Você está na página 1de 6

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN (RATIO ANALYSIS, COMMON

SIZE, GROWTH RATE YEAR OVER YEAR) PT JAMSOSTEK


PERSERO PERIODE DESEMBER 2013 DAN BPJS
KETENAGAKERJAAN PERIODE DESEMBER 2014

Oleh:
Nurul Fauziati Kartika
Magister Akuntansi Universitas Perbanas
(Kelas Sabtu)

ANALISA RASIO LAPORAN KEUANGAN


Analisis Rasio Keuangan atau Financial Ratio adalah merupakan suatu alat
analisa yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja keuangan
berdasarkan data perbandingan masing-masing pos yang terdapat di laporan
keuangan seperti Laporan Neraca, Rugi / Laba, dan Arus Kas dalam periode
tertentu.
Current Ratio atau dikenal juga dengan sebutan Rasio Lancar adalah
perbandingan nilai Aktiva Lancar dengan suatu nilai Kewajiban Lancar yang ada
pada suatu laporan keuangan perusahaan.
Rumus Current Ratio
Current Ratio = Current Assets / Current Liabilities
Dari rumus tersebut dapat dibaca bahwa Current Ratio digunakan dalam
rangka memberikan gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendeknya (hutang & pinjaman) dengan menggunakan aktiva
lancar (kas, piutang, persediaan) yang dimilikinya. Current Assets atau Aktiva lancar
adalah suatu harta yang diharapkan dapat direalisasi menjadi uang kas dalam waktu
tidak lebih dari satu tahun kemudian. Current Liabilities atau Kewajiban Jangka
Pendek adalah suatu kewajiban (misal berupa hutang usaha ataupun hutang bank)
yang jatuh tempo dalam waktu tidak lebih dari satu tahun kemudian.
Secara umum: Current Ratio yang lebih besar berarti lebih baik, begitu juga
sebaliknya.
Dengan aktiva lancar yang lebih besar berarti semakin bertambah
kemampuan suatu perusahaan dalam membayar berbagai kewajiban lancarnya. Bila
didapat Current Ratio kurang dari 1 maka apabila hutang jatuh tempo pada waktu itu
maka perusahaan tidak dapat melunasi hutangnya dengan aktiva lancar yang
dimilikinya. Meskipun begitu, bukan berarti perusahaan tidak dapat melunasi seluruh
hutang-hutangnya karena perusahaan dapat juga mendapatkan dana untuk
melunasi hutang tersebut dengan mencari pinjaman lainnya.

Namun

bagi

diindikasikan adanya

pemegang
cash

saham

dengan

Current

jumlah

Ratio

signifikan

yang

yang

besar dapat

dibiarkan

tidak

produktif. Atau mungkin terdapat persediaan dalam jumlah besar yang tidak terjual
dan malah sebentar lagi kadaluwarsa. Dan berbagai kemungkinan jelek lainnya.
Bagi pemegang saham yaitu pihak yang ingin perusahaan terus maju dan
berkembang belum tentu selalu menginginkan current ratio yang besar.
Dalam kasus ini, perusahaan bernama BPJS Ketenagakerjaan yang
sebelumnya bernama PT Jamsostek Persero, pada 2013 memiliki nilai current ratio
sebesar 0,60 % (Lampiran 1). Hal ini mengindikasikan bahwa apabila perusahaan
diharuskan menyelesaikan hutang dan kewajibannya saat itu juga, maka
perusahaan tersebut tidak dapat melunas hutang-hutangnya dengan seluruh aset
yang dimilikinya.
Sebaliknya, periode 2014 current ratio perusahaan mencapai angka 7,84% ini
artinya perusahaan sangat memiliki kemampuan untuk membayar kewajiban dan
hutangnya bahkan apabila jatuh temponya saat itu juga. Namun demikian, terdapat
jumlah cash yang terlalu besar yang jumlahnya signifikan yang menyebabkan
perputaran operational perusahaan tidak efektif.

Rumus Rasio Cepat (Quick Rasio)


Quick Ratio = Aktiva Lancar - Persediaan
Hutang Lancar
Quick Rasio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan
aktiva yang lebih likuid.
Dalam analisis ini, PT Jamsostek di tahun 2013 memiliki nilai quick rasio
sebesar 0,60 (Lampiran 1) sementara di tahun 2014 (Ketika perusahaan ini telah
berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan) quick rasio yang dihasilkan sebesar 7,79
(Lampiran 1). Kedua hal ini mengindikasikan bahwa Rp 1,00 hutang lancar di jamin
oleh aktiva lancar selain persediaan sebesar Rp. 7,79 atau 7,79% .

Rumus Hutang (Debt Rasio)


Debt Ratio adalah rasio yang mengukur berapa persen asset perusahaan
yang dibeli dengan belanja hutang.
Debt ratio

Total Hutang
Total Aktiva

Pada 2013, PT Jamsostek menghasilkan debt rasio sebesar 0,96 (Lampiran


1). Ini artinya ratio sebesar 0,96 menunjukkan bahwa aktiva sebesar 96 % dibiayai
dari hutang perusahaan. Sementara pada akhir tahun 2014 BPJS mencatat debt
rasio sebesar 0,27 (Lampiran 1). Jadi rasio sebesar 0,27 menunjukkan aktiva
sebesar 27% dibiayai oleh hutang perusahaan.

Total Debt Equity Ratio


Total Debt Equity Ratio adalah merupakan perbandingan total hutang yang
dimiliki perusahaan dengan modal sendiri (ekuitas).
Total Debt equity ratio = Total Hutang
Modal Sendiri
Dari hasil kalkulasi, tahun 2013 PT Jamsostek Persero menghasilkan 23,21
(Lampiran 1) untuk Debt Equity Rasio. Artinya ratio sebesar 23,21 menunjukkan
bahwa modal sendiri sebesar 2321 % yang di miliki perusahaan dapat melunasi
hutang perusahaan.Sementara tahun 2014 BPJS menghasilkan 0,37 (lampiran 1)
yang menunjukkan modal sendiri sebesar 37% dapat melunasi hutang perusahaan.
Analisis common-size ialah analisis yang disusun dengan menghitung tiap-tiap
rekening dalam laporan laba-rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan
(untuk laporan laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca).

Analisis Common-Size (Persentase Per-Komponen)


Laporan

keuangan

dalam

persentase

per-komponen

(Common-size

statement) menyatakan masing-masing posnya dalam satuan persen atas dasar


total kelompoknya, cara penyusunan laporan keuangan ini disebut teknik analisis
common-size dan termasuk metode analisis vertikal.
Suatu neraca yang disusun dalam persentase per-komponen (Common-size
statement) dapat memberikan informasi sebagai berikut:
1. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran
tentang posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar.
2. Struktur modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran
mengenai posisi relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri.
Apabila Neraca dalam persentase per-komponen disusun secara komparatif
(misalnya dua tahun berturut-turut), dapat memberikan informasi mengenai
perubahan komposisi, baik komposisi investasi maupun struktur modal.
Dari neraca yang disusun dalam persentase per-komponen tersebut
(lampiran 2), tampak bahwa proses pergantian manajemen dari Jamsostek menjadi
BPJS, telah terjadi perubahan pada komposisi, baik aktiva (misalnya kas,
persediaan) maupun pasiva (misalnya utang jangka panjang) Lihat pada lampiran
2.

Growth Rate Year Over Year


Pada Lampiran 3, dapat terlihat hasil perhitungan rasio pertumbuhan dari
tahun ke tahun dapat diketahui bahwa jumlah asset menurun menukik tajam hingga
minus 92,57%, penurunan terbesar terletak pada intangible asset.
Sementara itu, untuk posisi liabilitas dan owners equity juga menurun tajam,
masing masing 97,92% dan 92,57%.

Você também pode gostar