Você está na página 1de 10

ACADEMIC DETAILING TO IMPROVE

ANTIHYPERTENSIVE PRESCRIBING PATTERNS FOR


HOSPITAL X IN KLATEN
By Edi Sutarmanto, S.Farm
Latar Belakang

Ketidak tepatan obat adalah salah

Hipertensi merupakan penyakit


kardiovaskular

yang

banyak

satu DRPs yang paling berpotensi


dalam

kegagalan

terapi

serta

yang

tidak

ditemukan di RS X Klaten dengan

timbulnya

efek

jumlah kunjungan pada tahun 2010

diinginkan.

Kontraindikasi

sebanyak

mudah

2.284

pasien

dan

untuk

menduduki peringkat 5 besar dari 10

diobservasi

besar

tentang

kunjungan

pasien

yang

lebih

diamati

karena

dan

adanya

data

dan

data

indikasi

berobat diRS X Klaten. Pengobatan

laboratorium dari pasien. Rata-rata

hipertensi

pengobatan

obat hipertensi yang diberikan di RS

seumur hidup. Dampak dari penyakit

X Klaten lebih dari dua macam

hipertensi yang tidak diobati dapat

obat. Hal ini dapat menimbulkan

menyebabkan

terjadinya

merupakan

komplikasi

seperti

polifarmasi,

sehingga

gangguan jantung, gangguan ginjal

kemungkinan terjadi ketidaktepatan

dan

obat,

stroke.

dokter

Penting

mencoba

mengobati

sekali

untuk

mengenali

dan

penderita-penderita

ketidaktepatan

interaksi

obat

Berdasarkan

hipertensi pada masyarakat (Tagor,

maka

2004).

dilakukan

Mortalitas dan morbiditas yang


diakibatkan
masalah

oleh

obat

yang

membutuhkan

penting
perhatian

hal

penulis

dosis

dan

makin

besar

tersebut

diatas,

menganggap

penelitian

perlu

tentang

Identifikasi Drug Related Problems

adalah

(DRPs) pada pasien hipertensi rawat

dan

jalan dengan kategori obat salah,

yang

dosis

kurang,

dosis

lebih

dan

mendesak. Berdasarkan data dari

interaksi obat di RS X Klaten Tahun

program riset Boston Collaborative

2010.

Drug Surveilance Program (BCDSP)

mengetahui kejadian DRPs potensial

ditemukan bahwa diantara 24.462

yang

pasien perawatan medis, 24 atau

penyakit hipertensi.

0,9%

per

meninggal
kelompok

1000

dianggap

akibat
obat

obat

(Cipolle,

Dengan
terjadi

telah
atau
1998).

Metode

maksud
pada

untuk

pengobatan

Dengan menerapkan program


menggunakan

detailers

akademik

kegagalan

pedoman

pengobatan

(Harkness,

1989).

untuk meningkatkan praktisi sesuai


dengan

pengobatan

Dari data di bawah ini kita bisa


lihat

dan

pelajari

antihipertensi. Pihak instalasi farmasi

pengobatan

di rumah sakit X Klaten mengutus

pasien hipertensi, antara lain :

lima Apoteker untuk dilatih sebagai


detailers akademik, dan intervensi
termasuk

profil

pengobatan
rasional

dan

tatalaksana

antihipertensi

untuk

yang

disampaikan

pada

dokter spesialis penyakit dalam yang


sering

meresepkan

obat-obat

antihipertensi.
Pentingnya

Pengobatan

Rasional

Terhadap

yang
Pasien

Hipertensi
Dampak
ketidaktepatan
antihipertensi
kompleks,

negatif

dari

pemilihan

obat

sangat

dapat

luas

dan

mengakibatkan

tekanan darah sulit dikontrol dan


menyebabkan penyakit lain seperti
stroke, serangan jantung, penyakit
ginjal

(Chobanian

et

al.,

2003).

Pemberian dosis yang kurang dan


berlebihan

dapat

terganggunya

keberhasilan

kemungkinan
reaksi

bisa

toksik

Sedangkan

mengakibatkan

mengakibatkan
toksisitas,

menimbulkan

(Joenoes,

interaksi
sampai

dan

obat

2004).
dapat

meningkatnya
terjadinya

kematian atau turunnya efek terapi


pengobatan

yang

menyebabkan

yang

pentinya

1. Penggunaan
Antihipertensi

rasional

untuk
Obat

Identifikasi

Drug

related

problems
Jenis-jenis
diidentifikasi
dosis

DRPs

meliputi

kurang,

interaksi

obat

dosis

obat.

yang
salah,

lebih

Dari

dan

110

kasus

hipertensi primer terdapat 7 kasus


obat salah atau sebesar 6,36%, dosis
kurang

sebanyak

kasus

sebesar

1,82%,

tidak

atau

ditemukan

kasus dosis lebih dan interaksi obat


sebanyak 18 kasus atau sebesar
16,36%.
2. Penggunaan Obat Lain
Selain

1. Obat Salah

diberikan

obat

Obat

salah

adalah

obat

yang

antihipertensi, pasien hipertensi juga

memiliki

diberikan obat lain. Pada tabel 6,

bukan pilihan utama pada hipertensi

dapat dilihat penggunaan obat lain

dibandingkan

yang paling sering diberikan adalah

National Committe 7 Report (JNC 7).

golongan analgesik yaitu sebanyak

Pada penelitian ini terdapat 7 kasus

27 atau sebesar 24,55%, obat lain

obat

yang

Penggunaan

sering

digunakan

adalah

kontraindikasi

salah

dengan

atau
ACEI

dan

obat

The

sebesar

Joint

6,36%.

(Captopril

dan

antitukak yaitu sebanyak 26 atau

lisinopril)

sebesar

batuk kering dan bronkospasme atau

23,64%.

Banyaknya

memiliki

efek

samping

penggunaan obat lain kemungkinan

asma.

digunakan untuk mengatasi keluhan

direkomendasikan untuk

yang dirasakan oleh pasien.

hipertensi disertai batuk dan asma

Sehingga

tidak

karena dapat memperburuk gejala


pada pasien

(Tjay dan Rahardja,

2007). Penggunaan hidroklorotiazid


dikontraindikasikan
hipertensi
karena

dengan

pada

pasien

hiperurisemia

hidroklorotiazid

dapat

menghambat ekskresi asam urat dari


ginjal sehingga dapat mencetuskan
serangan gout akut (Nafrialdi, 2007).

Intunal F merupakan obat saluran


nafas, yang mengandung senyawa
antara lain fenilpropanolamin HCl.
Obat

ini

pasien

harus

dihindarkan

hipertensi,

karena

pada

Nifedipine

adalah

obat

dapat

hipertensi golongan CCB (Calsium

meningkatkan tekanan darah (BPOM,

channel blocker), yang menurunkan

2008). Hytrin (Terazosin) merupakan

tekanan

obat

menghambat

antihipertensi

pilihan

utama

yang

untuk

bukan

penanganan

darah

dengan

pemasukan

cara
ion

Ca

ekstrasel ke dalam sel dan dengan

hipertensi (Dipiro, et al., 2008) (tabel

demikian

7).

penyaluran

dapat

mengurangi

impuls

dan

kontraksi

myocard serta dinding pembuluh.


Tanapress
adalah

(Imidapril

obat

hidroklorida)

hipertensi

ACE-inhibitor

yang

golongan

menurunkan

tekanan darah dengan menghambat


perubahan

angiotensin

menjadi

angiotensin
2. Dosis Kurang
Dosis
menerima

II sehingga terjadi vasodilatasi dan

kurang

adalah

pasien

obat

dengan

dosis

dibawah dosis lazim atau rekuensi

penurunan

yang

tidak

adekuat

atau

efektif

merupakan masalah kesehatan yang


serius dan dapat menambah biaya
terapi bagi pasien (Cipolle et al.,
1989).
untuk

Standar

yang

menganlisa

digunakan

dosis

kurang

adalah British National Formulary 57


(2009). Pada penelitian ini terdapat 2
kasus dosis kurang atau sebesar
1,82%.

aldosteron

(Nafrialdi, 2007).
3. Dosis Lebih

pemberian tidak sesuai dengan dosis


standar. Kejadian DRPs akibat dosis

sekresi

Dosis

lebih

adalah

pasien

menerima obat dengan dosis diatas


dosis

lazim

atau

pemberiannya
standar.

melebihi

Pemberian

berlebihan

dapat

terganggunya

frekuensi
dosis

dosis

yang

mengakibatkan

keberhasilan

terapi

atau kemungkinan bisa menimbulkan


reaksi toksik. Penggunaan berlebihan
dari

semestinya

ini

dapat

juga

menyebabkan alergi atu efek yang


berlebihan,

mungkin

10

sampai

keracunan sehingga berbahaya bagi


pasien (Joenoes, 2004). Analisis dosis

lebih menggunakan standar British

allopurinol

National Formulary 57 (2009). Pada

Pengatasannya

penelitian ini tidak terdapat kasus

kedua

dosis lebih.

hipersensitiva (Tatro, 2001).

4. Interaksi Obat

ditingkatkan.

obat,

adalah:
jika

Hentikan

terjadi

reaksi

b. Allopurinol dan Hidroklorotiazid

Interaksi obat adalah peristiwa

Efek:

diuretik

tiazid

yang

yang mana kerja obat dipengaruhi

diberikan dengan terapi allopurinol

oleh

telah

obat

lain

yang

diberikan

dihubungkan

bersamaan atau hampir bersamaan.

peningkatan

Acuan

hipersensitivitas

yang

digunakan

untuk

kejadian

menganalisis interaksi obat adalah

Pengatasannya

Drug

hipersensitivitas

Interaction

dan

Drug

dengan

dari

reaksi
allopurinol.

adalah

jika

dari

reaksi

allopurinol

Interaction Fact. Pada penelitian ini

berkembang, menilai status klinik

terdapat

dari pasien untuk menentukan agen

18

kasus

atau

sebesar

16,36% (tabel 9).

penyebab. Pengubahan terapi jika


diperlukan (Tatro, 2001).
c. Furosemid dan ACE I
Efek:

loop

diuretik

mungkin

diturunkan. Pengatasannya adalah:


Monitoring status cairan dan berat
badan pada pasien saat terapi ACE I
dimulai (Tatro, 2001).
d. Captopril dan Aspirin
Efek hipotensi dan vasodilator
dari

ACEI

berkurang.
a. Captopril dan Allopurinol
Dua
meliputi

kasus

telah

mungkin

menjadi

Pengatasannya

adalah:

monitor tekanan darah, parameter

dilaporkan

hemodinamik. Jika mungkin hentikan

reaksi

salisilat jika ada efek hemodinamik

terkena

hipersensitivitas pada pasien yang

yang muncul (Tatro, 2001).

enerima

e. Captopril dan ARB

inhibitor

alllopurinol
captopril.

dan

ACEReaksi

ACE-inhibitor dan ARB dapat

hipersensitivitas yang parah telah

mempunyai efek samping ginjal dan

dilaporkan dengan kedua captopril

dapat

dan

Pada studi double-blind pada pasien

allopurinol

ketika

diberikan

sendiri. Efek: risiko hipersensitif dari

dengan

menyebabkan
gagal

hiperkalemia.

jantung,

kombinasi

valsartan dan captopril menghasilkan

Pengatasannya

efek

tinggi

intervensi klinik yang dibutuhkan.

daripada bila obat diberikan sendiri.

Untuk pasien dengan sirosis dan

Efek: Meningkatkan risiko hipotensi,

ascites yang menerima loop diuretik,

gangguan ginjal dan hiperkalemia

gunakan salisilat dengan hati-hati

pada pasien dengan gagal jantung.

(Tatro, 2001).

Pengatasannya

i. Kalium klorida dan Spironolakton

samping

yang

lebih

adalah:

monitor

fungsi renal dan serum potasium


secara

hati-hati

ketika

digunakan

bersama (Stockley, 2008).

Efek:

adalah:

tidak

spironolakton

ada

akan

meningkatkan retensi potasium dan


dapat

menghasilkan

hiperkalemia

yang

parah.

Mekanisme:

pengurangan eliminasi ginjal dari ion


f. Atorvastatin dan Gemfibrozil

potasium.

FDA melaporkan menerima 12


kasus

dari

rhabdomyolisis
dengan

myolisis
yang

dihubungkan

pemberiaan

lovastatin

dan

dan

bersamaan

gemfibrozil.

Efek:

Pengatasannya

adalah:

jika tanpa data dari pasien dengan


gejala klinik hipokalemia tidak perlu
menggunakan

kombinasi.

kombinasi

dibutuhkan,

seharusnya

konseling

pasien

diet

Myophaty dan rhabdomyolisis yang

keras

parah

serum potasium (Tatro, 2001).

mungkin

Pengatasannya

terjadi.

adalah:

jika

dihindari,

monitor

pasien

Efek:
kenaikan

myopathy

potasium

rhabdomyolisis

(Tatro, 2001).

dengan

g. Diklofenak dan Ranitidin

(gagal

Aksi
mungkin

terapetik
dirubah.

dari

NSAIDs

Pengatasannya

konsentrasi

kombinasi

ACE

dan

spironolakton mungkin menghasilkan

secara sering dari tanda dan gejala


atau

monitoring

yang

j. Spironolakton dan Lisinopril

kombinasi dari kedua agen tidak


dapat

dan

Jika

konssentrasi
pada
faktor

pasien
risiko

ginjal).

serum
tertentu

yang

tinggi

Pengatasannya

adalah: monitor fungsi ginjal dan


konsentrasi

serum

adalah: tidak ada perlakuan klinis

Disiapkan

terapi

yang dibutuhkan (Tatro, 2001).

diperlukan (Tatro, 2001).

potasium.

tambahan

jika

h. Furosemid dan Aspirin


Respon loop diuretik mungkin

Berdasarkan
telah

data

diganggu dengan pasien sirosis dan

yang

ascites.

terdapat kejadian DRPs

penelitian

dilakukan,

bahwa

ada pasien

hipertensi primer rawat jalan di RS

X Klaten tahun 2010 kategori obat

Kendala-Kendala

salah sebanyak 7 kasus (6,36%),

Melaksanakan

dosis kurang 13 sebanyak 2 kasus

Academic Detailing

(1,82%), tidak terdapat kasus dosis

1. Minimnya

Dalam
Program

penelitian

yang

lebih dan interaksi obat sebanyak 18

lakukan

kasus (16,36%). Oleh karena itu di

sakit

lakukan program Academic Detailing

program

sebagai bagian dari Pharmaceutical

contohnya pada kasus DRPs pada

care

dalam

rangka

mencegah

terjadinya Drug Related Problems

dalam kawasan

di

yang

Academic

berani

berinteraksi
Manfaat Dilakukannya Academic
Detailing
peresepen

Penggunaan

obat

antihipertensi

menjadi

baik

dan

serta

tujuan

rasional

pengobatan

aman

dan

pemberian

prinsip-prinsip
meliputi

tercapai

yang

efektif,

ekonomis

obat

harus
tepat,

yang

penilaian

dan evaluasi tindak lanjut dilakukan


(BPOM,

2000).

Penggunaan obat yang tidak rasional


jika indikasi penggunaan tidak jelas
keliru,

dapat

menyebabkan

masalah serius karena menimbulkan


dampak

negatif

pelayanan
dampak

klinik,

dampak sosial.

terhadap

kesehatan
dampak

tenaga
pelatihan

Apoteker

melakukan

yang

program

Academic Detailing.
4. Padatnya kegiatan dokter yang
dijadikan

target

program

itu sulit untuk mencari waktu yang

secara tepat, informasi untuk pasien

atau

dengan

memenuhi

tepat dosis dan cara pemberian obat

tepat

dapat

Academic Detailing, oleh karena

kondisi pasien tepat, pemilihan obat

secara

dan

terhadap

akan

Apoteker

maka,

farmakologi

indikasi

lebih

Detailing,

kesehatan yang lain.


3. Harus
memerlukan
khusu

Agar

melakukan

pasien hipertensi.
2. Membutuhkan tenaga
yang

pada pasien.

ingin

rumah

mutu
berupa

ekonomi,

baik dan kondusif.


5. Banyaknya
kesibukan
Apoteker

di

luar

para
program

Academic Detailing, oleh karena


itu susah untuk mencari waktu
luang untuk pembinaan.
6. Ada beberapa dokter yang tidak
mau menerima program Academic
Detailing, dengan alasan bahwa
pengobatan sudah sesui dengan
prosedur
pengalaman

dan
dalam

sdh

bayak

pengobatan

tersebut.
Beberapa Hal Yang Mendukung
Dilakukannya Program Academic
Detailing Dirumah Sakit X Klaten

1. Instalasi

,w
P
B
y
jk
K
b
p
r
o
M
t
D
m
d
c
A
ih
s
lu
a
v
g
n
e

farmasi

sebagai

pusat

kegiatan kefarmasian di Rumah

Struktur Kunjungan (Ke Dokter)

sakit,

Untuk

mendukung

memberikan
butuhkan

penuh

fasilitas

untuk

program

dan

yang

di

Detailing

di

rumah sakit X Klaten


2. Adanya tunjangan atau uang jasa
dalam

melakukan

Academic

Detailing

Rumah sakit.
3. Sebagai motivasi
menjaga

program

dari

pihak

besar

untuk

eksistensi

farmasis

di

rumah

dihargai

dan

di

seorang

sakit,

Academic

Detailing.

keberhasilan

Academic

Melakukan

Sebelum

dilakukan

Academic Detailing

program

Pihak instalasi

farmasi di rumah sakit X Klaten


mendata dan memilah dokter-dokter
mana

saja

kunjungan

yang

dari

akan

dilakukan

pihak

Apoteker

Rumah sakit, Untuk Rumah sakit X


Klaten, memiliki lima

agar

perhitungkan

keberadaanya di Rumah sakit itu


sendri
4. Salah satu perwujutan pengobatan

yang rasional, sebagai lambang


kebanggaan

keberhasilan

farmasis

seorang

dan

farmasis

dalam pengobatan.
5. Bayak dokter yang mendukung
dan

mensuport

dilakukannya Academic Detailing.


6. Dukungan dari pihak tenaga
kesehatan lain yang memiliki misi
dan

visi

yang

sama

dalam

pengobatan yang rasional kepada

pasien Rumah sakit X Klaten.


7. Apoteker memiliki landasan hujum
dalam

A. Kesimpulan

program

melaksanakan

kegiatan

Hipertensi merupakan penyakit

kardiovaskular

yang

banyak

ditemukan di RS X Klaten dengan


jumlah kunjungan pada tahun 2010
sebanyak

2.284

pasien

dan

menduduki peringkat 5 besar dari 10


besar

kunjungan

pasien

yang

berobat diRS X Klaten. Berdasarkan

farmasi klinik yang salah satunya

penelitian

adalah

terhadap kejadian DRPs pada pasien

Detailing.

kegiatan

Academic

yang

telah

dilakukan,

hipertensi primer rawat jalan di RS

X Klaten tahun 2010 kategori obat


salah sebanyak 7 kasus (6,36%),
dosis

kurang

sebanyak

kasus

(1,82%), tidak terdapat kasus dosis

sangatlah penting dilakukan untuk

lebih dan untuk kasus interaksi obat

memperkecil

sebanyak

terjadinya

18

kasus

(16,36%).

Pengobatan
hipertensi

kemungkinan
DRPs

hipertensi
merupakan

pengobatan

pada

agar

pasien

masyarakat

mendapat pengobatan yang aman,

seumur hidup. Dampak dari penyakit

efektif

hipertensi

diharapkan serta dapat mencegah

yang

Dokter

spesialis

dan

penyakit dalam maka pihak instalasi

terjadinya

farmasi
untuk

mengutus
dilatih

efisien

sesuai

komplikasi

yang

keorgan

lima

Apoteker

lainnya serta memperburuk keadaan

sebagai

detailers

pasien.

akademik, dan intervensi termasuk


profil dan tatalaksana pengobatan
antihipertensi yang rasional untuk

DAFTAR PUSTAKA

disampaikan pada dokter spesialis


penyakit

dalam

yang

meresepkan

sering

BPOM, 2008, Informatorium Obat

obat-obat

Nasional

antihipertensi.

Badan

Indonesia,
Pengawas

Jakarta:

Obat

dan

Makanan Republik Indonesia


Chobanian, A. V., Bakris, C.L., Black,
H.R., Green, L. A., Joseph, L. I.,
2003, The Seventh Report of
The Joint National Commite on
Prevention

Detection,

Evaluation and Treatment of


High Blood Pressure (JNC VII),
1-4,

New

York:

National

tidak diobati dapat menyebabkan

Institute of US Departement of

komplikasi seperti gangguan jantung,

Health and Human Servis

gangguan ginjal dan stroke. Penting


sekali

untuk

dokter

mencoba

Cipolle, R.J, Strand, LM, and Morley,

mengenali dan mengobati penderita-

P.,

penderita

Practice,

hipertensi

masyarakat
yang

dengan

rasional,

program

oleh

Academic

pada

pengobatan
karena

itu

Detailing

ini

1998,

Companies.

Pharmaceutical
The

Care

McGraw-Hill

Joenoes,

Nanizar,

Z.,

Prescribend,

2004,

Resep

ARS
yang

MS, 2003, Academic detailing to


improve

antihypertensive

Rasional I, Edisi 21, Surabaya:

prescribing patterns, American;

Airlangga Universitas Press.

Elsevier

Harkness, R., 1989, Interaksi Obat,

Stockley, I.H., 2008, Drug Interaction,

13a, diterjemahkan oleh Agoes,

Cambridge

G.,

University Press.

dan

Widianto,

M.B.,

Cambridge

Bandung: Penerbit ITB.


Tagor,
Nafrialdi.,

2007,

GM.,

2004,

Hipertensi

Antihipertensi

Esensial, Dalam: Rilantono Lily,

dalam Sulistia Gan Gunawan,

I., Baraas, F., Karo Karo, S.,

Farmakologi dan Terapi Edisi 5,

Roebiono Poppy, S., Buku Ajar

Jakarta:

KARDIOLOGI,

Departemen

Jakarta:

Farmakologi dan Terapi Fakultas

Penebit

Kedokteran

Universitas Indonesia.

Universitas

Fakultas

Balai

Kedokteran

Indonesia,
Tjay, T. H., dan Raharja, K., 2007,
Nisa, Khoirun, 2010,

Identifikasi

Obat-obat

Penting

Drug Related Problems (Drps)

Penggunaan

Pada Pasien Hipertensi Rawat

Sampingnya Edisi 6), Jakarta: PT

Jalan Di Rumah Sakit X Klaten

Elex Media Komputindo.

Tahun 2010, Surakarta; Fakultas


Farmasi

Universitas

Muhammadiyah Surakarta
Siegel D, Lopez J, Meier J, Goldstein
MK, Lee

S, Brazill

BJ, Matalka

dan

(Khasiat,
Efek-Efek

Tatro, D.S., 2001, Drug Interaction


Facts,

wolterss

Kluwer

Company, St Louis Missouri.

Você também pode gostar