran yang bersifat ekonomis. Agresi militer pertama
Belanda berada dibawah pimpinan seorang mantan perwira KNIL, Letnan
Jenderal Simon M. Spoor.

Agresi Militer I Belanda


Dalam waktu singkat, Belanda berhasil menguasai Jakarta dan kota kota
penting di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatra. Belanda
tidak menemui kesulitan yang berarti dalam menjalankan agresi militer
pertama. Hal ini disebabkan oleh hal hal berikut.
a) Belanda memiliki senjata yang lengkap dan modern, sedangkan tentara
republic hanya menggunakan sisa sisa senjata dari Jepang dan Belanda yang
sedikit dan using.
b) Pasukan republic menjadi terpencar pencar sebagai akibat agresi Belanda.
c) Pasukan republic banyak kehilangan koordinasi dengan kesatuan atau
pimpinanannya setelah jalur komunikasi diputus Belanda.

d) Sebagian besar rakyat belum sepenuhnya dapat bekerja sama dan


mendukung tentara republic untuk bersama sama menghalau musuh.
Dalam perkembangan selanjutnya, tentara republic militer dapat melakukan
konsolidasi dan berusaha membangun daerah daerah pertahanan baru.
System gerilya diterapkan untuk menggantikan Belanda dibatasi hanya di
kota kota besar, sedangkan diluar itu kekuasaan berada ditangan republic.
Agresi Militer Belanda pertama mengundang reaksi dunia. India dan
Australia mengajukan usul agar masalah Indonesia dibicarakan dalam
Dewan Keamanan PBB. Usul ini diterima baik oleh PB sehingga pada 1
Agustus 1947 Dewan Keamanan PBB memerintahkan penghentian tembak
menebak. Tiga hari kemudian, Indonesia dan Belanda mengumumkan
genjatan senjata. Dengan demikian, sejak 4 Agustus 1947 berakhirlah agresi
militer Belanda yang pertama.
2) Agresi Militer Belanda Kedua (19 Desember 1948-28 Januari
1949)
Pada 19 Desember 1948 Belanda dibawah koordinasi Dr. Bell melancarkan
agresi militer kedua. Dengan pasukan lintas udara yang dimilikinya, Belanda
terlebih dahulu menyerang pangkalan udara Maguwo. Setelah Maguwo
dikuasai, sasaaran beralih langsung ke ibu kota RI di Yogyakarta. Pesawat
pesawat terbang Belanda seger menghujani jalan, jembatan, dan barak
barak militer dengan bom dan roket.

Agresi Militer Belanda Kedua

Dalam serangan itu Belanda berhasil menawan presiden, wakil presiden, dan
beberapa pejabat tinggi lainnya. Presiden Soekarno diterbangkan ke Prapat
(dekat Danau Toba) dan kemudian ke Bangka. Wakil Presiden Hatta
langsung ditawan di Bangka. Setelah itu Belanda meyiarkan berita keseluruh
dunia yang menyatakan bahwa RI sudah tidak ada dan perlawanan TNI
sama sekali tidak berarti. Propaganda semacam itu jelas menyudutkan
kedudukan RI dimata dunia internasional.
Kendati demikian, sebelum para pemimpin republic ditawan, Presiden
Soekarno masih sempat memimpin sidang cabinet secara singkat. Hasil
sidang cabinet tersebut, yakni sebagai berikut.
a) Pemerintah republic Indonesia memberikan mandate melalui radiogram
kepada Menteri Kemakmuran Mr. Syafruddin Prawiranegara untuk
membentuk Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatra.
b) Presiden dan wakil presiden tetap tinggal didalam kota agar tetap dekat
dengan KTN dengan risiko ditawan Belanda.
c) Pimpinan TNI akan menyingkir ke luar kota untuk melaksanakan perang
gerilya dengan membentuk wilayah komando di Jawa dan Sumatra.
Agresi militer Belanda kedua ini mengundang reaksi dan kecaman dari dunia
internasional. Belanda dinilai selalu menganggu ketertiban dan perdamaian
dunia. Belanda pun dianggap tidak menghormati setiap persetujuan yang
dibuatnya.
Oleh karena itu, Dewan Keamanan PBB mulai membicarakan agresi militer
Belanda kedua ini. Dalam pertemuan tanggal 28 Januari 1949, Dewan
Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang memerintahkan penghentian
semua operasi militer Belanda dan penghentian semua aktivitas gerilya
tentara republic.

Você também pode gostar