Você está na página 1de 17

STRATEGI POLITIK; PREFERENSI PARTAI POLITIK MENGHADAPI

PEMILU DI ARAS LOKAL


MY. Tiyas Tinov & Tito Handoko
b_tito87@yahoo.com
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28293 Telp/Fax. 0761 63277
ABSTRACT
This paper aims to outline the political situation and the political strategy of political
parties in the face of political contestation in the realm of local politics. This article
objectively the underlying thoughts on some of the problems faced by political parties,
namely; First, that the majority of political parties have not been able to build a party
structure to the deepest levels lower in real terms, and the Second, political parties tend to
show the face of the management of the party that the conventional / traditional, less
utilize information technology systems and the lack of measuring instruments used by
political parties in facing political contest, especially in the realm of local politics.
Moreover, political parties also have not been able to demonstrate clearly the number of
cadres, Party members and sympathizers at various levels of the party structure. This
paper on the theory of thought underlying political strategy Peter Schroder. In the datacollection efforts, this paper emphasizes the qualitative data acquisition with a literature
study. The study concludes that the political strategy that can be done by political parties
in the face of political contest local include strategic political mapping, preparation of
planning, building resources, analysis of internal and external environment, strategize
major influence voting behavior, mobilization, imaging and coordination.
Keywords: Political Strategy, Political Parties, Election
A. Latar Belakang
Kompetisi politik di Indonesia semakin panas terlebih sejak reformasi politik
bergulir pada tahun 1998. Agenda politik besar yang siap dihadapi pun datang silih
berganti tidak terkecuali agenda politik di tingkat lokal. Kontestasi politik yang
berkembang saat ini memang menarik perhatian banyak orang karena menyangkut
kepentingan yang luas, bukan saja antara para partai politik dan kandidat yang bersaing,
namun juga para penikmat dan pemerhati politik dari berbagai kalangan. Kontestasi politik
di aras lokal juga tidak kalah menarik karena menyajikan berbagai dinamika dan intrik
sesuai dengan tekstur lokalitas masing-masing daerah. Demikian juga dengan strategi
politik yang ditampilkan oleh partai politik dan kandidat (baik pada level caleg maupun
kepala daerah) juga beraneka ragam dan tidak dapat dilepaskan dari kultur masyarakat
yang ada di daerah itu.
1

Berbagai rupa dinamika dan intrik politik pada kontestasi politik di aras lokal
menandakan bahwa iklim politik yang tumbuh dan berkembang sangat mewarnai
kehidupan sosial dan politik di daerah, mulai dari yang halus sampai yang kasar; mulai dari
yang tersirat sampai yang tersurat; bahkan mulai dari yang elegan sampai yang tidak
bermartabat. Politik memang memberikan giuran yang menjanjikan untuk merebut
kekuasaan atau berkuasa dan semua aktor politik merasa memiliki kemampuan untuk
memenangkan kontestasi politik khususnya pada aras lokal dan pada level ini para aktor
seringkali melupakan kalkulasi-kalkulasi politik. Oleh sebab itu, strategi politik menjadi
kunci penting dalam kontestasi politik, bagaimanapun kegagalan merencanakan
kemenangan berarti sedang merencanakan kegagalan dalam kontestasi politik. Strategi
politik memegang peran yang sangat penting untuk dicermati. Karena itu, tulisan
sederhana ini berupaya untuk memberikan gambaran situasi politik dan strategi politik
berdasarkan pendekatan struktural fungsional, pendekatan elite-massa dan pendekatan
aktor khususnya partai politik dalam menghadapi kontestasi politik pada ranah politik
lokal.
Secara obyektif tulisan ini mendasari pemikiran pada beberapa persoalan yang
dihadapi oleh partai politik, yaitu;
Pertama, bahwa mayoritas partai politik belum mampu membangun struktur partai sampai
tingkatan yang paling bawah secara ril, dan
Kedua, partai politik cenderung menampilkan wajah pengelolaan partai yang
konvensional/ tradisional, kurang memanfaatkan sistem informasi teknologi dan tidak
jelasnya alat ukur yang digunakan oleh partai politik dalam menghadapi kontestasi politik
khususnya pada ranah politik lokal. Selain itu, partai politik juga belum mampu
menunjukkan secara jelas jumlah kader, anggota dan simpatisannya pada berbagai
tingkatan struktur partai.
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam tulisan ini adalah apa saja strategi yang dapat dilakukan
oleh partai politik menghadapi pemilihan umum di tingkat lokal?
C. Kerangka Teoritis
1. Partai Politik
Seiler (1993) mendefinisikan partai politik sebagai organisasi yang bertujuan untuk
memobilisasi individu-individu dalam suatu aksi kolektif untuk melawan kelompok lain,
atau melakukan koalisi dengan pihak yang tengah duduk dalam pemerintahan. Aksi
kolektif ini perlu mendapat justifikasi dari kepentingan bersama (Firmansyah, 2007; 65).
2

Partai politik merupakan sekumpulan individu yang secara terstruktur membentuk sebuah
lembaga yang bertujuan merebut kekuasaan politik secara sah (institusionalisasi
penggunaan hak suara yang berjalan secara teratur). Melalui kekuasaan yang diraihnya,
orang-orang yang berada dalam partai politik tersebut, akhirnya bisa menjalankan
program-program partai politik. Sama halnya sebuah organisasi pada umumnya, partai
politik juga mempunyai asas, tujuan, ideologi, dan misi tertentu yang diterjemahkan ke
dalam program program partai politik (Sugiono, 2005; 33). Adapun fungsi partai politik
adalah sebagai berikut (Miriam Budiardjo, 2008; 405-409):
a. Partai politik sebagai sarana komunikasi politik
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana komunikasi politik, partai politik
bertindak sebagai penghubung antara dua pihak guna menyalurkan informasi dari pihak
yang satu kepada pihak yang lainnya secara timbal balik. Partai politik juga berfungsi
menggabungkan kepentingkan (interest aggregation) lalu diolah dan dirumuskan dalam
bentuk yang lebih teratur, proses ini dinamakan perumusan kepentingan (interest
articulation). Dengan demikian dapatlah dinyatakan bahwa partai politik dapat bertindak
sebagai penghubung yang menampung arus informasi, baik yang berasal dari
memerintah/penguasa untuk disalurkan kepada pihak yang diperintah/masyarakat maupun
sebaliknya.
b. Partai politik sebagai sarana sosialisasi politik
Sosialisasi menjadi penghubung yang mensosialisasikan nilai-nilai politik dari
generasi yang satu kegenerasi berikutnya. Disinilah letaknya partai dalam memainkan
peran sebagai sarana sosialisasi politik. Pelaksanaan fungsi sosialisasinya dilakukan
melalui berbagai cara seperti melalui media massa, ceramah, penerangan, kursus kader,
penataran dan sebagainya.
c. Partai politik sebagai sarana rekrutmen politik
Rekrutmen merupakan seleksi dan pemilihan atau pengangkatan seseorang atau
kelompok untuk menjalankan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan
pemerintahan pada khusunya (Ramlan, Surbakti, 1992: 118). Partai politik adalah satusatunya organisasi yang memiliki kewenangan untuk melakukan rekrutmen calon kepala
daerah (hak istimewa partai politik). Dengan kata lain partai politik merupakan satusatunya lembaga yang melakukan proses penjaringan, seleksi, pencalonan, dan pendaftaran
calon kepala daerah. Disamping itu partai politik merupakan satu-satunya lembaga dimana
calon perseorangan atau kandidat independen mendaftarkan diri jika tidak mampu
mengumpulkan sejumlah dukungan yang di persyaratkan dalam undang-undang, dan ikut
3

berkompetensi dengan bakal calon yang dijaring atau diminta oleh partai politik sebagai
calon kepala daerah (Suharizal, 2012; 93)
d. Partai politik sebagai sarana pengantar konflik (Conflict Management)
Peran partai politik diperlukan untuk mengatasi potensi konflik, atau sekurang
kurangnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga akibat negatifnya dapat ditekan
seminimal mungkin. Elite partai dapat menumbuhkan pengertian diantara mereka dan
bersamaan dengan itu juga meyakinkan pendukungnya. Selain itu, partai politik dapat juga
menjadi penghubung psikologis dan organisasional antara warga negara dengan
pemerintah.
2. Koalisi Partai
Secara harfiah pengertian koalisi adalah penggabungan. Koalisi merupakan
kelompok individu yang berinteraksi yang sengaja dibentuk secara independen dari
struktur organisasi formal, terdiri dari

keanggotaan yang dipersepsikan saling

menguntungkan, berorientasi masalah atau isu, menfokuskan pada tujuan di luar koalisi,
serta memerlukan aksi bersama para anggota. Dalam khazanah politik, koalisi merupakan
gabungan dua partai atau lebih dengan tujuan untuk membentuk secara bersama satu
pemerintahan. Koalisi merupakan suatu keniscayaan yang tak bisa dihindari dalam proses
berbangsa dan bernegara yang menganut sistem multipartai (Lijphart, 1995:221).
Dalam sistem kepartaian yang menganut sistem multi partai, koalisi diperlukan
untuk membentuk pemerintahan yang kuat. Hakekat koalisi sendiri adalah untuk
membentuk pemerintahan yang kuat (strong), mandiri (autonomuos), dan tahan lama
(durable). Namun sering kali koalisi yang dibangun justru membingungkan. Kompleksnya
kekuatan politik, aktor dan ideologi menjadi faktor yang menyulitkan. Secara teoritis,
koalisi partai hanya akan berjalan bila dibangun diatas landasan pemikiran yang realitis
dan layak.
Riker (dalam Gaffar, 1999:123) memaknai koalisi politik sebagai berikut .three-or
more person games, the main activity of the players is to select not only strategies, but
partners. Partners once they become such, then select a strategy. Pada saat para rekanan
(partner) ini bergabung, dan bekerjasama hanya dengan sejumlah aktor lain, dan
menghadapi aktor-aktor lain diuar mereka, setiap koalisi pada dasarnya mencari pengaruh
diantara aktor-aktor tanpa adanya mediasai yang berbentuk material oleh karenya bersifat
politis. Setiap koalisi pada dasarnya mencari pengaruh diantara aktor-aktor tanpa adanya
mediasai yang berbentuk material oleh karenya bersifat politis. Berdasarkan pandangan di
atas, sebuah koalisi harus menyusun strategi yang sesuai dengan aktivitas para aktor dan
4

partner koalisi. Di sini suatu platform bersama menjadi pijakan suatu koalisi dalam
menghadapi aktor-aktor yang menjadi lawan mereka. Jadi koalisi memerlukan adanya
rekan (partner), lawan (adversaries) dan strategi. Koalisi politik tidak didasarkan pada
tujuan-tujuan yang bersifat material melainkan tujuan yang bersifat politis.
Menurut Dahl (dalam Yuda, 2010:67) salah satu cara penyelesaian dalam kondisi
pluralisme sub-kultural yang ekstensif adalah perlu dikembangkannya bentuk demokrasi
konsesusional yaitu sebuah koalisi besar para elit atau pemimpin politik dari semua bagian
yang penting dari masyarakat majemuk. Koalisi menurut Lijphart (1995:231) dapat
dikelompokkan secara garis besar menjadi dua kelompok yaitu, koalisi yang tidak
didasarkan atas pertimbangan kebijakan (policy blind coalitions) dan koalisi yang
didasarkan pada preferensi tujuan kebijakan yang hendak direalisasikan (policy-based
colitions). Bentuk koalisi kelompok pertama menekankan prinsip ukuran atau jumlah kursi
di parlemen, minimal winning coalitions dan asumsi partai bertujuan office seeking
(memaksimalkan kekuasaan). Bentuk koalisi seperti loyalitas peserta koalisi tidak terjamin
dan sulit diprediksi.
Mengacu pada teori Lijphart (1995:231) setidaknya terdapat empat teori koalisi
yang biasa diterapkan, yaitu:
a) Minimal Winning Coalition.
b) Minimum Size Coalition.
c) Bargaining Proposition.
d) Minimal Range Coalition.
3. Strategi Politik
Secara umum Strategi adalah rencana untuk memenangkan mengenai kegiatan
untuk mencapai tujuan khusus. Strategi merupakan turunan Bahasa Yunani, yakni
Strategos. Dalam terminologi Yunani tersebut, Strategos diterjemahkan sebagai komandan
militer, pada zaman demokrasi Athena. Kata strategi pertama kali digunakan oleh militer
yang kemudian diadopsi oleh cabang ilmu lainnya seperti ekonomi, sosial dan politik.
Pertimbangan-pertimbangan strategis senantiasa memainkan peranan ketika sekelompok
besar orang butuh dipimpin dan diberi pengarahan.
Walaupun istilah strategi berasal dari bahasa Yunani, hendaknya jangan
beranggapan bahwa sebelum periode itu tidak ada strategi atau perencanaan strategis.
Setiap pemikiran dan perencanaan yang diarahkan pada tujuan khusus dan sengaja
dijalankan dengan bersandar pada tujuan, sebenarnya merupakan perencanaan strategis.
Salah satu karya penting yang membahas perencanaan strategis adalah karya Sun Tzu yang
berjudul Seni Berperang, yang ditulis di Cina lebih dari 2000 tahun yang lalu, dan
5

hingga sekarang bahkan masih menjadi salah satu buku paling berpengaruh dan menjadi
bacaan standar bagi politisi dan manajer di Asia (Shcroder, 2010).
Seiring dengan berjalannya waktu, pengertian strategi semakin diperhalus dan
disesuaikan dengan kepentingan militer, tetapi kemudian juga disesuaikan dengan
kepentingan bisnis dan politik. Perkembangan ini melahirkan perbedaan antara strategi dan
taktik. Sementara bagi Carl von Clausewitz, perbedaan antara taktik dan strategi adalah
sebagai berikut (Shcroder, 2010):
a) Taktik adalah seni menggunakan kekuatan bersenjata dalam pertempuran untuk
memenangkan peperangan dan bertujuan mencapai perdamaian.Rencana jangka tersebut
kita sebut strategi.Strategi merupakan rencana untuk tindakan.Penyusunan dan
pelaksanan strategi mempengaruhi sukses atau gagalnya strategi pada akhirnya (Toni
Andrius, 2006:197)
b) Strategi pada intinya merupakan visi-misi dan platfrom dan pada dasarnya yang menjadi
ciri utama organisasi tersebut sedangkan sumber daya strategi meliputi kompetensi inti,
aset-aset strategi, dan proses-proses inti organisasi untuk menopang strategi inti.
Terkait dengan definisi strategi, Robbins berpendapat bahwa strategi dapat
didefinisikan sebagai penentuan dari tujuan dasar jangka panjang dan sasaran sebuah
organisasi, dan penerimaan dari serangkaian tindakan serta alokasi dari sumber-sumber
yang dibutuhkan untuk melaksanakan tujuan tersebut Sugiono (2013). Sementara Chandler
(1962), mendefinisikan strategi sebagai penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang
sebuah perusahaan, dan arah tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk
mencapai sasaran dan tujuan itu. Lalu, Jones (2001) mendefinisikan strategi organisasi
sebagai pola spesifik san keputusan-keputusan atau tindakan yang diambil oleh pimpinan
untuk menggunakan ketermpilan dan kemampuannya dalam rangka mencapai keunggulan
pesaing dan mengungguli pesaing.
Sedangkan strategi politik adalah strategi yang digunakan untuk merealisasikan
cita-cita politik. Contohnya adalah pemberlakuan peraturan baru, pembentukan suatu
struktur baru dalam administrasi pemerintahan, atau dijalankannya program deregulasi,
privatisasi atau desentralisasi. Sedangkan Strategi kampanye adalah bentuk khusus dari
strategi politik. Tujuannya adalah untuk memperoleh kekuasaan dan pengaruh sebanyak
mungkin dengan cara memperoleh hasil yang baik dalam pemilu, agar dapat mendorong
kebijakan-kebijakan yang dapat mengarah kepada perubahan masyarakat. Dalam
masyarakat demokratis, pengambil-alihan kekuasaan dan peluang untuk merebut pengaruh
dilakukan melalui pemilu yang demokratis dalam berbagai bentuk. Tujuannya adalah untuk
6

memperoleh bagian suara yang cukup dalam pemilu, agar dapat memiliki pengaruh atas
pihak eksekutif secara konstitusional. Hal ini sangat bervariasi antara satu sistem dengan
sistem lainnya seperti sistem parlementer, sistem presidensial dan berbagai bentuk
campuran lainnya sangatlah berbeda. Oleh karenanya, pertempuran untuk memperoleh
suara pemilih, khususnya bagi partai-partai yang memiliki sumber daya yang terbatas,
maka aktivitas politik harus direncanakan secara hati-hati dan untuk itu diperlukan strategi
(Schroder, 2010).
Pada dasarnya strategi dibagi menjadi strategi ofensif (menyerang) dan strategi
defensif (bertahan). Strategi ofensif dibagi menjadi strategi untuk memperluas pasar dan
strategi

untuk

menembus

pasar.Strategi

defensif

menyangkut

strategi

untuk

mempertahankan pasar dan strategi untuk menutup atau menyerahkan pasar (Toni Andrius,
2006:197)
Tabel 1. Strategi Politik
Strategi ofensif

Strategi defensif

Strategi memperluas pasar (strategi


persaingan)
Strategi menembus pasar (strategi
pelanggan)

Strategi mempertahankan pasar (strategi


pelanggan, strategi multiplikator)
Strategi menutup/menyerahkan pasar
(strategi lingkungan sekitar)

Sumber: Peter Schroder, Strategi Politik, 2010

Strategi Ofensif (Strategi Menyerang)


Strategi ofensif bertujuan meningkatkan jumlah pemilihnya. Dalam kasus tersebut,

kampanye dapat berhasil hanya jika ada lebih banyak orang yang memiliki pandangan
positif terhadap partai tersebut dibandingkan sebelumnya, yang termasuk dalam strategi
ofensif adalah strategi memperluas pasar dan strategi menembus pasar. Pada dasarnya,
semua strategi ofensif ditetapkan saat kampanye pemilu harus menampilkan perbedan yang
jelas dan menarik dengan partai-partai pesaing yang ingin diambil pemilihnya. Dalam
strategi ofensif yang digunakan untuk mengimplementasikan politik yang harus dijual atau
ditampilkan adalah perbedaan terhadap keadaan yang berlaku saat itu serta keuntungankeuntungan yang dapat diharapkan daripadanya.
Strategi Perluasan Pasar
Menurut Peter Schroder, Strategi perluasan pasar dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu dalam kampanye pemilu dan dalam implementasi politik. Dalam kampanye
pemilu, strategi perluasan pasar yang ofensif bertujuan untuk membentuk kelompok
pemilih baru disamping para pemilih yang telah ada. Oleh karena itu harus ada penawaran
7

baru atau penawaran yang lebih baik bagi para pemilih yang selama ini memilih partai
pesaing. Jadi yang dibahas disini adalah strategi persaingan yang faktual, dimana berbagai
partai bertarung untuk kelompok pemilih dalam sebuah kompetensi. Strategi semacam ini
perlu dipersiapkan melalui sebuah kampanye pengantar, untuk menjelaskan kepada publik
tentang penawaran mana saja yang lebih baik, dibandingkan dengan partai-partai lainya.
Untuk merumuskan penawaran baru ini, adalah bijak apabila memanfaatkan perubahan
nilai atau perubahan struktur yang terjadi dalam masyarakat. Perluasan pasar tidak
mungkin dicapai dengan tema yang tidak laku dijual. Bagi partai sendiri, persyaratanpersyaratan berikut harus dipenuhi dan konsekuensinya harus dipertimbangkan, yaitu:
Harus ada pernyataan bahwa partai berorientasikan program yang baru yang

bersifat melengkapi.
Bersamaan dengan ditampilkannya program baru, profil partai juga ikut
berubah. Bersaman dengan itu harus pula diperhatikan apakah profil yang baru
masih dapat diterima oleh kalangan pemilih lama sehingga bertambahnya
jumlah pemilih tidak diiringi oleh hilangnya pemilih lama, atau jumlah pemilih

seluruhnya makin berkurang antara program dan individu.


Program-program yang ada harus dipasangkan dengan individu-individu yang
menunjukan keselarasan antara program dan individu. Program atau tema baru
tidak dapat muncul secara tiba-tiba. Sebelumnya, pemegang jabatan atau
pemegang mandat harus sudah dipersiapkan melalui program pengembangan

pribadi.
Sebuah kampanye untuk memperluas pasar juga selalu memberikan peluang untuk
menarik anggota baru. Oleh karena itu organisasi harus dipersiapkan untuk menghadapi
kelompok target baru ini. Harus dipastikan bahwa anggota-anggota baru ini dirawat dan
dijaga dan mampu berpartisipasi. Untuk itu dilakukan investasi dalam bidang
pengembangan (program), bidang pengembangan pribadi (pelatihan dan pembinaan) dan
dalam bidang humas.
Strategi Menembus Pasar
Menurut Peter Schroder, strategi menembus pasar bukan menyangkut ditariknya
pemilih lawan atau warga yang selama ini tidak aktif dengan memberikan penawaran yang
lebih baik atau baru, melainkan penggalian potensi yang sudah ada secara lebih optimal,
atau penggalian bagian yang dimiliki dalam kelompok target dimana keberhasilan telah
diraih sebelumnya. Hal ini menyangkut pemasaran program yang dimiliki secara lebih baik
dan peningkatan intensitas keselarasan antara program dan individu, seperti halnya
memperbesar tekanan terhadap kelompok-kelompok target. Bagi organisasi ini berarti:
8

Peningkatan motivasi multiplikator dan pemegang jabatan, melalui iklan keuntungan

yang ditawarkan secara lebih baik.


Pemanfaatan jalur komunikasi yang baru
Perbaikan argumentasi melalui pembinaan.
Penggerakan emosi kelompok target dengan memanfaatkan iklim/keadaan tertentu
dengan menciptakan gambaran musuh bersama. Investasi haruslah dilakukan dalam
bidang kehumasan dan bagi pembinaan.
Adapun tinjauan tentang pendekatan-pendekatan strategi dapat dilihat dalam tabel

berikut:
Tabel 2. Tinjauan Tentang Pendekatan-Pendekatan Strategi
Faktor Faktor Yang
Strategi Ofensif
Strategi Ofensif
(Perluasan Pasar)
(Menembus Pasar)
Mempengaruhi
Perilaku
Pemilih
Menarik kelompok pemilih Memanfaatkan
potensi
baru
yang ada agar lebih efektif
Partai pesaing
Memberi tawaran yang lebih Merangkul pemilih partai
baik (baru) bagi para pesaing
pemilih kelompok pesaing
Multiplikator,
perekrut, penasehat

Melakukan
pengantar.

kampanye Target-target
untuk
pembagian suara, insentif
untuk berprestasi
Lingkungan
Memanfaatkan perubahan Memanfaatkan teknologi
eksternal
nilai, perubahan struktural, komunikasi
baru,
teknologi komunikasi baru
memanfaatkan iklim yang
ada.
Produk,
Personil, Program
baru
yang Pemasaran program yang
Profil
melengkapi,
perubahan sudah
ada,
dalam profil, mewujudkan mengintensifkan
keselarasan
keselarasan
program/personal
program/personal
Anggota, Pemegang Perekrutan
anggota/ Memberi
pelatihan,
jabatan
pengembangan SDM
meningkatkan motivasi
Keuangan
Investasi dalam bidang Investasi dalam bidang
pengembangan dan humas
humas
Organisasi
Mempersiapkan organisasi Mengoptimalkan proses
untuk kelompok target baru, operasional, memperluas
memfasilitasi
partisipasi aplikasi
teknologi
kelompok
target
baru, informasi
memelihara anggota baru
Sumber : Adman Nursal, Political Marketing, 2004
Menurut Newman dan Shet (dalam Nursal, 2004; 159) Pilihan strategi positioning
untuk merebut dan mempertahankan pasar juga dapat dilakukan dengan memperhatikan
9

citra kinerja sebuah kontestan (kandidat atau partai politik). Pilihan strategi dapat dibuat
dengan mengembangkan matriks yang menghubungkan citra sebuah kontestan dengan
kinerja politiknya setelah terpilih seperti terlihat pada tabel berikut, dapat dipilih lebih dari
satu strategi dengan tingkat resiko yang berbeda
Tabel 3. Strategi Positioning
Kinerja (kecocokan dengan citra)
Citra kontestan (kecocokan
dengan aspirasi pemilih
tertentu)
Cocok

Cocok

Reinforment
strategy
Tidak Cocok
Inducement
strategy
Sumber : Adman Nursal, Political Marketing, 2004

Tidak Cocok
Retionalization strategy
Confrontation strategy

Berdasarkan tabel di atas, partai politik dapat memilih lebih dari satu strategi
dengan tingkat resiko yang berbeda, 4 (empat) pilihan strategi itu dijabarkan sebagai
berikut:
1. Reinforcement strategy (strategi penguatan)
Strategi ini dapat digunakan oleh sebuah kontestan yang telah dipilih karena
mempunyai citra tertentu dan citra tersebut dibuktikan oleh kinerja politik selama
mengemban jabatan publik tertentu. Komunikasi difokuskan kepada orang-orang yang
dulu memilih kontestan ini dengan pesan bahwa pilihan anda dulu itu sudah tepat dan
tetaplah membuat pilihan yang sama untuk pemilihan saat ini
2. Rationalization strategy (strategi rasionalisasi)
Strategi ini dilakukan kepada kelompok pemilih yang sebelumnya telah
memilih kontestan tertentu karena kontestan tersebut berhasil mengembangkan citra
tertentu yang disukai pemilih akan tetapi kinerjanya kemudian tidak sesuai dengan citra
tersebut.
3. Inducement srategy (strategi bujukan)
Strategi ini dapat diterapkan oleh kandidat yang dipersepsikan memiliki citra
tertentu tapi juga memiliki kinerja atau atribut-atribut yang cocok dengan citra lainnya.
4. Confrontation strategy (strategi konfrontasi)
Strategi ini diterapkan kepada para pemilih yang telah memilih kontestan
dengan citra tertentu yang dianggap tidak cocok oleh pemilih dan kemudian kontestan
tersebut tidak menghasilkan kinerja yang memuaskan pemilih. Bias saja pada suatu

10

pemilu, sebagian pemilih menjatuhkan pilihannya kepada kandidat yang jelek, tetapi
ternyata kandidat tersebut tidak menghasilkan kinerja yang diharapkan.
D. Metode Penelitian
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode kualitatif yang bermaksud
mencari fakta sebanyak-banyaknya untuk kemudian diambil suatu kesimpulan (Winarno
Surakhmad, 1989: 143). Penulisan ini dengan cara deskriptif yang dapat diartikan sebagai
prosedur pemecahan masalah yang dikelilingi dengan menggambarkan atau melukiskan
keadaan atau subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain)
pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Selain
itu, tulisan ini juga menggunakan metode studi kepustakaan (library research) karena
teknik ini mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip
dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lainlain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Oleh karena itu tulisan ini selalu
berpijak pada literatur-literatur ilmiah yang berkaitan dengan masalah dalam tulisan ini.
E. Pembahasan
Pemilihan umum merupakan wujud sistem politik yang demokratis serta ajang bagi
masyarakat untuk menentukan wakil-wakil di pemerintahan yang sesuai dengan keinginan
dan bisa diharapkan membawa kemajuan dan kesejahteraan bagi mereka. Pemilihan umum
tentunya juga bukan hanya ajang demokrasi terhadap pemilihan pemimpin baru akan tetapi
juga menjadi wadah bagi partai politik selaku pemain utama dalam proses pemilihan
tersebut untuk menyusun kekuatan agar bisa mendudukkan kadernya sebagai pemimpin
pada semua tingkatan pemerintahan. Terlepas dari hal itu, pemilihan umum yang
berlangsung di Indonesia sudah semakin mengarah pada perbaikan sistem mulai dari
sistem pemilihan, penghitungan, pencalonan dan lain sebagainya. Namun demikian tidak
jarang yang diakhiri dengan konflik dan ketegangan.
Dalam kontestasi politik baik pada aras lokal maupun nasional peran kandidat
dalam memasarkan partai menjadi sangat penting mengingat perubahan perilaku politik
masyarakat sebagai pemilih mengalami perubahan yang signifikan. Perubahan orientasi
memilih dari memilih partai menjadi memilih kandidat memang tidak bisa dilepaskan dari
benturan sejarah dan kondusifitas partai politik dalam satu dasawarsa terakhir. Oleh karena
itu tulisan ini memberikan ulasan tentang strategi politik; preferensi partai politik
menghadapi Pemilu di aras lokal yang setidaknya dapat dijadikan sedikit pertimbangan
oleh partai politik dalam menghadapi Pemilu di ranah politik lokal.
1. Pemetaan Politik
11

Pemetaan politik bukanlah penggalian informasi atau isu-isu secara serampangan.


Pemetaan politik juga bukan pengumpulan informasi yang dilakukan oleh tim sukses atau
pendukung. Banyak partai politik menentukan strategi dan program berdasarkan informasi
yang tidak jelas asal usulnya dan metode penggaliannya. Misalnya, isu tentang kelompok
masyarkat tertentu mendukung atau tidak mendukung, masyarakat membutuhkan program
atau barang A dan lain sebagainya. Syukur bila informasi itu benar adanya, tetapi bila
informasi itu salah, partai politik dan kandidat bisa masuk jurang. Selain akan terkuras
energinya, partai politik bisa melakukan berbagai hal yang tidak produktif.
Peta politik adalah seperangkat informasi yang valid yang menggambarkan secara
jelas menyangkut partai politik, kandidat, pesaing, masyarakat (pemilih), media
komunikasi, dan berbagai isu strategis. Peta politik ini sangat penting dimiliki oleh setiap
kontestan. Peta politik ini akan menuntun kontestan politik untuk menentukan jalan yang
paling efektif dan efsien untuk mencapai tujuan politik. Ibarat seseorang yang akan menuju
suatu tempat, bila ia membawa peta maka tidak akan tersesat dan bahkan bisa menentukan
jalan mana dan kendaraan apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan secara cepat
dan efisien. Dengan peta politik ini kontestan juga akan mengetahui berbagai kelemahan
dan kekuatan diri sendiri dan pesaingnya. Dengan memiliki peta politik ini kontestan tidak
akan terkecoh atau terpancing dengan berbagai informasi atau isu yang menyesatkan.
Kontestan tetap bisa fokus dengan target dan sasaran yang harus ditempuh dan
mengabaikan hal-hal yang tidak terlalu penting.
Sun Tzu mengatakan, Kenali diri sendiri, kenali lawan; maka kemenangan sudah
pasti ada di tangan. Kenali medan pertempuran, kenali iklim; maka kemenangan akan
sempurna. Dengan kata lain, Sun Tzu mengatakan bahwa sebelum berangkat ke medan
perang, langkah awal yang sangat penting yang harus dilakukan adalah melakukan
pemetaan. Pemetaan yang menyangkut data-data tentang kekuatan dan kelemahan diri
sendiri, lawan, medan pertempuran dan iklim yang bisa mempengaruhi jalannya
pertempuran. Bila sudah mengenali kekuatan diri sendiri dan lawan, maka sudah separuh
jalan memenangkan peperangan, dan apabila ditambah mengetahui medan pertempuran
dan iklimnya, tentu akan memenangkan pertempuran dengan sempurna. Berdasarkan
filosofi Sun Tzu tersebut, dapat dibuat empat tipologi pemetaan politik, yaitu;
1)
2)
3)
4)
2.

Pemetaan diri sendiri : kekuatan dan kelemahan diri sendiri


Pemetaan lawan: kekuatan dan kelemahan lawan
Pemetaan medan pertempuran: seluk beluk masyarakat (pemilih)
Pemetaan iklim: isu-isu yang sedang berkembang
Penyusunan Perencanaan (Grand Design Planning)
12

Penyusunan Perencanaan dilakukan untuk mendapatkan hasil perencanaan yang


utuh terhadap sumberdaya organisasi atau Partai, mensinergikan semua rangkaian program
yang telah, sedang, dan yang akan dilakukan. Mengukur target pencapaian strategi,
mengarahkan

sumberdaya,

dan

pencapaian

hasil

yang

rasional

dan

terarah,

Outputnya adalah Blue Print Pemenangan.


3.

Membangun Human Resource, Support System, Penyiapan Sarana Prasarana dan


Infrastruktur Penunjang
Persiapan ini merupakan awal yang menghimpun semua kekuatan sumber daya

manusia potensial dan kompeten, bisa dalam bentuk tim sukses, tim inti, tim pendukung,
tim penunjang, tim bayangan, atau tim pemelihara. Terkait dengan support system dapat
berupa sistem yang berbasiskan teknologi informasi, sistem manajemen pemenangan,
manajemen think tank, manajemen kampanye dan manajemen koordinasi jaringan. Serta
dilanjutkan dengan penyiapan seluruh potensi dalam bentuk sarana prasarana serta
infrastruktur lainnya dalam bentuk pengadaan kesekretariatan (Base Camp), mobilisasi dan
alat-alat penunjang lainnya.
4. Melakukan analisis lingkungan eksternal dan internal (Environmental Scanning)
Mengukur semua potensi atau kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Partai, agar
dapat menghasilkan sebuah keputusan-keputusan strategis yang baik dan terarah. Berbagai
keputusan strategis, kebijakan, program, sasaran, target, dan pelaksanaan di lapangan
berdasarkan

hasil

analisis

lingkungan

yang

telah

terlebih

dahulu

dilakukan. Outputnya adalah Analisis SWOT Pemenangan. Kemudian dilanjutkan dengan


melakukan pemetaan politik guna menunjang pencapaian tujuan dalam pemenangan
pemilu, yaitu dengan melakukan survei pemetaan perilaku pemilih, antara lain berupa:
memetakan pemilih berdasarkan demografi dan preferensi politik; memetakan isu-isu
strategis lokal; memetakan nama-nama yang berpotensi menjadi kawan dan lawan; serta
memetakan media komunikasi yang efektif digunakan oleh pemilih.
5. Menyusun dan Menetapkan Formulasi Strategi Berbentuk Grand Strategy
Formulasi Strategi sangat penting, setelah penyusunan rencana dan menganalisis
semua variable lingkungan, maka akhirnya perlu menyusun formulasi strategi yang akan
mewarnai seluruh rangkaian kegiatan atau pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.

Upaya

partai

untuk

melakukan

strategi positioning melalui political

marketing yang mereferensi pada pasar (electoral), tentunya diharapkan mampu


memberikan pengaruh dan hasil yang signifikan dan keteraturan dalam pelaksanaan atau
implementasinya di lapangan. Apapun strategi implementasinya harus tetap mengacu pada
13

filosofi dasar Partai dan Visi Misi Partai yang sudah dibangun, sehingga terjadi sinergitas
dengan program-program yang telah dilakukan yang pada akhirnya bermuara pada
keberhasilan

dan

keunggulan

secara

jangka

panjang

(Sustainable

Competitive

Advantage/SCA). Penanggung jawab langsung adalah DPP melalui Bappilu yang secara
nyata harus diimplentasikan di semua tingkat daerah pemilihan dan terintegrasi langsung
dengan Program Bappilu.
Pendekatan yang dilakukan adalah mengurangi jurang pemisah (gap) antara tujuan
partai dengan keinginan rakyat kepada partai politik sebagai wadah menampung aspirasi.
Identifikasi terhadap konstituen di daerah melalui pendekatan kearifan lokal dan
identifikasi kebutuhan masyarakat yang up to date, dirasakan sangat perlu untuk
memastikan semua program dan tujuan partai dapat terarah dan diterima masyarakat.
Apabila kebutuhan dan keinginan masyarakat sudah teridentifikasi, maka akan dengan
mempermudah penentuan program atau kegiatan partai diimplementasikan di lapangan,
sehingga tingkat partisipasi dan apresiasi masyarakat akan sangat tinggi terhadap Parpol.
Batasan dan pertimbangan implementasi strategi, tentunya mengacu pada pencapaian
Manifesto Partai, Visi dan Misi Partai serta Program Jangka Pendek yang telah ditetapkan.
Strategi Pemenangan Pemilu itu tidak akan terlepas pada, kondisi strategis internal
partai dan kemampuan serta kekuatan yang dimiliki partai saat ini, antara lain: sumberdaya
manusia (pengurus dan semua potensi anggota partai), sumber dan kemampuan
pembiayaan (budgeting) yang diatur oleh AD/ART dan Undang-Undang, Sarana Prasana
Pendukung lainnya yang sah dimiliki partai, dan Kapasitas Organisasi. Subjek dari
implementasi strategi ini adalah semua kapasitas organisasi, pengurus, anggota, kader dan
partisipan, tim sukses, potensi dan kekuatan organisasi sayap, serta potensi dan kekuatan
ormas demokrat. Sedangkan objek dari strategi ini adalah seluruh masyarakat yang telah
memiliki hak pilih pada Pemilu di aras lokal.
6. Strategi Mempengaruhi Perilaku Pemilih.
Tujuan dari strategi ini mendapatkan sejumlah informasi awal untuk melakukan
kegiatan kemenangan pemilu dengan terlebih dahulu memetakan kondisi dan situasi daerah
yang pada akhirnya memberikan kemudahan untuk pelaksanaan aksi. Hingga kemudian
tim sukses dapat menentukan area atau daerah potensi yang dapat dipengaruhi secara
akurat sebagai daerah kemenangan pemilu. Strategi ini akan sangat menentukan dalam
melakukan kegiatan atau program kemenangan berikutnya serta jumlah keperluan atau
mobilisasi sarana, prasarana, dan akomodasi yang harus dipersiapkan tim sukses.
7. Strategi Mobilisasi.
14

Tujuan dari strategi ini adalah membangun organisasi pemenangan pemilu yang
efektif dan efisien, mendesign kerangka kerja organisasi yang jelas dan terukur, dan
menentukan target-target pemenangan dan schedulenya. Implementasi dari strategi ini
meliputi:
a. Pembangunan jaringan dan organ politik (Design Struktur tim sukses, Pembentukan
tim sukses tingkat provinsi, kabupaten, kota kecamatan dan desa), serta perluasan
jaringan sosial.
b. Pelatihan manajemen tim sukses (Pemahaman perilaku pemilih, organisasi tim sukses,
media kampanye, targeting, penyusunan dan evaluasi program).
c. Penyusunan program kemenangan (Design program kunjungan, ceramah, aksi sosial,
peresmian, kontrak politik, turnamen, pawai, hiburan, komunikasi tradisional,
komunikasi multimedia dan alternatif).
d. Pemenuhan persyaratan pencalonan (Dukungan partai politik, persyaratan administrasi
KPU).
e. Pembentukan tim kampanye.
f. Pembentukan tim saksi.
g. Pembentukan tim mobilisator.
8. Strategi Pencitraan.
Tujuan dari strategi ini adalah membentuk citra diri Calon Legislatif sesuai dengan
visi, misi dan target pemilih, menentukan media komunikasi politik yang efektif,
mendesign isi komunikasi politik, serta upaya mempengaruhi isi liputan media massa.
Implementasinya meliputi:
a.

Pembentukan media center (Mengorganisasi program, target dan evaluasi program

b.

pencitraan kandidat).
Taktik komunikasi media cetak, radio, dan TV (Design, contain, timing, volume dan

budgeting).
c. Taktik komunikasi media out door (Design, isi, timing, volume, budgeting).
d. Taktik komunikasi sosial (Design, isi, timing, volume, budgeting).
e. Taktik komunikasi tatap muka dan Taktik komunikasi alternatif.
Selain strategi di atas, ada juga strategi yang dapat dilakukan pada tahan pra-pemilu
dan pelaksanaan pemilu, yaitu:

Pemasaran produk politik secara langsung kepada calon pemilih (push political
marketing), strategi ini dapat membangun mesin politik partai dan implementasinya
meliputi: Pelatihan manajemen tim sukses, Set up jaringan parpol dan birokrasi, Set up
jaringan keluarga, Set up jaringan tingkat kabupaten, kecamatan dan desa, dan
jaringan-jaringan lainnya sebagai mesin politik partai. Parpol telah melakukan strategi
ini melalui pembentukan organisasi atau struktur sayap, merampungkan kepengurusan
15

dari pusat sampai kecamatan, dan strategi ini dipertajam melalui Pelatihan untuk
menciptakan kader yang militan sampai tingkat terbawah.

Pemasaran produk politik melalui media massa (pull political marketing), strategi ini
merupakan upaya peningkatan popularitas partai, implementasinya meliputi: Internet,
Produksi souvenir, Produksi media komunikasi massa cetak, Produksi media
komunikasi massa out door, Produksi iklan media TV, Radio, dan Cetak, serta
Kampanye Door to Door.

Pemasaran melalui kelompok, tokoh atau organisasi yang berpengaruh (pass political
marketing), strategi ini dilakukan untuk mengenalkan pesan-pesan politiknya, hal
tersebut dapat dikatakan upaya peningkatan elektabilitas partai, implementasinya
meliputi: Kunjungan langsung terprogram, Kunjungan langsung insindental, Ceramah,
Aksi sosial terprogram, Aksi sosial insindental, Peresmian, Kontrak politik, Turnamen,
Pawai, Hiburan dan Kesenian, Media komunikasi tradisional, Media komunikasi
alternatif, Pencetakan Mesium Rekor Indonesia, dan program kunjungan lainnya.

9. Koordinasi, Supervisi, Kepemimpinan Serta Evaluasi dan Kontrol.


Hal

ini

merupakan

bentuk

manajerial

dan

kepemimpinan

dalam

mengkoordinasikan, memsupervisi dan mengarahkan seluruh sumber daya yang dimiliki


kedalam implementasi strategi agar terjadi sinergi antara strategi utama dengan strategi
lainnya. Hal tersebut dapat dilakukan pada saat pra-pemilu, pelaksanaan pemilu, dan
pasca-pemilu. Strategi ini dikoordinasikan langsung struktur partai mulai dari tingkatan
paling atas (DPP) sampai tingkatan paling bawah (ranting).
F. Penutup
Partai politik hadir sebagai perwakilan kepentingan masyarakat dalam organisasi
negara. Kehadiran partai politik menjadi keharusan dalam sistem politik demokrasi yang
dianut oleh suatu negara (tidak terkecuali Indonesia), dengan demikian partai politik
memainkan peranan yang sangat strategis dalam pembuatan kebijakan negara. Kehadiran
partai politik hendaknya jangan hanya menjadi pelengkap dari sistem politik demokrasi
yang dianut oleh suatu negara, oleh sebab itu partai politik harus berjuang keras melalui
kader-kadernya untuk memperoleh simpati masyarakat hingga akhirnya mampu mewakili
masyarakat baik di lembaga legislatif maupun eksekutif. Banyak langkah yang dapat
diambil oleh partai politik sebagaimana gambaran pada pembahasan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Andrianus, Toni. 2006. Mengenal Teori-teori Politik. Bandung; Penerbit Nuansa.
16

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama.
Firmanzah. 2007. Marketing Politik. Jakarta; Yayasan Obor Indonesia.
_________2007. Mengelola Partai Politik-Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di
Era Demokrasi. Jakarta; Yayasan Obor Indonesia.
Gaffar, Afan. 1999. Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Lijphart, Arend. 1995. Sistem Pemerintahan Parlementer dan Presidensial. Jakarta: Raja
Grafindo
Nursal, Adman. 2004. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu. Jakarta;
Gramedia Pustaka Utama
Schroder, Peter. 2010. Strategi Politik. Indonesia; Friedrich-Naumann-Stiftung fur die
freihelt; Indonesia.
Suharizal. 2012. Pemilukada: Regulasi, Dinamika, dan Konsep Mendatang. Jakarta;
Rajawali Pers.
Surbakti, Ramlan. 2012. Memahami Ilmu Politik. Jakarta; PT Grasindo.
Sugiono, Arif. 2013. Strategic Polical Marketing. Yogyakarta; Penerbit Ombak.
Yuda, Hanta AR. 2010. Presidensialisme Setengah Hati. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

17

Você também pode gostar