Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
menurut
pandangan
Manajemen modern
perusahaan
dalam
menjalankan
operasionalnya harus berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan sumber-sumber ekonomi yang
digunakan oleh perusahaan semuanya berasal dari lingkungan sosial dimana perusahaan itu berada.
Oleh karena itu perusahaan sebagai organisasi bisnis harus mampu merespon apa yang dituntut oleh
lingkungan sosialnya, sehingga entitas bisnis dan entitas sosial dapat saling berinteraksi dan
berkomunikasi untuk kepentingan bersama.
Seiring dengan perkembangan konsep manajemen tersebut, para akuntan juga membicarakan
bagaimana permasalahan tanggung jawab sosial ini dapat diadaptasikan dalam ruang lingkup
akuntansi (Hines, 1988) dalam Azhar Maksum, (1991), sehingga tujuan utama pelaporan keuangan
guna memberikan infromasi kepada para pemegang saham dan kreditur menjadi ikut bergeser pula
kearah kecenderungan bahwa perlunya pelaporan yang bersifat dari luar organisasi perusahaan
(externality) dalam rangka memberikan informasi kepada beberapa kelompok orang luar yang
berkepentingan terhadap perusahaan. Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa ide dasar
yang melandasi perlunya dikembangkan akuntansi sosial (sosial Accounting), secara umum
sebenarnya adalah tuntutan terhadap perluasan tanggung jawab perusahaan.
Beberapa penulis seperti Estes (1973); Bowman dan Mason (1976); K.Most (1977); Carrol AB
(1984); Henderson (1984) dan Chua (1990) dalam Sawardjono (1991), menggambarkan beberapa
contoh konkrit yang dapat dianggap sebagai externality, antara lain seperti melaporkan jumlah
karyawan, jaminan kesehatan, informasi tentang upaya pencegahan pencemaran lingkungan, standar
kualitas, pengepakan produk ramah lingkungan, penyaluran beasiswa pendidikan, kesempatan
magang, pelatihan kerja bagi mahasiswa, dan kepedulian sosial kepada masyarakat sekitar industri.
Permasalahan
penting
lainnya
yang
menjadi
isu
dikalangan
para
akuntan
sehubungan externalily adalah mengenai seberapa jauh perusahaan harus bertanggung jawab
terhadap sosial ekonomi seluruhnya, dan bagaimana perlakuan akuntansi yang tepat untuk
menggambarkan transaksi yang terjadi antara perusahaan dengan lingkungan sosialnya tersebut.
Harahap (1988;1993; 2001) mengemukakan bahwa persoalan apakah perusahaan perlu
mempunyai tanggungjawab sosial atau tidak, sampai saat ini masih terus merupakan perdebatan ilmiah
dalam sistem ekonomi kapitalis. Lebih jauh Harahap (2002) menyebutkan bahwa fenomena ini
merupakan bentuk dari penyadaran kapitalis terhadap tanggung jawab sosial perusahaan melalui
penyajian informasi akuntansi. Pro dan kontra tersebut tentunya dapat dipahami karena kelompok yang
mendukung maupun yang tidak mendukung punya kepentingan dan argumentasinya masing-masing.
Di Indonesia sendiri, permasalahan akuntansi sosial memang bukanlah hal yang baru, para
pakar akuntansi di Indonesia juga telah melakukan analisis dan studi tentang kemungkinan penerapan
akuntansi sosial di Indonesia (Harahap, 1988); lihat juga Bambang Sudibyo (1988); Hadibroto (1988)
dalam Arief Suadi (1988), hanya saja akuntansi sosial menjadi kurang popular.
Terdapat dua hal yang menjadi kendala sulitnya penerapan akuntansi sosial di Indonesia, yaitu
(1) lemahnya tekanan sosial yang menghendaki pertanggungjawaban sosial perusahaan, dan (2)
rendahnya kesadaran perusahaan di Indonesia tentang pentingnya pertanggung jawaban sosial.
Menurut Penulis, perkembangan lingkungan bisnis yang demikian pesat saat ini telah mendorong
perusahaan-perusahaan di Indonesia menuju kearah kesadaran akan pentingnya pertanggungjawaban
sosial, sehingga perlu dianalisis kembali penerapan akuntansi sosial dalam situasi dan kondisi
perekonomian Indonesia sekarang ini.
Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, akuntansi berfungsi untuk memberikan informasi
untuk pengambilan keputusan dan pertangungjawaban. Selama ini, laporan keuangan hanya
difokuskan kepada kepentingan investor dan kreditor sebagai pemakai utama laporan keuangan. Hal
ini tertuang mulai dari Standar Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1. Selama ini perusahaan
hanya menyampaikan informasi mengenai hasil operasi keuangan perusahaan kepada pemakai, tetapi
mengabaikan eksternalitas dari operasi yang dilakukannya, misalnya polusi udara, pencemaran air,
pemutusan hubungan kerja, dan lainnya. Akhir-akhir ini banyak sekali ditemukan berita di surat kabar,
televisi mengenai dampak operasi perusahaan yang tidak memperhatikan lingkungan di mana mereka
beroperasi.
6.
PT. Telkom
Indonesia
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
Bagaimanakah Aspek perilaku dalam akuntansi sosial terhadap perusahaan baik karyawan,
masyarakat dan lingkungan?
1.3
1.4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Aspek Keperilakuan dari Psikologi dan Psikologi Sosial
A. Sikap
Sikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan, baik yang
menguntungkan maupun yang kurang menguntungkan, tujuan manusia, objek, gagasan, atau
situasi. Istilah objek dalam sikap digunakan untuk memasukkan semua objek yang mengarah
pada reaksi seseorang.
Ketiga komponen sikap: pengertian (cognition), pengaruh (affect), danperilaku (behavi
or). Susunan sikap yang dipandang berdasarkan ketiga komponen tersebut membantu untuk
memahami kerumitan sikap dan hubungan potensial antara sikap dan perilaku. Sikap disusun
oleh komponen teori, emosional, dan perilaku. Komponen teori terdiri atas gagasan, persepsi,
dan kepercayaan seseorang mengenai penolakan sikap. Komponen emosional atau afektif
mengacu pada perasaan seseorang yang mengarah pada objek sikap. Komponen perilaku
mengacu pada bagaimana satu kekuatan bereaksi terhadap objek/sikap.
B.
Persepsi
Persepsi adalah Bagaimana orang-orang melihat atau menginterprestasikan peristiwa,
objek, serta manusia. Menurur kamus Bahasa Indonesia Persepsi adalah sebagai tanggapan
(penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui
panca indra. Sedang dalam lingkup yang lebih luas Persepsi merupakan suatu proses yang
melibatkan pengetahuan sebelumnya dalam memperoleh dan menginterprestasikan stimulus
yang ditunjukkan oleh panca indra. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi adalah sebagai
berikut:
a. Faktor Dalam Situasi yang terdiri dari waktu, keadan (tempat kerja), keadan sosial.
b. Faktor Pada Pemersepsian yang terdiri dari sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan
pengharapan.
c. Faktor Pada Target yang terdiri dari hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang,
kedekatan.
Perilaku para akuntan dapat menerapkan pengetahuan persepsi terhadap banyak aktifitas
organisasi. Misalnya dalam evaluasi kinerja, cara penilaian atas seseorang mungkin
dipengaruhi oleh ketelitian persepsi penyedia. Kesalahan atau bias penilaian mungkin
diakibatkan oleh sandiwara yang mencoba untuk menakut-nakuti sehingga karyawan mrasa
tidak puas dan meninggalkan perusahaan. Oleh karena itu para penyelia perlu mengenali
perasaan mereka terhadap bawahannya. Bawahan tertentu dapat mempengaruh evaluasi
mereka, dan harus waspada terhadap sumber penyimpangan persepsi ini. Kesalahan persepsi
dapat juga mendorong kearah ketegangan hubungan antar pribadi karyawan. Ketika sesuatu
dilihat sebagai sesuatu yang menegangkan seorang penyelia perlu menentukan penyebab
terjadinya peristiwa bisnis yang dipandang berbeda oleh orang-orang yang berbeda.
C. Nilai
Nilai secara mendasar dinyatakan sebagai suatu modus perilaku atau keadaan akhir dari
eksistensi yang khas dan lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan dengan suatu
modus
perilaku
atau
keadaan
akhir
yang
berlawanaan.
Dalam mempelajari perilaku dalam organisasi, nilai dinyatakan penting karena nilai
meletakkan dasar untuk memahami sikap serta motivasi dan karena nilai memengaruhi sikap
manusia.seseorang memasuki organisasi dengan gagasan yang dikonsepkan sebelumnya
mengenai apa yang seharusnya dan apa yang tidak seharusnya.
Permasalahan profesi akuntansi sekarang ini banyak dipengaruhi masalah kemerosotan
standar etika dan krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan ini seharusnya menjadi pelajaran bagi
para akuntan untuk lebih berbenah diri, memperkuat kedisiplinan mengatur dirinya dengan
benar, serta menjalin hubungan yang lebih baik dengan para klien atau masyarakat luas. Misal:
skandal Enron yang melibatkan Arthur Anderson, serta skndal Worldcom, Merck, dan Xerox,
profesi akuntan menjadi gempar.
D. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses dimana perilaku baru diperlukan. pembelajaran terjadi sebagai
hasil dari motivasi, pengalaman, dan pengulangaan dalam merespon situasi. Kombinasi dari
motivasi, pengalaman dan pengulangan dalam merespons situasi ini terjadi dalam tiga bentuk:
pengaruh keadaan klasik, pengaruh keadaan operant, dan pembelajaran sosial.
Walaupun teori pembelajaran sosial merupakan suatu perpanjangan dari pengondisian
operant, di mana teori tersebut mengandalkan perilaku sebagai suatu fungsi dari konsekuensikonsekuensi, teori itu juga mengakui eksistensi pembelajaran observasional(lewat
pengamatan) dan pentingya persepsi dalam belajar.
E. Kepribadian
Aplikasi utama dari teori kepribadian dalam organisasi adalah memprediksikan perilaku.
Pengujian terhadap perilaku ditentukan oleh banyaknya efektivitas dalam tekanan pekerjaan,
siapa yang akan menanggapi kritikan dengan baik, siapa yng pertama harus dipuji dahulu
sebelum berbicara mengenai perilaku tidak diinginkan, siapa yang menjadi seorang pemimpin
potensial. Semuanya itu merupakan bentuk-bentuk pemahamaan atau kepribadian.
Suatu argumen dini dalam riset kepribadian adalah apakah kepribadian seseorang
merupakan hasil keturunan atau lingkungan. Kepribadian tampaknya merupakan hasil dari
kedua pengaruh tersebut. Selain itu, dewasa ini dikenal faktor ketiga, yaitu faktor situasi
a. Keturunan, Pendekatan keturunan beragumentasi bahwa penjelasan paling akhir dari
kepribadian seseorang individu adalah struktur molekul dari gen yang terletak dalam
kromosom.
b. Lingkungan, Di antara faktor-faktor yang menekankan pada pembentukan kepribadian adalah
budaya dimana seseorang dibesarkan, pengondisian dini, norma-norma di antara keluarga,
temam-teman, dan kelompok-kelompok social, serta pengaruh lain yang dialmi.
c. Situasi, Faktor ini mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian.
Kepribadian seseorang walaupun kelihatannya mantap dan konsisten, dapat berubah pada
kondisi yang berbeda.
2.5