Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Vietnam merupakan negara yang menganut paham komunisme. Sistem pemerintahan di negara ini
menggunakan sistem partai tunggal seperti China. Pada awal pengambilalihan kekuatan paska Perang
Vietnam, pemerintah Vietnam menciptakan sebuah ekonomi terencana, seperti yang dilakukan Indonesia di
zaman Orde Baru lewat Rencana Pembangunan Lima Tahun. Namun, hal ini tidak berjalan dengan baik, dan
justru membuat kondisi ekonomi dan politik Vietnam menjadi semakin terpuruk. Disisi lain, Vietnam melihat
bahwa negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar bebas memiliki tingkat kemajuan ekonomi yang
tinggi dan rakyatnya lebih makmur. Sedangkan, Vietnam yang telah berpuluh-puluh tahun
mengimplemantasikan komunisme total (komunisme ortodoks dan konservatif) tidak kunjung memperoleh
kemakmuran. Karena itu tahun 1986, Kongres Partai Komunis ke 6 Vietnam melakukan sebuah kompromi
dengan menerapkan reformasi pada sistem ekonominya menjadi pasar bebas (free market) yang terkenal
dengan sebutan Doi Moi (renovasi) dengan harapan dapat membuat perekonomian Vietnam membaik.
Sejak diimplementasikannya strategi Doi Moi ini, Vietnam kemudian bangkit menjadi salah satu negara
dengan pertumbuhan ekonomi tercepat kedua di dunia sekaligus menjadi negara dengan kekuatan ekonomi
yang signifikan di Asia.[7] Vietnam menerapkan prinsip-prinsip liberal untuk memudahkannya melebur dalam
sistem perdagangan bebas dunia. (Huminca/PR/dari berbagai sumber)[8] Tetapi secara politik, ideologi
negara tersebut tetap komunis. Sebab kekuasaan pemerintah negara tetap dikontrol oleh partai Komunis
Vietnam sehingga kepemilikan pribadi atas pertanian dan perusahaan, deregulasi serta investasi asing
masih diatur oleh pemerintah. Hal ini menunjukan bahwa secara politis, reformasi di Vietnam belum terjadi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa reformasi sistem ekonomi Vietnam tidak akan berpengaruh pada sistem
politik Vietnam sebab reformasi ekonomi tersebut merupakan sebuah langkah kompromi yang diambil
pemerintah Vietnam untuk menjaga Vietnam tetap exist ditengah arus globalisasi ini. Reformasi ekonomi
(Doi Moi) tersebut sekaligus sebagai bentuk usaha pemerintah Vietnam untuk menyelamatkan ekonomi
negaranya dan memperoleh kemakmuran bagi rakyatnya.
Bentuk negara: Kesatuan ---- [Administrasi pemerintahan dibagi ke dalam 58 propinsi dan 5
munisipal. Ke-58 propinsi Vietnam adalah: An Giang, Bac Giang, Bac Kan, Bac Lieu, Bac Ninh, Ba RiaVung Tau, Ben Tre, Binh Dinh, Binh Duong, Binh Phuoc, Binh Thuan, Ca Mau, Cao Bang, Dak Lak, Dak
Nong, Dien Bien, Dong Nai, Dong Thap, Gia Lai, Ha Giang, Ha Nam, Ha Tinh, Hai Duong, Hau Giang,
Hoa Binh, Hung Yen, Khanh Hoa, Kien Giang, Kon Tum, Lai Chau, Lam Dong, Lang Son, Lao Cai, Long
An, Nam Dinh, Nghe An, Ninh Binh, Ninh Thuan, Phu Tho, Phu Yen, Quang Binh, Quang Nam, Quang
Ngai, Quang Ninh, Quang Tri, Soc Trang, Son La, Tay Ninh, Thai Binh, Thai Nguyen, Thanh Hoa, Thua
Thien-Hue, Tien Giang, Tra Vinh, Tuyen Quang, Vinh Long, Vinh Phuc, dan Yen Bai. Sementara itu, ke5 munisipal Vietnam tersebut adalah: Can Tho, Da Nang, Ha Noi, Hai Phong, dan Ho Chi Minh City.]
Vietnam baik secara internal maupun eksternal. Presiden bertugas menjaga konstitusi, panglima
tertinggi angkatan perang, dan ketua dewan pertahanan dan keamanan negara.]
Parlemen: Unikameral (National Assembly) ---- [National Assembly (NA) adalah
representasi tertinggi rakyat Vietnam. Fungsi utamanya ada 3 yaitu: Memproduksi legislasi,
memformulasikan kebijakan luar negeri dan domesti yang vital, serta melaksanakan pengawasan
tertinggi atas seluruh kegiatan negara. NA adalah joint-session. Sehari-hari, NA dijalankan
oleh Standing Committee (SC). Akibatnya, kinerja NA hampir identik dengan apa yang dilakukan oleh
SC ini. Presiden dapat mengusulkan pemberhentian, pengajuan, bagi wakil presiden, PM, ketua
mahkamah agung. Presiden juga dapat memproklamasikan keadaan perang, amnesti, mobilisasi
umum, dan keadaan darurat di suatu wilayah negara. Presiden dipilih oleh NA dari antara anggotanya
sendiri untuk masa tugas 5 tahun.]
Bila
dibandingkan
dengan
beberapa
negara Asia
Tenggara seperti
Malaysia,
Singapore, Thailand, Vietnam dan Laos, Indonesia memiliki peringkat teratas dalam
hal berdemokrasi. Kuatnya desakan masyarkat dalam mempengaruhi pemerintah
dalam mengambil suatu kebijakan dan kontrol pers yang powerfull serta banyaknya
LSM di Indonesia merupakan beberapa indikator tingkat capaian demokrasi terbaik
di Asia Tenggara. Demikian kata Dr. Patric Ziegennhair pada saat menjadi pembicara
dalam
acara
Studium
Generale
dengan
tema
Peran
Civil
Society
Dalam
Masih menurut Patric, di negara-negara Asia tenggara seperti Thailand, Vietnam dan
Laos kekuatan civil society masih selalu kalah oleh kekuasan negara, beberapa LSM
yang mencoba beroposisi juga disingkirkan. Sementara itu, kekuatan pers sebagai
pengontrol kebijakan pemerintah semuanya diawasi secara ketat oleh pemerintah
sehingga tidak tercipta iklim kebebasan pers yang dibutuhkan sebagai prasyarat
negara demokratis.
Patric melihat bahwa peran civil society di Indonesia saat ini sudah kuat dan
berpengaruh penting sehingga mampu mempengaruhi kebijakan yang hendak dibuat
pemerintah. Misalnya dalam kasus rencana revisi undang-undang KPK dan rencana
pengeboran yang akan dilakukan oleh PT. Lapindo. Kedua rencana tersebut berhasil
ditunda
akibat
munculnya
kesadaran
masyarakat
bahwa
kebijakan-kebijakan