Você está na página 1de 6

Analisa Kondisi Sanitasi Terhadap Lingkungan di Kawasan Keputih Tegal 8

Surabaya
Perkembangan suatu kota modern salah satunya menjadi pusat dari
berbagai kegiatan seperti pusat perdagangan, pusat industri, jasa dan sebagainya
akan memberikan dampak pada arus urbanisasi dan pertambahan penduduk.
Berdasarkan

studi

demograsi

kewilayahan,

terdapat

dua

faktor

yang

mempengaruhi bertambahnya jumlah penduduk di suatu daerah. Pertama ialah


pertumbuhan yang disebabkan oleh kelahiran dan yang kedua ialah fenomena
migrasi masuk yang melebihi angka migrasi keluar (surplus migrasi netto). Kedua
faktor inilah yang sering terjadi di wilayah wilayah perkotaan, khususnya di
Kota Surabaya. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Kota Surabaya per
kecamatan tahun 2007 dan perkiraan pada tahun 2020 dapat dilihat pada tabel 1

No
1

Wilayah
Surabaya

Kepadatan

Kepadatan

(Jiwa)
117.429

th 2007
Jiwa/ha
273,73

th 2020
Jiwa/ha
338,19

404
386
259
680

68.088
113.937
104.177
91.798

168,53
295,17
402,23
135,00

208,22
364,69
496,95
166,79

Semampir
Krembangan
Kenjeran
Bulak
Tambaksari

876
834
1.442
678
899

188.696
123.036
112.379
33.691
219.215

215,41
147,53
77,93
49,69
243,84

266,13
182,27
96,29
61,39
301,27

Gubeng
Rungkut
Tenggilis Mejoyo
Gunung Anyar
Sukolilo
Mulyorejo
Sawahan

799
2.108
552
971
2.369
1.421
693

154.520
88.447
53.727
44.656
96.677
76.936
219.420

193,39
41,96
97,33
45,99
40,81
54,14
316,62

238,93
51,84
120,25
56,82
50,42
66,89
391,19

847

183.792

216,99

268,09

Luas

Jumlah

Tegalsari

ha
429

Genteng
Bubutan
Simokerto
Pabean Cantikan

Kecamatan

Pusat

Surabaya
Utara

Surabaya
Timur

Surabaya
Selatan

Wonokromo

Surabaya

Karangpilang
Dukuh Pakis
Wiyung
Wonocolo
Gayungan
Jambangan
Tandes

923
994
1.246
678
607
419
1.107

67.281
57.993
57.664
78.846
43.752
41.411
91.813

72,89
58,34
46,28
116,29
72,08
98,83
82,94

90,06
72,08
57,18
143,68
89,05
122,11
102,47

923
1.544
4.579
1.901
3.648
2.042
37.258

94.981
36.803
40.321
34.911
44.485
48.604
2.829.486

102,90
23,84
8,81
18,36
12,19
23,80
75,94

127,14
29,45
10,88
22,69
15,07
29,41
93,83

Barat
Sukomanunggal
Asemrowo
Benowo
Pakal
Lakasantri
Sambikerep
Jumlah

Sumber:Analisa dan Perhitungan bab VIII Permukiman

Dengan bertambahnya jumlah penduduk, tentunya kebutuhan akan tempat


tinggal semakin meningkat. Untuk menunjang kebutuhan tersebut, masyarakat
membangun tempat tinggal yang kemudian pembangunan tempat tinggal ini
menjadi tidak merata sehingga munculnya kawasan kumuh pada daerah
perkotaan. Kawasan kumuh adalah kawasan dimana rumah dan kondisi hunian
masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan
prasarana yang ada tidak sesuai dengan standar yang berlaku, baik standar
kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air
bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka,
serta kelengkapan fasilitas sosialnya.
Berkaitan dengan fenomena tersebut, tentunya akan ada dampak lain yang
ditimbulkan. Salah satunya adalah penurunan kualitas lingkungan di perkotaan
yang diikuti dengan peningkatan jumlah bahan pencemaran baik di udara, tanah
maupun sungai. Pencemaran di sungai akan berdampak pada kualitas kebersihan
air minum. Tercatat bahwa penyakit terkait air, sanitasi dan masalah kebersihan
berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2008 menyumbangkan 3,5
% dari total kematian di Indonesia.
Salah satu daerah yang ditinjau memiliki kondisi sanitasi buruk dapat
dijumpai pada kawasan Keputih Tegal 8 Surabaya. Kawasan ini berada di

Kecamatan Sukolilo Surabaya dengan luas area sebesar 2.369 ha (lihat tabel 1).
Berdasarkan pengamatan pertama, kondisi sanitasi yang buruk ini disebabkan oleh
masyarakat yang menggunakan septic-tank di rumah pembuangan limbahnya
langsung dialirkan menuju saluran pada depan rumah. Ibu Sriyani mengatakan,
aktivitas rumah tangga seperti mandi dan mencuci biasanya menggunakan air
PAM. Beliau juga menambahkan, untuk pemenuhan aktivitas tersebut, beliau
terkadang menggunakan air dari sumur bor. Hasil dari limbah rumah tangga
aktivitas seperti mandi cuci kakus (MCK) juga langsung dialirkan menuju saluran
depan rumah. Kondisi pengolahan air limbah rumah tangga landed houses yang
memprihatinkan ini diperparah dengan kurangnya kesadaran masyarakat akan
membuang sampah dengan benar. Karena masih banyak ditemukannya sampah
plastik pada saluran. Pengamatan kedua dilakukan kurang lebih 100 meter dari
lokasi pengamatan pertama. Hasil wawancara yang dilakukan bersama Ibu Sri,
menyatakan bahwa aktivitas rumah tangga menggunakan air PAM serta
pembuangan limbahnya langsung menuju saluran depan rumah. Dalam
pemenuhan kebutuhan air minum, keduanya sama - sama menggunakan air gallon
untuk kebutuhan sehari hari karena dirasa lebih bersih dan higienis.
Penyediaan sarana dan prasarana sanitasi di Kota Surabaya masih
terbatas. Keberadaan Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) hanya terdapat pada
bangunan bangunan tertentu saja seperti rumah sakit, hotel, industri dan lainlain. Disisi lain, terdapat Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT). Instalasi ini
terletak pada daerah Keputih Surabaya. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Keputih dioperasikan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya,
yang mengolah lumpur tinja dari tangki septic-tank rumah tangga di seluruh
Surabaya. IPLT yang dimiliki Pemerintah Kota Surabaya sejak tahun 1990
tersebut merupakan suatu teknologi intermediate yang digunakan untuk
menyempurnakan sistem pembuangan limbah tinja yang pernah dioperasikan
sebelumnya, dimana sistem yang lama belum berorientasi lingkungan. Luas lahan
IPLT ini sekitar 2,10 Ha, dengan kapasitas penampungan limbah sebanyak 400
m3/hari. Saat ini, perharinya hanya ditampung sekitar 100-150 m3/hari. IPLT tidak
menyediakan kendaraan pengangkut limbah sendiri, tetapi IPLT bekerja sama
dengan perusahaan sedot WC dari berbagai macam lokasi di Surabaya. Hingga

tahun 2014, sudah ada 28 CV yang bekerjasama dengan IPLT Keputih Surabaya
ini.
Dalam penanganan sanitasi di kawasan Keputih Tegal 8 Surabaya ini,
sektor prasarana sanitasi masih sangat kurang. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi
saluran depan rumah penduduk yang tergenang oleh sampah dan sistem
pengaliran langsung oleh limbah menuju saluran. Ibu Sriyani mengatakan bahwa
kurangnya bantuan dari pemerintah terkait pembersihan saluran depan rumah.
Pembersihan hanya dilakukan tidak jarang sesekali dalam dua pekan oleh warga
setempat. Apabila terjadi hujan lebat maka air yang tertampung pada saluran akan
meluap, yang dapat mengakibatkan banjir.
Oleh karena itu, diperlukan penanganan khusus terkait sanitasi pada
kawasan Keputih Tegal 8 Surabaya. Perlu adanya perbaikan sanitasi dengan cara :
1. Menggunakan sistem sanitasi setempat dengan metode tanpa air. Prinsip
operasionalnya meliputi tangki utama diisi dengan air untuk mengaktifkan
sistem. Tidak ada penambahan air yang dibutuhkan untuk operasi
selanjutnya. Limbah atau tinja yang jatuh pada tangki utama akan
mengalami dekomposisi. Air yang berwarna coklat mengalir menuju
tangki kedua. Tangki ini dilengkapi dengan anaerobik filter dan diletakkan
pada tangki utama. Overflow dari air yang tidak terkontaminasi mengalir
menuju resapan dan dapat dianggap sebagai filter tambahan. Tidak
diperlukan pemeliharaan selama 15 20 tahun. Setelah 15 - 20 tahun
lapisan pasir pada bagian bawah tangki utama dihilangkan dengan
menggunakan pompa.

Sistem Sanitasi Setempat dengan Metode Tanpa Air

2. Menggunakan sistem pengaliran terpisah


Sistem pengaliran terpisah ini memanfaatkan teknologi sederhana yaitu
sistem penyaringan air (filtrasi) sederhana. Sebelum limbah rumah tangga
MCK dibuang menuju saluran, limbah tersebut harus melalui proses
penyaringan yang terhubung oleh pipa menuju bak pengendap, kemudian
bak pengendap akan mengalir menuju bak penyaring. Setelah melalui
proses filtrasi, air dapat disalurkan menuju saluran. Hal ini bertujuan agar
air yang masuk menuju saluran tidak tercemar oleh limbah rumah tangga.
Dengan adanya perbaikan sanitasi di kawasan Keputih Tegal 8 Surabaya,
diharapkan kondisi sanitasi pada lingkungan tersebut menjadi lebih baik. Adanya
penanganan khusus yang ramah lingkungan sejatinya saling berkaitan dengan
peran pemerintah dan kesadaran masyarakat. Peran pemerintah sebagai prasarana
masyarakat akan menjadi sia sia apabila kurangnya kesadaran dan kepedulian
masyarakat akan pentingnya pengelolaan lingkungan demi mewujudkan
lingkungan yang sehat.

Daftar Pustaka
Daftar Buku
Adriyan Diningrat, Rendy, dkk. 2015. Kota Rumah Manusia. Yogyakarta:
Teknosain
J. Kodoatie, Robert dan Roestam Sjarief. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta:
Penerbit Andi
Prof. Dr. H. Rahardjo Adisasmita, M.Ec. 2012. Analisis Tata Ruang
Pembangunan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Zulkifli, Arif. 2012. Pengelolaan Kota Berkelanjutan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Website

Alvia Istiqomah, Nurul. 2014. Instalasi Pengolahan Limbah Tinja IPLT,


http://haiinialvin.blogspot.co.id/2014/06/instalasi-pengolahan-limbah-tinjaiplt.html. [diakses 30 Oktober 2016]
Halo

Kawan.

2016.

Nama

31

Kecamatan

di

Kota

Surabaya,

http://halokawan.com/jumlah-daftar-nama-kecamatan-di-kota-surabaya/
[diakses 26 Oktober 2016]
Kelompok Kerja Sanitasi Surabaya. 2010. Program Percepatan Pembangunan
Sanitasi
Permukiman(PPSP),http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitas
i/pokja/ssk/kota.surabaya/BAB%2004%20SRATEGI%20UNTUK
%20KEBERLANJUTAN-SSK-APRI1L.pdf [diakses 26 Oktober 2016]
Bab

VIII

Permukiman,

http://lh.surabaya.go.id/SLHD/slhd%208%20bt.pdf

[diakses 26 Oktober 2016]


Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kota Surabaya 2012 2016,
http://www.sanitasi.net/ppsp.html [diakses 26 Oktober 2016]

Você também pode gostar