Você está na página 1de 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pandemi HIV adalah salah satu masalah kesehatan yang serius yang
dihadapi dunia saat ini. AIDS telah menyebabkan kematian pada > 25 juta orang
sejak 1981 dan diperkirakan 38,6 juta orang hidup dengan HIV saat ini, dimana
2,3 jutanya adalah anak-anak (WHO, 2006).
Laporan epidemi AIDS Global (UNAIDS 2012) menunjukkan bahwa
terdapat 34 juta orang dengan HIV di seluruh dunia. Sebanyak 50% diantaranya
adalah perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun. Di Asia
Tenggara, terdapat kurang lebih 4 juta orang dengan HIV. Menurut laporan
Perkembangan HIV-AIDS WHO- SEARO 2011, sekitar 1,3 juta orang (37%)
perempuan terinfeksi HIV (Kemenkes, 2013).
Epidemi HIV di Indonesia termasuk yang paling cepat berkembang di
Asia. Kasus HIV pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1987. Pada
akhir 2009, diperkirakan ada 333.200 orang yang hidup dengan HIV di Indonesia.
Sampai dengan tahun 2012, kasus HIV/AIDS telah tersebar di 345 dari 497
(69,4%) kabupaten/kota di seluruh provinsi Indonesia. Jumlah kasus HIV baru
setiap tahunnya telah mencapai sekitar 20000 kasus. Pada tahun 2012 tercatat
21.551 kasus baru yang 57,1% diantaranya berusia 20-39 th. Sumber penularan
tertinggi (58,7%) terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman pada
pasangan heteroseksual. Pada tahun 2012 tercatat kasus AIDS terbesar pada
kelompok ibu rumah tangga (18,1%) yang apabila hamil berpotensi menularkan
infeksi HIV ke bayinya. Pada tahun 2012 pula, dari 43.624 ibu hamil yang
melakukan konseling dan tes HIV terdapat 1329 (3,05%) ibu dengan infeksi HIV
(Kemenkes, 2014).

Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ke tahun semakin


meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan
hubungan seksual tidak aman, yang akan menularkan HIV pada pasangan
seksualnya. Pada ibu hamil, HIV bukan hanya ancaman bagi keselamatan jiwa
ibu, tetapi juga merupakan ancaman bagi anak yang dikandungnya karena
penularan yang terjadi dari ibu ke bayinya. Lebih dari 90% kasus anak HIV,
mendapatkan infeksi dengan cara penularan dari ibu ke anak (Kemenkes,
2013).
Transmisi HIV dari ibu ke bayi bisa terjadi selama kehamilan, persalinan
atau pada saat menyusui yang disebut dengan transmisi perinatal. Transmisi
perinatal merupakan cara yang paling sering menyebabkan infeksi HIV pada
anak. Jika HIV didiagnosa sebelum atau selama kehamilan, transmisi perinatal
dapat dikurangi sampai dengan < 1% dengan manajemen yang tepat (CDC,
2012).
Salah satu manajemen yang harus dilakukan untuk dapat menurunkan
terjadinya transmisi perinatal adalah dengan melakukan antenatal care yang
baik. Antenatal care adalah perawatan yang dilakukan terhadap wanita selama
kehamilan. Pada saat antenatal care bisa dilakukan banyak hal pada ibu hamil
termasuk diantaranya skrining untuk ibu hamil dengan resiko tinggi dan rencana
tindakan atau pemeriksaan yang diperlukan untuk kehamilan dengan resiko
tinggi termasuk ibu hamil dengan HIV.
Pada wanita hamil dengan HIV, antenatal care sangat penting untuk
dilakukan terutama untuk mencegah terjadinya transmisi perinatal. Manajemen
wanita hamil dengan HIV baik pada trimester pertama, kedua maupun ketiga
dari kehamilannya harus diperhatikan dengan baik. Diantaranya adalah
perawatan selama hamil, terapi ARV yang harus dikonsumsi, dan yang
terpenting adalah penentuan dan perencanaan cara persalinan dari ibu hamil
dengan HIV. Manajemen terhadap wanita hamil dengan HIV ini bisa terpantau

jika ibu hamil tersebut melakukan antenatal care secara teratur. Dengan
manajemen yang diharapkan transmisi perinatalpun dapat diminimalisir.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan cara
antenatal care pada ibu hamil dengan HIV terutama untuk mencegah
terjadinya penularan dari ibu ke anak.

Você também pode gostar