Você está na página 1de 28

PENGARUH FLUKTUASI HARGA MINYAK MENTAH DUNIA DAN INFLASI

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA


Cut Endang Kurniasih
Jurusan Magister Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Email : cutendang28@gmail.com
ABSTRAK

Kenaikan harga minyak mentah dunia selalu menjadi tantangan eksternal makroekonomi
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh fluktuasi harga minyak
mentah dunia dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Model yang
digunakan adalah regresi linear berganda dengan menggunakan data time series dari tahun
1987-2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel harga minyak mentah dunia dan
inflasi secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia pada taraf signifikansi 5 persen. Sedangkan secara individu (parsial)
variabel fluktuasi harga minyak mentah dunia berpengaruh positif dan signifikan terhadap
harga pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Variabel inflasi berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dari hasil tersebut, penelitian ini menyarankan
perlu peningkatan target produksi minyak bumi dan pengembangan sumber energi alternatif
untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak non renewable. Bagi
kebijakan moneter diharapkan tetap menjaga stabilitas ekonomi di Indonesia melalui
pengendalian inflasi pada tingkat tertentu atau wajar agar inflasi yang terjadi dapat menjadi
insentif bagi pertumbuhan ekonomi.
Kata Kunci : Harga Minyak Mentah Dunia, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Regresi
Berganda.

PENDAHULUAN
1

Latar Belakang Penelitian


Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan
dalam segala aspek kehidupan, salah satunya pembangunan ekonomi. Indikator penting
dalam mengukur pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi. Menurut Boediono
(1993:2) pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita dalam jangka
panjang. Pada negara-negara maju, permasalahan pertumbuhan ekonomi hanya bagaimana
cara mempertahankan perekonomian agar tetap stabil, sedangkan pada negara-negara
berkembang, permasalahan pertumbuhan ekonomi lebih kompleks.
Tabel 1.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2010-2014 (%)
Lapangan Usaha
1. Pertanian, Peternakan,
Kehutanan Dan Perikanan
2. Pertambangan Dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas, Dan Air Bersih
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel Dan Restoran
7. Pengangkutan Dan Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan & Jasa
Persh.
9. Jasa Jasa
Produk Domestik Bruto
Produk Domestik Bruto Tanpa Migas

2010
3.01

2011
3.37

2012
4.20

2013*
3.44

2014**
3.29

3.86
4.74
5.33
6.95
8.69
13.41

1.60
6.14
4.71
6.07
9.24
10.70

1.58
5.74
6.32
7.39
8.16
9.98

1.41
5.56
5.78
6.57
5.89
9.80

-0.22
4.86
5.50
6.58
4.64
9.31

5.67

6.84

7.14

7.57

5.96

6.22
6.60

6.49
6.98

6.26
6.85

5.73
6.20

5.06
5.44

Sumber : BPS Indonesia (2016)

Dari Tabel 1. menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur
dengan menggunakan harga konstan secara umum mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia hanya mencapai kisaran 5-6 persen dari tahun
2010-2014. Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai angka tertinggi,
yakni sebesar 6,49 persen dibandingkan tahun 2010. Pertumbuhan terjadi pada semua sektor
ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor industri. Meskipun pertumbuhan ekonomi

dinyatakan tinggi namun masih banyak permasalahan yang harus dihadapi di Indonesia, yaitu
masalah yang diakibatkan oleh faktor eksternal maupun internal.
Indonesia sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka kecil tentu
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dunia. Salah satunya adalah terlihat bagaimana faktor
eksternal yaitu harga minyak dunia mempengaruhi perekonomian dalam negeri. Kenaikan
harga minyak mentah dunia selalu menjadi tantangan eksternal makroekonomi Indonesia.
Menurut Mankiw (2007:265) menyatakan bahwa kenaikan harga minyak dunia akan
menimbulkan guncangan yang negatif pada sisi penawaran. Artinya kenaikan harga minyak
dunia akan menyebabkan naiknya ongkos energi bagi perusahaan, yang berikutnya akan
mempengaruhi keputusan perusahaan untuk mengurangi jumlah produksi. Selain itu,
guncangan penawaran tersebut mengakibatkan stagflasi, yaitu kondisi perekonomian akan
mengalami penurunan output dan kenaikan harga (inflasi).
160
140
120
100
80
60
40
20
0

Oil price

Sumber : U.S. Energy Information Administration (2016)

Gambar 1. Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia (USD/barel)


Pada Gambar 1. memperlihatkan tren harga minyak mentah dunia bergerak fluktuatif.
Pada bulan Januari 1986 harga minyak mentah dunia sebesar 22,93 USD/barel. Pada bulan
Desember 1998 mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya mencapai

11,35 USD/barel. Namun harga minyak mentah dunia meningkat tajam pada bulan Juni 2008
mencapai 133,88 USD/barel.
Krisis finansial global yang terjadi pada kuartal keempat tahun 2008 juga memberi
dampak terhadap tingkat harga minyak dunia. Lesunya perekonomian dunia mengakibatkan
penurunan terhadap permintaan minyak. Harga minyak dunia mengalami penurunan secara
drastis hingga menyentuh level 41,12 USD/barel. Pasca krisis finansial global perekonomian
dunia mengalami pemulihan secara perlahan.
Berfluktuatifnya harga minyak mentah dunia tersebut tentu berdampak dalam
kegiatan perekonomian Indonesia. Hal ini disebabkan karena peranan minyak yang sangat
penting sebagai bahan bakar yang menggerakkan perekonomian. Pasokan minyak bumi
merupakan input vital dalam proses produksi industri, terutama untuk menghasilkan listrik,
menjalankan mesin produksi dan mengangkut hasil produksi ke pasar. Disamping itu, minyak
bumi juga penting bagi pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan (Nizar, 2012).
Terlebih kebutuhan terhadap minyak bumi yang sangat tinggi di Indonesia karena sejak tahun
2004 hingga kini Indonesia beralih menjadi net importir minyak untuk menutupi kebutuhan
minyak di dalam negeri akibat dari produksi minyak Indonesia yang semakin hari terus
berkurang. Kenaikan harga minyak dunia tersebut berimbas pada kenaikan harga bahan bakar
subsidi di Indonesia, yang biasanya diikuti naiknya harga kebutuhan pokok. Bagi negara
pengimpor minyak mentah seperti Indonesia akan menerima kerugian dari meningkatnya
harga minyak mentah dunia.
Sementara itu, inflasi menjadi salah satu faktor internal yang turut mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Inflasi merupakan gejala ekonomi yang sulit dihindari
dalam suatu perekonomian, yang dapat menimbulkan efek baik maupun buruk. Inflasi dapat
menimbulkan efek yang baik dalam perekonomian. Inflasi dapat menyebabkan kenaikan
produksi. Alasannya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului

kenaikan upah, sehingga keuntungan perusahaan naik dan akan menggalakkan investasi.
Sehingga kesempatan kerja dan pendapatan meningkat dan mendorong kepada pertumbuhan
ekonomi. Namun apabila laju inflasi itu cukup tinggi (hiperinflasi) dapat menyebabkan
output nasional menurun.
Inflasi mulai menjadi permasalahan penting di Indonesia ketika laju inflasi mencapai
650 persen pada pertengahan dasawarsa 1960-an. Ketika krisis ekonomi yang terjadi di
Indonesia pada pertengahan tahun 1997 juga membuat laju inflasi naik menjadi dua digit
yaitu sebesar 11,05 persen dan mencapai puncaknya pada tahun 1998 sebesar 77,63 persen.
Berdasarkan data dari BPS (Badan Pusat Statistik) Indonesia mencatat tingkat inflasi di
Indonesia masih tergolong ringan karena berada pada level satu digit atau dibawah 10 persen
per tahun. Inflasi terendah terjadi pada tahun 2015 yaitu 3,35 persen. Akan tetapi pada tahun
2013 inflasi menunjukkan peningkatan yaitu sebesar 8,38 persen.
Tabel 2.
Inflasi di Indonesia Tahun 2010-2015 (%)
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
2015

Inflasi (%)
6.96
3.79
4.3
8.38
8.36
3.35

Sumber : BPS Indonesia (2016)

Pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap tingginya laju inflasi yang dapat
menyebabkan efek negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengendalian inflasi menjadi
sangat penting, terutama bagi para pelaku ekonomi yang melakukan kegiatan ekonomi.
Inflasi perlu dikendalikan untuk menjaga kestabilan harga agar daya beli masyarakat terjamin
dan memberikan kepastian bagi dunia usaha, sehingga mendorong peningkatan pertumbuhan
ekonomi.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah yang akan di bahas dan
dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah pengaruh fluktuasi harga minyak mentah dunia terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia?
2. Bagaimanakah pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
3. Apakah fluktuasi harga minyak mentah dunia dan inflasi terhadap pertumbuhan
berpengaruh secara bersama-sama terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?

Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang penelitian dan perumusan masalah yang telah dikemukakan
di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisa pengaruh fluktuasi harga minyak mentah dunia terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
2. Untuk menganalisa pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
3. Untuk menganalisa pengaruh fluktuasi harga minyak mentah dunia dan inflasi secara
bersama-sama (simultan) terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan:
1. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diterima.
2. Sebagai bagian studi dan tambahan referensi bagi peneliti yang ingin melakukan
penelitian lebih lanjut.
3. Sebagai masukan dan pertimbangan bagi Pemerintah dalam merumuskan kebijakan
yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
TINJAUAN LITERATUR

Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Simon Kuznet (1971) dalam Todaro (2006), pertumbuhan ekonomi adalah
kenaikan kemampuan dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk
menyediakan barang ekonomi kepada penduduk negara tersebut. Proses pertumbuhan
ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor ekonomi dan non ekonomi. Faktor ekonomi
berupa sumber daya manusia, sumber daya alam, akumulasi modal dan teknologi, sedangkan
faktor non ekonomi berupa faktor sosial, politik dan budaya. Adanya goncangan pada salah
satu faktor tersebut dapat mempengaruhi perekonomian di suatu negara.
Menurut Sukirno (2008 : 423), pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fiskal
produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi merupakan
salah satu indikator untuk menilai kinerja suatu perekonomian khususnya untuk menganalisis
hasil pembangunan. Peningkatan pertumbuhan ekonomi mencerminkan perkembangan
ekonomi di suatu daerah.
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian dapat
menghasilkan tambahan pendapatan bagi masyarakat pada suatu periode tertentu. Pada
dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktir produksi
untuk menghasilkan output, yang diukur dengan menggunakan indikator PDB. Produk
domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar dari seluruh barang atau jasa dalam suatu negara
yang diproduksi di suatu negara selama kurun waktu tertentu (Mankiw, 2007). Semakin
tinggi nilai PDB maka bisa dikatakan kinerja perekonomian semakin membaik.

Harga Minyak Mentah Dunia


Minyak mentah atau crude oil merupakan salah satu energi utama yang sangat
dibutuhkan. Hasil dari pengolahan minyak mentah dapat menjadi energi untuk melakukan

kegiatan produksi. Jenis minyak mentah yang diperdagangkan di dunia adalah West Texas
Intermediate (WTI), Brent Bland, OPEC Basket Price dan Russian Export Blend. Harga
minyak mentah dunia diukur dengan harga spot pasar minyak dunia, umumnya harga minyak
yang digunakan menjadi harga standar dunia adalah WTI.
West Texas Intermediate (WTI) merupakan minyak mentah yang berkualitas sangat
tinggi, karena ringan (light) dan memiliki kandungan sulfur yang rendah (sweet). Oleh
karenanya minyak jenis WTI ini sering pula di sebut minyak mentah light sweet.
Kandungan yang ada pada minyak WTI ini membuatnya sangat baik untuk dijadikan bahan
bakar, hal ini menjadikan minyak jenis WTI sebagai patokan utama minyak metah di
Amerika dan di dunia. Harga minyak mentah WTI umumnya lebih tinggi lima sampai enam
USD/barel dibandingkan dengan harga minyak OPEC (Rusbariandi, 2012)
Beberapa faktor yang mempengaruhi harga minyak dunia antara lain (Nizar, 2012) :
1. Penawaran dan permintaan minyak dunia.
Dari sisi permintaan, fluktuasi harga minyak sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan
ekonomi dunia. Pengalaman menunjukkan bahwa peningkatan permintaan terhadap minyak
yang kemudian mendorong naiknya harga minyak didahului oleh pertumbuhan ekonomi
global yang cukup tinggi. Sedangkan dari sisi penawaran fluktuasi harga minyak mentah
dunia sangat dipengaruhi oleh ketersediaan atau pasokan minyak oleh negara-negara
produsen, baik negara-negara yang tergabung dalam Organization of the Petroleum
Exporting Countries (OPEC) maupun negara produsen non-OPEC.

2. Faktor geopolitik dan spekulasi.

Faktor geopolitik meliputi situasi politik dan pengaruh OPEC sebagai kartel produsen
minyak terutama dalam mengontrol pasokan tambahan (marginal supply) minyak dunia juga
turut mempengaruhi harga minyak dunia.

Inflasi
Menurut Rahardja dan Manurung (2008 : 165-166) inflasi merupakan kenaikan harga
barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Dari definisi tersebut maka terdapat
tiga kriteria agar dapat dikatakan terjadinya inflasi, (1) Kenaikan harga, harga suatu
komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya; (2)
Bersifat umum, kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi apabila
kenaikan tersebut tidak berdampak pada kenaikan harga-harga secara umum; (3) Berlangsung
terus-menerus, artinya proses kenaikan harga-harga tersebut tidaklah terjadi hanya sesaat
melainkan secara terus-menerus sampai pada periode tertentu.
Ditinjau dari faktor-faktor penyebab timbulnya, inflasi dibedakan menjadi 3 macam
(Nanga, 2005), yaitu : a) Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation). b) Inflasi
dorongan biaya (cosh-push inflation), c) Inflasi struktural (structural inflation).
Adanya inflasi berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Kenaikan harga akan menjadi
insentif bagi perusahaan untuk meningkatkan produksinya. Hal ini sesuai dengan hukum
penawaran dimana kenaikan harga akan meningkatkan produksi total yang mengindikasikan
pertumbuhan ekonomi, sehingga adanya inflasi akan meningkatkan pertumbuhan. Hal
tersebut hanya akan terjadi pada tingkat inflasi rendah. Namun apabila laju inflasi itu cukup
tinggi (hiperinflasi) dapat mempunyai akibat sebaliknya, yaitu penurunan output.

Penelitian Sebelumnya

10

Beberapa studi terkait hubungan fluktuasi harga minyak mentah dunia dan inflasi
terhadap pertumbuhan ekonomi telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumya, diantaranya
oleh Thompson dan Augustine (2016) menganalisis pengaruh perubahan harga minyak
mentah terhadap pertumbuhan ekonomi di Nigeria dari tahun 1980-2013 dengan
menggunakan regresi berganda dan uji unit root Augmented Dickey-Fuller (ADF) untuk
menguji dan menyesuaikan stasioneritas dari variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kenaikan harga minyak akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi di Nigeria.
Selain itu variabel jumlah uang beredar menunjukkan hubungan yang positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Inflasi dan suku bunga memiliki hubungan negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, pengeluaran pemerintah dan pembentukan modal tetap
bruto menghasilkan hubungan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Nizar (2012) melakukan penelitian dengan menggunakan model Vector Autoregression
(VAR) untuk mengetahui dampak fluktuasi harga minyak di pasar dunia terhadap
perekonomian Indonesia periode tahun 20002011. Hasil analisis menunjukkan bahwa
fluktuasi harga minyak di pasar dunia yaitu pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi
selama 3 bulan, mendorong inflasi domestik selama satu tahun, meningkatkan jumlah uang
beredar di dalam negeri, meningkatkan jumlah uang beredar berlangsung selama 5 bulan,
berdampak negatif terhadap nilai tukar riil rupiah selama 10 bulan dan menyebabkan naiknya
suku bunga di dalam negeri (efek ini berlangsung selama 10 bulan).
Dimas dan Cahyadin (2014) dalam penelitiannya yang menganalisis hubungan harga
minyak dunia dan kontribusi harga minyak dunia dalam mempengaruhi makroekonomi
Indonesia mulai tahun 1990-2010. Penelitian ini menggunakan metode VectorAuto
Regression (VAR) dan perangkat VAR yang digunakan adalah Impulse Response Function
(IRF) dan Variance Decomposition. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa harga minyak
dunia mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap inflasi dan PDB riil

11

Indonesia, tetapi tidak signifikan dan mempunyai hubungan yang negatif terhadap nilai tukar
riil Indonesia. Harga minyak dunia juga mempunyai nilai kontribusi dalam mempengaruhi
nilai inflasi, nilai tukar riil, dan PDB riil Indonesia setelah periode pertama.
Asmara dkk (2011) menganalisis volatilitas harga minyak dunia dan dampaknya
terhadap kinerja sektor industri dan makroekonomi. Metode analisis yang digunakan adalah
model ARCH-GARCH dan CGE Recursive Dynamic. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
volatilitas harga minyak dunia memberikan dampak yang cenderung negatif terhadap kinerja
sektor industri. Disamping itu pada sisi makro, volatilitas harga minyak dunia memberikan
efek kontraksi terhadap pertumbuhan ekonomi serta mendorong kenaikan harga/inflasi.
Salhab dan Soedjono (2013) mengkaji pengaruh inflasi, jumlah tenaga kerja, dan
pengeluaran pemerintah secara simultan dan secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi
Provinsi Bali. Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian
menunjukkan secara simultan dan parsial tingkat inflasi, jumlah tenaga kerja, dan
pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi
Bali.
Hipotesis
Kesimpulan sementara yang dapat diambil adalah :
1. Diduga bahwa harga minyak mentah dunia berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
2. Diduga bahwa inflasi berhubungan negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
di Indonesia.
3. Diduga bahwa harga minyak mentah dunia dan inflasi secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

METODE PENELITIAN

12

Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini adalah mengenai pengaruh fluktuasi harga minyak
mentah dunia dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 1987-2014.

Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
yang digunakan adalah data yang dicatat secara sistematis yang berbentuk data runtut waktu
(time series) periode tahun 1987-2014. Dalam penelitian ini digunakan data yang diperoleh
dari berbagai sumber antara lain U.S. Energy Information Administration dan Badan Pusat
Statistik (BPS), serta berbagai penelitian terdahulu yang mempunyai relevansi dengan kajian
yang dilakukan. Data yang digunakan antara lain :
1. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia
2. Harga minyak mentah dunia
3. Inflasi Indonesia

Model Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi berdanda
dengan metode kuadrat terkecil sederhana (Ordinary Least Square). Penyelesaian regresi
berganda tersebut dilakukan untuk mengetahui perubahan variabel terikat yang disebabkan
oleh berubahnya variabel bebas.
Y = + 1 X1 + 2 X2 + .............................................................................. (1)
Dalam penelitian ini metode OLS digunakan untuk mengetahui pengaruh fluktuasi
harga minyak mentah dunia dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk memudahkan
dalam menganalisa, maka peneliti memformulasikan model yang digunakan dalam penelitian
ini sebagai berikut :
GDP = + 1 OIL + 2 INF + .................................................................. (2)

13

Keterangan :
GDP = Laju pertumbuhan ekonomi (%).
= Konstanta.
1 sampai 2 = Koefisien regresi.
OIL = Harga minyak mentah dunia (USD/barel).
INF = Inflasi (%).
= Error term
Model regresi linear memiliki beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk
menghasilkan estimasi yang baik atau dikenal dengan BLUE (Best Linear Unbias Estimator).
Asumsi-asumsi dasar tersebut mencakup homoscedastic, no-multicollinierity, dan noautocorrelation.

Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional variabel merupakan batasan terhadap variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini, batasan variabel-variabel tersebut adalah :
1. Pertumbuhan ekonomi adalah laju pertumbuhan yang diukur dari PDB dengan
menggunakan data tahunan 1987-2014 berdasarkan harga konstan dalam satuan persen.
2. Harga minyak dunia adalah harga minyak dunia yang terbentuk di pasar spot minyak
Texas (West Texas Intermediate) dalam satuan USD/barel.
3. Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dalam satuan persen.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDB) di Indonesia

14

PDB merupakan salah satu indikator penting dalam melihat kinerja perekonomian suatu
negara yang juga menggambarkan tingkat kemakmuran. Semakin besar nilai PDB suatu
negara maka semakin makmur dan maju negara itu. Berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistk (BPS) Indonesia mencatat laju pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun
1995 sebesar 8,2 persen. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada tahun
1998, menurun tajam mencapai -13,1 persen. Salah satu penyebabnya yaitu krisis finansial
yang terjadi pada tahun tersebut. Dan setelah masa krisis, Indonesia terus memperbaiki
pertumbuhan ekonominya.
10
5

4.9

7.5 7.2 7
7.5 8.2 7.8
6.5
6.5
5.8

4.9

4.7

3.8

6.49
5.69 5.5 6.356.01 6.22 6.265.735.06
5.03
4.78
4.63
4.5

0.8
0
-5
-10
-13.1

-15

GDP

Sumber : BPS Indonesia (2016)

Gambar 2. Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (%)


Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia
Harga minyak mentah (Crude Oil Price) dunia merupakan tolak ukur bagi
perkembangan perekonomian dunia. Hal ini dikarenakan minyak mentah merupakan salah
satu material pokok atau lebih dikenal sebagai bahan input dalam menjalankan roda
perekonomian baik dalam sektor industri, perdagangan, pertambangan dan sektor lainnya
dewasa ini. Perkembangan harga minyak mentah dunia selama kurun waktu 1987-2014
menunjukkan fluktuasi yang dapat dilihat pada Gambar 3.

15

120
100
80
60
40
20
0

oilprice

Sumber : U.S. Energy Information Administration (2016)

Gambar 3. Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia (USD/barel)


Pada 1998 harga minyak dunia tercatat 14,42 USD/barel, kemudian terus meningkat
hingga tahun 2000 menjadi 30,38 USD/barel. Di tahun 2001 hingga 2002 turun menjadi
26,18 USD/barel. Harga minyak dunia kembali naik menjadi 31,08 USD/barel pada tahun
2003. Minyak mentah terus mengalami kenaikan harga sampai dengan tahun 2008 minyak
mentah menyentuh level tertingginya yakni 99,67 USD/barel. Namun, krisis di 2009
menghantam minyak mentah hingga mengalami penurunan ke angka 61,95 USD/barel.
Minyak mentah kembali naik harga pada 2010 sebesar 79,48 USD/barel. Kenaikan ini terus
berlangsung hingga tahun 2014, rata-rata harga minyak mentah dunia berada di kisaran
seharga 93,17 USD/barel.

Perkembangan Inflasi di Indonesia


Inflasi merupakan indikator penting dan tolok ukur perekonomian yang berkaitan
dengan daya beli masyarakat dan stabilitas ekonomi makro. Inflasi juga menjadi ukuran
penting disamping data Produk Domestik Bruto (PDB). Berdasarkan Gambar 4. laju inflasi
dari tahun 1987 sampai 2014 mengalami variasi yang cukup tinggi. Kenaikan yang signifikan
terjadi pada saat Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1998. Pada tahun tersebut

16

inflasi menunjukkan angka yang cukup tinggi, yaitu sebesar 77,63 persen. Dan pada tahun
setelah krisis, inflasi lebih banyak disebabkan oleh oleh kenaikan harga BBM dan gejolak
harga pangan yang menyumbang andil terhadap inflasi.

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

INF

Sumber : BPS Indonesia (2016)

Gambar 4. Perkembangan Inflasi di Indonesia (%)

Hasil Estimasi
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh fluktuasi harga
minyak mentah dunia dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 19872014. Analisis ini diolah dengan bantuan program SHAZAM dengan hasil analisis linear
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.
Hasil Estimasi Pertumbuhan Ekonomi
Variable
OIL
INF
CONSTANT
R2 = 0.7868
R2 adj = 0.7697

Estimated Coefficient
-0.00064477
-0.25220
7.7067
DW = 1.3956

Standard Error
0.01182
0.02679
0.7233

Sumber : Hasil Pengolahan Data, Shazam (2016).

T-Ratio
-0.05453
-9.415
10.65

P-value (25 DF)


0.957
0.000
0.000

17

Hasil dari estimasi pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa variabel harga minyak
mentah dunia berpengaruh negatif namun tidak signifikan sedangkan variabel inflasi
berpengaruh negatif dan signifikan. Setelah dilakukan estimasi model, maka selanjutnya
dilakukan pengujian asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, multikolinearitas,
heterokedastisitas dan autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji statistik Jarque Bera Normality Test. Hasil
yang diperoleh dari esimasi dapat dilihat bahwa nilai probability Jarque Bera sebesar 0.000
memiliki nilai lebih kecil dari 0,05 sehingga dengan melihat ketentuan kriteria, dapat
dikatakan bahwa data dalam model ini bersifat tidak normal.
Tabel 4.
Uji Normalitas
Jarque Bera
Probability

29.1704
0.000
Sumber : Hasil pengolahan data, Shazam (2016)

Setelah dilakukan perbaikan dengan cara transformasi data menjadi turunan pertama
dari data tersebut, maka hasil yang diperoleh nilai probability Jarque Bera sebesar 0.377
yang memiliki nilai lebih besar dari 0,05 sehingga dengan melihat ketentuan kriteria, dapat
dikatakan bahwa data dalam model ini bersifat normal.

2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antar variabel
bebas (independen). Dalam penelitian ini digunakan matrik korelasi (correlation matrix)
agar untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dengan cara menghitung
koefisien korelasi antar variabel bebas.

18

Tabel 5.
Uji Multikonearitas (Correlation Matrix)
Variabel
OILPRICE
INF

OILPRICE
1.0000
-0.006095

INF
1.0000

Sumber : Hasil Pengolahan Data, Shazam (2016).

Berdasarkan Tabel 5. diketahui nilai korelasi antar variabel bebas dalam penelitian ini
memliki korelasi hanya sebesar -0,006095 jauh di bawah ambang batas sebesar 0,7, sehingga
dapat disimpulkan bahwa model ini tidak memiliki korelasi antar variabel bebas atau gejala
multikolinearitas.

3.

Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi
yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas dan untuk mengetahui adanya
heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji White.
Tabel 6.
Uji Heteroskedastisitas
White Test

Chi-square Statistic

D.F

P value

KOENKER (R2)

9.715

0.08372

B-P-G (SSR)

13.816

0.01682

Sumber : Hasil pengolahan data, Shazam (2016)

Tabel 6. menunjukkan hasil perhitungan uji heteroskedastisitas dengan menggunakan


uji White menghasilkan kesimpulan tidak ada masalah heteroskedastisitas atau dapat
dikatakan data bersifat homoskedastisitas. Hal ini dibuktikan dengan nilai probabilitas dari
koenker (R2) sebesar 0.08372 lebih besar dari 0.05.

19

4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dipakai untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linear
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode (t) dengan kesalahan
pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Salah satu pengujian yang umum digunakan
untuk mengetahui adanya autokorelasi adalah uji statistik Uji Durbin-Watson (DW). Nilai
DW berdasarkan Tabel 7. yaitu sebesar 1.7122 berada pada daerah terbebas dari masalah
autokorelasi. Hal itu karena d (1.7122) > dU (1.5596).
Tabel 7.
Uji Autokorelasi (Durbin Watson)
Kategori
K
N
D-W Stat
D-W Tabel pada = 5%
dL
dU
k = jumlah variabel bebas
N = jumlah observasi

Nilai
2
28
1.7122
1.2553
1.5596

Sumber : Hasil pengolahan data, Shazam (2016)

Karena hasil dari pengujian asumsi menunjukkan adanya ketidaknormalan distribusi


pada variabel maka perbaikan yang dilakukan dengan transformasi variabel menjadi turunan
pertama mengubah semua variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ke dalam bentuk
turunan pertama. Sehingga terjadi juga perubahan pada persamaan model ini yaitu sebagai
berikut :
GDPg = 0 + 1OIL - 2INF + .............................................................. (3)
Hasil estimasi perubahan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8.

20

Hasil Estimasi Perubahan Pertumbuhan Ekonomi


Variable
DOIL
DINF
CONSTANT
R2 = 0.8335
R2 adj = 0.8202

Estimated Coefficient
0.11093
-0.20035
-0.12858
DW = 1.7122
Prob. F = 0.000

Standard Error
0.03264
0.01883
0.3851

T-Ratio
3.399
-10.64
-0.3339

P-value (25 DF)


0.002
0.000
0.741

Sumber : Hasil Pengolahan Data, Shazam (2016)

Persamaan regresi yang terbentuk pada penelitian ini :


DGDP = -0,12858 + 0,11093 DOIL 0,20035 DINF
1. Pengaruh Fluktuasi Harga Minyak Mentah Dunia Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia
Dari hasil penelitian terlihat bahwa perubahan harga minyak mentah dunia berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari uji t yang
menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.002 < (0.05). Nilai koefisien regresi dari variabel
perubahan harga minyak mentah dunia adalah 0.11093. Artinya jika perubahan harga minyak
mentah dunia meningkat sebesar 1 USD/barel sedangkan inflasi tetap maka pertumbuhan
ekonomi akan mengalami peningkatan sebesar 0,11093 persen. Tanda positif (+)
menunjukkan adanya hubungan yang searah antara harga minyak mentah dunia dengan
pertumbuhan ekonomi, yaitu kenaikan harga minyak mendorong naiknya pertumbuhan
ekonomi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Thompson dan
Augustine (2016), Nizar (2012), Dimas dan Cahyadin (2014), dan Asmara dkk (2011).

2. Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia


Pada variabel perubahan tingkat inflasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Dilihat dari persamaan regresi model diperoleh nilai t untuk variabel
perubahan inflasi nilai probabilitas adalah 0.000 < (0.05). Nilai koefisien dari inflasi
adalah -0.20035. Artinya jika inflasi bertambah 1 persen sedangkan harga minyak mentah

21

dunia tetap maka pertumbuhan ekonomi akan menurun sebesar 0,20035 persen. Tanda negatif
(-) menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik atau berlawanan antara inflasi dengan
pertumbuhan ekonomi, yaitu jika inflasi tinggi maka pertumbuhan ekonomi akan rendah.
Inflasi tinggi menyebabkan daya beli mata uang suatu negara semakin turun. Pada
tingkat inflasi yang sangat tinggi akan membawa dampak buruk kepada masyarakat.
Menurunnya pendapatan riil masyarakat akan menimbulkan ketidakstabilan dalam
perekonomian sehingga pertumbuhan ekonomi akan berjalan lambat dan kemiskinan semakin
meningkat (Sukirno, 2004).

3. Pengaruh Fluktuasi Harga Minyak Mentah Dunia dan Inflasi terhadap


Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Dari hasil pengolahan data diperoleh hasil uji F terlihat bahwa nilai signifikansinya
adalah sebesar 0.000 (0.05). Maka dapat dikatakan variabel fluktuasi harga minyak
mentah dunia dan inflasi secara bersama-sama mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh fluktuasi harga minyak
mentah dunia dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah signifikan.
Hasil regresi pada estimasi pertumbuhan ekonomi memiliki nilai koefisien determinasi
(R2) sebesar 0.8335 yang menunjukkan bahwa sebesar 83,35 persen perubahan pertumbuhan
ekonomi dipengaruhi oleh variabel harga minyak mentah dunia dan variabel inflasi,
sedangkan sisanya sebesar 16,65 persen dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak
digunakan dalam penelitian ini.

PENUTUP

22

KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Fluktuasi harga minyak mentah dunia berpengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Artinya ketika harga minyak dunia naik
maka pertumbuhan ekonomi juga akan naik. Hal ini memperlihatkan bahwa sisi positif
kenaikan harga minyak masih lebih besar dari pengaruh negatif yang terjadi.
2. Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Artinya ketika inflasi meningkat maka pertumbuhan ekonomi menurun.
3. Fluktuasi harga minyak mentah dunia dan inflasi secara bersama-sama berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tingkat signifikansi 5 persen.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka diberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah sebaiknya meningkatkan target produksi minyak bumi. Ini penting untuk
meningkatkan pendapatan, baik pajak dan bukan pajak dari minyak bumi. Selain itu juga
perlu pengembangan sumber energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap
bahan bakar minyak non renewable yang selama ini menjadi beban bagi pengeluaran
negara, serta dibutuhkan ketahanan energi nasional terutama saat kenaikan harga minyak
dunia.
2. Bagi kebijakan moneter terutama Bank Sentral yaitu Bank Indonesia diharapkan tetap
menjaga stabilitas ekonomi di Indonesia melalui pengendalian inflasi pada tingkat
tertentu atau wajar agar inflasi yang terjadi dapat menjadi insentif bagi pertumbuhan
ekonomi.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Asmara, Alla, dkk. 2011. Volatilitas Harga Minyak Dunia dan Dampaknya Terhadap Kinerja
Sektor Industri Pengolahan dan Makroekonomi Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi. Vol.
29, No.1 : 49-69.

23

Badan Pusat Statistik. 2016. Data Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 19852014.
__________________. 2016. Data Laju Inflasi Indonesia Tahun 1985-2014.
Boediono. 1993. Ekonomi Makro. Edisi Keempat. Yogyakarta : BPFE UGM.
Dimas, M. Ichsan dan Cahyaadin, Malik. 2014. World Oil Price and Indonesia
Macroeconomic. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 15, No.1 : 27-33.
Mankiw, N. Gregory, et al. 2007. Makroekonomi. Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.
Nanga, Muana. 2005. Teori, Masalah & Kebijakan. Edisi Kedua. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Nizar, Muhammad Afdi. 2012. Dampak Fluktuasi Harga Minyak Dunia Terhadap
Perekonomian Indonesia. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan. Vol. 6 No. 2 : 189210.
Rusbariandi, Septian Prima. 2012. Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia,
Harga Emas Dunia, Dan Kurs Rupiah Terhadap Jakarta Islamic Index Di Bursa Efek
Indonesia (Periode Januari 2005 Maret 2012). Jurnal Ekonomi Universitas
Gunadarma.
Raharja, Prathama dan Mandala Manurung. 2008. Teori Ekonomi Makro : Suatu
Pengantar. Edisi Keempat. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI.
Salhab, Amira dan Soedjono, Lasmini. Pengaruh Inflasi, Jumlah Tenaga Kerja, Dan
Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Bali. E-Jurnal Ekonomi
Pembangunan Universitas Udayana. Vol. 2, No. 1 : 1-62.
Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT. Radja Grafisindo
Persada.
_____________. 2008. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.
Todaro, Michael P dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi. Edisi 9 Jilid 2.
Jakarta : Erlangga.
U.S. Energy Information Administration. 2016. Data Harga Minyak Mentah Dunia Tahun
1985-2014.
Thompson, David dan Augustine, Chinweoke. 2016. An Assessment Of The Impact Of Crude
Oil Prices On Nigerias Economic Growth (1980-2013). African Journal of Social
Sciences. Vol. 6, No. 1 : 1-14.

LAMPIRAN
Lampiran 1.
Tabel Data Regresi
Tahun

GDP
(%)

OILPRICE
(USD/barel)

INF
(%)

24

1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

4.9
5.8
7.5
7.2
7
6.5
6.5
7.5
8.2
7.8
4.7
-13.1
0.8
4.9
3.8
4.5
4.78
5.03
5.69
5.5
6.35
6.01
4.63
6.22
6.49
6.26
5.73
5.06

19.2
15.97
19.64
24.53
21.54
20.58
18.43
17.2
18.43
22.12
20.61
14.42
19.34
30.38
25.98
26.18
31.08
41.51
56.64
66.05
72.34
99.67
61.95
79.48
94.88
94.05
97.98
93.17

8.9
5.5
6
9.5
9.5
4.9
9.8
9.2
8.6
6.5
11.1
77.63
2.01
9.35
12.55
10.03
5.06
6.4
17.11
6.6
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
4.3
8.38
8.36

Sumber : BPS Indonesia, U.S. Energy Information Administration (2016)

Lampiran 2.
Hasil Pengolahan Data Regresi

Welcome to SHAZAM - Version 10.0 - APR+2008 SYSTEM=WIN-NT


06/06/16 00:56:40
|_sample 1 28
|_read gdp oil inf
3 VARIABLES AND
28 OBSERVATIONS STARTING AT OBS

PAR= 22480 -

25

|_stat gdp oil inf


NAME
N
MEAN
GDP
28
5.0804
OIL
28
43.691
INF
28
10.302
|_*estimasi ols

ST. DEV
3.8539
30.740
13.570

VARIANCE
14.852
944.96
184.15

MINIMUM
-13.100
14.420
2.0100

MAXIMUM
8.2000
99.670
77.630

|_ols gdp oil inf/max resid=e


REQUIRED MEMORY IS PAR=
3 CURRENT PAR=
22480
OLS ESTIMATION
28 OBSERVATIONS
DEPENDENT VARIABLE= GDP
...NOTE..SAMPLE RANGE SET TO:
1,
28
R-SQUARE =
0.7868
R-SQUARE ADJUSTED =
0.7697
VARIANCE OF THE ESTIMATE-SIGMA**2 =
3.4200
STANDARD ERROR OF THE ESTIMATE-SIGMA =
1.8493
SUM OF SQUARED ERRORS-SSE=
85.499
MEAN OF DEPENDENT VARIABLE =
5.0804
LOG OF THE LIKELIHOOD FUNCTION = -55.3585
MODEL SELECTION TESTS - SEE JUDGE ET AL. (1985,P.242)
AKAIKE (1969) FINAL PREDICTION ERROR - FPE =
3.7864
(FPE IS ALSO KNOWN AS AMEMIYA PREDICTION CRITERION - PC)
AKAIKE (1973) INFORMATION CRITERION - LOG AIC =
1.3306
SCHWARZ (1978) CRITERION - LOG SC =
1.4733
MODEL SELECTION TESTS - SEE RAMANATHAN (1998,P.165)
CRAVEN-WAHBA (1979)
GENERALIZED CROSS VALIDATION - GCV =
3.8304
HANNAN AND QUINN (1979) CRITERION =
3.9520
RICE (1984) CRITERION =
3.8863
SHIBATA (1981) CRITERION =
3.7079
SCHWARZ (1978) CRITERION - SC =
4.3637
AKAIKE (1974) INFORMATION CRITERION - AIC =
3.7833

REGRESSION
ERROR
TOTAL

ANALYSIS OF VARIANCE - FROM MEAN


SS
DF
MS
315.52
2.
157.76
85.499
25.
3.4200
401.02
27.
14.852

F
46.129
P-VALUE
0.000

REGRESSION
ERROR
TOTAL

ANALYSIS OF VARIANCE - FROM ZERO


SS
DF
MS
1038.2
3.
346.07
85.499
25.
3.4200
1123.7
28.
40.132

F
101.190
P-VALUE
0.000

VARIABLE
ESTIMATED
ELASTICITY
NAME
COEFFICIENT
OIL
-0.64477E-03
INF
-0.25220
CONSTANT
7.7067

STANDARD

T-RATIO

PARTIAL STANDARDIZED

ERROR
25 DF
P-VALUE CORR. COEFFICIENT
0.1182E-01 -0.5453E-01 0.957-0.011
-0.0051
0.2679E-01 -9.415
0.000-0.883
-0.8880
0.7233
10.65
0.000 0.905
0.0000

VARIANCE-COVARIANCE MATRIX OF COEFFICIENTS


OIL
0.13983E-03
INF
0.64422E-04 0.71752E-03
CONSTANT -0.67729E-02 -0.10207E-01 0.52321
OIL
INF
CONSTANT
CORRELATION MATRIX OF COEFFICIENTS
OIL
1.0000

AT MEANS
-0.0055
-0.5114
1.5170

26
INF
0.20339
CONSTANT -0.79185
OIL
OBS.
NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

OBSERVED
VALUE
4.9000
5.8000
7.5000
7.2000
7.0000
6.5000
6.5000
7.5000
8.2000
7.8000
4.7000
-13.100
0.80000
4.9000
3.8000
4.5000
4.7800
5.0300
5.6900
5.5000
6.3500
6.0100
4.6300
6.2200
6.4900
6.2600
5.7300
5.0600

1.0000
-0.52678
INF
PREDICTED
VALUE
5.4498
6.3093
6.1809
5.2950
5.2969
6.4577
5.2233
5.3754
5.5259
6.0532
4.8940
-11.881
7.1874
5.3291
4.5249
5.1603
6.4106
6.0659
3.3551
5.9996
5.9981
4.8531
6.9657
5.9002
6.6897
6.5616
5.5301
5.5383

1.0000
CONSTANT
CALCULATED
RESIDUAL
-0.54977
-0.50934
1.3191
1.9050
1.7031
0.42311E-01
1.2767
2.1246
2.6741
1.7468
-0.19402
-1.2190
-6.3874
X
-0.42907
-0.72486
-0.66028
-1.6306
-1.0359
2.3349
-0.49963
0.35191
1.1569
-2.3357
0.31982
-0.19973
-0.30164
0.19988
-0.47827

*I
*I
I
*
I
*
I
*
*
I *
I
*
I
*
I
*
*I
* I
I
*I
* I
* I
*
I
* I
I
*
*I
I*
I *
*
I
I*
*I
*I
I*
*I

DURBIN-WATSON = 1.3956
VON NEUMANN RATIO = 1.4473
RHO = 0.29991
RESIDUAL SUM = 0.52180E-13 RESIDUAL VARIANCE =
3.4200
SUM OF ABSOLUTE ERRORS=
34.310
R-SQUARE BETWEEN OBSERVED AND PREDICTED = 0.7868
RUNS TEST:
11 RUNS,
13 POS,
0 ZERO,
15 NEG NORMAL STATISTIC =
-1.5212
COEFFICIENT OF SKEWNESS = -1.5380 WITH STANDARD DEVIATION OF 0.4405
COEFFICIENT OF EXCESS KURTOSIS =
5.1488 WITH STANDARD DEVIATION OF 0.8583
JARQUE-BERA NORMALITY TEST- CHI-SQUARE(2 DF)=
29.1704 P-VALUE= 0.000
GOODNESS OF FIT TEST FOR NORMALITY OF RESIDUALS - 6 GROUPS
OBSERVED 1.0 1.0 13.0 9.0 4.0 0.0
EXPECTED 0.6 3.8 9.6 9.6 3.8 0.6
CHI-SQUARE =
4.1945 WITH 1 DEGREES OF FREEDOM, P-VALUE= 0.041
|_*transform variable into DIFFERENT 1
|_GENR DGDP=GDP-LAG(GDP)
..NOTE.LAG VALUE IN UNDEFINED OBSERVATIONS SET TO ZERO
|_GENR DOIL=OIL-LAG(OIL)
..NOTE.LAG VALUE IN UNDEFINED OBSERVATIONS SET TO ZERO
|_GENR DINF=INF-LAG(INF)
..NOTE.LAG VALUE IN UNDEFINED OBSERVATIONS SET TO ZERO
|_*mendeteksi autokorelasi
|_OLS DGDP DOIL DINF/DWPvalue RSTAT
REQUIRED MEMORY IS PAR=
10 CURRENT PAR=
22480
OLS ESTIMATION
28 OBSERVATIONS
DEPENDENT VARIABLE= DGDP
...NOTE..SAMPLE RANGE SET TO:
1,
28

27

DURBIN-WATSON STATISTIC =
1.71217
DURBIN-WATSON POSITIVE AUTOCORRELATION TEST P-VALUE =
NEGATIVE AUTOCORRELATION TEST P-VALUE =

0.278028
0.721972

R-SQUARE =
0.8335
R-SQUARE ADJUSTED =
0.8202
VARIANCE OF THE ESTIMATE-SIGMA**2 =
3.8202
STANDARD ERROR OF THE ESTIMATE-SIGMA =
1.9545
SUM OF SQUARED ERRORS-SSE=
95.506
MEAN OF DEPENDENT VARIABLE = 0.18071
LOG OF THE LIKELIHOOD FUNCTION = -56.9081
MODEL SELECTION TESTS - SEE JUDGE ET AL. (1985,P.242)
AKAIKE (1969) FINAL PREDICTION ERROR - FPE =
4.2295
(FPE IS ALSO KNOWN AS AMEMIYA PREDICTION CRITERION - PC)
AKAIKE (1973) INFORMATION CRITERION - LOG AIC =
1.4413
SCHWARZ (1978) CRITERION - LOG SC =
1.5840
MODEL SELECTION TESTS - SEE RAMANATHAN (1998,P.165)
CRAVEN-WAHBA (1979)
GENERALIZED CROSS VALIDATION - GCV =
4.2787
HANNAN AND QUINN (1979) CRITERION =
4.4145
RICE (1984) CRITERION =
4.3412
SHIBATA (1981) CRITERION =
4.1418
SCHWARZ (1978) CRITERION - SC =
4.8744
AKAIKE (1974) INFORMATION CRITERION - AIC =
4.2261

REGRESSION
ERROR
TOTAL

ANALYSIS OF VARIANCE - FROM MEAN


SS
DF
MS
478.23
2.
239.11
95.506
25.
3.8202
573.73
27.
21.249

F
62.591
P-VALUE
0.000

REGRESSION
ERROR
TOTAL

ANALYSIS OF VARIANCE - FROM ZERO


SS
DF
MS
479.14
3.
159.71
95.506
25.
3.8202
574.65
28.
20.523

F
41.807
P-VALUE
0.000

VARIABLE
ESTIMATED
ELASTICITY
NAME
COEFFICIENT
DOIL
0.11093
DINF
-0.20035
CONSTANT -0.12858

STANDARD

T-RATIO

PARTIAL STANDARDIZED

ERROR
25 DF
0.3264E-01
3.399
0.1883E-01 -10.64
0.3851
-0.3339

P-VALUE CORR. COEFFICIENT


0.002 0.562
0.2774
0.000-0.905
-0.8681
0.741-0.067
0.0000

AT MEANS
2.0425
-0.3310
-0.7115

DURBIN-WATSON = 1.7122
VON NEUMANN RATIO = 1.7756
RHO = 0.02916
RESIDUAL SUM = 0.21858E-15 RESIDUAL VARIANCE =
3.8202
SUM OF ABSOLUTE ERRORS=
37.364
R-SQUARE BETWEEN OBSERVED AND PREDICTED = 0.8335
RUNS TEST:
16 RUNS,
15 POS,
0 ZERO,
13 NEG NORMAL STATISTIC =
0.4149
COEFFICIENT OF SKEWNESS =
0.5183 WITH STANDARD DEVIATION OF 0.4405
COEFFICIENT OF EXCESS KURTOSIS =
1.2662 WITH STANDARD DEVIATION OF 0.8583
JARQUE-BERA NORMALITY TEST- CHI-SQUARE(2 DF)=

1.9525 P-VALUE= 0.377

GOODNESS OF FIT TEST FOR NORMALITY OF RESIDUALS - 6 GROUPS


OBSERVED 0.0 3.0 10.0 13.0 0.0 2.0
EXPECTED 0.6 3.8 9.6 9.6 3.8 0.6
CHI-SQUARE =
8.7795 WITH 1 DEGREES OF FREEDOM, P-VALUE= 0.003
|_*mendeteksi heteroskedastisitas
|_diagnos /het

28
REQUIRED MEMORY IS PAR=
8 CURRENT PAR=
22480
DEPENDENT VARIABLE = DGDP
28 OBSERVATIONS
REGRESSION COEFFICIENTS
0.110928449363
-0.200354473508
-0.128580008164
HETEROSKEDASTICITY TESTS
CHI-SQUARE
TEST STATISTIC
E**2 ON YHAT:
0.948
E**2 ON YHAT**2:
1.173
E**2 ON LOG(YHAT**2):
0.508
E**2 ON LAG(E**2) ARCH TEST:
0.239
LOG(E**2) ON X (HARVEY) TEST:
2.273
ABS(E) ON X (GLEJSER) TEST:
4.965
E**2 ON X
TEST:
KOENKER(R2):
4.798
B-P-G (SSR) :
6.824

D.F.

P-VALUE

1
1
1
1
2
2

0.33012
0.27880
0.47619
0.62497
0.32101
0.08354

2
2

0.09080
0.03298

E**2 ON X X**2
(WHITE) TEST:
KOENKER(R2):
B-P-G (SSR) :

9.058
12.882

4
4

0.05966
0.01187

E**2 ON X X**2 XX (WHITE) TEST:


KOENKER(R2):
B-P-G (SSR) :

9.715
13.816

5
5

0.08372
0.01682

|_*mendeteksi multikolinearitas
|_stat DOIL Dinf/PCOR
NAME
N
MEAN
ST. DEV
DOIL
28
3.3275
11.526
DINF
28 0.29857
19.974
CORRELATION MATRIX OF VARIABLES DOIL
DINF
|_stop

1.0000
-0.60950E-02
DOIL

1.0000
DINF

VARIANCE
132.85
398.96

MINIMUM
-37.720
-75.620

28 OBSERVATIONS

MAXIMUM
27.330
66.530

Você também pode gostar