Você está na página 1de 4

1.

ALIRAN EMPIRISME
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua
pengetahuan berasal dari pengalaman. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah
membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Manusia mendapatkan
pengetahuan ketika dia telah melakukan suatu yang menjadikan sebuah pengalaman di
kehidupannya. Termasuk tentang hal yang baik maupun buruk. Aliran empirisme
menganggap pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriyah
maupun pengalaman batiniyah. Thomas Hobbes menganggap bahwa pengalaman inderawi
sebagai permulaan segala pengenalan. Jadi, dalam hal ini manusia dianggap telah memiliki
alat-alat untuk mendapatkan pengetahuan seperti panca indra, dan otak untuk
mengembangkan pengetahuan tersebut, melalui pengalaman yang dijalaninya. Sehingga
dalam diri manusia tidak ada fitrah tentang pengetahuan yang didapatnya. Dengan panca
indra manusia memulai pengetahuannya dengan mencoba hal-hal baru. Pada saat fase
pertama hidup manusia, yaitu bayi, kita belajar menggunakan panca indera kita. Seperti
mendengarkan suara-suara, menangis, dan memperhatikan hal yang ada disekitar kita. Dari
kegiatan tersebut, kita berfikir dan mendapatkan pengetahuan. Contoh sederhananya ketika
bayi mencoba menggunakan indera pengecapnya. Dia belum mengerti bahwa rasa itu apa,
namun dia dapat mengerti bahwa hal itu menyenangkan sehingga dia sudah dapat menerima
atau menolak sesuatu yang diberikan pada indera pengecapnya. Dari situlah dia mulai
mendapatkan pengetahuan dihidupnya.
Selanjutnya secara terminologis terdapat beberapa definisi mengenai Empirisme, di
antaranya: doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman,
pandangan bahwa semua ide merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa
yang dialami, pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan
akal. Kaum empiris memegang teguh pendapat bahwa pengetahuan manusia dapat diperoleh
lewat pengalaman. Maka sumber pengetahuan dapat diketahui ketika manusia itu sudah
mencoba dan merasakan beberapa hal dalam kehidupan melalui panca indra, bukan anganangan yang hanya dibayangkan tanpa melakukan. Seperti seseorang yang membuat novel
atau film. Dalam membuat karya itu maka sebelumnya ia pernah mengalami berbagai hal
yang akan ia ceritakan dalam novel atau film yang dibuat. Walaupun, ada yang ditambahkan
dari imajinasinya agar cerita itu menarik, Kemudian disampaikan kepada pembaca atau
penonton. Dari hal tersebut, manusia akan menyadari bahwa apa yang telah manusia alami
merupakan sebuah pengetahuan dari pengalaman. Lalu manusia akan berfikir dari
pengalaman yang menyenangkan hingga tidak menyenangkan, baik atau buruk hal yang
dilakukan kepada orang lain atau dirinya sendiri. Dan bagaimana tanggapan orang lain
terhadap diri kita yang telah melakukan berbagai hal.
Seorang yang beraliran Empirisme biasanya berpendirian bahwa pengetahuan didapat
melalui penampungan yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini
berarti semua pengetahuan betapapun rumitnya dapat dilacak kembali, dan apa yang tidak
dapat dilacak bukanlah ilmu pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan menurut aliran
empirisme dianggap berasal dari pengalaman.
Hal nyatanya adalah sebuah cerita yang dianggap mitos dan legenda tentang suatu
tempat atau suatu hal yang belum jelas adanya. Misalnya legenda kota Atlantis. Meski
keberadaanya diyakini banyak orang dan ceritanya telah mendunia namun hal tentang
keberadaan kota tersebut belum dapat dibuktikan. Pelacakan tentang legenda tersaebut
menunjukkan sedikit keterangan tentang keberadaannya. Penelitian telah banyak dilakukan
untuk mencari keberadaan kota Atlantis tersebut. Legenda kota Atlantis belum dapat dilacak
keberadaan dan kebenaraannya, sehingga belum dapat disebut sebagai pengetahuan.

2. ALIRAN NATIVISME
Aliran Nativisme adalah aliran yang lebih menekankan kemampuan dalam diri anak,
sehingga faktor lingkungan dianggap kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenhaur (filsuf Jerman 1788-1860) berpendapat bahwa
bayi lahir itu sudah dengan bawaan baik dan buruk. Istilah Nativisme dari asal kata natie
yang artinya adalah terlahir. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab
lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Aliran ini
berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Oleh
karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian,
menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri. Pendidikan anak
yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu
sendiri.
Tetapi pembawaan bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan,
masih banyak faktor lain yang mampengaruhinya. Pandangan konvergensi akan memberikan
penjelasan tentang kedua faktor yaitu pambawaan (hereditas) dan dan lingkungan dalam
perkembangan anak. Terdapat suatu pokok pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas
yakni bahwa dalam diri individu terdapat suatu inti pribadi (G.Leibnitz;Monad) yang
mendorong manusia untuk mewujudkan diri, menentukan pilihan kemauan sendiri, dan
menempatkan manusia sebagai makhluk aktif yang mempunyai kemauan bebas. Pandangapandangan tersebut tampak antara lain humanistic psychologi (Carl R.Rogers) ataupun
phenomenologi/ humanistik lainnya.
Pendapat dari pendekatan phenomenologi/humanistik (Milhollan dan Forisha):
1. Pendekatan aktualisasi diri atau non-direktif (client centered) dari Cart R.Rogers dan
Abraham Maslow.
2. Pendekatan Pendekatan Constructs (George A.Kelly) yang menekankan memahami
hubungan transaksional antara manusia dan lingkungannya sebagai bekal
memahami perilakunya.
3. Pendekatan Search for Meaning dengan aplikasinya sebagai Logoterapy dari Victor
Franki yang mengungkapkan batapa pentingnya semangat (human spirit) untuk
mengatasi berbagai tantangan/masalah yang dihadapi.
Berdasarkn pada teori belajar di atas, sehingga dapat dihubungkan dengan gaya belajar
yang dimiliki oleh manusia yang pada umumnya disesuaikan dengan pembawaan yang
dimiliki manusia:
Audio yaitu proses belajar yang lebih mengarah pada indrea pendengar
Visual yaitu proses belajar yang lebih mengarah pada hal penglihat
Kinestetik atau gerak.
Namun dalam proses belajar, keberhasilan tersebut tentunya tergantung dari faktorfaktor yang mempengaruhinya.

3. Naturalisme dalam Filsafat


NATURALISME merupakan teori yang menerima nature (alam) sebagai
keseluruhan realitas. Istilah nature telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam
arti, mulai dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total dari
fenomena ruang dan waktu. Natura adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains
alam. Istilah naturalisme adalah sebaliknya dari istilah supernaturalisme yang mengandung
pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di
luar alam ( Harold H. Titus e.al. 1984)
Materialisme adalah suatu istilah yang sempit dari dan merupakan bentuk dari
naturalisme yang lebih terbatas. Namun demikian aliran ini pada akhirnya lebih populer
daripada induknya, naturalisme, karena pada akhirnya menjadi ideologi utama pada negaranegara sosialis seperti Uni Soviet (kini Rusia) dan Republik Rakyat Cina (RRC).
Materialisme umumnya mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada kecuali materi, atau bahwa
nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.
Materialisme dapat diberikan definisi dengan beberapa cara. Di antaranya, pertama:
Materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi yang berada sendiri dan
bergerak merupakan unsur-unsur yang membentuk alam, dan bahwa akal dan kesadaran
(consiousness) termasuk di dalamnya. Segala proses fisikal merupakan mode materi tersebut
dan dapat disederhanakan menjadi unsur-unsur fisik.
Kedua, definisi tersebut mempunyai implikasi yang sama, walaupun condong untuk
menyajikan bentuk matarialisme yang lebih tradisional. Belakangan, doktrin tersebut
dijadikan sebagai energism yang mengembalikan segala sesuatu kepada bentuk energi, atau
sebagai suatu bentuk dari positivisme yang memberi tekanan untuk sains dan mengingkari
hal-hal seperti ultimate nature of reality (realitas yang paling tinggi). Inilah yang pada
akhirnya mereka ragu-ragu apakah tuhan benar-benar ada atau tidak, yang jelas mereka tidak
mampu menjangkaunya. Bahkan sebagian mengingkari sama sekali sehingga menjadi atheis.
Democritus adalah seorang filosof Yunani Kuno yang hidup sekitar tahun 460-370
SM. Ia adalah atomis pertama, materialis pertama dan perintis sains mekanik. Ketika ditanya,
Alam ini dibuat dari apa? atau Apakah yang riil itu ia menjawab, Alam terdiri dari dua
bagian. Pertama adalah atom, bagian yang sangat kecil sekali dan tak terbatas jumlahnya,
mempunyai kualitas yang sama, tetapi mengandung perbedaan yang bemacam-macang
tentang besar dan bentuknya. Kedua adalah ruang kosong di mana atom-atom tersebut
bergerak.
Atom adalah terlalu kecil untuk dilihat mata, dan tak dapat rusak. Atom
menggabungkan diri berkombinasi dengan cara bermacam-macam membentuk manusia,
binatang, tanam-tanaman, batu-batuan dan sebagainya. Jika atom itu dalam jumlah yang
sangat besar bertabrakan serta terpental ke berbagai jurusan, timbullah bermacam-macam
benda. Atom ini bersama gerakan-gerakannya di angkasa merupakan penjelasan tentang

fenomena-fenomena. Democritus merupakan seorang rasionalis yang mengatakan bahwa akal


itu tahu benda-benda yang benar. Persepsi indra hanya memberi pengetahuan yang relatif.

4. ALIRAN KONVERGENSI
Sebenarnya aliran konvergensi adalah gabungan dari aliran empirisme yang
menganggap bahwa faktor lingkungan lah yang secara mutlak mempengaruhi perkembangan
seorang anak dengan aliran nativisme yang tidak mengakui sama sekali bahwa lingkungan itu
mempengaruhi perkembangan individu. Aliran nativisme menganggap bahwa faktor
pembawaan dan bakat dari orangtuanya lah yang secara mutlak mempengaruhi
perkembangan individu.
Dalam menetapkan faktor yang mempengaruhi perkembangan individu aliran konvergensi
tidak hanya berpegang pada lingkungan atau pengalaman juga tidak hanya berpegang pada
faktor pembawaan saja, namun aliran ini menganggap bahwa kedua faktor tersebut sama
pentingnya dalam mempengaruhi perkembangan individu.
Aliran ini berkeyakinan bahwa kedua faktor tersebut, baik pembawaan maupun faktor
lingkungan, memiliki andil yang sama besar dalam mempengaruhi perkembangan individu.
Untuk mempermudah pemahaman teori konvergensi, saya berikan dua contoh. Misalkan saja
seorang anak yang lahir dari kalangan santri atau kyai maka dia bisa saja menjadi seorang
Kyai apabila dia hidup dan dididik pada lingkungan keagamaan atau pesantren.

Você também pode gostar