Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
SKENARIO A BLOK 23
Kelompok A5
Tutor: dr. Yusmala, SpA (K)
Anggota:
Linda Angelia
04011181419075
04011281419099
Vicra Adhitya
040112814190123
Azillah Syujria N
04011281419141
Alvinnata
04011181419063
Illiyyah
04011281419105
04011181419043
04011181419027
0401181419037
04011181419057
Cornellia Agatha
04011181419059
PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIDJAYA PALEMBANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul Laporan Tutorial Skenario A
Blok 23 sebagai tugas kompetensi kelompok. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada
junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutpengikutnya sampai akhir zaman.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan
saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1.
2.
3.
4.
semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi kita dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang.
Kelompok A5
KEGIATAN TUTORIAL
Tutor
Moderator
: Alvinnata
Sekretaris Meja I
Sekretaris Meja
Tanggal Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan
: 10.00-12.30 WIB
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................................i
Kegiatan Tutorial...............................................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................................................iii
I.
Skenario...............................................................................................................................1
II.
Klarifikasi Istilah..................................................................................................................1
III.
Identifikasi Masalah.............................................................................................................1
IV.
Analisis Masalah..................................................................................................................1
V.
Learning Issue......................................................................................................................2
VI.
Sintesis.................................................................................................................................2
1.
SKENARIO
Tn. M umur 40 tahun seorang laki-laki bekerja sebagai buruh bangunan sejak 5
bulan yang lalu, teraba ada benjolan di leher kanan sebesar telur puyuh, benjolan tidak
nyeri, badan terasa demam tapi tidak terlalu tinggi dan mudah berkeringat, nafsu makan
menurun, berat badan masih normal. Sejak 4 bulan yang lalu timbul benjolan di leher
sebelah kiri sebesar telur puyuh dan benjolan sebelah kanan leher semakin membesar
yaitu sebesar telur ayam. Berat badan menurun 6 kg dalam 2 bulan terakhir. Tn. M
berobat ke dokter umum, diberi obat juga dilakukan pemeriksaan darah dan rontgen dada,
namun benjolan tidak mengecil dan malah membesar. Sejak 1 bulan yang lalu, Tn. M
mengeluhkan sakit menelan dan sulit menelan, akhirnya Tn. M berobat ke bagian
penyakit dalam dan dirawat.
Riwayat batuk lama tidak ada, riwayat keluarga batuk lama tidak ada, riwayat
sakit kepala tidak ada. Tn. M sering memelihara binatang seperti kucing dan juga senang
makanan yang di bakar seperti sate. Tn. M jarang minum obat-obatan atau jamu-jamuan.
Riwayat keluarga tidak ada yang seperti ini, Ibu Tn. M menderita carcinoma payudara.
Pemeriksaan fisik didapatkan:
Keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi
80x/menit, frekuensi nafas 20x/menit, suhu 36,8 c, TB: 165 cm, BB: 42 kg
Keadaaan spesifik:
Kepala: Conjungtiva pucat (-), ikterik (-)
Mulut: Stomatitis (-), faring hiperemis (-), tumor (-)
Leher: JVP 5-2 cmH2O
Benjolan pada leher kanan: ukuran 5x4x4 cm, nyeri (-), mobile
Benjolan pada leher kiri: ukuran 3x4x3 cm, nyeri (-), mobile
Thoraks:
Pembesaran kelenjar limfa di aksila (-)
Paru: dalam batas normal
Jantung: dalam batas normal
Pemeriksaan laboratorium:
Darah rutin: Hb: 10,2 gr%, WBC: 8.000/ mm3, hitung jenis: 0/5/6/70/18/1, LED: 60
mm/jam
Kimia darah: ureum 50 mg/dl, kreatinin 1,4 mg/dl, asam urat 8,5 mg/dl, LDH 565 U/L
2.
KLARIFIKASI ISTILAH
No
Istilah
Klarifikasi
Karsinoma payudara
.
1.
Ikterik
3.
Stomatitis
4.
Faring hiperemis
5.
Kelenjar Limfa
di
aksila,
dihubungkan
oleh
saluran
limfatik.
JVP
7.
Hb
8.
LED
ESR,
ukuran
kecepatan
endap
eritrosit,
menggambarkan
Ureum
8.
Kreatinin
Asam urat
10.
LDH
3.
IDENTIFIKASI MASALAH
No
Pernyataan
O-E
Concern
.
1.
VVV
sejak 5 bulan yang lalu, teraba ada benjolan tidak nyeri di leher kanan
sebesar telur puyuh. Badan terasa demam tapi tidak terlalu tinggi dan
mudah berkeringat, nafsu makan menurun, berat badan masih normal.
Sejak 4 bulan yang lalu timbul benjolan di leher sebelah kiri sebesar
telur puyuh dan benjolan sebelah kanan leher semakin membesar yaitu
sebesar telur ayam.
2.
VV
bulan yang lalu, Tn. M mengeluhkan sakit menelan dan sulit menelan,
akhirnya Tn. M berobat ke bagian penyakit dalam dan dirawat.
3.
Riwayat batuk lama tidak ada, riwayat keluarga batuk lama tidak ada,
riwayat sakit kepala tidak ada. Tn. M sering memelihara binatang seperti
kucing dan juga senang makanan yang di bakar seperti sate. Tn. M
VV
Pemeriksaan laboratorium:
Darah rutin: Hb: 10,2 gr%, WBC: 8.000/ mm3, hitung jenis:
0/5/6/70/18/1, LED: 60 mm/jam
Kimia darah: ureum 50 mg/dl, kreatinin 1,4 mg/dl, asam urat 8,5 mg/dl,
LDH 565 U/L
4.
ANALISIS MASALAH
1.
Tn. M umur 40 tahun seorang laki-laki bekerja sebagai buruh bangunan sejak 5 bulan
yang lalu, teraba ada benjolan tidak nyeri di leher kanan sebesar telur puyuh. Badan
terasa demam tapi tidak terlalu tinggi dan mudah berkeringat, nafsu makan menurun,
berat badan masih normal.Sejak 4 bulan yang lalu timbul benjolan di leher sebelah
kiri sebesar telur puyuh dan benjolan sebelah kanan leher semakin membesar yaitu
sebesar telur ayam.
1.1
2.
3.
Kelenjar limfe parotid terletak pada atau di dalam glandula parotis. Menampung
limfe dari sebagian kulit kepala di atas glandula parotis, dari permukaan lateral
auricula dan dinding anterior meatus acusticus externus, dan dari bagian lateral
palpebra. Pembuluh limfe eferen mencurahkan isinya ke dalam kelenjar limfe
cervicalis profundi.
4.
5.
Level IA : Submental
Level IB : Submandibular
Level II : Upper Jugular
Terletak di sepanjang vena jugularis bagian atas, tepatnya dimulai dari dasar
tengkorak sampai inferior os hyoid
Level III : Middle Jugular
Terletak dari os hyoid sampai kartilago krikoid
Level IV : Lower Jugular
Terletak dari kartilago krikoid sampai batas atas klavikula
Level V : Posterior Triangel Group (spinal accessory and supraclavicular nodes)
Terletak di antara muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus trapezius.
Level VA dan VB dipisahkan oleh perpanjangan garis kartilago krikoid.
Lever VI : Anterior Compartment Group (pretracheal, paratracheal, precricoid)
Dari os hyoid sampai ke regio suprasternal.
1.2
Apa hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan pada kasus? 2 11
Apa penyebab dan bagaimana mekanisme teraba ada benjolan tidak nyeri di
leher kanan sebesar telur puyuh sejak 5 bulan yang lalu?
Terdapat berbagai macam penyebab benjolan di leher (limfadenopati di regio
colli) seperti keganasan, infeksi, autoimun maupun iatrogenik yang memiliki
gejala dan tanda khas masing-masing.Nyeri pada benjolan merupakan
karakteristik dari limfadenopati dengan etiologi infeksi dan autoimun. Tidak
ada nyeri menyingkirkan diagnosis banding limfadenopati akibat autoimun
dan infeksi pada kasus.
Mekanisme :Faktor genetic dan factor pencetusadanya proliferasi atau
akumulasi sel-sel jaringan limfoid di kelenjar getah beningbenjolan KGB.
1.4
Apa penyebab dan bagaimana mekanisme badan terasa demam tapi tidak
terlalu tinggi sejak 5 bulan yang lalu?
Mekanisme dari terjadinya demam pada keganasan masih belum sepenuhnya
dimengerti, namun, sitokin berperan penting pada proses terjadinya demam
tersebut. Pirogen endogen ini merangsang pengeluaran PGE2, yang akan
merubah set point di hypothalamus sehingga terjadilah demam. Meningkatnya
sitokin pada infeksi ditimbulkan oleh pathogen, trigger peningkatan sitokin
pada keganasan masih belum jelas.Salah satu studi menemukan bahwa aktivasi
dari IL-1 dirangsang oleh mutasi pada RAS.Kemungkinan lain termasuk
inflamasi sekunder yang menyebabkan ulserasi atau nekrosis yang disebabkan
oleh tumor itu sendiri. Sitokin yang berperan adalah IL-6.Meningkatnya IL-6
dapat dijumpai pada Lymphoma, Diffuse Large Cell Lymphoma, dan CLL.
1.5
1.6
Apa penyebab dan bagaimana mekanisme nafsu makan menurun sejak 5 bulan
yang lalu?
Hal ini disebabkan oleh adanya inflamasi.Terdapat peningkatan aktivitas
sitokin pro-inflamasi saat progresi penyakit keganasan.Peningkatan ini
disebabkan oleh lingkungan sekitar tumor sebagai respon terhadap sel
tumor.Sitokin seperti tumor necrosis factor-alpha (TNF-), interleukin-1 (IL-1),
IL-6, dan interferon-gamma (IFN-) diangkut melalui blood-brain barrier
dimana sitokin tersebut berinteraksi dengan luminal surface pada sel
endothelial
otak
yang
menyebabkan
pengeluaran
substansi
yang
mempengaruhi nafsu makan. Reseptor dari TNF- and IL-1 ditemukan pada
hypothalamus yang meregulasi intake makanan. Prostaglandin seperti PGE2
kemungkinan mediator langsung supresi nafsu makan.
1.7
1.8
2.
anoreksia.
Metabolisme energi berkaitan erat dengan metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak. Pada pasien kanker metabolisme zat tersebut
mengalami perubahan dan berpengaruh terhadap terjadinya penurunan
berat badan. Hipermetabolisme, didefinisikan dengan meningkatnya
pengeluaran energi pada saat istirahat. Berat badan yang turun drastis
dapat terjadi akibat sel kanker menggunakan sumber energi tubuh dan
sel tubuh bekerja keras untuk menyingkirkan sel-sel tersebut sehingga
tubuh kekurangan sumber energi tubuh dan mengambil sumber energi
iii.
cadangan tubuh.
Berberapa sitokin diketahui mempunyai peran dalam terjadinya
penurunan berat badan pada pasien kanker. Sitokin merupakan
polipeptida yang diproduksi limfosit dan makrofag sebagai respon imun
endogen terhadap tumor. Beberapa sitokin yang berperan antara lain IL1, IL-2, TNF dan interferon gamma. Sitokin dapat mempengaruhi status
nutrisi dan metabolisme pasien kanker dengan menyebabkan penurunan
nafsu makan, stimulasi laju metabolisme basal, stimulasi ambilan
glukosa, mobilisasi lemak serta cadangan protein.
2.2
Apa makna benjolan tidak mengecil dan malah membesar setelah berobat ke
dokter umum?
Berat badan yang turun drastis dapat terjadi akibat sel kanker menggunakan
sumber energi tubuh dan sel tubuh bekerja keras untuk menyingkirkan sel-sel
tersebut sehingga tubuh kekurangan sumber energi tubuh dan mengambil
sumber energi cadangan tubuh.
2.3
Apa penyebab dan bagaimana mekanisme sakit menelan dan sulit menelan
sejak 1 bulan lalu?
Tumor yang cukup besar dan berlokasi di regio colli dapat menekan organ
disekitarnya seperti oesophagus. Tekanan pada oesophagus menyebabkan
traktus oesophageal menjadi lebih sempit sehingga sulit dan nyeri saat
menelan.
3.
Riwayat batuk lama tidak ada, riwayat keluarga batuk lama tidak ada, riwayat sakit
kepala tidak ada. Tn. M sering memelihara binatang seperti kucing dan juga senang
makanan yang di bakar seperti sate. Tn. M jarang minum obat-obatan atau jamu-
jamuan. Riwayat keluarga tidak ada yang seperti ini, Ibu Tn. M menderita carcinoma
payudara.
3.1 Apa makna tidak ada riwayat batuk lama pada pasien dan keluarganya?
Menyingkirikan diagnosis banding limphadenopati TB.
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
4.
Keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi
80x/menit, frekuensi nafas 20x/menit, suhu 36,8 c, TB: 165 cm, BB: 42 kg
Keadaaan spesifik:
Kepala: Conjungtiva pucat (-), ikterik (-)
Mulut: Stomatitis (-), faring hiperemis (-), tumor (-)
Leher: JVP 5-2 cmH2O
Benjolan pada leher kanan: ukuran 5x4x4 cm, nyeri (-), mobile
Benjolan pada leher kiri: ukuran 3x4x3 cm, nyeri (-), mobile
Thoraks:
Pembesaran kelenjar limfa di aksila (-)
Paru: dalam batas normal
Jantung: dalam batas normal
Abdomen: dalam batas normal
Extremitas superior: pembesaran kelenjar limfa (-)
Extremitas inferior: pembesaran kelenjar limfa inguinal (-)
4.1
Pemeriksaan
Keadaan umum
Tekanan darah
Denyut nadi
Frekuensi nafas
Suhu
IMT
Kepala
Mulut
Leher
Hasil
Tampak sakit sedang
120/80 mmHg
80x/menit
20x/menit
36,8oC
15,426
Conjungtiva pucat (-)
Ikterik (-)
Stomatitis (-)
Faring hiperemis (-)
Tumor (-)
JVP 5-2 cmH2O
Benjolan pada leher kanan:
Normal
Tampak sehat
120/80 mmHg
60-100x/menit
16-24x/menit
36,5-37,5o C
18,5 - 22,9
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(5-2)-(5+0) cmH2O
Interpretasi
Abnormal
Normal
Normal
Normal
Normal
Kurus
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Tidak teraba
Abnormal
mobile
Benjolan pada leher kiri:
Tidak teraba
Abnormal
aksila (-)
Paru: dalam batas normal
Jantung: dalam batas normal
Dalam batas normal
Pembesaran kelenjar limfa (-)
inferior
4.2
(-)
Normal
Normal
Normal
Normal
(-)
Normal
(-)
Normal
4.3
Apa makna tidak ada pembesaran kelenjar limfa di aksila, ekstremitas superior,
dan inguinal?
Ini menunjukkan limfadenopati pada kasus bersifat lokalis, bukan generalisata
yang biasa disebabkan oleh infeksi serius, penyakit autoimun, malignansi
diseminata.
4.4
ii.
Ketika melakukan palpasi, carilah tulang hioid, tulang rawan tiroid, kelenjar
tiroid, musculus Sternokleidomastoideus, processus mastoideus, tulang
rawan krikoid dan arteri Karotis. Palpasi kelenjar getah bening dengan
mempergunakan ujung jari untuk melakukan tekanan ringan. Fiksasi kepala
penderita dapat dicapai dengan penempatan satu tangan anda di belakang
oksiput, sementara tangan anda yang lain melakukan palpasi. Dengan jarijari anda yang melakukan palpasi, lakukan gerakan - gerakan lambat, hatihati dan halus, mengeser atau berputar. Mula-mula lakukan pemeriksaan di
trigonum anterior, kemudian di trigonum posterior dan akhirnya di
submental.
iii. Pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan posisi pemeriksa berdiri
dibelakang pasien dan meraba dengan kedua belah tangan seluruh daerah
leher dari atas ke bawah. Bila terdapat pembesaran kelenjar limfe, tentukan
ukuran, bentuk konsistensi, perlekatan dengan jaringan sekitarnya.
iv. Palpasi kelenjar limfe submental dan submandibular yaitu pemeriksa berada
dibelakang penderita kemudian palpasi dilakukan dengan kepala penderita
condong ke depan sehingga ujung-ujung jari-jari meraba di bawah tepi
mandibula. Kepala dapat dimiringkan dari satu sisi ke sisi yang lain
sehingga palpasi dapat dilakukan pada kelenjar yang superficial maupun
yang profunda. Juga dapat dilakukan dengan palpasi bimanual.
Gambar palpasi kelenjar getah bening pada submental dan submandibular.
dianjurkan untuk menilai perabaan antara kedua sisi. Palpasi kelenjar leher ini
agak sulit pada orang gemuk, leher pendek dan leher yang berotot. Terutama
bila kelenjarnya masih kecil
Gambar palpasi kelenjar limfe rantai kelenjar jugularis
vi. Palpasi kelenjar limfa asesorius dilakukan dengan menekan ibu jari pada tepi
posterior m. Trapezium ke depan dan jari-jari ditempatkan pada permukaan
anterior muskulus ini
kelenjar
getah
bening
multiple,
yang
kadang-kadang
5.
Pemeriksaan laboratorium:
Darah rutin: Hb: 10,2 gr%, WBC: 8.000/ mm3, hitung jenis: 0/5/6/70/18/1, LED: 60
mm/jam
Kimia darah: ureum 50 mg/dl, kreatinin 1,4 mg/dl, asam urat 8,5 mg/dl, LDH 565
U/L
5.1 Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan laboratorium?
Pemeriksaan
Hb
Nilai Normal
Hasil
Interpretasi
10,2 g/dL
Menurun
8000/mm3
Dalam batas
320010.000/mm3
normal
Hitung jenis
Basofil: 0-2
Eosinofil: 0-6
Neutrofil batang: 2-5
Neutrofil segmen: 40-80
0/5/6/70/18/1
Dalam batas
normal
Limfosit: 15-45
Monosit: 0-10
LED
60 mm/jam
Semakin cepat
720 mg/dL
50 mg/dL
Meningkat
Kreatinin
0,61,2 mg/dL
1,4 mg/dL
Meningkat
Asam Urat
8,5 mg/dL
Meningkat
565 U/L
Meningkat
115221 U/L
LED
Hodgkin lymphoma adanya sel Reed-Sternberg produksi
sitokin peningkatan LED.
c.
d.
Asam urat
LDH
Aktivitas kanker di dalam sel tubuh memiliki dapat memiliki
kecenderungan untuk membuat stress atau kerusakan pada
jaringan tubuh disekitarnya. Stress dan kerusakan sel tubuh yang
cukup berat dapat mengarah pada peningkatan LDH akibat
banyaknya LDH yang diproduksi dari sel tubuh yang rusak dan
stress.
6.
Diagnosis Banding
Limfadenopati akibat :
infeksi
bakteri
anaerob.
Transfusi
darah
sebelumnya
dapat
misalnya
perjalanan
ke
daerah-daerah
di
Afrika
dapat
umum
malnutrisi
atau
pertumbuhan
yang
terhambat
Gold
standard
untuk
penegakan
limfadenopati
adalah
pemeriksaan
c. Pemeriksaan Sitologi
Spesimen untuk pemeriksaan sitologi diambil dengan menggunakan
biopsi aspirasi kelenjar limfe. Sensitivitas dan spesifitas pemeriksaan sitologi
dengan biopsi aspirasi untuk menegakkan diagnosis limfadenitis TB adalah
78% dan 99% (Kocjan, 2001). CT scan dapat digunakan untuk membantu
pelaksanaan biopsi aspirasi kelenjar limfe intratoraks dan intraabdominal
(Sharma, 2004). Pada pemeriksaan sitologi akan terlihat Langhans giant cell,
granuloma epiteloid, nekrosis kaseosa. Muncul kesulitan dalam pendiagnosaan
apabila gambaran konvensional seperti sel epiteloid atau Langhans giant cell
tidak ditemukan pada aspirat. Pada penelitian yang dilakukan oleh Lubis
(2008), bahwa gambaran sitologi bercak gelap dengan materi eusinofilik dapat
digunakan sebagai tambahan karakteristik tuberkulosis selain gambaran
epiteloid dan Langhans giant cell. Didapati bahwa aspirat dengan gambaran
sitologi bercak gelap dengan materi eusinofilik, dapat memberikan hasil positif
tuberkulosis apabila dikultur.
Diagnosis kerja : Lymphadenopathy di regio colli dextra et sinistra
kemungkinan karena proses keganasan.
6.3 Bagaimana epidemiologi dari diagnosis kerja?
Pada suatu studi di Belanda, insiden unexplained lymphadenopathy pertahun
adalah 0,60,7% pada populasi umum, hanya 1,1% dari 2.556 pasien yang
menderita keganasan. Pasien berusia 40 tahun atau lebih dengan unexplained
lymphadenopathy memiliki 4% risiko kanker dibandingkan dengan pasien yang
berusia kurang dari 40 tahun yang hanya memiliki risiko 0,4%.
6.4 Apa etiologi dari diagnosis kerja?
Banyak keadaan yang dapat menimbulkan limfadenopati. Keadaan-keadaan
tersebut dapat diingat dengan MIAMI: malignancies (keganasan), infections
(infeksi), autoimmune disorders (kelainan autoimun), miscellaneous and
unusual
conditions
(lain-laindan
kondisi
tak-lazim),
dan
iatrogenic
causes(sebab-sebab iatrogenik).
6.5 Apa saja faktor resiko dari diagnosis kerja?
a. Usia
b. Riwayat penyakit (keganasan, infeksi, autoimun)
c. Pemakaian obat-obatan
d. Riwayat vaksinasi (mengarah pada limfadenopati persisten, seperti
tuberkulosis, tripanosomiasis, scrub typhus, leishmaniasis, tularemia,
bruselosis, sampar, dan anthrax)
e. Pajanan rokok, alkohol, dan radiasi ultraviolet dapat berhubungan dengan
metastasis karsinoma organ dalam, kanker kepala dan leher, atau kanker
kulit.
f. Pajanan silikon dan berilium dapat menimbulkan limfadenopati.
g. Riwayat
kontak
seksual
penting
dalam
menentukan
penyebab
Limfoma non-hodgkin
Cepat Lelah
Dapat pula ditemukan adanya benjolan yang tidak nyeri dileher, ketiak atau
pangkal paha (terutama bila berukuran di atas 2cm); atau sesak napas akibat
pembesaran kelenjar getah beningmediastinum maupun splenomegali.
1. Komplikasi penyakit
Penekanan organ, khususnya jalan nafas
Selulitis
Gagal ginjal
Supurasi
Keterlibatan sistemik
Trombosis vena jugular interna
Septic embolic phenomena
Ruptur arteri karotid
Abses mediastinal
Perikarditis purulen
Kemoterapi
dapat
menyababkan
mielosupresi
yang
dapat
Limfadenopati
: 3A
Limfoma
:1
7.
LEARNING ISSUE
Lokasi
Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya disebabkan
oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh penyakit kawasaki
umumnya pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila berlangsung lama (kronik) dapat
disebabkan infeksi oleh Mikobakterium, Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau
Citomegalovirus.
Pajanan
Anamnesis pajanan penting untuk menentukan penyebab limfadenopati.Pajanan
binatang dan gigitan serangga, penggunaan obat, kontak penderita infeksi dan riwayat infeksi
rekuren penting dalam evaluasi limfadenopati persisten.Pajanan setelah bepergian dan
riwayat vaksinasi penting diketahui karena dapat berkaitan dengan limfadenopati persisten,
seperti tuberkulosis, tripanosomiasis, scrub typhus, leishmaniasis, tularemia, bruselosis,
sampar, dan anthrax.Pajanan rokok, alkohol, dan radiasi ultraviolet dapat berhubungan
dengan metastasis karsinoma organ dalam, kanker kepala dan leher, atau kanker kulit.Pajanan
Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil sebelumnya,
mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada wajah atau leher atau tandatanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi Staphilococcus; dan adanya infeksi gigi dan
gusi juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob.Transfusi darah sebelumnya
dapat mengarahkan kepada Citomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV.
Riwayat Pekerjaan
karakteristik
terfi
ksasi
dan
terlokalisasi
dengan
konsistensi
Konsistensi: keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti karet
mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif
mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan.
Lokasi limfadenopati
-
Kawasaki,
limfadenopati
dapat
berlangsung
selama
beberapa
Limfadenopati epitroklear
Terabanya kelenjar getah bening epitroklearselalu patologis.Penyebabnya
meliputi infeksi di lengan bawah atau tangan, limfoma, sarkoidosis, tularemia, dan sifilis
sekunder.
Limfadenopati aksila
Sebagian besar limfadenopati aksila disebabkan oleh infeksi atau jejas pada
ekstremitas atas.Adenokarsinoma payudara sering bermetastasis ke kelenjar getah bening
aksila anterior dan sentral yang dapat teraba sebelum ditemukannya tumor
primer.Limfoma jarang bermanifestasi sejak awal atau, kalaupun bermanifestasi, hanya di
kelenjar getah bening aksila.Limfadenopati antekubital atau epitroklear dapat disebabkan
oleh limfoma atau melanoma di ekstremitas, yang bermetastasis ke kelenjar getah bening
ipsilateral.
Limfadenopati supraklavikula
Limfadenopati
supraklavikula
mempunyai
keterkaitan
erat
dengan
keganasan.Pada penelitian, keganasan ditemukan pada 34% dan 50% penderita. Risiko
paling tinggi ditemukan pada penderita di atas usia 40 tahun. Limfadenopati
supraklavikula kanan berhubungan dengan keganasan di mediastinum, paru, atau
esofagus. Limfadenopati supraklavikula kiri (nodus Virchow) berhubungan dengan
keganasan abdominal (lambung, kandung empedu, pankreas, testis, ovarium, prostat).
-
Limfadenopati inguinal
Limfadenopati inguinal sering ditemukan dengan ukuran 1-2 cm pada orang
normal, terutama yang bekerja tanpa alas kaki.Limfadenopati reaktif yang jinak dan
infeksi merupakan penyebab tersering limfadenopati inguinal.Limfadenopati inguinal
jarang disebabkan oleh keganasan.Karsinoma sel skuamosa pada penis dan vulva,
limfoma, serta melanoma dapat disertai limfadenopati inguinal.Limfadenopati inguinal
ditemukan pada 58% penderita karsinoma penis atau uretra.
Limfadenopati generalisata
Limfadenopati generalisata lebih sering disebabkan oleh infeksi serius, penyakit
autoimun, dan keganasan, dibandingkan dengan limfadenopati lokalisata.Penyebab jinak
pada anak adalah infeksi adenovirus.Limfadenopati generalisata dapat disebabkan oleh
leukemia,
limfoma,
atau
penyebaran
kanker
padat
stadium
toksoplasmosis,
dan
sarkoma
Kaposi.Sarkoma
Kaposi
dapat
kelenjar
getah
bening
daerah
leher
dapat
dibagi
menjadi
Kesulitan diagnosis adalah jika anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak mengarah pada
diagnosis tertentu yang dapat dilanjutkan dengan uji spesifik. Tidak ada bukti yang mendukung
manfaat pemberian antibiotik atau steroid pada keadaan ini, bahkan sebaiknya dihindari karena
akan mengaburkan atau memperlambat diagnosis. Belum terdapat kesepakatan lama observasi
yang diperlukan pada keadaan limfadenopati yang tidak diketahui penyebabnya.Beberapa ahli
merekomendasikan perlunya evaluasi lebih spesifik atau biopsi pada limfadenopati noninguinal
yang tidak diketahui penyebabnya dan berlangsung lebih dari 1 bulan.
Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis
limfadenopati servikalis.Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity,
gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi.
USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis
limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98% dan
spesivisitas 95%.
CT Scan
CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau
lebih.Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati supraklavikula pada
penderita nonsmall cell lung cancer menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas yang
signifikan dengan pemeriksaan menggunakan USG atau CT scan.
Biopsi kelenjar
Jika diputuskan tindakan biopsi, idealnya dilakukan pada kelenjar yang paling besar,
paling
dicurigai,
dan
paling
mudah
diakses
dengan
pertimbangan
nilai
7.2 Limfadenopati
Definisi
Tubuh memiliki sekitar 600 nodus limfe, tapi hanya yang di submandibular, axilla atau
inguinal yang bisa dipalpasi pada orang sehat. Limfadenopati didefinisikan sebagai abnormalitas
ukuran atau karakter dari nodus limfe, yang disebabkan invasi atau metastase sel inflamasi atau
sel neoplastik pada nodus. Ada banyak klasifikasi dari limfadenopati, tetapi sistem yang
sederhan dan berguna secara klinis untuk mengklasifikasikan limfadenopati adalah umum jika
nodus limfe yang membesar ada dua atau lebih atau lokal jika hanya satu area yang terlibat.
Epidemiologi
Prevalensi keganasan termasuk rendah di antara semua pasien limfadenopati. Pada dua studi, tiga
dari 238 orang dan 0 dari 80 pasien dengan unexplained lymphadenopathy ditetapkan memiliki
keganasan, sedangkan studi ketiga menemukan prevalensi keganasan sebesar 1,1% pada pasien
layanan primer dengan unexplained lymphadenopathy.
Etiologi
Umum
Infeksi
hipersensitivitas
o
Juvenile rheumatoid arthritis
o
Systemic
lupus
o Viral
o
o
ISPA
Mononukleosis
infeksiosa
CMV
Hepatitis A, B, and C
AIDS
Rubella
Varicella
Measles
Bakterial
Septikemia
Demam tifoid
Tuberkulosis
Sifilis
Plague
Protozoal - Toxoplasmosis
Fungal - Coccidioidomycosis
erythematosus
o
Reaksi
obat
(contoh:
phenytoin, allopurinol)
o
Serum sickness
Storage Diseases
o
Gaucher disease
o
Niemann-Pick disease
Neoplastic
and
proliferative
disorders
o
Leukemia akut
o
Lymphomas (Hodgkin, nono
o
Hodgkin)
Neuroblastoma
Histiositosis
Lokal
Servikal
Pediculosis capitis
Tinea capitis
o
o
o
o
o
o
o
atas
Mononukleosis infeksiosa
Rubella
Catscratch disease
Faringitis Streptococcal
Limfadenitis bakterial akut
Toksoplasmosis
Tuberkulosis/infeksi
o
o
o
o
o
mikobakterium atipikal
Leukemia akut
Limfoma
Neuroblastoma
Rhabdomyosarcoma
Kawasaki disease
lokal
Rubella
Roseola
Preaurikuler
o
Catscratch disease
Mediastinum
o
Acute
leukemia
Lymphoma
Limfadenitis akut
Sarcoidosis
Cystic fibrosis
Oksipital
lymphoblastic
Tuberculosis
Histoplasmosis
Lymphoma
Coccidioidomycosis
Supraklavikula
Abdominal
Lymphoma
Tuberculosis
Lymphoma
Histoplasmosis
Coccidioidomycosis
Aksila
Inguinal
o
Infeksi lokal
Dermatitis popok
Infeksi lokal
Gigitan serangga
Catscratch disease
Syphilis
Brucellosis
Lymphogranuloma venereum
Klasifikasi
Dari semua kasus pasien yang berobat ke sarana layanan kesehatan primer, sekitar 3/4
penderita datang dengan limfadenopati lokalisata dan 1/4 sisanya datang dengan
limfadenopati generalisata.
Manifestasi Klinis
Gejala konstitusional seperti fatigue, malaise, dan demam sering terjadi pada
limfadenopati servikal. Demam yang signifikan, keringat malam, dan kehilangan berat badan lebih
dari 10% dari berat badan sebelumnya yang tidak diketahui sebabnya merupakan gejala B dari
limfoma Hodgkin. Gejala seperti atralgia, kelemahan otot, atau kemerahan (rash) tidak biasa
merupakan indikasi kemungkinan penyakit autoimun seperti rheumatoid artritis, lupus eritematosus,
atau dermatomyositis. Nyeri yang terjadi pada area limfadenopati setelah konsumsi alkohol
mungkin menunjukkan temuan yang langka namun spesifik adanya neoplasma seperti limfoma
Hodgkin.
Lokasi Limfadenopati
1. Limfadenopati Servikal
Kelenjar getah bening servikal teraba pada sebagian besar anak, tetapi ditemukan
juga pada 56% orang dewasa. Penyebab utama limfadenopati servikal adalah infeksi; pada anak,
umumnya berupa infeksi virus akut yang swasirna. Pada infeksi mikobakterium atipikal, catscratch disease, toksoplasmosis, limfadenitis Kikuchi, sarkoidosis, dan penyakit Kawasaki,
limfadenopati dapat berlangsung selama beberapa bulan. Limfadenopati supraklavikula
kemungkinan besar (54%-85%) disebabkan oleh keganasan.
Kelenjar getah bening servikal yang mengalami inflamasi dalam beberapa hari,
kemudian berfluktuasi (terutama pada anak-anak) khas untuk limfadenopati akibat infeksi
stafilokokus dan streptokokus. Kelenjar getah bening servikal yang berfluktuasi dalam beberapa
minggu sampai beberapa bulan tanpa tanda-tanda inflamasi atau nyeri yang signifikan merupakan
petunjuk infeksi mikobakterium, mikobakterium atipikal atau Bartonella henselae (penyebab cat
scratch disease).
Kelenjar getah bening servikal yang keras, terutama pada orang usia lanjut dan
perokok menunjukkan metastasis keganasan kepala dan leher (orofaring, nasofaring, laring, tiroid,
dan esofagus). Limfadenopati servikal merupakan manifestasi limfadenitis tuberkulosa yang paling
sering (63-77% kasus), disebut skrofula. Kelainan ini dapat juga disebabkan oleh mikobakterium
nontuberkulosa.
2. Limfadenopati Epitroklear
3. Limfadenopati Aksila
Sebagian besar limfadenopati aksila disebabkan oleh infeksi atau jejas pada
ekstremitas atas. Adenokarsinoma payudara sering bermetastasis ke kelenjar getah bening aksila
anterior dan sentral yang dapat teraba sebelum ditemukannya tumor primer. Limfoma jarang
bermanifestasi sejak awal atau, kalaupun bermanifestasi, hanya di kelenjar getah bening aksila.
Limfadenopati antekubital atau epitroklear dapat disebabkan oleh limfoma atau melanoma di
ekstremitas, yang bermetastasis ke kelenjar getah bening ipsilateral.
4. Limfadenopati Supraklavikula
5. Limfadenopati Inguinal
yang jinak dan infeksi merupakan penyebab tersering limfadenopati inguinal. Namun ada beberapa
kasus keganasan seperti pada karsinoma sel skuamosa pada penis dan vulva.
6. Limfadenopati generalisata
Limfadenopati generalisata dapat disebabkan oleh leukemia, limfoma, atau penyebaran kanker
padat stadium lanjut.
AIDS dapat terjadi karena tahap awal infeksi HIV, tuberkulosis, kriptokokosis, sitomegalovirus,
toksoplasmosis, dan sarkoma Kaposi. Sarkoma Kaposi dapat bermanifestasi sebagai limfadenopati
generalisata sebelum timbulnya lesi kulit.
Lokasi kelenjar getah bening daerah leher dapat dibagi menjadi 6 level. Pembagian
ini berguna untuk memperkirakan sumber keganasan primer yang mungkin bermetastasis ke
kelenjar getah bening tersebut dan tindakan diseksi leher.
Kesulitan diagnosis adalah jika anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak mengarah
pada diagnosis tertentu yang dapat dilanjutkan dengan uji spesifik. Tidak ada bukti yang
mendukung manfaat pemberian antibiotik atau steroid pada keadaan ini, bahkan sebaiknya dihindari
karena akan mengaburkan atau memperlambat diagnosis.
Diagnosis Banding
Komplikasi
Selulitis
Supurasi
Gagal ginjal
Keterlibatan sistemik
Trombosis vena jugular interna
Septic embolic phenomena
Ruptur arteri karotid
Abses mediastinal
Perikarditis purulen
Prognosis
dari pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apapun
selain dari observasi. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk
dilaksanakan biopsi kelenjar getah bening. Biopsi dilakukan bila terdapat tanda dan gejala yang
mengarahkan kepada keganasa, KGB yang menetap atau bertambah besar dengan pengobatan yang
tepat, atau diagnosis belum dapat ditegakkan.
Pembesaran KGB pada anak-anak biasanya disebabkan oleh virus dan sembuh
sendiri, walaupun pembesaran KGB dapat berlangsung mingguan. Pengobatan pada infeksi KGB
oleh bakteri (limfadenitis) adalah antibiotik oral 10 hari dengan pemantauan dalam 2 hari pertama
flucloxacillin 25mg/kgBB empat kali sehari. Bila ada reaksi alergi terhadap antibiotik golongan
penisilin dapat diberikan cephalexin 25mg/kg (sampai dengan 500mg) tiga kali sehari atau
eritromisin 15mg/kg (sampai 500mg) tiga kali sehari.
obat anti tuberkulosis selama 9-12 bulan. Bila disebabkan mikobakterium selain tuberkulosis maka
memerlukan pengangkatan KGB yang terinfeksi atau bila pembedahan tidak memungkinkan atau
tidak maksimal diberikan antibiotik golongan makrolida dan antimikobakterium. Pemeriksaan
penunjang bila limfadenopati akut tidak diperlukan, namun bila berlangsung >2minggu dapat
diperiksakan serologi darah untuk epstein barr virus, citomegalovirus, hiv, toxoplasma; tes
mantoux, rontgen dada, biopsi dimana semuanya disesuaikan dengan tanda dan gejala yang ada dan
yang paling mengarahkan diagnosis.
Limfoma Hodgkin
Meliputi kemoterapi dan radioterapi, bergantung staging dan faktor risiko. Indikasi
terapi menurut German Hodgkins Lymphoma Study Group adalah massa mediastinal yang besar,
ekstranodal, peningkatan laju endap darah (>50 mm/jam pada kasus tanpa gejala; >30 mm/jam pada
kasus dengan gejala), dan tiga atau lebih regio yang tekena.
Limfoma non-Hodgkin
Derajat keganasan rendah: kemoterapi obat tunggal/ganda (per oral), radioterapi paliatif
Derajat keganasan menengah:
KERANGKA KONSEP
9.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Bazemore,
Dunleavy, Kieron M.. 2015. Lymphomas of the Head and Neck Clinical Presentation.
http://emedicine.medscape.com/article/854110-clinical. Diakses pada 6 Desember 2016.
Kanwar,
Vikramjit
S..
2016.
Lymphadenopathy Clinical
Presentation.
Oehadian,Amelia.2013.
Pendekatan
Diagnosis
Limfadenopati
http://www.kalbemed.com/Portals/6/1_05_209Pendekatan%20Diagnosis
%20Limfadenopati.pdf. Diakses pada 6 Desember 2016.
Partridge,
Elizabeth.
2016.
Lymphadenitis Follow-up.
Skinnider, Brian F. dan Tak W. Mak. 2002. The Role of Cytokines in Classical Hodgkin
Lymphoma. Blood 2002 Vol. 99:4283-4297. http://www.bloodjournal.org/content/99/12/4283?
sso-checked=true. Diakses pada 6 Desember 2016.
Sutoyo,E.2010.Limfadenopati.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16862/4/Cha
pter%20II.pdf. Diakses pada 6 Desember 2016 (19.00 WIB)