Você está na página 1de 10

Ada beberapa pendapat dari ulama mengenai makna amal shalih, diantaranya sebagai

berikut:

1.

Ibnu Katsir menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan amal shalih di sini adalah amal
yang bermanfaat dan sesuai dengan al-Quran dan Hadis Nabi saw.

2.

Muhammad Abduh berpendapat bahwa amal shalih adalah segala perbuatan yang
berguna bagi pribadi, keluarga, kelompok, dan manusia secara keseluruhan.

3.

Az-Zamakhsyari berpendapat bahwa amal shalih adalah segala perbuatan yang sesuai
dengan dalil akal, al-Quran dan sunah Nabi

1. arti pentingnya amal menurut alquran dan hadis


Pengertian dan Pentingnya Amal Saleh
Secara bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau
tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut. Menurut istilah, amal
saleh ialah perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia
dan balasan pahala yang berlipat di akhirat. Islam memandang bahwa amal saleh
merupakan manifestasi keimanan kepada Allah SWT. Islam bukan sekadar
keyakinan, melainkan amalan saleh yang mengejawantahkan keyakinan tersebut.
Amal saleh menegaskan prinsip-prinsip keimanan dalam serangkaian aturan-aturan
Allah SWT.
Sedangkan amal saleh yang tanpa keimanan akan menjadi perbuatan yang tidak
ada nilainya di hadapan Allah. Sebagai contoh orang yang dalam kesehariannya
suka memberi bantuan kepada siapa saja yang membutuhkan tetapi tidak dilandasi
dengan keimanan kepada Allah, maka perbuatan tersebut tidak mendapat nilai atau
balasan dari Allah.
Syarat sahnya sebuah perbuatan kebaikan seseorang antara lain :
a. Amal saleh harus dilandasi niat karena Allah semata
b. Amal saleh hendaknya dikerjakan sesuai dengan Qur'an dan Hadits
c. Amal saleh juga harus dilakukan dengan mengetahui ilmunya
Oleh karenanya sebagai seorang hamba Allah kita dalam berbuat kebaikan

harus disertai dengan niat yang ikhlas karena Allah semata, sesuai
dengan tuntunan Al-Qur'an dan Hadits dan tahu ilmunya sehingga dapat
mendatangkan kebaikan bagi si pelaku.
Al-Qur'an menyebutkan ungkapan "amal saleh" pada dua tempat, yaitu
Q.S.
Al-Fatir
5:10
dan Q.S. Attaubah: 120. Ayat pertama mengungkapkan: "Kepada-Nyalah
akan naik perkataan-perkataan yang baik, dan amalan kebajikan Dia akan
mengangkatnya.
(
Q.S.
Fatir:10
).
Sedangkan, ayat kedua menjelaskan tentang semua tindakan dalam jihad
di jalan Allah sebagaimana amal saleh. Adapun ayat yang menjelaskan
tentang amal yang tidak saleh (amal gair shalih) dikaitkan dengan
pembangkangan kan'an terhadap seruan ayahnya, Nabi Nuh AS (Q.S.
Hud:46).
Al-Qur'an menghubungkan kata"amanu" (mereka beriman) dan "amilusshalihat" (mereka beramal saleh) dengan kata sambung "wa" (dan) pada
50 ayat Al-Qur'an, antara lain: Q.S. Al-Baqarah: 25,28,82,277, Ali 'Imron:
57,122,173, At-Tin:6, Al-Bayyinah: 7, dan Al-'Ashr: 3. Dalam 10 ayat yang
lainnya, yaitu: An-Nisa': 124, Hud: 11, Al-Isra': 9, Al-Kafh 18: 2,46,
Maryam: 76, Taha: 75,122, Al-Anbiya': 49, An-Nur: 55, Al-Qur'an juga
menyebutkan kata "as-salehat" tetapi tidak menghubungkannya secara
langsung dengan "amanu".
Dari apa yang ditemukan pada ayat-ayat Al-Qur'an diatas, dapat
disimpulkan bahwa amal saleh merupakan wujud dari keimanan
seseorang. Artinya, orang yang beriman kepada Allah SWT harus
menampakkan keimanannyadalam bentuk amal saleh. Iman dan Amal
Saleh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Mereka
bersatu padu dalam suatu bentuk yang menyebabkan ia disebut mata uang.
Iman tanpa Amal Saleh juga dapat diibaratkan pohon tanpa buah.
Dengan demikian, seorang yang mengaku beriman harus
keislaman, begitu pula orang yang mengaku islam
keislamannya. Iman dan Islam seperti bangunan yang kokoh
diwujudkan dalam bentuk amal saleh yang menunjukkan

menjalankan amalan
harus menyatakan
di dalam jiwa karena
nilai-nilai keislaman.

Dalam bentuk ayat tersebut, Allah SWT menjanjikan kepada mereka yang beriman
dan beramal saleh memperoleh surga na'im (sarat nikmat), maghfirah (ampunan
Allah), dan pahala yang besar (arjun azhim). Selain itu, Amal saleh merupakan kunci
keberuntungan bagi manusia.

Istiqomah diatas Amal Sholeh


Syaikh DR.Shalah Budair hafizhullah berkata :
"Allah berfirman, Apakah kamu tidak melihat orang yang berpaling (dari al Quran)? Dia
memberi sedikit lalu menahan sisanya (An Najm: 33-34).
Makna menahan sisanya adalah memutuskannya. Maka ayat ini mengandung dorongan
untuk tetap konsisten dalam beramal shalih dan celaan bagi orang yang beramal baik
kemudian putus atau tidak konsisten"
@slah1971 Dr. Shalah Budair, imam dan khatib Masjid Nabawi Asy Syarif dan Hakim di
mahkamah agung Madinah Nabawiyah

Ulama menjelaskan maksud hal itu adalah agar seseorang yang


melakukan amal shalih aman dari penyakit ujub (membanggakan
amal) karena orang yang menyembunyikan amal tidak terlalu
khawatir terhadap serangan ujub, beda jika ia menampakannya,
ketika itu penyakit tersebut lebih dikhawatirkan
menyerangnya. Namun, selama ada maslahat syari dalam
menampakkan amal shalih, seperti agar dicontoh oleh orang lain
dan mendorong mereka untuk melakukan kebaikan, serta bersih
dari riya` dan mencari popularitas, maka tidak mengapa
dikeraskan/dinampakkan (amal shalih tersebut).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, Firman Allah,



Jika kalian menampakkan sedekah(kalian), maka itu adalah baik


sekali. Dan jika kalian menyembunyikannya dan kalian berikan
kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik
bagi kalian (Al-Baqarah : 271).

Di dalam ayat ini terdapat petunjuk bahwa menyembunyikan shadaqah lebih


utama daripada menampakkannya, karena lebih jauh dari riya` kecuali jika
ada maslahat yang kuat, yaitu orang-orang mengikutinya,maka
menampakannya lebih utama jika ditinjau dari sudut pandang ini dan hukum
asalnya adalah menyembunyikan lebih utama,berdasarkan Ayat ini (Tafsir
Ibnu Katsir 1/701).

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam kitab Al-Fath 11/337 :

Terkadang disunnahkan menampakkannya -yaitu amal shalih- bagi


orang yang menjadi panutan. Jika tujuannya untuk ditiru dan hal itu
diukur sesuai dengan kebutuhan. Ibnu Abdis Salam berkata,
Dikecualikan dari hukum sunnahnya menyembunyikan amal adalah
bagi orang yang menampakkannya dengan niat agar dicontoh atau
agar bisa diambil manfaatnya, seperti penulisan masalah ilmiyyah.
Ath-Thabari, Ibnu Umar, Ibnu Masud dan sekelompok Salafush
Shalih berkata, shalat malam di masjid-masjid mereka dan
menampakkan amal shalih mereka dengan niat agar dicontoh.
Beliau berkata, Barangsiapa menjadi imam (pemimpin) yang
perbuatannya menjadi tauladan, iapun mengetahui hak Allah atas
dirinya, dan mampu menaklukkan syetannya, maka bagi dia, sama
kedudukannya antara amal yang ditampakkan dengan yang
disembunyikan karena kebaikan niatnya. Adapun bagi orang yang
bertipe kebalikannya, maka menyembunyikan amal lebih utama
baginya. Atas prinsip inilah Salafush Shalih melakukan amal shalih.

Ibnu Hajar Al-Haitami rahimahullah berkata, Di dalam


menyembunyikan amal shalih ada faidah keikhlasan dan selamat
dari riya`, dan di dalam menampakkannya ada faidah menjadi suri

tauladan dan penyemangat manusia untuk berbuat baik, akan tetapi


terancam serangan riya`, dan Allah memuji kedua sikap ini,
Allah Azza Wa Jalla berfirman,


Jika kalian menampakkan sedekah (kalian), maka itu adalah baik
sekali. Dan jika kalian menyembunyikannya dan kalian berikan
kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik
bagi kalian (Al-Baqarah : 271).

Namun Dia memuji sikap menyembunyikan amal karena bisa selamat dari
perusak amal yang besar tersebut, sedangkan sedikit orang yang bisa
selamat darinya. Terkadang sikap menampakkan amal adalah sesuatu yang
terpuji, ketika memang tidak bisa disembunyikan, seperti jihad, haji, shalat
jumat, dan shalat jamaah. Maka bentuk menampakkan amal-amal tersebut
adalah dengan bersegera melakukannya dan menampakkan keinginan
melakukannya dengan tujuan menyemangati (orang lain) dengan syarat
tidak terkotori kotoran riya`.

Kesimpulan, selama suatu amal shalih itu bersih dari kotoran-kotoran


tersebut dan menampakkanya tidak sampai mengganggu orang lain, serta
memang mendorong manusia untuk mencontoh dan mengikuti perbuatan
yang baik tersebut hingga mereka pun bersegera melakukannya dan hal ini
disebabkan karena kedudukan pelakunya adalah sebagai ulama atau orangorang yang shalih yang mampu menggerakkan mereka untuk
mencontohnya-, maka sikap menampakkan amal ketika itu adalah sesuatu
yang lebih utama karena hal itu merupakan kedudukan para Nabi shallallahu
alaihi wa sallam dan ulama pewaris mereka, sedangkan tidaklah mereka
dikhususkan kecuali dengan sesuatu yang paling sempurna, dan karena juga
manfaatnya meluas untuk orang lain, serta berdasarkan sabda
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,


Barangsiapa yang memulai mengamalkan suatu amal shalih dan
manusia mencontohnya,maka dia akan mendapatkan pahalanya dan
pahala orang yang mengamalkannya sampai hari Kiamat. Jika tidak
terpenuhi syarat tersebut di atas,maka sikap menyembunyikan amal
itu lebih utama (Az-Zawajir : 1/118).

Berkata Syaikh Ibnul Utsaimin rahimahullah,

Termasuk kesempurnaan ikhlas adalah seseorang bersemangat


agar tidak ada orang yang melihat ibadahnya dan agar ibadahnya
kepada Rabbnya tidak diketahui manusia, kecuali jika
menampakkannya ada kemaslahatan bagi kaum muslimin atau bagi
Islam, seperti jika seseorang itu statusnya sebagai pemimpin yang
diikuti dan ia ingin menunjukkan ibadahnya kepada manusia agar
mereka mengambilnya sebagai contoh bagaimana melakukan
ibadah tersebut, atau ia menampakkan ibadah dengan tujuan ingin
dicontoh oleh teman, pengiring, dan sahabat-sahabatnya, maka
dalam hal ini ada kebaikan. Maslahat-maslahat yang memang layak
untuk dipilih tersebut, terkadang lebih utama dan lebih tinggi dari
maslahat menyembunyikan amal, oleh karena itulah Allah Azza Wa
Jalla memuji orang-orang yang berinfak dengan sembunyi-sembunyi
dan terang-terangan juga.

Jika memang sembunyi-sembunyi itu lebih maslahat, lebih bermanfaat bagi


hati, dan lebih khusyu serta lebih bisa kembali kepada Allah, maka mereka
menyembunyikannya, sedangkan jika menampakkan amal ada maslahatnya
bagi Islam dalam bentuk nampak semarak syariat-Nya (diterapkan) dan bagi
kaum muslimin bisa mencontohnya, maka mereka akan menampakannya.
Seorang mukmin hendaklah melihat apa yang paling bermanfaat (baginya),
kapan saja sesuatu itu lebih bermaslahat dan lebih bermanfaat pengaruhnya
dalam peribadatan, maka hal itu lebih sempurna dan lebih utama (Majmu
Fatawa dan Risalah Ibnul Utsaimin : 3/165).

Dan berdasarkan hal inilah ,maka tidak mengapa Anda memberitahu istri
Anda tentang sebagian amal shalih Anda, hingga Anda bisa mendorongnya
untuk mencontoh Anda dan bersungguh-sungguhlah dalam mengikhlaskan
amal untuk Allah Taala saja dan membersihkannya dari riya`. Wallahu
alam(Islamqa.info/ar/135634).

Pengertian amal dalam pandangan Islam


A.

AMAL
Secara bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau tindakan,

sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut. Menurut istilah, amal saleh ialah perbuatan

baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia dan balasan pahala yang berlipat di
akhirat.
Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap perbuatan
kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal dalam Islam tidak hanya
terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada ilmu fikih dan
hukum-hukum agama. Ilmu dalam dalam ini mencakup semua yang bermanfaat bagi manusia
seperti meliputi ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan
dengan benar dan baik maka memberikan dampak yang positif bagi peradaban manusia.
Misalnya pengembangan sains akan memberikan kemudahan dalam lapangan praktis manusia.
Demikian juga pengembangan ilmu-ilmu sosial akan memberikan solusi untuk pemecahan
masalah-masalah di masyarakat.
Nilai yang hidup dan nyata adalah amal,hidup berkembangnya peradaban berdasarkan
perkembangan ilmu yang korelatif dengan perubahan yang terjadi dalam arus, maka ilmu
menjadi tiang bagi berdirinya peradaban. Ilmu harus memiliki keterjangkauan dengan realitas
yang ada, ilmu harus mampu membumi dan dapat diterapkan dalam menjawab arus
perubahan. Ilmu akan mati jika ilmu tidak memberikan konsepsi yang jelas pada realita, maka
dari itu ilmu harus melandaskan dirinya pada realita yang ada.
Penerapan ilmu dinamakan alam perbuatan, maka ilmu akan membumi nilainya jika
manyetuh realita (amal perbuatan). Objek dan tujuan ilmu adalah relaita. Realita merupakan
perubahan atas arus perkembangan zaman, mulai dari perkembangan sosial, politik, ekonomi
dan lain sebagainya.
Seiring dengan perubahan dan perkembangan arus kehidupan manusia tersebut, maka nilai
yang tetap harus berimplikasi pada perkembangan ilmu yang relevan dengan keadaan
zamannya. Nilai dikatakan hidup jika menyentuh realita dengan impilikasi dari ilmu
pengetahuan.
Keutamaan orang-orang yang berilmu dan beriman sekaligus, diungkapkan Allah dalam
ayat-ayat berikut:
Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu?
Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. AzZumar [39] : 9).
Allah berikan al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan kearifan) kepada siapa
saja yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al-Hikmah itu, benar-benar ia telah

dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran (berdzikir) dari firman-firman Allah. (QS. Al-Baqoroh [2] : 269).
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS Mujaadilah [58] :11)

Rasulullah saw pun memerintahkan para orang tua agar mendidik anak-anaknya dengan
sebaik mungkin. Didiklah anak-anakmu, karena mereka itu diciptakan buat menghadapi zaman
yang sama sekali lain dari zamanmu kini. (Al-Hadits Nabi saw). Menuntut ilmu itu diwajibkan
bagi setiap Muslimin, Sesungguhnya Allah mencintai para penuntut ilmu. (Hadis Nabi saw).

Syarat diterimanya amal shaleh


Diposkan oleh Aku Abdullah on 14.02 0 komentar

1)beriman kepada Allah,. Amalan orang yg berbuat syirik tidak akan di terima.
2)ikhlas,. Bahwasanya amalan shaleh dilakukan semata-mata karena mengharap ridha Allah.
3)mengikuti dan melaksanakan ajaran nabi Muhammad,. Kita tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang
disyaratkan Rosullullah. Jika salah satu dari syarat tidak ada, maka amalannya ditolak.
Allah berfirman dalam surat Al-Furqon ayat 23 yang artinya
"dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu berterbangan"(AlFurqon:23)

Você também pode gostar