Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun Oleh:
ANBAR AJENG KURNIAWAN
220110130039
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama di Negara berkembang
termasuk Indonesia. Sebanyak 80% penyakit pada anak berkaitan dengan infeksi saluran
pernafasan (Wong, 2009). Salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan tersebut adalah
bronchopneumonia yang merupakan pembunuh utama di Indonesia (UNICEF, 2012).
Menurut WHO tahun 2013 di dunia, angka kematian anak akibat pneumonia atau infeksi
saluran pernapasan akut yang memengaruhi paru-paru dinyatakan menjadi penyebab
kematian sekitar 1,2 juta anak setiap tahun. Dapat dikatakan, setiap jam ada 230 anak di
dunia yang meninggal karena pneumonia. Angka itu bahkan melebihi angka kematian yang
disebabkan oleh AIDS, malaria dan tuberkulosis. Sementara itu, berdasarkan hasil Riskesdas
tahun 2013 menyebutkan bahwa di Indonesia pneumonia menempati peringkat kedua
kematian balita (15,5%) dari seluruh penyebab kematian, jumlah kematian anak balita
disebabkan kasus pneumonia pada tahun 2013 ditetapkan menjadi 78,8% per 1000 balita, dan
kematian bayi akibat pneumonia sebanyak 13,6% per 1000 bayi. Angka kejadian pneumonia
pada balita di jawa timur, tahun 2013 sebanyak 1,80% dan tahun 2007 sebanyak 1, 55%, hal
ini menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan pada kasus pneumonia di Provinsi Jawa
Timur (Depkes RI, 2013).
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menganalisa asuhan keperawatan
pada An. DH dengan diagnosa medis bronkopneumonia di ruang kenanga I RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari makalah ini adalah
1. Menjelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis dan patofisiologi dari penyakit
bronkopneumonia pada anak.
2. Mendokumentasikan hasil pengkajian pada klien anak dengan bronkopneumonia.
3. Menganalisa data hasil pengkajian pada klien anak dengan bronkopneumonia.
4. Menganalisa rencana asuhan keperawatan pada klien anak dengan
bronkopneumonia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi
jamur
dan
seperti
bakteri,
virus,
dan
benda
asing
(Ngastiyah,2005).
WHO
tahun
2013 di dunia, angka kematian anak akibat pneumonia atau insfeksi saluran pernapasan akut
yang memengaruhi paru-paru dinyatakan menjadi penyebab kematian sekitar 1,2 juta anak
setiap tahun. Di Indonesia prevalensi nasional infeksi saluran pernafasan atas mencapai
25,5%, angka morbiditas pada bayi 2,2 %, balita 3 %, dan angka mortalitas pada bayi 23,8%,
balita 15,5% (Kemenkes, 2007). Selain disebabkan oleh infeksi bakteri, kondisi lingkungan
dan gizi anak juga mempengaruhi terjadinya bronkopneumonia.
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) :
1.
2.
3.
4.
2.4 Etiologi
Bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri, virus, jamur. Bakteri penyebab
bronkopneumonia seperti Diplococus pneumonia, Pneumococcus sp, Streptococcus sp,
Hemoliticus aureus, Haemophilus influenza, Basilus friendlander (Klebsial pneumonia), dan
Mycobacterium tuberculosis. Virus penyebab bronkopneumonia seperti Respiratory syntical
virus, virus influenza, dan virus sitomegalik. Jamur penyebab bronkopneumonia seperti
Citoplasma capsulatum, Criptococcus nepromas, Blastomices dermatides, Cocedirides
immitis, Aspergillus sp, Candinda albicans, dan Mycoplasma pneumonia.
Meskipun hampir semua organisme dapat menyebabkan bronkopneumonia, penyebab
yang sering adalah stafilokokus, streptokokus, H. influenza, Proteus sp dan Pseudomonas
aeruginosa. Keadaan ini dapat disebabkan oleh sejumlah besar organisme yang berbeda
dengan patogenitas yang bervariasi. Virus, tuberkolosis dan organisme dengan patogenisitas
yang rendah dapat juga menyebabkan bronkopneumonia, namun gambarannya bervariasi
sesuai agen etiologinya.
Menurut (Sandra M.Nettina, 2001:628) penyebab bronkopneumonia antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada klien yang
daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dank
arena adanya pneumocystis crania, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002: 572 dan
Sandra M.Nettina, 2001:628).
2.5 Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris bagian atas
selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat celcius dan
kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dyspnea, pernafasan
cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut,
kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan
penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
2.6 Patofisiologi
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen masuk ke
cairan mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di saluran nafas atau
sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak
adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di saluran
nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang
batuk. Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal.
Pengisian cairan alveoli akan melindungi mikroorganisme dari fagosit dan membantu
penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran darah
di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan penurunan darah kapiler
(Reeves, 2001).
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di
dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh sehingga mikroorganisme
dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit. Bila pertahanan tubuh tidak
kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan
radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di
alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
1. Stadium I/Hiperemia (4 12 jam pertama/kongesti)
Pada stadium I, disebut hyperemia karena mengacu pada respon peradangan
permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai
dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast
setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut
mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur
komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk
melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Anak DH usia 2 bulan di bawa ke RS 2 minggu yang lalu. Berdasarkan penuturan sang ibu,
anak dibawa ke RS karena sesak nafas. Awalnya anak di bawa ke RSUD Karawang dan
akhirnya di rujuk ke RSHS Bandung dan masuk ke Ruang NICU karena klien terlihat sangat
sulit untuk bernafas. Setelah keadaan membaik, klien di pindah ke ruang kenanga I.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data:
-
BBL
BB
PB
LK
LD
LP
: 2,7 kg
: 3,8 kg
: 54 cm
: 35 cm
: 36 cm
: 41 cm
IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama
: An. DH
Tanggal Lahir
: 08-10-2016
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 2 Bulan
Alamat
: Griya Kondang ASRI E.10/10Kondangjaya, Karawang
Timur, Kabupaten Karawang
Agama
: Islam
Tanggal Masuk RS
: 24-11-2016
Tanggal pengkajian
: 07-12-2016
Diagnosa Medis
: Bronkopneumonia.
: Ayah Kandung
KELUHAN UTAMA
1. Keluhan Utama saat Masuk Rumah Sakit
Ibu klien mengatakan klien datang ke Rumah Sakit karena sering mengalami sesak
nafas.
2. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Klien mengalami sesak nafas.
III.
DIAGNOSA MEDIS
Dokter mendiagnosa klien Bronkopneumonia.
IV.
RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Berdasarkan penuturan keluarga, klien mengalami sesak nafas sudah 2 minggu
lebih.
2. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Saat lahir, keadaan klien baik-baik saja. Klien lahir normal dengan BBL 2.700
gram Namun 2 minggu yang lalu klien mengalami sesak nafas. Awalnya klien
dibawa ke RSUD karawang, setelah itu di rujuk ke RSHS dan masuk ke ruang
NICU.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada dari keluarga klien yang mengalami penyakit ini.
V.
Di Rumah
Jumlah: -
Di Rumah Sakit
Jumlah: 3 jam /hari
Jenis:
Jenis:
Jenis:
Nasi:
Lauk:
Sayur:
Minum:
Pola Eliminasi
BAK
Frekuensi:
Warna:
Bau:
mengahabiskan 40 cc.
BAB
Frekuensi:
Warna:
Tekstur:
Bau:
formula.
BAK
Frekuensi: setiap hari,
lancar
Warna:jernih,
kekuningan
Bau: tidak terkaji
BAK
Frekuensi: setiap hari,
lancar
Warna: jernih,
kekuningan
Bau: tidak terkaji
Biasanya mengganti
BAB
pempers sebanyak 8-
BAB
Pola istirahat/Tidur
Jumlah waktu tidur
Gangguan tidur
Hal yang
Frekuensi: biasanya
menentu, namun
mempermudah tidur
Hal yang
mempermudah
bangun
pulas
Gangguan tidur: tidak
ada gangguan
Hal yang
mempermudah untuk
ataupun malam
Gangguan tidur: tidak
ada gangguan
Hal yang
mempermudah tidur:
Ketika tidak terlalu
sesak nafas
Hal yang
mempermudah
mempermudah bangun:
jika sedang mengalami
Pola kebersihan diri
Frekuensi mandi
Frekuensi keramas
Frekuensi sikat gigi
Frekensi gunting
kuku
Aktivitas lain
2. Riwayat Psikologis
a. Status Emosional
Tidak terkaji
b. Gaya Komunikasi
sesak nafas
Frekuensi mandi:
1x/hari
Frekuensi keramas: Frekuensi sikat gigi: Frekensi gunting kuku:
jarang potong kuku
Tidur
Frekuensi mandi:
1x/hari
Frekuensi keramas: Frekuensi sikat gigi: Frekensi gunting kuku:
jarang potong kuku
Tidur
Klien sering tidur saat dilakukan pengkajian. Namun ketika sedang dalam kondisi
terbangun, klien berespon terhadap rangsangan yang diberikan seperti rangsangan
cahaya dan benda.
c. Pola Pertahanan
Tidak terkaji
d. Dampak Rawat di Rumah Sakit
Masih tetap mengalami sesak nafas. Mendapat banyak dukungan dari sesama klien
yang dirawat.
e. Kondisi Emosi/Perasaan Klien
Tidak terkaji
3. Riwayat Sosial
Tidak terkaji karena pasien masih berusia 2 bulan, namun pasien terlihat tenang di
tunggu oleh ibu, bapak, dan neneknya.
4. Riwayat Spiritual
Keluarga mengatakan sering mengaji untuk kesembuhan anaknya sehabis shalat
magrib dan subuh.
VI.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Klien bersih, wajah sedikit pucat
Kesadaran: Komposmentis dengan nilai GCS E4, M6, V5.
2. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
TD: - mmHg
Suhu: 36,8 OC
Nadi: 114 x/mnt
Respirasi: 87 x/mnt
3. Antropometri
- BBL
: 2,7 kg
- BB
: 3,8 kg
- PB
: 54 cm
- LK
: 35 cm
- LD
: 36 cm
- LP
: 41 cm
- Zscore
: anak 2 bulan dengan BB 3,8 kg = <3 SD (Sangat kurus)
4. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
b. Hidung
Sklera: anikterik
Refleks cahaya (+)
Perdarahan,
pembengkakan (-)
Kotoran (-)
Gusi normal
Refleks menelan (tidak
c. Mulut
sianosis
Mukosa bibir: lembab
terkaji)
d. Telinga
b. Leher
Leher Simetris
Benjolan, peradangan (-)
Pebesaran kelenjar limfe (-)
5. Pemeriksaan Thoraks/Dada
a. Pemeriksaan Paru
b. Pemeriksaan Jantung
Auskultasi: Tidak
terkaji
6. Pemeriksaan Abdomen
Sedikit membesar
Bentuk Simetris
a.
9. Pemeriksaan Ekstremitas/Muskuloskeletal
Ekstremitas Atas
Pergerakan
: Normal dan dapat digerakkan
Turgor
: normal
Kuku tangan kotor dan panjang
b. Ekstremitas Bawah
Turgor
: normal
Refleks babinsky
: Normal
Tidak terkaji.
Penyebaran merata
c. Kuku
Rontok (-)
13,5)
Ht 26% (Normal 29-41 %)
Eritrosit 3,09 juta/uL
(Normal 4,08-6,05)
Leukosit: 4.100 mm3
(normal 6.000-17.500)
(normal 150.000450.000)
MCV 84,8 fL (normal 74108)
MCH 26,5 pg (25-35)
MCHC 31,3 %
( normal 30-36)
TINDAKAN DAN TERAPI
1. Nebulisasi setiap 8 jam sekali
2. Terapi oksigen sebanyak 2 L / menit/ nasal
3. Larutan infus
4. Susu formula setiap 3 jam sekali
5. Cefotaxime 3 x 150 gr
6. Cloxacilin 4 x 150 gr
DIAGNOSA KEPERAWATAN
VII.
VIII.
Analisa Data
Ma
Etiologi
sal
ah
DS : Ibu klien
Kuman
mengatakan anaknya
berinvasi
di saluran
DO :
pernafasa
RR = 87 x/menit (tinggi)
Dada cekung
Ada bunyi crackels
n atas
Be
Reaksi
rsi
peradang
ha
an di
bronkus
jal
an
naf
Kuman
as
berlebih
tid
di
ak
bronkus
efe
ktif
Akumula
si sekret
di
bronkus
Hambata
n jalan
nafas
Bersihan
jalan
nafas
tidak
efektif
Kuku
panjang
dan kotor
DS : ibu mengatakan
Kurang
De
takut untuk
terpapar
fisi
menggunting kuku
informasi
anaknya
per
DO : Kuku pasien
aw
Kurang
ata
pengetah
uan
diri
keluarga
Defisit
perawata
n diri
Diagnosa keperawatan:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
sekret.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam melakukan perawatan.
IX.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagn
osa
Keperawatan
Tujua
n
Perencanaan
Imple
Evalu
Rasiona
l
1.
1.
memberi
dihitung
Setelah
Interv
ensi
mentasi
TTV
asi
S:
ersihan
Setela
jalan
informasi
setiap hari
dilakukan
nafas
diberik
terkait tanda-
pukul 11.00
implementasi,
tidak
an
WIB. Yang
keluarga
efektif
interve
berhibunan
diukur RR,
klien
berhub
nsi,
dengan tanda-
HR, Suhu
mengatakan
ungan
sekret
tanda sesak
anak tidak
dengan
tidak
merasakan
penum
lagi
nafas
2. posisi
pukan
menu
2.
semi fowler
sekret..
mpuk
dapat
sehing
memaksimalkan
Sekret
ga
pengembangan
menjadi lebih
sesak
paru, sehingga
encer
berkur
pemenuhan
sehingga
ang
oksigen
bersihan jalan
terpenuhi
nafas lebih
dengan baik
3.
Terapi
baik.
3.
Pemenuhan
oksigen
oksigen
sebanyak 2 L / keperawatan
Ter terpenuhi
sesak yang
Me berlebih.
O:
menit/ nasal
A:
Masalah
belum teratasi
P:
Perlu
dilakukan
4.
dari nebulisasi
4. tujuan
pemeriksaan
Tin berkala.
yaitu untuk
mengencerkan
sekret sehingga
jalan nafas tidak
terganggu
Dengan
1.
dilakukannya
1.
Setelah
perawa implementasi,
perawatan diri
dilakukan
Pe
pada klien,
Me implementasi,
efisit
Setela
h dilakukan
mampu
klien merasa
dengan melakukan
lebih nyaman
keluarga
dan terhindar
klien
mengatakan
ketidak perawatan
dari penyebaran
perawatan
tahuan
2.
infeksi
2.
diri anaknya
menjadi lebih
Me
Me
diri terhadap
keluarg klien
a
terhada
p
perawa
tan diri
klien
S:
baik, dan
keluarga
3.
Me
3.
mengerti cara
merawat
anaknya
terutama
memotong
kuku
anaknya.
O:
Me anak terlihat
bersih, kuku
anak tidak
panjang dan
tidak kotor.
A:
Masalah
keperawatan
teratasi.
P:
Tindakan
perawatan
diri dilakukan
setiap hari
sehingga
klien merasa
nyaman dan
aman.
Kemenkes, 2007
DAFTAR PUSTAKA
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan, dkk.
Jakarta: EGC
Reeves, C.J., G., Lockhart, R. 2001. Medical Surgical Nursing. Alih bahasa : Setyono, J.
Jakarta : Salemba Medika (Buku asli diterbitkan tahun 1999)
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. EGC : Jakarta
Pathway Bronkopneumonia
Reaksi peradangan
pada bronkus,
bronkhiolus dan
Kuman berlebih di
bronkus
Akumulasi sekret di
bronkus
Hipertermi
Mukus di bronkus
meningkat
Rangsangan batuk
meningkat
Batukbatuk
Hambatan jalan
nafas
Dispnea
Anoreksia
Intake
Gg
pola
tidur
Kelelahan/kelemahan
Intoleransi aktivitas