Você está na página 1de 3

Peristiwa ini pernah terjadi pada zaman Rasulullah, bertepatan dengan kematian

anaknya, Ibrahim bin Muhammad. Ibrahim adalah anak dari Siti Khadijah, sang
saudagar yang Rasul nikahi. Ketika Khadijah wafat, maka satu per satu anak-anaknya
wafat menyusul ibu mereka, termasuk Qasim dan Tahir.
Ibrahim mengalami sakit keras saat berusia balita (sekitar 16-18 bulan). Lalu,
Allah berkehendak mengambil kembali Ibrahim dari perawatan Rasulullah. Beliau SAW
begitu sedih, bukan karena tidak adanya penerus beliau, tapi karena kasih sayangnya
beliau kepada Ibrahim setelah ditinggal wafat oleh Khadijah. Rasulullah bahkan pernah
bersabda :



Kami tidak diwarisi, semua yang kami tinggalkan adalah sedekah
(HR Bukhari No. 6230)
Umat Muslim pun turut berduka cita atas wafatnya Ibrahim. Tapi kebetulan,
waktu wafatnya Ibrahim tepat terjadinya Gerhana Matahari. Maka masyarakat Makkah
menganggap Gerhana ini adalah mukjizat disebabkan wafatnya putra Rasulullah, tetapi
Rasul membantah opini publik ini.

,
,
,

Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan
Allah. Keduanya tidak terjadi gerhana karena kematian dan kehidupan seseorang. Jika
kalian melihat keduanya berdo'alah kepada Allah dan sholatlah sampai kembali seperti
semula.
Maka orang-orang pun bertaubat karena salah anggapan menghubungkan kematian
Ibrahim dengan Gerhana, lalu orang-orang pun melaksanakan Shalat Gerhana.

1.

Berniat di dalam hati dan tidak dilafadzkan karena melafadzkan niat termasuk
perkara yang tidak ada tuntunannya dari Nabi kita shallallahu alaihi wa sallam
dan beliau shallallahu alaihi wa sallam juga tidak pernah mengajarkannya lafadz
niat pada shalat tertentu kepada para sahabatnya.
2. Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.
3. Membaca doa istiftah dan bertaawudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan
membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan
(dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah:

4. Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjaherkan bacaannya ketika shalat gerhana.


(HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)
5. Kemudian ruku sambil memanjangkannya.
6. Kemudian bangkit dari ruku (itidal) sambil mengucapkan SAMIALLAHU LIMAN
HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD
7. Setelah itidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat
Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang
pertama.
8. Kemudian ruku kembali (ruku kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku
sebelumnya.
9. Kemudian bangkit dari ruku (itidal).
10. Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku, lalu duduk di antara dua
sujud kemudian sujud kembali.
11. Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan rakaat kedua sebagaimana rakaat
pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari
sebelumnya.
12. Tasyahud.
13. Salam.
14. Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jamaah yang berisi anjuran
untuk berdzikir, berdoa, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak. (Lihat
Zaadul Maad, Ibnul Qayyim, 349-356, Darul Fikr dan Shohih Fiqih Sunnah, 1:
438)

Umat muslim diperintahkan untuk melaksanakan shalat Gerhana ketika melihat


gerhana, baik itu gerhana matahari maupun bulan. Sebagaimana yang terekam dalam
hadist riwayat Bukhari no. 1047 yakni Jika kalian melihat gerhana tersebut (matahari

atau bulan), maka bersegeralah untuk melaksanakan shalat.


Dalam hadist tersebut, terkandung suatu perintah untuk melaksanakan shalat apabila
melihat gerhana. Berdasarkan kaidah ushul fiqih, hokum asal setiap perintah adalah
wajib. Maka, bagi setiap muslim ketika melihat gerhana, wajin untuk melaksanakan shalat
gerhana. Pernahkah dibenak atau dipikiran kita, mengapa Allah dan Rasul-Nya
memerintahkan untuk shalat ketika melihat gerhana? Apakah hanya semata ritual
semata? Atau ada rahasia ilmiah dibalik kejadian gerhana? Tentu dalam setiap perintah
Allah dan Rasul-Nya, pastilah ada hikmah yang terkandung. Sebab, Islam adalah ajaran
yang sangat bisa diterima dengan logika.
Lantas apa resiko dari gaya tarik menarik antara matahari, bumi, dan bulan?
Pertama, memungkinkan terjadinya gempa bumi. Sebab gaya tarik menarik yang terjadi
bisa mengakibatkan pergeseran tanah. Pergeseran tanah inilah sebab terjadinya gempa
bumi. Kedua, memungkin terjadinya gunung berapi meletus. Karena gaya tarik menarik
dapat memicu aktifitas magma yang berada di perut bumi. Sungguh dahsyat sekali
fenomena gerhana. Sebab itulah kita, kita diperintahkan untuk shalat gerhana. Karena
dalam shalat kita berdoa, berdzikir, bertahmid, rukuk, sujud, dan bersyukur. Kita
mengakui segala kelemahan kita sebagai makhluq-Nya. Karena itu, hanya kepada-Nya kita
meminta pertolongan. Karena hanya Allah SWT, yang memiliki kuasa atas alam semesta
ini. Kalau bukan karena pertolongannya, fenomena yang baru saja terjadi kemarin, bisa
jadi adalah hari akhir semesta ini.
Tersebab pertolongannya kita selamat dari kemungkinan terjadinya gunung
berapi meletus. Karena kemurahanNyalah, kita bisa selamat dari kemungkinan terjadinya
bencana gempa bumi. Hanyalah sebuah lisan berucap syukur atas semua karunia, rahmat,
serta pertolongan-Nya atas segala kelemahan kita dalam renungan shalat.

Você também pode gostar