Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
69
70
Sejak pertama kali berdiri, bangsa Indonesia sudah memiliki nilai-nilai luhur
yang terkandung dalam Pancasila. Nilai-nilai luhur tersebut melikupikeagamaan,
kemanusiaan dan persamaan, persatuan dan kesatuan, kemerdekaan, demokrasi
dan kemandirian, serta keadilan dan kesejahteraan, yang telah menjadi kebiasaan
dalam kehidupan masyarakat (Sardiman, 2011:69).Bermodalkan nilai-nilai luhur
inilah selayaknya pembelajaran dalam kelas dilaksanakan, karena nilai-nilai luhur
ini merupakan cita-cita besar Indonesia.Nilai-nilai luhur inilah yang selayaknya
menjadi perpaduan dengan kompetensi guru dan nilai pendidikan karakter dalam
proses pembelajaran.
Nilai-nilai luhur bangsa ini juga seharusnya menjadi pondasi dalam segala
aspek kehidupan di lingkup keluarga, sekolah, dan masyarakat.Apabila ketiga
eleman ini sudah kental dengan nilai-nilai luhur bangsa, bisa dibayangkan
generasi penerus bangsa yang akan tercipta bukan hanya pintar tapi juga baik
secara moral dan perbuatan.Pendidikan nilai-nilai luhur bangsa sangat penting
untuk membentuk keberhasilan sebuah masyarakat yang demokratis.Alasan
demokratis inilah yang menjadi dasar setiap sekolah untuk menyelanggarakn
pendidikan dengan nilai-nilai luhur bangsa. Kata demokratis mempunyai arti dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dengan arti seperti ini, rakyat seharusnya
mengetahui dan memahami terhadap pondasi-pondasi moral demokrasi, percaya
pada Tuhan Yang Maha Esa, menghormati hak-hak individu, mematuhi
hukum,berpartisipasi secara sukarela dalam kehidupan publik, dan peduli terhadap
kesejahteraan bersama (Lickona, 2013:7). Arti inilah yang diharapkan mampu
untuk diimplementasikan ke dalam proses pembelajar, sehingga mampu
menciptakan siswa/remaja yang bukan hanya pintar tetapi juga baik dan bermoral.
Dorongan keyakinan inilah yang membuat pentingnya pendidikan karakter
untuk diterapkan di sekolah.Pendidikan karakter tersebut bisa dilakukan sekolah
melalui disiplin, contoh-contoh baik dari guru, dan kurikulum.Kondisi yang
seperti ini diyakini mampu mengajarkan nilai-nilai ketuhanan, patriotisme, kerja
keras, kejujuran, hemat, kedermawanan, dan keberanian pada anak-anak.Modal
inilah yang nantinya diharapkan mampu mengikis kegagalan pendidikan yang
selama dialami Indonesia.Selain itu, dengan modal tersebut siswa diharapkan
tidak lagi mendeskriminasikan suku, ras, agama, etnik, dan jenis kelamin.
Harapan seperti ini selayaknya membuat setiap elemen yang ada dalam dunia
pendidikan dan pembelajaran memahaminya, sehingga mereka mampu tergerak
untuk menciptakan siswa yang cerdas dan baik serta menjadi gambaran manusia
indonesia yang seutuhnya.
Pendidikan Karakter Profetik untuk Membentuk InsanKamil
Pendidikan yang ada selama ini dirasakan belum mampu menghasilkan
lulusan/remaja yang benar-benar memadukan antara intelaktual dengan moral
yang baik.Selain itu, pendidikan selama ini lebih bersifat pragmatis dan
memicingkan mata dengan ranah afektif dan psikomotor, sehingga semakin
memperparah kondisi pendidikan di Indonesia.Kondisi tersebut ternyata mulai
dirasakan oleh pemerintah sebagai sebuah kemunduran dalam rangka
pembangunan negeri.Berbagai upaya pun mulai diformulasikan oleh pemerintah
untuk menciptakan generasi yang cerdas dan bermoral baik.Salah satunya adalah
71
72
karakter profetik. Selain itu, keterlibatan keluarga dan masyarakat yang berdiri di
luar sekolahjuga perlu dirancang untuk mampu menciptakan suasana kondusif,
sehingga proses pendidikan karakter profetik tidak hanya dibebankan seutuhnya
pada sekolah.Kombinasi ketiganya merupakan unsur yang tidak dapat dispisapisahkan sebagai garda terdepan dalam menciptakan lulusan yang insankamil.
Konsep uraian di atas menggambarkan betapa besar harapan dan keinginan
pemerintah untuk menghasilkan manusia yang insan kamil.Harapan dan keinginan
ini sebagai suatu oase di tengah suramnya dunia pendidikan di Indonesia,
sehingga keinginan untuk melihat Indonesia menjadi negara maju akan terwujud.
Keinginan tersebut bukan hanya dirasakan oleh Indonesia, tetapi dirasakan oleh
hampir seluruh negara yang ada di dunia.Berangkat dari kondisi ini, UNESCO
merumuskan bagaimana pembelajaran yang baik meliputi, (1) learning to be,
(2)learning to do, (3) learning to know, dan (4) learning to life togather.Rumusan
elemen ini juga tidak jauh dari konsep nilai profetik yang digagas oleh
Kuntowijoyo, sehingga bisa dikatakan sebetulnya konsep UNESCO sudah
digagas oleh Kuntowijoyo terlebih dahulu.Berdasarkan kondisi dan kenyataan
tersebut, sebagai negara yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur Pancasila dan
kombinasi dengan nilai profetik, maka besar harapan mampu melahirkan lulusan
yang insankamildan menjadi manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan cita-cita
bangsa.
Strategi Pembentukan Karakter
Pendidikan karakter yang sudah digagas oleh pemerintah tidak serta merta
berjalan dengan sendirinya.Perlu adanya strategi untuk membentuk dan
menanamkan karakter pada peserta didik.Berbagai strategi bisa digunakan oleh
guru, orang tua, dan masyarakat agar mampu membentuk insan kamil.Strategi
tersebut meliputi (1)pengarahan, sebagai segitiga emas dalam pembentukan
generasi penerus bangsa, selayaknya sekolah, orang tua, dan masyarakat saling
berkolaborasi untuk memberikan pengarahan kepada setiap remaja sebagai
generasi bangsa.Arahan yang diberikan bisa beragam caranya mulai dari lisan
sampai tertulis. Hal ini sebagai bentuk tanggung jawab dari setiap elemen tersebut
sebagai warga negara, sehingga kelak apa yng sudah mereka arahkan bisa menuai
hasil dan tidak mengecewakan.(2) habituasi, tindak lanjut dari pengarahan adalah
habit atau kebiasaan. Harapannya arahan baik yang sudah diberikan mampu
dijadikan sebagai kebiasaan dalam mejalani kehidupan sehari-hari, sehingga
nantinya mampu menjadi ideologi yang dijadikan pedoman hidup individu sampai
bangsa (Trianto, 2007:56).Seperti yang sudah diketahui oleh semua pihak bahwa
kebiasan adalah faktor utama untuk menentukan maju tidaknya individu atau
negara. Semakin baik kebiasaan yang dimiliki oleh setiap individu, maka akan
semakin maju individu dan negara tersebut. Begitu pun sebaliknya, semakin jelek
kebiasaan dari individu, maka akan semakin tertinggal individu dan negara
tersebut.Berangkat dari fakta tersebut, selayaknya habit atau kebiasaan ini
menjadi tonggak penting menciptakan generasi yang pandai, bermoral-etis, dan
berkarakter.Orang tua, sekolah, dan masyarakat bisa menamankan kebiasaan baik
pada setiap generasi penerus bangsa. Misalnya melalui cara penanaman kebiasan
baik sebelum pergi beraktivitas untuk berdoa. Kebiasaan ini secara tidak langsung
73
menyadarkan bahwa manusia hanya sebagai seorang hamba dan tidak bisa berbuat
apapun tanpa bantuan Allah SWT.Harapannya kebiasaan-kebiasaan seperti ini bisa
terus ditularkan dalam setiap aspek kehidupan, sehingga benar-benar terbentuk
generasi penerus bangsa yang sesuai dengan keinginan bangsa.(3) keteladanan,
sosok teladan yang selama ini diwakili oleh Nabi Muhammad perlahan mulai
ditinggalkan, banyak generasi muda yang meneladani sosok yang tidak patut
diteladani. Kondisi itu berdampak sampai dengan era sekarang, utamanya di
Indonesia, sosok seperti Seoekarna dan Hatta sudah semakin sulit untuk
ditemukan.Generasi muda Indonesia yang sekarang sudah terjebak pada budaya
konsumerisme, hedonis, matrealistis, pragmatis, dan instan.Hal ini membuat
mental dan kebiasaan para gensrasi muda Indonesia semakin dangkal dan tak
terasah.Mereka lebih sering mengeluh ketika menghadapi masalah dan mudah
menyerah dalam setiap peristiwa.Kondisi ini selayaknya menjadi cambuk bagi
pemerintah untuk mengubah pendidikan di Indonesia,salah satunya adalah melalui
pendidikan karakter profetik. Salah satu cara yang terbaik dalah menghadirkan
sosok teladan di dalam proses pembelajaran. Sosok tersebut tidak terlepas dari
seorang guru yang memeiliki karakter dan kepribadian yang mantab (Rusman,
2011:45).Secara tidak langsung guru merupakan sosok teladan yang sangat
diidolakan oleh siswanya.Dengan menghadirkan sosok guru yang memiliki
kepribadian yang mantab dan penuh dedikasi, maka bisa diharapkan generasi
muda Indonesia tidak kehilangan suri tauladan yang baik. Apabila ini bisa
dimaksimalkan dengan baik oleh pemerintah, bisa dibayangkan akan kemunculan
sosok seperti Sukarno dan Hatta di era yang akan datang. (4) penguatan, langkah
selanjutnya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendidikan karakter profetik
adalah penguatan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan penguatan dan
rewardkepada apa yang sudah dilakukan oleh peserta didik. Penguatan ini bisa
dikatakan sebagai salah satu cara untuk menanamkan kebiasaan baim pada diri
peserta didik. Dengan penguatan yang baik dari setiap elemen yang terlibat di
dalamnya, bisa dipastikan generasi penerus yang berdab dan bermoral akan
ditemui kembali. (5) indoktrinasi, langkah terakhir adalah indoktrinasi. Langkah
ini dirasakan sebagai cara yang sangat baik untuk membentuk karakter peserta
didik menjadi karakter yang baik. Doktrin-doktrin yang baik juga akan
membentuk kebiasaan yang akan terbawa dalam kehidupan sehari-hari dari
peserta didik. Doktrin ini juga bisa dilakukan oleh semua elemen yang terlibat di
dalamnya.Kelima langkah ini bisa menjadi strategi yang sangat efektif untuk
membentuk karakter peserta didik dalam proses pembelajaran.
PENUTUP
Uraian penting mengenai pendidikan karakter profetik merupakan isu
kekinian yang tengah hangat dibicarakan di Indonesia.Hal ini muncul seiring
dengan kemerosotan moral anak bangsa dewasa ini.Berbagai diagnosa dilakukan
untuk mencari penyebab kemerosotan moral anak bangsa.Mulai dari tayangan
televisi yang tidak mendidik, pengaruh globalisasi, gagalnya sistem pendidikan,
dan semakin sulitnya mencari suri tauludan yang bisa dijadikan panutan hidup.
Faktor-faktor tersebut menegaskan betapa keringnya moral anak bangsa dewasa
ini dan tidak heran di berbagai daerah sering terjadi pelanggaran norma hokum
74
dan adat istiadat. Belum lagi kegagalan sistem pendidikan yang masih belum bisa
menghasilkan peserta didik yang memiliki kombinasi kecerdasan dan moraletis.Hal ini digadang-gadang sebagai sebagai penyumbang tersbesar dalam
kemerostan moral anak bangsa.Masalah ini disadari betul oleh pemerintah dan
perlu untuk segera dibenahi agar tidak semakin memburuk.Langkah tepat diambil
oleh pemerintah dengan menyisipkan pendidik karakter dalam proses
pembelajaran dan juga kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter profetik yang
dicanangkan oleh pemerintah tidak jauh berbeda dengan keinginan negara selama
ini.Pendidikan karakter tersebut diharapkan mampumenciptakan manusia
Indonesia seutuhnya/insan kamil.Pendidikan karakter profetik tersebut
mengombinasikan nilai-nilai luhur bangsa dengan nilai profetik, sehingga
terjalinlah hubungan yang sangat berkesinambungan dan sesuai dengan tujuan
bangsa.Pendidikan karakter profetik tersebut diaplikasikan ke dalam proses
pembelajaran dengan harapan akan menjadi kebiasaan yang terbawa pada
kehidupan sehari-hari.Dalam aplikasinya pendidikan karakter profetik juga
memerlukan peran penting orang tua, sekolah, dan masyarakat sebagai alat
kontrol keberhasilan penerapannya.Harapan besar tentunya dibebankan
pemerintah kepada pendidikan karakter ini sebagai jalan keluar dari bobroknya
moral bangsa, sehingga nantinya generasi muda bisa menjadi tulang punggung
negara dalam melanjutkan perjalanan dan perkembangan Indonesia.Berdasarkan
kenyataan ini wajar apabila Indonesia merindukan sosok anak bangsa yang
memiliki kecerdasan intelektual dan moral.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, S.B dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Kuntowijoyo. 2006. Islam sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi dan Etika.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Lickona, Thomas. 2013. Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa
menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Nusa Media.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Raja Grafindo.
Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sukardjo, M. dan Ukim Komarudin. 2012. Landasan Pendidikan, Konsep dan
Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek.Jakarta:
Prestasi Pustaka.
75