Você está na página 1de 8

ANALISIS BERDASARKAN AKUNTASI MANAJEMEN LINGKUNGAN

DALAM UPAYA PENINGKATAN PROFIT DALAM KEGIATAN USAHA


PEMBUATAN TEMPE SKALA MENENGAH DI DAERAH GREDONG PASEE,
ACEH UTARA
(1309200090020) Bayu Pramana Putra, ST
Bayupramana_putra@yahoo.com

ABSTRAK
Penulisan ini bertujuan untk menjelaskan mengenai tujuan untuk menjelaskan mafaat dari penerapan konsep
manajemen akuntansi lingkungan dalam suatu proses kerja suatu perusahaan/Usaha Dagang. Penulisan artikel
ini mengambil studi berdasarkan kegiatan usaha pembuatan tempe skala menengah yang berlokasi di daerah
Gredong Pasee, Aceh Utara. Kendala yang dihadapi pada usaha pembuatan tempe skala menengah ini adalah
masih banyak material dan energi yang tidak termanfaatkan selama proses produksi berlangsung dan tidak
adanya laporan biaya lingkungan yang dibuat oleh kegiatan usaha tersebut. Hal ini menyebabkan kegiatan usaha
pembuatan tempe tersebut tidak dapat mengoptimalkan effisiensi penggunaan bahan baku secara optimal.
Penulisan Artikel iini mencoba menelusuri mengenai biaya biaya yang terkait dengan masalah lingkungan yang
akan berdampak terhadap pembebanan biaya dalam proses produksi. Usaha pembuatan tempe ini belum
melakukan pengolahan non non product output secara maksimal, sehingga penulisan ini bertujuan untuk
memberikan suatu gambaran agar usaha pembuatan tempe tersebut dapat melakukan efisiensi dalam proses
produksinya.

Kata Kunci : Tempe, Lingkungan, Manajemen Akuntansi Lingkungan, proses

1. PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
2. Adanya isu pemanasan global merupakan
suatu masalah serius yang sedang dihadapi
dunia saat ini. Karena ternyata bahayanya
cukup mengkhawatirkan bagi manusia dan
lingkungan. Adanya konsentrasi gas-gas
tertentu yang disebabkan oleh tindakan dari
manusia sendiri, seperti kegiatan industri,
transportasi, dan penggunaan energi yang
berlebihan yang menyebabkan pemanasan
global.
Dengan
inilah
pentingnya
menumbuhkan kesadaran pada diri akan
lingkungan hidup, berupa pemanfaatan dan
pengembangannya.
3.
4. Di era ekonomi modern seperti saat ini,
adanya berbagai isu yang berkaitan dengan
lingkungan seperti global warming, ecoefficiency, dan kegiatan industri yang
memberi dampak langsung terhadap
lingkungan sekitarnya telah menciptakan
perubahan
dalam
lingkungan
perusahaan/kegiatan usaha baik internal,
maupun
eksternal.
Adanya
fakta
permasalahan pencemaran lingkungan yang

dilakukan oleh perusahaan/usaha kegiatan


di
Indonesia
menyebabkan
sebuah
lingkungan
bisnis
harus
mampu
mempertahankan proses bisnisnya sehingga
perusahaan harus menerapkan strategi yang
sesuai demi tercapainya going concern
perusahaan serta sustainable development.
5.
6. Beberapa alasan lain adalah peraturan
mengenai lingkungan telah meningkat
seperti
penandatanganan
Nota
Kesepahaman (Mou) dengan Badan
Perlindungan
Lingkungan
Hidup
(Environmental Protection Agency - EPA)
AS di Jakarta pada bulan Juni 2011
(Rustika, 2011). Adanya berbagai kebijakan
di bidang lingkungan
inilah yang
kemudian menjadi awal berkembangnya
suatu konsep yang bertujuan
untuk
menemukan solusi atas pemenuhan tujuan
bisnis
dan
penyelesaian
masalah
lingkungan yang dinamakan dengan ecoefficiency.
7. Ekonomi lingkungan merupakan salah satu
pendekatan dengan menunjukkan volume
yang tepat polusi berdasarkan analisa

ekonomi sehingga kegiatan industri dapat


berjalan seimbang dan masyarakat yang
tinggal di sekitar area industri tidak
terganggu. Untuk mencapai keseimbangan
tingkat produksi dan polusi, para ahli
ekonomi merekomendasikan ekonomi
lingkungan
sebagai
prinsip-prinsip
mekanisme pasar. Menurut Safitri (2009)
salah satunya solusi yang dapat diterapkan
yaitu
penerapan
metode
Akuntasi
Manajemen Lingkungan (EMA).
8.
9. Akuntansi Manajemen Lingkungan (EMA)
merupakan metode yang tepat dalam
mengatasi permasalahan lingkungan pada
suatu perusahaan atau industri. Definisi
EMA berdasarkan IFAC (International
Federation of Accountants) dan UNDSD
(United Nations Division for Sustainable
Development) adalah manajemen kinerja
lingkungan
dan
keuangan
melalui
implementasi sistem dan praktek akuntansi
yang tepat dengan mengidentifikasi,
mengumpulkan, mengukur, menghitung,
mengelompokkan
dan
menganalisis
informasi lingkungan (fisik dan moneter)
untuk mendukung pengambilan keputusan
internal dan eksternal (Cahyandito:2009).
10.
11. Menurut singgih (2006) Lima kombinasi
pendekatan
yang
dilakukan
secara
komprehensif, yaitu:
12.
13. a. Reduce and prevention for waste
14. Meminimalkan dan mencegah limbah
merupakan perlindungan lingkungan efektif
yang
sangat
membutuhkan aktifitas
pencegahan terhadap aktifitas yang tidak
berguna.
15.
16. b. Demand side management
17. Tidak menyisakan limbah produk,
menjual sesuai dengan jumlah kebutuhan
konsumen dan membuat konsumen lebih
efisien dalam menggunakan produk.
18.
19. c. Design for environment (DFE)
20. Desain lingkungan merupakan bagian
integral dari proses pencegahan polusi
dalam proses produksi.
21.
22. d. Product stewardship
23. Alternatif produk yang memiliki less
pollution dan alternative material, sumber
energi,
metode
pemrosesan
yang

mengurangi limbah menjadi kebutuhan bagi


perusahaan.
24.
25. e. Full cost accounting
26. megidentifikasi dan mengkuantifikasi
kinerja biaya lingkungan sebuah produk,
proses produksi dan proyek dengan
mempertimbangkan empat macam biaya,
yaitu : - biaya langsung, biaya tidak
langsung,
- biaya tak terduga, dan biaya tersembunyi.
27.
28. Begitu besar manfaat penerapan EMA pada
sebuah industri. EMA tidak hanya
menyediakan data biaya yang penting
untuk menilai dampak kegiatan keuangan
manajemen, tetapi juga arus informasi fisik
yang menandai dampak lingkungan.
29.
29.1
Perumusan Masalah
30. Kerusakan lingkungan salah satunya
disebabkan oleh keberadaan industrialisasi.
Dari tahun ke tahun pertumbuhan industri
mengalami peningkatan yang cukup
banyak. Proses industrialisasi mau tidak
mau membawa perubahan pada keadaan
masyarakat. Salah satunya adalah kegiatan
usaha pembuatan tempe skala menengah
yang terletak di daerah Gredong Pasee
Kabupaten Aceh Utata ini.
31.
32. Para pelaku usaha ini cenderung tidak
memperhatikan masalah limbah yang
dihasilkan dari kegiatan proses yang
mereka lakukan seperti banyaknya air yang
digunakan, sisa bahan baku yang terbuang
percuma dan penggunaan energi yang
masih tidak ramah lingkungan. kegiatan
usaha
mereka
cenderung
kurang
memperhatikan
isu
lingkungan.
Kebanyakan perhatian utama setiap
kegiatan usahan hanyalah memperoleh
profit yang sebesar-besarnya tanpa
memperhatikan bahwa limbah pembuangan
hasil sisa produksinya secara langsung
maupun tidak langsung sudah mencemari
lingkungan sekitar.
33.
34. Maka dari itu dibutuhkan sistem akuntansi
manajemen yang dapat mempertimbangkan
masalah-masalah lingkungan serta biayabiaya yang terkait dalam pengelolaan
lingkungan. Salah satu sistem akuntansi
manajemen yang dapat digunakan adalah
dengan
menggunakan
metode

Environmental Management Accounting


(EMA) atau Metode Akuntansi Manajemen
Lingukungan.
35.
35.1
Pembatasan Masalah dan Asumsi
36. Adapun batasan masalah yang akan dibahas
dipenulisan ini hanyalah mengunakan
biaya-biaya secara umum yang harus
dikeluarkan oleh si pelaku usaha kegiatan
usaha. Adapun data yang diambil
merupakan data satu bulan pada tahun 2014
berdasarkan laporan kegiatan usaha dan
wawancara dengan pemilik usaha kegiatan.
37.
38. Selain Asumsi yang digunakan juga berlaku
hanya
secara
umum
sehingga
mempermudah pengelolaan data secara
sederhana dan dapat dimengerti.
39.
39.1
Tujuan dan Manfaat
40. Dengan metode akuntansi manajemen
lingkungan ini didapat informasi mengenai
aliran material atau energi beserta
dampaknya
terhadap
lingkungan
berdasarkan biaya lingkungan yang
dikeluarkan.
Prinsip
Environmental
Management Accounting dapat membantu
perusahaan
dalam
mengidentifikasi
biayabiaya lingkungan.
Penerapan
Environmental Management Accounting
bertujuan untuk membangun budaya yang
dapat
mengurangi
polusi
dan
meminimalisasi limbah dalam suatu
industri.
Penerapan
Environmental
Management Accounting bergantung pada
pengembangan
sistem
akuntansi
manajemen lingkungan yaitu efisiensi
biaya dalam industry (Helvagia,2001).
41.
42.
Manfaat analisis ini bersifat applied
research (penelitian terapan), karena analisis ini
dilakukan untuk memberikan alternatifalternatif solusi dalam menghadapi masalah
yang ada di bagian produksi terutama biaya
lingkungan yang terjadi dan pengurangan biaya
lingkungan tersebut.
43.
44. Selain itu pelaku usaha dapat menerapkan
adanya efisiensi setiap penggunaan
peralatan dan bahan baku. Hal ini akan
berefek pada kenaikan profit yang mereka
terima dalam kegiatan usaha pembuatan
tempe tersebut dan sekaligus dapat

mengurangi dampak terhadap kerusakan


lingkungan.
45.
46. METODOLOGI PENELITIAN
47.
Kegiatan
analisis
ini
bersifat
descriptive research karena penulis berusaha
memberikan gambaran mengenai peran
akuntansi manajemen lingkungan yang
nantinya dapat digunakan perusahaan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan meminimalkan
biaya lingkungan yang ada.
48.
49.
Ruang lingkup analisis ini dibatasi
pada bagian produksi pada kegiatan usaha
pembuatan tempe skala menengah di daerah
Gredong Pasee Kabupaten Aceh Utara.
Penulisan artikel ini ingin melihat dan
mengamati bagaimana peran akuntansi
manajemen lingkungan dalam mengidentifikasi
biaya-biaya lingkungan yang terjadi di kegiatan
usaha pembuatan tempe tersebut
dalam
mencapai pengurangan biaya lingkungan.
50.
51.
Adapun metode yang digunakan untuk
menganalisis kegiatan usaha ini yaitu
menggunakan analisis pendekatan Akuntansi
Manajemen Lingkungan Secara Fisik dan dan
Akuntansi Manajemen Lingkungan secara
Moneter. Dengan
menggunakan
kedua
pendekatan tersebut diharapkan peneliti dapat
menelusuri biaya-biaya dengan lebih akurat
sehingga
memperoleh
gambaran
detail
mengenai arus material sepanjang proses
produksi (Hinterberger dkk, 2003). Setelah
mendapatkan gambaran, selanjutnya peneliti
dapat mengkonversi penggunaan material ke
dalam nilai moneter dalam menganalisis biayabiaya lingkungan yang terkait.
52.
53. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
54.

55. Teknik pengumpulan data pada analisis


adalah wawancara, observasi, dan analisis
dokumen.Wawancara dilakukan kepada
pemilik, keuangan, bagian pembelian,
bagian produksi. Wawancara dilakukan
untuk mengetahui bahan dan energi apa
saja yang digunakan dan bagaimana
aktivitas operasional di bagian produksi,
untuk mengetahui hasil sisa produksi
apakah diproses untuk diolah lagi atau
tidak, apa saja kendala terkait biaya
lingkungan
tersebut,
bagaimana

pengurangan biaya dengan menggunakan


metode Akuntansi Manajemen Lingkungan.

65.
-

56.
57. Observasi dilakukan berdasarkan cerita
yang diberikan oleh sipemilik usaha
kegiatan dengan mengacu pada kegiatan
usaha pembuatan tempe yang sebenarnya.
Selain itu juga penulis juga mengamati
dari hasil laporan biaya bulanan yang ada
pada kegiatan usaha pembautan tempe
tersebut
sehingga
akan
menambah
kakuratan dari analisis. Analisis dokumen
diperlukan untuk mengetahui perbedaan
perhitungan biaya sebelum dan sesudah
menerapkan
Akuntansi
Manajemen
Lingkungan.

58.

59. Tabel. 1 Berikut merupakan data yang kami


dapat dari laporan bulanan kegiatan usaha
pembuatan tempe sekala menengah di
daerah Gredong Pasee Kabupaten Aceh
Utara scara umum.
60.
61.
Tabel 1. Biaya Bulanan Produksi
tempe Sekala Menengah di Daerah
Gredong Pasee,

Tersisanya kedelai di kolam pada saat


proses perendaman dan pencucian
kedelai dan tumpahnya air saat
memindahkan kedelai dari kolam
perendaman ke kolam pencucian
maupun dari kolam pencucian ke
tempat perebusan.
Pada proses pengelupasan kulit ari
banyak kulit ari yang dibuang begitu
saja.
Asap dari pembakaran kayu bakar dan
uap air selama perebusan yang
menumpuk dan terbuang percuma.
Ada limbah plastik pembungkus yang
dihasilkan
selama
proses
pembungkusan.

66.
67.
68. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
69. Biaya lingkungan adalah biaya-biaya yang
terjadi karena adanya kualitas lingkungan
yang buruk atau karena kualitas lingkungan
yang buruk yang mungkin terjadi. Maka,
biaya lingkungan berhubungan dengan
kreasi, deteksi, perbaikan, dan pencegahan
degradasi lingkungan.
70.
71. Selama proses produksi tempe di kegiatan
usaha tersebut, terdapat material dan energi
yang terbuang pada beberapa tahapan.
Material dan energi inilah yang disebut
non-product output. Non-product output ini
merupakan seluruh material, energi, dan air
yang digunakan dalam proses produksi
tetapi tidak menjadi bagian dari produk
akhir. Kendala yang dihadapi dalam
kegiatan usaha pembuatan tempe dalam
ini adalah masih banyaknya material dan
energi yang terbuang dalam proses
produksinya sehingga menimbulkan hidden
cost yang tidak disadari oleh pihak
pengusasha pembuatan tempe tersebut dan
tidak adanya perhitungan biaya lingkungan
secara rupiah.

72.
Aceh Utara
62. Sumber: Data olahan dari pusat
observasi
63.
64. Selain itu juga terdapat data permasalahan
yang terjadi yang berkaitan dengan
lingkungan seperti:

73. Akuntasi Manajemen Lingkungan Fisik


(PEMA)

74. Akuntasi Manajemen Lingkungan Fisik


(PEMA) merupakan sumber penyedia
informasi untuk pengambilan keputusan
manajemen yang berfokus pada dampak
perusahaan terhadap lingkungan alam
yang dinyatakan dalam satuan fisik

seperti kilogram. Biasanya ditampilkan


dalam diagram alir. Pada Gambar 1.
berikut menggambarkan manajemen
lingkungan secara fisik pada kegiatan
usaha
pembuatan
tempe
skala
menengah di daerah Gredong Pasee,
Aceh Utara.
75.
76. Dari hasil analisis menggunakan
Akuntansi Manajemen Lingkungan
Fisik dapat dilihat bahwa adanya
bahan/material yang terbuang percuma
seperti sisa kedelai yang berada di
dalam bak pencucian dan bak
perendaman. Dalam penggunaan kayu
juga tidak menjamin keefisienan.
Menginggat banyaknya penggunaan
kayu bakar dalam satu kali proses
perebusan. Dalam kegiatan proses
produksi tempe juga sangat banyak
menggunakan air sehingga perlu adanya
antisipasi dan metode penggunaan
kembali
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.

101.

102.
Akuntasi Manajemen
Moneter(MEMA)
103.

104.

Lingkungan

Gambar 2. Skema Akuntasi


Manajemen
Lingkungan
Moneter
Dalam
Proses
Pembuatan Tempe (harian)

105.
106.
Akuntasi Manajemen Lingkungan
Moneter merupakan aspek lingkungan dari
aktivitas perusahaan yang dinyatakan
dalam bentuk uang dan digunakan untuk
manajemen internal, misalnya: untuk biaya
membayar denda karena melanggar aturan
lingkungan. Dalam bentuk metode, MEMA
didasarkan atas akuntansi manajemen
konvensional yang diperluas untuk masalah
lingkungan. Hal ini merupakan alat utama
untuk keputusan manajemen internal, juga
untuk menelusuri dan memperlakukan
biaya dan pengeluaran yang terjadi karena
tindakan perusahaan yang mempengaruhi
lingkungan. MEMA berkontribusi terhadap
perencanaan strategis dan operasional,
menyediakan dasar untuk pengambilan
keputusan tentang bagaimana mencapai
target yang diinginkan dan mengendalikan
secara bertanggung-jawab.

Gambar 1. Skema Akuntasi


Manajemen Lingkungan Fisik
Dalam
Proses
Pembuatan
Tempe (harian)

107.
Dari Gambar.2 dapat di analisis bahwa
adanya biaya-biaya yang hilang sehingga
dapat menghemat ongkos produksi.Seperti
biaya kedelai yang tertinggal dalam
perendaman dan pencucian sebesar Rp
1.719,- . Nilai Jumlah Kulit Ari yang

dibuang juga lumayan besar yaitu sebesar


Rp. 12.666,-. Untuk Air pada proses
produksi tempe tersebut tidak memasukkan
air sebagai bahan produksi dikarenakan
mereka mempunyai sumber air yang cukup.
Namun pada dasar air tersebut termasuk
bahan pendukung produksi.
108.
Perhitungan Biaya Lingkungan
109.
Biaya Lingkungan merupakan biaya
yang ditimbulkan akibat adanya kualitas
lingkungan yang rendah, sebagai akibat
dari proses produksi yang dilakukan
perusahaan. Biaya lingkungan juga
diartikan sebagai dampak, baik moneter
atau non-moneter yang terjadi oleh hasil
aktifitas perusahaan yang berpengaruh pada
kualitas lingkungan.
110.
111. Setelah mengetahui perhitungan fisik
dan biaya aliran material, maka selanjutnya
menghitung akuntansi biaya lingkungan.
Adapun perhitungan ini dibandingkan
dengan perhitungan tanpa menggunakan
biaya lingkungan.

112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.

Tabel.2.Perhitungan
Biaya
tanpa
menggunakan biaya lingkungan (data
perbulan).
122.
Sumber : Data olahan dari pusat
observasi

123.
124. Tabel 2. tersebut merupakan hasil
perhitungan dengan menggunakan
metode akuntansi konvensional tanpa
memperhitungkan
biaya
variabel
lingkungan. Adapun laba bersih yang di
peroleh dari hasil produksi dan
penjualan sebesar Rp. 2.817.671
Rupiah/bulan atau sebesar 24,91 % dari
total produksi tiap bulannya.
125.
126. Selanjutnya perhitungan dengan
menggunakan
metode
biaya
lingkungan dengan menggbungkan

metode akuntasi konvensional dan


memasukkan varibel lingkungan yang
juga dihitung nilainya. Pada tahapan ini
vaiabel lingkungan yang dimasukkan
berupa pembangunan sarana IPAL dan
memasukkan variabel Non- product
yang masih dapat digunakan kembali
baik dalam bentuk daur ulang atau
dialih dalam bentuk lain sebagai nilai
tambah/ pemasukan bagi usaha
pembuatan tempe tersebut.
127.
128.

Tabel.3.Perhitungan
Biaya
menggunakan biaya lingkungan (data

perbulan).

129.
Dari hasil perhitungan bahwa total
biaya Non-product yang dihasilkan dari
produksi tempe yaitu sebesar Rp.
632.236,-/bulan. Nilai tersebut sangat besar
pengaruhnya apabila ditinjau dari sisi
ekonomi. Selain itu ditinjau dari sisi
lingkungan bahwa Non-product tersebut
sangat berdampak pada lingkungan
terutama pada pencemaran air, tanah dan
udara. Sehingga untuk menanggulanginya
dibangun unit IPAL dengan biaya biaya
pembangunan dan perawatan sebesar
Rp.200.000/bulan.
130.
131.
Pemanfaatan kembali bahan atau
material yang ada pada bagian Non-product
merupakan salah satu langkah alternatif
dalam pengelolaan lingkungan antara lain
yaitu dengan mengumpulkan kedelai yang
tertinggal pada bak pencucian dan
perendaman.
Kedelai
sisa
hasil
pengumpulan tadi dapat digunakan kembali
sebagai bahan baku. Selain itu kulit ari
kedelai yang dihasilkan dari bak
pengupasan kulit ari sebaiknya ditampung
dan disaring untuk dimanfaatkan sebagai
campuran pakan ternak (bebek)sehingga
menaikkan kandungan gizi pada makanan
ternak (bebek).
132.
133.
Pergantian penggunakan bahan bakar
untuk proses perebusan kedelai juga sangat
diperlukan. Kayu bakar dan bensin yang
digunakan dapat membuat polusi udara dan
pemanfaatan energi tidak maksimal
mengingat nilai kalor dan jumlah kayu

yang digunakan tidak efisien menurut


analisa
ekonomi
(Singgih,
2006).
Penggunaan LPG merupakan salah satu
alternatif terbaik dalam mensiasati masalah
ini dikarenakan LPG memiliki nilai kalor
yang tinggi dan hasil pembakarannya tidak
mencemari lingkungan.
134.
135.
Dari hasil pengelolaan non-product
yang berupaa pemanfaatan kembali biji
kedelai dengan nilai sebesar Rp. 51.557,-,
pemanfaatan kulit ari sebagai pakar ternak
sebesar Rp. 341.981,- serta pergantian
penggunaan
bahan
bakar
sebesar
Rp.300.000,- maka kegiatan pembuatan
tempe sekala menengah di daerah Gredong
Pasee, Aceh Utara tersebut mendapatkan
laba sebesar Rp. 2.977.671,- atau sebesar
26,70% dengan peningkatan laba sebesar
1,97 % dari laba tanpa mengunakan
Akuntansi Manajemen Lingkungan. Hal ini
sangat menguntungkan bagi pengusaha
tempe tersebut selain mendapatkan laba
yang lebih banyak, mereka juga turut
berpartisipasi dalam penjagaan dan
pelestarian lingkungan.
136.
137.
KESIMPULAN
138.
Penggunaan
metode
ekonomi
manajemen lingkungan (EMA) sangat
diperlukan pada saat ini terutama pada
sektor industri terutama industri yang
sangat berdampak terhadap lingkungan.
Adanya penerapan metode tersebut
pengusaha/perusahaan akan memperoleh
kenaikan laba
dapat
langsung
meminimalisir bahkan mencegah dampak
yang terjadi terhadap lingkungan. Dari
hasil analisis menyimpulkan bahwa
penerapan metode akuntansi manajemen
lingkungan (EMA) dapat menaikkan laba
dan dapat mengelola limbah sehingga
tidak mencemari lingkungan.
139.
140.
REFERENSI
141.
142.
Cahyandito, M. Fani. 2009 .
Environmental Management Accounting
(EMA)
(Akuntansi
Manajemen
Lingkungan). Bandung : Universitas
padjajaran.
143.
144.
Helvegia, Thomas. (2001) Socio
Accounting for Environmental. First
edition.Journey: Grammarica Press.

145.

146. Hinterberger, Friedrich, Giljum,


Stefan and Hammer, Mark. (2003).
Material FLow
Accounting and
Analysis: A Valuable Tools for Analyses
of Society-Nature Interrelationship.
Viena, Austria: Sustainable Europe
Research Institute.
147.
148.
Safitri, Silvana. (2009) Perencanaan
Sistem Pengolahan Limbah Cair Industri
Tahu PT. As Tanah Baru Depok. Depok :
universitas Indonesia.

149.
150.
Singgih.Moses L. (2006) Pengukuran
Dampak
Lingkungan
Menggunakan
Environmental Management Accounting
(EMA). Surabaya: Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
151.
152.
Rustika, Novia. (2011) Analisis
Pengaruh
Penerapan
Akuntansi
Manajemen Lingkungan Dan Strategi
Terhadap Inovasi Perusahaan. Semarang :
Universitas Diponegoro.
153.

Você também pode gostar