Você está na página 1de 5

Langkah 1: Menetapkan masalah, Tujuan dan Fokus Permasalahan

Minuman keras telah menjadi masalah dunia. Baik di Afrika, Amerika


Latin, Amerika Utara, Eropa, Asia, Australia maupun di mana saja manusia hidup,
bahkan di antara suku-suku bangsa primitif di pulau-pulau terpencil pun
kecanduan alkohol telah menjadi salah satu persoalan hidup manusia yang utama.
Kecanduan

minum-minuman

keras

menghancurkan

kehidupan

keluarga,

pekerjaan, merusak tubuh, dan menjadi sebab utama dari segala macam perbuatan
kriminal. Sedikit sekali tempat di bumi ini yang terbebas dari pengaruh yang
merusak ini.
Sebenarnya, hampir setiap orang dapat menjadi orang yang hidupnya
bergantung (dependent) kepada alkohol. Kecanduan biasanya terjadi jikalau orang
yang bersangkutan terus-menerus membiasakan minum-minuman keras dalam
takaran yang tinggi. Seorang peminum tidak mampu mengendalikan keinginannya
akan minuman keras, dan sebagai akibatnya ia mengkonsumsi dengan berlebihan.
Ini akan memperparah masalah-masalah seputar kehidupannya juga sifat
kepribadiannya. Dalam Usahanya untuk menutupi kekurangannya, ia cenderung
untuk bertindak over akting. Dia membutuhkan minum untuk dapat mulai bekerja
pada pagi hari, juga di tempat kerjanya ia akan minum. Setiap saat ia akan
terbelenggu oleh nafsu yang tak terkendali untuk minum. Sekali seorang
pemabuk telah berhenti minum minuman keras, ia selamanya tidak boleh lagi
mencicipinya walaupun sedikit.
Selain orang dewasa, minuman keras juga ternyata telah dijangkau oleh
para remaja. Kebiasaan minum minuman keras di kalangan remaja merupakan
fenomena yang sering terjadi di Indonesia. Remaja merupakan masa transisi atau
peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Berbagai karakteristik remaja dan
permasalahnya dapat memicu banyak remaja dalam penggunaan minuman keras.
Banyak faktor yang menyebabkan mereka sering menghabiskan waktu luangnya
dengan minum minuman keras. Faktor-faktor seperti ketidakstabilan dalam
kehidupan sosial, krisis ekonomi, perceraian orang tua, sikap, dan perlakuan orang
tua dapat mempengaruhi psikologi pada remaja. Permasalahan dan krisis yang

terjadi pada masa remaja ini menjadikan banyak ahli dalam bidang psikologi
perkembangan menyebutnya sebagai masa krisis. Banyak teori-teori psikologi
yang menggali lebih dalam pemecahan terhadap permasalahan remaja sesuai
psikologi remaja. Seluruh masa depan individu sangat tergantung pada
penyelesaian krisis pada masa ini.
Semakin banyaknya remaja yang minum minuman keras apabila dibiarkan
tentunya akan menghambat keperibadian seseorang dan yang lebih jauh lagi
menghambat perkembangan bangsa Indonesia. Penyalahgunaan minuman keras
saat ini merupakan permasalahan yang cukup berkembang di dunia remaja dan
menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun, yang akibatnya
dirasakan dalam bentuk kenakalan-kenakalan, perkelahian, munculnya geng-geng
remaja, perbuatan asusila, dan maraknya premanisme pada kalangan remaja.
Kalangan remaja merupakan generasi penerus bangsa dan aset bangsa yang akan
melanjutkan dan mengisi pembangunan bangsa Indonesia.
Dalam mencegah penggunaan minum minuman keras pada remaja sangat
dibutuhkan peran dari berbagai pihak, ada tiga level dalam kaitannya dengan
solusi mencari jalan keluar dari masalah penyalahgunaan miuman keras. Pertama
pada level individu (diri sendiri); kedua pada level masyarakat (seorang farmasis
dapat melakukan perannya dengan memberikan pengetahuan tentang bahaya
minuman keras dan juga motivasi); dan ketiga pada level pemerintahan.
Salah satu peran pihak ketiga adalah dengan menetapkan Peraturan
Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 tentang
Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan
Minuman Beralkohol. Produsen minuman beralkohol kehilangan peluang menjual
produk di minimarket. Aturan anyar ini dapat menekan kinerja penjualan emiten
produsen minuman beralkohol. Penjualan minuman beralkohol golongan A, yakni
yang memiliki kadar alkohol di bawah 5 persen dilarang di minimarket. Penjualan
hanya boleh di supermarket atau hipermarket. Namun, larangan ini tak berdampak
signifikan bagi total penjualan para produsen minuman beralkohol, seperti PT
Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) dan PT Delta Jakarta Tbk (DLTA).

MLBI memproduksi berbagai merek minuman beralkohol, seperti bir


Bintang dan Heineken. Sedangkan produk DLTA di antaranya, Anker Beer, San
Miguel Beer, Anker Stout, Kuda Putih, dan Carlsberg Beer. Selain larangan
tersebut, pasar minuman beralkohol di Indonesia cenderung terbatas. Hal ini
terjadi lantaran konsumen minuman beralkohol hanya kalangan terbatas dan
hanya di tempat-tempat tertentu. Apalagi, mayoritas penduduk Indonesia muslim,
sehingga mengharamkan konsumsi minuman beralkohol.
Peminat minuman beralkohol lebih banyak menikmati di kafe atau klub
malam. Untuk itu, produsen minuman beralkohol akan lebih terancam jika ada
peraturan daerah yang menutup tempat-tempat hiburan malam. Nyatanya,
berbagai kafe dan tempat hiburan malam masih diminati banyak pengunjung.
Bahkan, para pengunjung tempat-tempat tersebut semakin bertambah.
Produsen Indonesia menghadapi permasalahan khusus. Sebagai tambahan
terhadap menanggulangi berbagai kesulitan memasarkan bir di suatu Kultur Islam,
mereka harus mengimport bahan baku dari Eropa, Australia dan Austria,
meningkatkan biaya-biaya transportasi. Ada tiga pajak minuman beralkohol. Yang
pertama adalah pajak pertambahan nilai tentang sepuluh persen berlaku untuk
semua barang-barang pabrik. Berikutnya adalah suatu pajak kemewahan (bir
dipertimbangkan suatu item kemewahan di Indonesia. Di tahun 1992 pajak
kemewahan yang ditingkatkan ke 35% tentang harga barang-barang mewah. Pajak
yang ketiga adalah suatu bea cukai atas minuman beralkohol. Di tahun 1992,
pajak ini yang ditingkatkan ke Rp. 500/liter. Secara keseluruhan, MLBI
mengeluarkan di atas 50% dari pendapatannya di pajak. Yang sama besar untuk
produsen lain.
Tetapi muncul masalah lain yaitu penyalahgunaan minuman keras yang
cukup berkembang karena menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Tak
sedikit korban berjatuhan setelah menggak miras (minuman keras) oplosan.
Dalam beberaoa tahun belakangna ini banyak korban yang dilaporkan
mengeluhkan gangguan kesehatan seperti sakit dada atau sesak nafas bahkan
berujung kematian setelah minum miras oplosan. Data pada Desember 2014 di
Sumedang dilaporkan sebanyak 25 korban meninggal dari 127 peminum miras

oplosan. Dilaporkan juga di Yogyakarta, miras oplosan merenggut 24 nyawa


dimana mayoritas korban merupakan mahasiswa di Yogyakarta. Maraknya
kebiasaan minum minuman keras oleh masyarakat di beberapa wilayah di
Indonesia. Hingga kini semakin meresahkan dengan munculnya fenomena miras
oplosan yang telah merenggut banyak korban.
Fokus permasalahan adalah remaja yang mulai mengkonsumsi minuman
keras. Kepada orang tua agar lebih disiplin dalam mendidik anak agar tidak
terjerumus dalam lingkaran pergaulan tidak baik. Harus lebih selektif dalam
memilih pergaulan, agar tidak cobacoba pada minuman keras yang sangat
memberikan dampak buruk. Salah satunya dengan melakukan kampanye.
Kampanye sendiri adalah suatu tindakan dan usaha yang bertujuan untuk
mendapatkan dukungan. Kampanye dapat dilakukan oleh perorangan atau
sekelompok orang yang teroganisir untuk melakukan pencapaian. Diharapkan
melalui kampanye ini, semakin banyak remaja dan masyarakat yang menghindari
minuman keras karena lebih banyak dampak negatifnya dibandingkan dampak
positifnya.

Gambar 1.1 Logo Kampanye #ANTIMIRAS

Cheng, Hong; Kotler, Philip; Lee, Nancy. R. 2010. Social Marketing for Public
Health. USA: Jones and Bartlett Publishers
Hediyani, Novie. 2016. Waspada Bahaya Miras Oplosan. Available online at
https://www.dokterkuonline.com/single-post/2016/07/28/waspada-bahayamiras-oplosan [diakses pada 17 Desember 2016]
Nafsiah, Wuwun. 2015. Dilarang di Minimarket, Minuman Beralkohol Tetap
Laris?
Tersedia
online
di
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/01/26/093900926/Dilarang.di.
Minimarket.Minuman.Beralkohol.Tetap.Laris. [Diakses pada 17 Desember
2016].
Willis, Sofyan S. 2005. Remaja dan Masalahnya. Bandung: ALFABETA

Você também pode gostar