Você está na página 1de 3

Adab-adab berjalan menurut pandangan islam

oleh Rohis Ikramnuh pada 8 Maret 2012 pukul 3:23


Adab-adab berjalan menurut pandangan islam
Suatu hari Khalifah Umar bin Khattab RA melihat seorang pemuda berjalan seperti orang sakit.
Lalu, Umar pun bertanya kepada pria itu, "Apakah engkau sedang sakit?" Pemuda itu menjawab,
"Tidak." Mendengar jawaban itu, Umar mengangkat cambuknya dan memukul pemuda itu. Ia
lalu memerintahkan anak muda itu untuk berjalan dengan tegap.

Dalam sebuah hadis dari Anas bin Malik dikisahkan Rasulullah Salallahu'alaih wassallami telah
memberi contoh berjalan yang baik. "Sesungguhnya Rasulullah Salallahu'alaihi wassallam
berjalan dengan tegar." (HR Muslim). Ketika berjalan, Nabi Muhammad Salallahu'alaihi
wassallam mengangkat kedua kakinya tinggi-tinggi karena beliau berjalan dengan tegap.

Saking tegapnya, Nabi Salallahu'alaihi wassallam seakan-akan berjalan dengan bertumpu pada
pangkal telapak kakinya. Rasulullah berjalan dengan tegap, tak loyo dan tak seperti berjalan
orang sakit atau perempuan. Kemampuan berjalan merupakan karunia yang diberikan Allah
Subahana wata'alah kepada hamba-Nya. Kisah di atas menggambarkan bahwa Islam pun
mengatur tata cara atau adab berjalan yang baik. Setiap Muslim apabila sedang berjalan untuk
sesuatu urusan diharuskan menjaga adab berjalan.

Lalu seperti apakah adab berjalan yang diajarkan Islam itu? Syekh Abdul Azis bin Fathi asSayyid Nada secara rinci menjelaskan adab berjalan dalam kitabnya Mausuu'tul Aadaab al
Islamiyah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Ensiklopedi Adab Islam Menurut
Alquran dan Sunah. Berikut adalah adab berjalan sesuai tuntunan Islam:

Pertama, niat yang benar. Seorang Muslim hendaklah berniat yang benar ketika hendak
berjalan. Niatkan berjalan itu untuk tujuan yang baik itu sebagai ibadah dengan mengharapkan
ridha dari Allah Subahana wata'alah. "Apabila berjalan hendak ke masjid, niatkan untuk
beribadah kepada Allah. Jika berjalan untuk bekerja, niatkan untuk mencari rezeki yang baik dan
halal untuk keluarga," tutur Syekh Sayydi Nada.

Bahkan, ketika akan berjalan untuk suatu permainan yang diperbolehkan, kata dia, hendaklah
berniat untuk mencari penyegaran agar jiwa kembali segar dan bersemangat untuk beribadah.
Menurut Syekh Sayyid Nada, dengan menghadirkan niat yang benar, maka akan mencegah
seorang Muslim dari berjalan untuk sesuatu yang haram.

Kedua, tak berjalan untuk suatu yang haram. Sesungguhnya, kedua kaki akan memberi
kesaksian berbicara pada hari kiamat. Untuk itu, hendaklah menghindar dari berjalan untuk
sesuatu yang dilarang agama. Sebab, setiap ayunan langkah kita menuju sesuatu yang
diharamkan akan berbuah dosa. Ketiga, bersikap tawadhu dan tak sombong ketika berjalan.

Ketiga, bersikap tawadhu dan tidak sombong. Allah Subahana wata'alah berfirman dalam
Alquran Surah Al Israa ayat 37: "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan
sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali
kamu tidak akan sampai setinggi gunung." Dalam surah Lukman ayat 18, Allah SWT berfirman:
" Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi de ngan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." Ibnu Katsir mengingatkan agar
seorang Muslim membanggakan diri, sombong, takabur dan keras kepala, karena Allah akan
murka.

Keempat, berjalan normal. Hendaklah seseorang berjalan normal, yakni pertengahan antara
berjalan terlalu lambat dan terlalu cepat. Ibnu Katsir menjelaskan, berjalan normal adalah
berjalan secara biasa. Tidak terlalu cepat dan tak terlalu lambat. "Pertengahan di antara ke
duanya."

Kelima, tak menoleh ke belakang. Dalam Shahiihul Jaami dikisahkan bahwa Nabi Muhammad
Salallahu'alaihi wassallam apabila berjalan tidak menoleh ke belakang. Menoleh ke belakang
saat berjalan dapat membuat seseorang bertabrakan, tergelincir serta bisa juga dicurigai oleh
orang yang melihatnya.

Keenam, tak berpura-pura lemah ketika berjalan. Berpura-pura lemah ketika berjalan dengan
maksud untuk dilihat orang lain dilarang dalam Islam. Selain itu, juga tak boleh berpura-pura
sakit ketika berjalan, karena dapat mengundang kemarah an Allah Subahana wata'alah.

Ketujuh, berjalan dengan kuat. Setiap Muslim harus berjalan dengan tegap seperti yang
dicontohkan Nabi Salallahu'alaihi wassallam. Menurut Syekh Sayyid Nada, cara berjalan seperti
Rasulullah SAW lebih dekat kepada roh Islam. "Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah
Subahana wata'alah, dibandingkan mukmin yang lemah," tuturnya.

Kedelapan, menghindari cara berjalan yang tercela. Contoh berjalan yang tercela itu antara lain;
berjalan dengan sombong dan takabur, berjalan dengan gelisah dan gemetaran; berjalan dengan
loyo seperti orang sakit; berjalan meniru lawan jenis; berjalan terburu-buru dan terlalu cepat;
serta berjalan seakan-akan melompat.

Kesembilan, tidak berjalan dengan satu sandal. Rasulullah Salallahu'alaihi wassallam bersabda,
"Apabila salah seorang dari kalian memakai sandal, maka hendaknya memulai dari yang kanan.
Apabila ia melepasnya, maka mulailah dari yang kiri. Pakailah kedua-duanya atau lepaskanlah
kedua-duanya."

Kesepuluh, bertelanjang kaki sesekali waktu. Bertelanjang kaki termasuk tanda tawadhu di
hadapan Allah Subahana wata'alah. Dalam sebuah hadis disebutkan, "Nabi Salallahu'alaihi
wassallam memerintahkan kami agar kadang kala bertelanjang kaki." (HR Ahmad, Abu Dawud
dan an-Nasa'i). Menurut Syekh Sayyid Nada, bertelanjang kaki adalah perkara yang baik,
syaratnya tidak terdapat najis pada tanah serta sesuatu yang dapat menyakiti kedua telapak kaki.
Suka Komentari Bagikan
,,,,,,

AVozHt2A

Rohis Ikramnuh menyukai ini.

Você também pode gostar