Você está na página 1de 22

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA An. DH DENGAN DIAGNOSA MEDIS


BRONKOPNEUMONIA
DI RUANG KENANGA I RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Disusun Oleh:
ANBAR AJENG KURNIAWAN
220110130039

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama di Negara berkembang
termasuk Indonesia. Sebanyak 80% penyakit pada anak berkaitan dengan infeksi saluran
pernafasan (Wong, 2009). Salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan tersebut adalah
bronchopneumonia yang merupakan pembunuh utama di Indonesia (UNICEF, 2012).
Menurut WHO tahun 2013 di dunia, angka kematian anak akibat pneumonia atau infeksi
saluran pernapasan akut yang memengaruhi paru-paru dinyatakan menjadi penyebab
kematian sekitar 1,2 juta anak setiap tahun. Dapat dikatakan, setiap jam ada 230 anak di
dunia yang meninggal karena pneumonia. Angka itu bahkan melebihi angka kematian yang
disebabkan oleh AIDS, malaria dan tuberkulosis. Sementara itu, berdasarkan hasil Riskesdas
tahun 2013 menyebutkan bahwa di Indonesia pneumonia menempati peringkat kedua
kematian balita (15,5%) dari seluruh penyebab kematian, jumlah kematian anak balita
disebabkan kasus pneumonia pada tahun 2013 ditetapkan menjadi 78,8% per 1000 balita, dan
kematian bayi akibat pneumonia sebanyak 13,6% per 1000 bayi. Angka kejadian pneumonia
pada balita di jawa timur, tahun 2013 sebanyak 1,80% dan tahun 2007 sebanyak 1, 55%, hal
ini menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan pada kasus pneumonia di Provinsi Jawa
Timur (Depkes RI, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi, etiologi, manifestasi klinis dan patofisiologi dari penyakit
bronkopneumonia pada anak?
2. Bagaimana hasil pengkajian pada klien anak dengan bronkopneumonia?
3. Bagaimana analisa data hasil pengkajian pada klien anak dengan bronkopneumonia?
4. Bagaimana analisa rencana asuhan keperawatan pada klien anak dengan
bronkopneumonia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menganalisa asuhan keperawatan
pada An. DH dengan diagnosa medis bronkopneumonia di ruang kenanga I RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari makalah ini adalah
1. Menjelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis dan patofisiologi dari penyakit
bronkopneumonia pada anak.
2. Mendokumentasikan hasil pengkajian pada klien anak dengan bronkopneumonia.
3. Menganalisa data hasil pengkajian pada klien anak dengan bronkopneumonia.
4. Menganalisa rencana asuhan keperawatan pada klien anak dengan
bronkopneumonia.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi

jamur

dan

seperti

bakteri,

virus,

dan

benda

asing

(Ngastiyah,2005).

Bronkopneumonia adalah bronkolius terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian


menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobules, disebut juga
pneumonia lobaris (Whaley & Wong, 2000).
2.2 Epidemiologi
Menurut (UNICEF, 2012), bronkopneumonia adalah salah satu penyakit infeksi
saluran pernafasan yang merupakan pembunuh utama di Indonesia.Menurut

WHO

tahun

2013 di dunia, angka kematian anak akibat pneumonia atau insfeksi saluran pernapasan akut
yang memengaruhi paru-paru dinyatakan menjadi penyebab kematian sekitar 1,2 juta anak
setiap tahun. Di Indonesia prevalensi nasional infeksi saluran pernafasan atas mencapai
25,5%, angka morbiditas pada bayi 2,2 %, balita 3 %, dan angka mortalitas pada bayi 23,8%,
balita 15,5% (Kemenkes, 2007). Selain disebabkan oleh infeksi bakteri, kondisi lingkungan
dan gizi anak juga mempengaruhi terjadinya bronkopneumonia.
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) :
1.

Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum dan


bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan organisme
penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau
kalangan orang tua.

2.

Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme


seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus stapilococcus, merupakan
bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.

3.

Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi.


Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut lokasi
anatominya saja.

4.

Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen


penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme perusak.

2.4 Etiologi
Bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri, virus, jamur. Bakteri penyebab
bronkopneumonia seperti Diplococus pneumonia, Pneumococcus sp, Streptococcus sp,
Hemoliticus aureus, Haemophilus influenza, Basilus friendlander (Klebsial pneumonia), dan
Mycobacterium tuberculosis. Virus penyebab bronkopneumonia seperti Respiratory syntical
virus, virus influenza, dan virus sitomegalik. Jamur penyebab bronkopneumonia seperti
Citoplasma capsulatum, Criptococcus nepromas, Blastomices dermatides, Cocedirides
immitis, Aspergillus sp, Candinda albicans, dan Mycoplasma pneumonia.
Meskipun hampir semua organisme dapat menyebabkan bronkopneumonia, penyebab
yang sering adalah stafilokokus, streptokokus, H. influenza, Proteus sp dan Pseudomonas
aeruginosa. Keadaan ini dapat disebabkan oleh sejumlah besar organisme yang berbeda
dengan patogenitas yang bervariasi. Virus, tuberkolosis dan organisme dengan patogenisitas
yang rendah dapat juga menyebabkan bronkopneumonia, namun gambarannya bervariasi
sesuai agen etiologinya.
Menurut (Sandra M.Nettina, 2001:628) penyebab bronkopneumonia antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.

Bakteri : Streptococcus, Staphylococus,H. Influenza, Klebsiella.


Virus : Legionella pneumonia
Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
Aspirasi makanan, sekresi orofariengal atau isi lambung kedalam paru
Terjadi karena kongesti paru yang lama.

Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada klien yang
daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dank
arena adanya pneumocystis crania, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002: 572 dan
Sandra M.Nettina, 2001:628).
2.5 Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris bagian atas
selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat celcius dan

kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dyspnea, pernafasan
cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut,
kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan
penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
2.6 Patofisiologi
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen masuk ke
cairan mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di saluran nafas atau
sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak
adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di saluran
nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang
batuk. Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal.
Pengisian cairan alveoli akan melindungi mikroorganisme dari fagosit dan membantu
penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran darah
di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan penurunan darah kapiler
(Reeves, 2001).
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di
dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh sehingga mikroorganisme
dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit. Bila pertahanan tubuh tidak
kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan
radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di
alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
1. Stadium I/Hiperemia (4 12 jam pertama/kongesti)
Pada stadium I, disebut hyperemia karena mengacu pada respon peradangan
permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai
dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast
setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut
mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur
komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk
melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal

ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga


terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
2. Stadium II/Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)
Pada stadium II, disebut hepatisasi merah karena terjadi sewaktu alveolus terisi oleh
sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan sehingga warna paru menjadi merah dan
pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat
minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat,
yaitu selama 48 jam.
3. Stadium III/Hepatisasi Kelabu (3 8 hari)
Pada stadium III/hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi
di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini
eritrosit di alveoli mulai di reabsorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan
leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami
kongesti.
4. Stadium IV/Resolusi (7 11 hari)
Pada stadium IV/resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda,
sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali ke strukturnya semula.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Anak DH usia 2 bulan di bawa ke RS 2 minggu yang lalu. Berdasarkan penuturan sang ibu,
anak dibawa ke RS karena sesak nafas. Awalnya anak di bawa ke RSUD Karawang dan
akhirnya di rujuk ke RSHS Bandung dan masuk ke Ruang NICU karena klien terlihat sangat
sulit untuk bernafas. Setelah keadaan membaik, klien di pindah ke ruang kenanga I.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data:
-

BBL
BB
PB
LK
LD
LP

: 2,7 kg
: 3,8 kg
: 54 cm
: 35 cm
: 36 cm
: 41 cm

Hasil pemeriksaan LAB didapatkan hasil :


Hb 8,2 g/dL (Normal 9,5-13,5)
Ht 26% (Normal 29-41 %)
Eritrosit 3,09 juta/uL (Normal 4,08-6,05)
Leukosit: 4.100 mm3 (normal 6.000-17.500)
Trombosit 212.000 mm3 (normal 150.000-450.000)
MCV 84,8 fL (normal 74-108)
MCH 26,5 pg (25-35)
MCHC 31,3 % ( normal 30-36)

Tgl Pengkajian: 07 Desember 2016


Jam Pengkajian: 11.00 WIB
Ruang/Kelas: Kenanga I/II
I.

No. Register: 0001576345


Tgl. MRS: 24 November 2016

IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama

: An. DH

Tanggal Lahir

: 08-10-2016

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Usia

: 2 Bulan

Alamat
: Griya Kondang ASRI E.10/10Kondangjaya, Karawang
Timur, Kabupaten Karawang
Agama

: Islam

Tanggal Masuk RS

: 24-11-2016

Tanggal pengkajian

: 07-12-2016

Diagnosa Medis

: Bronkopneumonia.

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama
: Tn. DD
Usia
:Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pegawai swasta
Alamat
: Griya Kondang ASRI E.10/10Kondangjaya,
Karawang Timur, Kabupaten Karawang
Hubungan dengan klien
II.

: Ayah Kandung

KELUHAN UTAMA
1. Keluhan Utama saat Masuk Rumah Sakit
Ibu klien mengatakan klien datang ke Rumah Sakit karena sering mengalami sesak
nafas.
2. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Klien mengalami sesak nafas.

III.

DIAGNOSA MEDIS
Dokter mendiagnosa klien Bronkopneumonia.

IV.

RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Berdasarkan penuturan keluarga, klien mengalami sesak nafas sudah 2 minggu
lebih.
2. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Saat lahir, keadaan klien baik-baik saja. Klien lahir normal dengan BBL 2.700
gram Namun 2 minggu yang lalu klien mengalami sesak nafas. Awalnya klien
dibawa ke RSUD karawang, setelah itu di rujuk ke RSHS dan masuk ke ruang
NICU.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada dari keluarga klien yang mengalami penyakit ini.

V.

RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN


1. Pola Aktivitas Sehari-hari (Activity Daily Living/ADL)
ADL
Pola pemenuhan

Di Rumah
Jumlah: -

Di Rumah Sakit
Jumlah: 3 jam /hari

kebutuhan nutrisi dan

Jenis:

Jenis:

cairan (Makan dan


minum)
Jumlah

Nasi: Lauk: Sayur: Minum: Saat lahir diberi

Nasi: Lauk: Sayur: Minum: Susu sebanyak

Jenis:

ASI, namun karena ASI

50 cc setiap 3 jam sekali,

Nasi:
Lauk:
Sayur:
Minum:
Pola Eliminasi
BAK
Frekuensi:
Warna:
Bau:

ibu tidak terlalu banyak,

namun klien hanya

dibantu dengan susu

mengahabiskan 40 cc.

BAB

Frekuensi:
Warna:
Tekstur:
Bau:

formula.
BAK
Frekuensi: setiap hari,

lancar
Warna:jernih,

kekuningan
Bau: tidak terkaji

BAK
Frekuensi: setiap hari,

lancar
Warna: jernih,

kekuningan
Bau: tidak terkaji
Biasanya mengganti

BAB

pempers sebanyak 8-

10 kali dengan kondisi

Frekuensi: tidak terkaji


Warna: tidak terkaji
Tekstur: lunak
Bau: tidak terkaji

pempers yang tidak


terlalu terisi penuh.

BAB

Pola istirahat/Tidur
Jumlah waktu tidur
Gangguan tidur
Hal yang

Jumlah waktu tidur:

Frekuensi: biasanya

sehari bisa 2-3 kali


Warna: kuning
Tekstur: lunak
Bau: tidak terkaji
Jumlah waktu tidur:

Waktu tidur klien tidak

Klien sering tidur baik

menentu, namun

pagi, siang, sore

mempermudah tidur
Hal yang

dimalam hari klien

mempermudah

dan biasanya tertidur

bangun

pulas
Gangguan tidur: tidak

ada gangguan
Hal yang

biasanya tidak rewel

mempermudah untuk

ataupun malam
Gangguan tidur: tidak

ada gangguan
Hal yang
mempermudah tidur:
Ketika tidak terlalu

sesak nafas
Hal yang

tidur : ketika tidak

mempermudah

terlalu sesak nafas


Hal yang

bangun: jika sedang


mengalami sesak nafas

mempermudah bangun:
jika sedang mengalami
Pola kebersihan diri
Frekuensi mandi
Frekuensi keramas
Frekuensi sikat gigi
Frekensi gunting
kuku
Aktivitas lain

2. Riwayat Psikologis
a. Status Emosional
Tidak terkaji
b. Gaya Komunikasi

sesak nafas
Frekuensi mandi:

1x/hari
Frekuensi keramas: Frekuensi sikat gigi: Frekensi gunting kuku:
jarang potong kuku
Tidur

Frekuensi mandi:

1x/hari
Frekuensi keramas: Frekuensi sikat gigi: Frekensi gunting kuku:
jarang potong kuku
Tidur

Klien sering tidur saat dilakukan pengkajian. Namun ketika sedang dalam kondisi
terbangun, klien berespon terhadap rangsangan yang diberikan seperti rangsangan
cahaya dan benda.
c. Pola Pertahanan
Tidak terkaji
d. Dampak Rawat di Rumah Sakit
Masih tetap mengalami sesak nafas. Mendapat banyak dukungan dari sesama klien
yang dirawat.
e. Kondisi Emosi/Perasaan Klien
Tidak terkaji
3. Riwayat Sosial
Tidak terkaji karena pasien masih berusia 2 bulan, namun pasien terlihat tenang di
tunggu oleh ibu, bapak, dan neneknya.
4. Riwayat Spiritual
Keluarga mengatakan sering mengaji untuk kesembuhan anaknya sehabis shalat
magrib dan subuh.
VI.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Klien bersih, wajah sedikit pucat
Kesadaran: Komposmentis dengan nilai GCS E4, M6, V5.
2. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
TD: - mmHg
Suhu: 36,8 OC
Nadi: 114 x/mnt
Respirasi: 87 x/mnt
3. Antropometri
- BBL
: 2,7 kg
- BB
: 3,8 kg
- PB
: 54 cm
- LK
: 35 cm
- LD
: 36 cm
- LP
: 41 cm
- Zscore
: anak 2 bulan dengan BB 3,8 kg = <3 SD (Sangat kurus)
4. Pemeriksaan Wajah
a. Mata

Lengkap dan simetris (+)


Peradangan, benjolan (-)
Konjungtiva: ananemis

b. Hidung

Sklera: anikterik
Refleks cahaya (+)

Perdarahan,
pembengkakan (-)

Kotoran (-)

Gusi normal
Refleks menelan (tidak

c. Mulut

Bentuk bibir normal


Warna bibir: pucat, tidak

sianosis
Mukosa bibir: lembab

terkaji)

d. Telinga

Bentuk telinga simetris

Tidak ada serumen

4. Pemeriksaan Kepala dan Leher


a. Kepala

Bentuk kepala bulat


Simetris

b. Leher

Leher Simetris
Benjolan, peradangan (-)
Pebesaran kelenjar limfe (-)

5. Pemeriksaan Thoraks/Dada
a. Pemeriksaan Paru

Inspeksi: dada cekung


Dada normal, tidak
pembesaran atau
benjolan

Luka, perdarahan (-)

Pebesaran kelenjar tiroid (-)

Bentuk dada simetris


Palpasi: tidak terkaji
Perkusi: tidak terkaji
Auskuliasi: Ada bunyi
crackels

b. Pemeriksaan Jantung

Inspeksi: Tidak terkaji


Palpasi: Tidak terkaji
Perkusi: Tidak terkaji

Auskultasi: Tidak
terkaji

6. Pemeriksaan Abdomen

Sedikit membesar

Bentuk Simetris

a.

7. Pemeriksaan Genitalia dan Rektal


Bentuk normal
Lesi (-)
8. Pemeriksaan Punggung dan Tulang Belakang
Tidak terkaji.

9. Pemeriksaan Ekstremitas/Muskuloskeletal
Ekstremitas Atas
Pergerakan
: Normal dan dapat digerakkan
Turgor
: normal
Kuku tangan kotor dan panjang
b. Ekstremitas Bawah
Turgor
: normal
Refleks babinsky
: Normal

Kadang-kadang saat demam, ekstremitas terasa dingin

10. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran, Penghidu, dan Tenggorokan

Tidak terkaji.

11. Pemeriksaan Fungsi Penglihatan


Klien berespon terhadap cahaya.
12. Pemeriksaan Fungsi Neurologis
Tidak terkaji.
13. Pemeriksaan Kulit/Integumen
a. Kulit

Warna kulit cokelat, agak pucat


Tekstur halus, bersih
Turgor normal
b. Rambut

Penyebaran merata

c. Kuku

Rontok (-)

Kuku panjang dan


kotor

14. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik

Hb 8,2 g/dL (Normal 9,5-

13,5)
Ht 26% (Normal 29-41 %)
Eritrosit 3,09 juta/uL

(Normal 4,08-6,05)
Leukosit: 4.100 mm3
(normal 6.000-17.500)

Trombosit 212.000 mm3

(normal 150.000450.000)
MCV 84,8 fL (normal 74108)
MCH 26,5 pg (25-35)
MCHC 31,3 %

( normal 30-36)


TINDAKAN DAN TERAPI
1. Nebulisasi setiap 8 jam sekali
2. Terapi oksigen sebanyak 2 L / menit/ nasal
3. Larutan infus
4. Susu formula setiap 3 jam sekali
5. Cefotaxime 3 x 150 gr
6. Cloxacilin 4 x 150 gr

DIAGNOSA KEPERAWATAN

VII.

VIII.

Analisa Data

Ma

Etiologi

sal
ah

DS : Ibu klien

Kuman

mengatakan anaknya

berinvasi

sering sesak nafas.

di saluran

DO :

pernafasa

RR = 87 x/menit (tinggi)
Dada cekung
Ada bunyi crackels

n atas

Be

Reaksi

rsi

peradang

ha

an di

bronkus

jal

an

naf
Kuman

as

berlebih

tid

di

ak

bronkus

efe
ktif

Akumula
si sekret
di
bronkus

Hambata
n jalan
nafas

Bersihan
jalan
nafas
tidak
efektif

Kuku
panjang
dan kotor

DS : ibu mengatakan

Kurang

De

takut untuk

terpapar

fisi

menggunting kuku

informasi

anaknya

per

DO : Kuku pasien

aw

panjang dan kotor

Kurang

ata

pengetah

uan

diri

keluarga

Defisit
perawata
n diri

Diagnosa keperawatan:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
sekret.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam melakukan perawatan.

IX.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagn
osa

Keperawatan

Tujua
n

Perencanaan

Imple

Evalu

Rasiona

l
1.

1.

memberi

dihitung

Setelah

Interv
ensi

mentasi

TTV

asi

S:

ersihan

Setela

jalan

informasi

setiap hari

dilakukan

nafas

diberik

terkait tanda-

pukul 11.00

implementasi,

tidak

an

tanda vital yang

WIB. Yang

keluarga

efektif

interve

berhibunan

diukur RR,

klien

berhub

nsi,

dengan tanda-

HR, Suhu

mengatakan

ungan

sekret

tanda sesak

anak tidak

dengan

tidak

merasakan

penum

lagi

nafas

2. posisi

pukan

menu

2.

semi fowler

sekret..

mpuk

dapat

sehing

memaksimalkan

Sekret

ga

pengembangan

menjadi lebih

sesak

paru, sehingga

encer

berkur

pemenuhan

sehingga

ang

oksigen

bersihan jalan

terpenuhi

nafas lebih

dengan baik

3.

Terapi

baik.

3.

Pemenuhan

oksigen

oksigen

sebanyak 2 L / keperawatan

Ter terpenuhi

sesak yang

Me berlebih.

O:

menit/ nasal

A:

Masalah
belum teratasi

P:

Perlu
dilakukan

4.

dari nebulisasi

4. tujuan

pemeriksaan

Tin berkala.

yaitu untuk
mengencerkan
sekret sehingga
jalan nafas tidak

terganggu

Dengan

1.

dilakukannya

1.

Setelah

perawa implementasi,

perawatan diri

dilakukan

tan diri keluarga tahu,

Pe

pada klien,

Me implementasi,

efisit

Setela

h dilakukan

berhub mau dan


ungan

mampu

klien merasa

dengan melakukan

lebih nyaman

keluarga

dan terhindar

klien
mengatakan

ketidak perawatan

dari penyebaran

perawatan

tahuan

2.

infeksi

2.

diri anaknya

menjadi lebih

Me

Me

diri terhadap

keluarg klien
a
terhada
p
perawa
tan diri
klien

S:

baik, dan
keluarga

3.

Me

3.

mengerti cara
merawat
anaknya
terutama
memotong
kuku
anaknya.

O:

Me anak terlihat
bersih, kuku
anak tidak
panjang dan

tidak kotor.

A:
Masalah
keperawatan
teratasi.

P:
Tindakan
perawatan
diri dilakukan
setiap hari
sehingga
klien merasa
nyaman dan
aman.

Depkes RI, 2013

Kemenkes, 2007

DAFTAR PUSTAKA

Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan, dkk.
Jakarta: EGC

Reeves, C.J., G., Lockhart, R. 2001. Medical Surgical Nursing. Alih bahasa : Setyono, J.
Jakarta : Salemba Medika (Buku asli diterbitkan tahun 1999)

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. EGC : Jakarta

Whaley dan Wong, (2000). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, edisi 2,


Jakarta : EGC.

Wong, Donna L, dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2.


Jakarta : EGC.

Pathway Bronkopneumonia

Virus, bakteri, jamur

Reaksi peradangan
pada bronkus,

bronkhiolus dan
Kuman berlebih di
bronkus
Akumulasi sekret di
bronkus

Invasi saluran nafas


atas
Demam

Hipertermi

Mukus di bronkus
meningkat

Bau mulut tidak sedap

Rangsangan batuk
meningkat

Batukbatuk

Penggunaan energi tubuh


tinggi
Cadangan energi

Hambatan jalan
nafas
Dispnea

Bersihan jalan nafas


tidak efektif

Anoreksia

Intake

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

Gg
pola
tidur

Kelelahan/kelemahan
Intoleransi aktivitas

Você também pode gostar