Você está na página 1de 15

PENGERTIAN AKHLAK

Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Maka bila sifat itu memunculkan perbuatan baik dan terpuji menurut akal dan
syariat maka sifat itu disebut akhlak yang baik, dan bila yang muncul dari sifat itu perbuatanperbuatan buruk maka disebut akhlak yang buruk. Didalam islam pengertian akhlak adalah
sistem nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan manusia diatas bumi yang didasarkan
kepada Al-Quran dan al-Hadist.
Akhlak menurut kaum muslimin, menujukkan kondisi jiwa yang menimbulkan
perbuatan atau perilaku secara spontan. Seseorang dikatakan bermental penolong, ketika
dihadapkan kepada orang yang sedang dirundung kesulitan-kesulitan, secara spontan akan
memberikan pertolongan tanpa banyak memperhatikan atau memikirkan untung rugi, atau
ketika seseorang sedang berjalan tiba-tiba tersandung batu, maka kata-kata yang akan keluar
dari mulutnya mencerminkan akhlaknya, ketika yang keluar dari mulutnya kata-kata
innalillahi wa innailahi rojiun atau astaghfirullahaladzim atau subhanallah maka itu
berarti dia memiliki akhlak yang terpuji dan sebaliknya, ketika yang keluar dari mulutnya
nama-nama penghuni kebun binatang, maka itulah akhlaknya. Jadi akhlak menunjukkan pada
hubungan sikap batin dan perilaku secara konsisten.
Secara bahasa, akhlak berasal dari kata khalaqa yang berarti ciptaan atau perbuatan.
Melihat asal katanya akhlak mengandung arti perbuatan manusia, tetapi kata akhlak biasanya
dikaitkan dengan perbuatan yang bernilai baik atau buruk. Karena itu objek yang dikaji
dalam pembahasan akhlak adalah aspek tingkah laku manusia dari segi nilai baik atau buruk.
Dilihat dari struktur agama islam yang terdiri dari aqidah, syariah, dan akhlak, maka akhlak
dapat dinyatakan sebagai perilaku yang tampak ketika seseorang telah melaksanakan syariat
berdasarkan aqidah islam. Karena itu, secara sruktual akhlak dapat diartikan sebagai perilakun
yang telah berkonotasi baik. Akan tetapi dalam realita sehari hari terdapat akhlak yang baik
( akhlaq al karimah) dan buruk (akhlak al mazmumah). Akhlak yang baik adalah perilaku
yang sesuai dengan norma ajaran islam, sedangkan akhlak yang buruk adalah perilaku yang
tidak sesuai dengan norma ajaran islam
Standar normatif dalam ajaran islam adalh al-quran dan hadist, karena itu akhlak
yang baik adalah akhlak yang sesuai dengan tuntunan Al- Quran dan contoh Rosulullah.
Rasulullah adalah pribadi ideal yang dimuliakan Allah dan sangat pantas bahkan harus kita
tauladan.

Kajian tentang akhlak berkaitan dengan tata cara hubungan yang baik antara manusia
dengan Allah, manusia dengan manusia lain / jin, dan manusia dengan alam semesra /
makhluk lain.

B. HUBUNGAN AKHLAK KEPADA ALLAH


Akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara berhubungan dengan Allah melalui
media media yang telah disediakan Allah, yaitu ibadah yang langsung kepada Allah seperti
sholat, puasa dan haji. Pelaksanaan ibadah- ibadah itu secara benar menurut ketentuan syariat
serta dilakukan dengan ikhlas mengharap ridho allah Saw, merupakan akhlak yang baik
terhadap-Nya.
Berakhlak kepada Allah diajarkan pula oleh Rasul dengan bertahmid, takbir, tasbih,
dan tahlil. Takmid adalah membaca hamdallah yang merupakan tanda terimakasih kepada
Allah atas nikmat yang telah diberikan-Nya. Takbir adalah mengucap Allahu Akbar yang
merupakan ungkapan pengakuan akan kemahabesaran Allah yang tiada taranya. Tasbih adalah
menbaca subhanallah sebagai ungkapan kekaguman atas kekuasaan Allah yang tak terbatas
yang ditampakkan dalam seluruh ciptaan-Nya. Tahlil adalah membaca la ilaaha illa llahu yaitu
suatu ungkapan pengakuan dan janji seorang muslim yang hanya mengakui Allah sebagai
sutu- satunya Tuhan. Berakhlak terhadap Allah diungkapkan pula melalui berdoa. Berdoa
merupakan bukti ketakberdayaan manusia dihadapan Allah, karena itu orang yang tidak
pernah berdoa dipandang sebagai oran yang sombong.

C. HUBUNGAN AKHLAK KEPADA MAKHLUK


Akhlak terhadap manusia dapat dirinci menjadi:
1.
a.
b.
c.
2.
a.
b.
c.
d.

Akhlak terhadap rasulullah (Nabi Muhammad), antara lain:


Mencintai rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya.
Menjadikan Rasulullah sebagai idola, suri teladan dalam hidup dan kehidupan.
Menjadikan apa yang disuruh-Nya, tidak melakukan apa yang dilarang-Nya.
Akhlak terhadap orang tua (Birrul Walidain), antara lain:
Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya.
Merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih sayang.
Berkomunikasi dengan orang tua dengan khidmat, mempergunakan kata-kata lemah lembut.
Berbuat baik kepada ibu bapak dengan sebaik-baiknya, dengan mengikuti nasihatn baiknya,

e.

tidak menyinggung perasaan dan menyakiti hatinya, membuat ibu bapak ridho.
Mendoakan keselamatan dan keampunan bagi mereka kendatipun seorang atau kedua-duanya

telah meninggal dunia.


3. Akhlak terhadap diri sendiri antara lain:
a. Memelihara kesucian diri.

b.
c.
d.
e.
f.
g.
4.
a.
b.
c.
d.
e.

Menutup aurat
Jujur dalam perkataan dan berbuat ikhlas dan rendah hati.
Malu melakaukan perbuatan jahat
Menjauhi dengki dan dendam.
Berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain
Menjauhi dari segala perkataan dan perbuatan sia-sia.
Akhlak terhadap keluarga karib kerabat antara lain:
Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga
Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak
Berbakti kepada ibu bapak
Mendidik anak-anak dengan kasih sayang
Memelihara hubungan silaturahmi dan melanjutkan silaturahmi yang dibina orang tua yang

5.
a.
b.
c.
d.
6.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

telah meninggal dunia.


Akhlak terhadap tetangga, antara lain :
Saling mengunjungi
Saling bantu diwaktu senang lebih-lebih tatkala susah
Saling beri memberi, saling hormat menghormati
Saling menghindari pertengkaran dan permusuhan
Akhlak terhadap masyarakat, antara lain :
Memuliakan tamu
Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan
Saling menolong dalam melakukan kebajikan dan taqwa
Memberi makanan fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup dan kehidupan
Bermusyawarah dalam segala urusan
Memtaati keputusan yang telah diambil
Menepati janji

D. AKHLAK TERHADAP ALAM SEMESTA


Manusia merupakan bagian dari alam dan lingkungan, karena itu umat islam
diperintahkan untuk menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan hidupnya. Sebagai
makhluk yang ditugaskan sebagai kholifatullah fil ardh, manusia dituntut untuk memelihara
dan menjaga lingkungan alam. Karena itu, berakhlak terhadap alam sangat dianjurkan dalam
ajaran islam. Beberapa prilaku yang menggambarkan akhlak yang baik terhadap alam antara
lain, memelihara dan menjaga alam agar tetap bersih dan sehat, menghindari pekerjaan yang
menimbulkan kerusakan alam.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.

Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-

perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
2. Didalam islam pengertian akhlak adalah sistem nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan
3.
a.
b.

c.

manusia diatas bumi yang didasarkan kepada Al-Quran dan al-Hadist.


Ruang lingkup akhlak ada 3 yaitu:
Akhlak kepada ALLAH
Akhlak kepada Makhluk dirinci menjadi 6 yaitu :
i. Akhlak terhadap Rasulullah
ii. Akhlak terhadap Orangtua
iii. khlak terhadap Diri sendiri
iv. Akhlak terhadap Keluarga
v. Akhlak terhadap Tetangga
vi. Akhlak terhadap Masyarakat
Akhlak kepada alam semesta

B. DAFTAR PUSTAKA
1. Hamami, tasman. 2005. Akhlak Tasawuf. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.
2.
Pendidikan
Agama
Islam.
Didownload,
tanggal
30/09/2014
Sumber:
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/agama_islam/bab5-akhlak.pdf
3. Akhlak Bab X. Didownload, tanggal 29/09/2014. Sumber: http://file.upi.edu/Direktori

Akhlak Terhadap Diri Sendiri


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk
beribadah. Ibadah dalam pengertian secara umum yaitu melaksanakan segala perintah dan
menjauhi segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Manusia
diperintahkan-Nya untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan semua yang ada untuk
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Dan Allah SWT sangat membeci manusia yang
melakukan tindakan merusak yang ada. Maka karena Allah SWT membenci tindakan yang
merusak maka orang yang cerdas akan meninggalkan perbuatan itu, dia sadar bahwa jika
melakukan per buatan terlarang akan berakibat pada kesengsaraan hidup di dunia dan
terlebih-lebih lagi di akhirat kelak, sebagai tempat hidup yang sebenarnya.
Arti akhlak secara istilah sebagai berikut; Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M) mengatakan
bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan

perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sementara itu, Imam Al-Ghazali
(1015-1111 M) mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
Secara umum akhlak atau perilaku/perbuatan manusia terbagi menjadi dua; pertama; akhlak
yang baik/mulia dan kedua; aklak yang buruk/tercela.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian akhlak terhadap diri sendiri!
2. Jelaskan macam macam akhlak terhadap diri sendiri!
3. Jelaskan bentuk-bentuk akhlak terpuji terhadap diri sendiri!
C. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang akhlak terhadap diri sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri
pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri
kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau
bahkan membahayakan jiwa.
Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita melakukan
hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu banyak bergadang, sehingga
daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan paru-paru kita rusak,
mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras yang dapat membahyakan jantung dan otak
kita. Untuk itu kita harus bisa bersikap atau beraklak baik terhadap tubuh kita. Selain itu
sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalkan iri, dengki ,
munafik dan lain sebagainya. Hal itu semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu
merupakan penyakit hati yang harus kita hindari. Hati yang berpenyakit seperti iri dengki
munafiq dan lain sebagainya akan sulit sekali menerima kebenaran, karena hati tidak hanya
menjadi tempat kebenaran, dan iman, tetapi hati juga bisa berubah menjadi tempat kejahatan
dan kekufuran.
Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk mengenali berbagai macam
penyakit hati yang dapat merubah hati kita, yang tadinya merupakan tempat kebaikan dan
keimanan menjadi tempat keburukan dan kekufuran. Seperti yang telah dikatakan bahwa

diantara penyakit hati adalah iri dengki dan munafik. Maka kita harus mengenali penyakit hati
tersebut.
Dengki. Orang pendeki adalah orang yang paling rugi. Ia tidak mendapatkan apapun dari sifat
buruknya itu. Bahkan pahala kebaikan yang dimilikinya akan terhapus. Islam tidak
membenarkan kedengkian. Rasulullah bersabda: Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa
Rasulullah Saw. Bersabda, hati-hatilah pada kedengkian kaerena kedengkian menghapuskan
kebajikan, seperti api yang melahap minyak. (H.R. Abu Dawud)
Munafiq. Orang munafiq adalah orang yang berpura-pura atau ingkar. Apa yang mereka
ucapkan tidak sama dengan apa yang ada di hati dan tindakannya. Adapun tanda-tanda orang
munafiq ada tiga.
Hal ini dijelaskan dalam hadits, yaitu:
Dari Abu hurairoh r.a. Rasulullah berkata: tanda-tanda orang munafiq ada tiga, jika ia
berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia berkhianat.
(H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan an-Nisai)
B. Macam macam akhlak terhadap diri sendiri
1. Berakhlak terhadap jasmani.
a. Menjaga kebersihan dirinya
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Ia menekankan kebersihan secara
menyeluruh meliputi pakaian dan juga tubuh badan. Rasulullah memerintahkan sahabatsahabatnya supaya memakai pakaian yang bersih, baik dan rapi terutamanya pada hari Jumat,
memakai wewangian dan selalu bersugi.
b. Menjaga makan minumnya.
Bersederhanalah dalam makan minum, berlebihan atau melampau di tegah dalam Islam.
Sebaiknya sepertiga dari perut dikhaskan untuk makanan, satu pertiga untuk minuman, dan
satu pertiga untuk bernafas.
c. Tidak mengabaikan latihan jasmaninya
Riyadhah atau latihan jasmani amat penting dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimnapun
ia dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam tanpa mengabaikan hak-hak Allah, diri,
keluarga, masyarakat dan sebagainya, dalam artikata ia tidak mengabaikan kewajiban
sembahyang, sesuai kemampuan diri, menjaga muruah, adat bermasyarakat dan
seumpamanya.
d. Rupa diri
Seorang muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik. Islam tidak pernah mengizinkan
budaya tidak senonoh, compang-camping, kusut, dan seumpamanya. Islam adalah agama

yang mempunyai rupa diri dan tidak mengharamkan yang baik. Sesetengah orang yang
menghiraukan rupa diri memberikan alasan tindakannya sebagai zuhud dan tawadhuk. Ini
tidak dapat diterima karena Rasulullah yang bersifat zuhud dan tawadhuk tidak melakukan
begitu. Islam tidak melarang umatnya menggunakan nikmat Allah kepadanya asalkan tidak
melampau dan takabbur.
2. Berakhlak terhadap akalnya
a. Memenuhi akalnya dengan ilmu
Akhlak Muslim ialah menjaganya agar tidak rusak dengan mengambi sesuatu yang
memabukkan dan menghayalkan. Islam menyuruh supaya membangun potensi akal hingga ke
tahap maksimum, salah satu cara memanfaatkan akal ialah mengisinya dengan ilmu.
Ilmu fardh ain yang menjadi asas bagi diri seseorang muslim hendaklah diutamakan karena
ilmu ini mampu dipelajari oleh siapa saja, asalkan dia berakal dan cukup umur. Pengabaian
ilmu ini seolah-olah tidak berakhlak terhadap akalnya.
b. Penguasaan ilmu
Sepatutnya umat Islamlah yang selayaknya menjadi pemandu ilmu supaya manusia dapat
bertemu dengan kebenaran. Kekufuran (kufur akan nikmat) dan kealfaan ummat terhadap
pengabaian penguasaan ilmu ini.
Perkara utama yang patut diketahui ialah pengetahuan terhadap kitab Allah, bacaannya,
tajwidnya, dan tafsirnya. Kemudian hadits-hadits Rasul, sirah, sejarah sahabat, ulama, dan
juga sejarah Islam, hukum hakam ibadat serta muamalah.
Sementara itu umat islam hendaklah membuka tingkap pikirannya kepada segala bentuk ilmu,
termasuk juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu berlaku dengan cepat. Rasulullah pernah
menyuruh Zaid bin Tsabit supaya belajar bahasa Yahudi dan Syiria. Abdullah bin Zubair
adalah antara sahabat yang memahami kepentingan menguasai bahasa asing, beliau
mempunyai seratus orang khadam yang masing-masing bertutur kata berlainan, dan apabila
berhubungan dengan mereka, dia menggunakan bahasa yang dituturkan oleh mereka.
3. Berakhlak Terhadap Jiwa
Manusia pada umumnya tahu sadar bahwa jasad perlu disucikan selalu, begitu juga dengan
jiwa. Pembersihan jiwa beda dengan pembersihan jasad. Ada beberapa cara membersihkan
jiwa dari kotorannya, antaranya:
a. Bertaubat
b. Bermuqarabah
c. Bermuhasabah
d. Bermujahadah

e. Memperbanyak ibadah
f. Menghadiri majlis Iman
C. Cara Memelihara Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri antara lain :
1). Sabar, yaitu perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian
nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika
melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
2). Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung
banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan
adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan
dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
3). Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua,
muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri
dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.
4). Shidiq, artinya benar atau jujur. Seorang muslim harus dituntut selalu berada dalam
keadaan benar lahir batin, yaitu benar hati, benar perkataan dan benar perbuatan.
5). Amanah, artinya dapat dipercaya. Sifat amanah memang lahir dari kekuatan iman.
Semakin menipis keimanan seseorang, semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya. Antara
keduanya terdapat ikatan yang sangat erat sekali. Rosulullah SAW bersabda bahwa tidaj
(sempurna) iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak (sempurna) agama orang yang tidak
menunaikan janji. ( HR. Ahmad )
6). Istiqamah, yaitu sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun
menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Perintah supaya beristiqamah dinyatakan
dalam Al-Quran pada surat Al- Fushshilat ayat 6 yang artinya Katakanlah bahwasanya aku
hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu
adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka istiqamahlah menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun
kepada-Nya. Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang bersekutukan-Nya.
7). Iffah, yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan memelihara kehormatan diri
dari segala hal yang akan merendahkan, merusak, dan menjatuhkannya. Nilai dan wibawa
seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan dan jabatannya dan tidak pula ditentukan oleh
bentuk rupanya, tetapi ditentukan oleh kehormatan dirinya.
8). Pemaaf, yaitu sikap suka member maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada sedikitpun
rasa benci dan keinginan untuk membalas. Islam mengajarkan kita untuk dapat memaafkan
kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf dari yang bersalah.

B. Manfaat Akhlak Terhadap Diri Sendiri


1. Berakhlak terhadap jasmani:
- jauh dari penyakit karena sering menjaga kebersihan
- tubuh menjadi sehat dan selalu bugar
- menjadikan badan kuat dan tidak mudah lemah
2. Berakhlak terhadap akalnya:
- memperoleh banyak ilmu
- dapat mengamalkan ilmu yang kita peroleh untuk orang lain
- membantu orang lain
- mendapat pahala dari Allah SWT
3. Berakhlak terhadap jiwa:
- selalu dalam lindungan Allah SWT
- jauh dari perbuatan yang buruk
- selalu ingat kepada Allah SWT

BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani
sifatnya atau rohani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah
memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.
Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri yaitu dengan sabar, shidiq, tawaduk,
syukur, istiqamah, iffah, pemaaf dan amanah.
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun, semoga dengan membaca makalah ini dapat dijadikan
pedoman kita dalam melangkah dan bias menjaga akhlak terhadap diri sendiri. Apabila ada
kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami mohon maaf yang setulus-tulusnya.

ADAB-ADAB TERHADAP DIRI SENDIRI


Bersama ini dikirimkan bahan tazkirah sebagai santapan rohani agar ia menjadi iktibar dan
peringatan kepada kita.
1. Menjaga kebersihan secara menyeluruh dengan cara mandi dan menyucikan diri.
2. Memotong kuku tangan dan kaki sekali setiap minggu. Janganlah memanjangkannya
walaupun sebahagian darinya kerana dikuatiri tersimpan najis dan perbuatan demikian
menyerupai haiwan yang buruk.
3. Memotong rambut setiap kali ia panjang, menjaga kebersihannya dan menyisirnya selalu,
yakni jangan pula sampai berlebih-lebihan (tidak membiarkannya dan tidak pula menunpukan
perhatian kepadanya)
4. Mengutamakan bahagian kanan, yakni mendahulukan kanan dalam semua perkara yang
mulia, seperti ketika mandi, berwuduk, menghormat, berjabat tangan. memakai pakaian atau
kasut, memotong kuku, mengambil dan menerima pemberian, makan dan minum.
Mengutamakan bahagian kiri yakni perkara yang tidak mulia, seperti membuang ingus,
meludah, menanggalkan pakaian dan kasut beristinjak, dan menyentuh aurat. Daripada Aisyah
katanya, Rasulullah s.a.w menggunakan tangan kanan untuk bersuci dan makan, sedangkan
tangan kiri untuk bersuci dan yang kotor-kotor.
5. Jangan menghadap kiblat ketika meludah, membuang ingus dan kahak, tapi hendaklah ke
arah kiri dan pada saputangan yang khusus supaya tidak mengganggu orang lain.
6. Mengalihkan wajah ketika bersin dari muka manusia, dan dari makanan dan minuman agar
percikan ingus tidak mengenai orang lain, dan meletakkan saputangan atau tangan ke mulut,
memperlahankan suaranya sedapat mungkin. Daripada Abi Hurairah katanya, Apabila
Rasulullah s.a.w bersin, beliau meletakkan tangannya di mulutnya dan dengannya suaranya
menjadi tidak kuat
7. Memuji Allah sesudah bersin.
8. Orang yang bersin dan memuji Allah hendaklah dijawab dengan (yarhamukallah) dan
orang yang bersin pula menjawabnya dengan doa yang berikut (yahdikumullahu wa yushlihu
balakum)
9. Meletakkan tangan di mulut ketika menguap untuk menutup pandangan yang tidak layak
ketika mulut terbuka, juga untuk menghalang sesuatu masuk ke dalam mulut. Juga disuruh
mengurangkan suaranya, dan jika dapat, jangan sampai mengeluarkan suara. Selepas
menguap hendaklah beristighfar kepada Allah kerana menguap adalah bukti kemalasan. Oleh
itu Allah tidak menyukainya dan menyatakan bahawa ia disebabkan syaitan.
Dari Abu Hurairah bahawa nabi bersabda, "Sesungguhnya Allah suka akan bersin dan benci
akan menguap. Jika salah seorang kamu bersin dan memuji Allah hendaklah orang Islam yang
mendengarnya mengucapkan ''Yarhamukallah'' .Adapun menguap adalah dari syaitan, jadi
jika salah seorang dari kamu menguap maka hendaklah ia mengembalikannya sedapat
mungkin
kerana apabila kamu menguap, syaitan ketawa melihatnya."
10. Berusaha tidak bersendawa, menghindari makanan yang menyebabkan sendawa atau
makanan yang membanyakkannya. Dan jika tidak dapat dihindari, bersendawalah dengan
suara yang ringan, kemudian bacalah istighfar sesudah sendawa. Daripada Abu Juhaifah
katanya,"Aku memakan kepingan roti dan daging kemudian aku mendatangi nabi lalu aku
sendawa. Beliau bersabda, pendekkan sendawamu kerana sesungguhnya orang yang paling
lapar pada Hari
kiamat kelak ialah orang yang paling kenyang di dunia."
11. Mengingat Allah dan bersyukur kepadaNya ketika berkaca (melihat wajah di cermin)
kemudian berdoa dengan doa yang warid dari nabi : ''Segala puji bagi Allah, sebagaimana
engkau elokkan kejadian aku maka elokkanlah akhlakku."

12. Menggunakan telefon bila perlu sahaja, bukan untuk bermain-main, bergurau atau untuk
mengejutkan orang lain, dan bertelefonlah pada waktu-waktu yang sesuai, awali percakapan
dengan salam, mengenalkan diri, kemudian menyebut maksud.
13. Membiasakan diri dengan amal yang salih, seperti beribadah, bersedekah, sembahyang
unat, menghampirkan diri kepada Allah, berzikir dan membaca Al-Quran. Jangan
meninggalkan demikian kerana malas, enggan atau kesibukan dunia. Daripada Aisyah
katanya, amalan yang disukai Rasulullah ialah amalan yang terus menerus dilakukan
seseorang.
14. Meninggalkan berlebihan dalam segala suatu, tidak melakukan suatu yang tidak berguna,
selalu memperbaiki diri dan berusaha memperbaikinya. Daripada Abu Hurairah katanya,
Rasulullah bersabda ''Sebahagian tanda kebagusan Islam seseorang adalah meninggalkan
sesuatu yang tidak dimaksudnya.
15. Memberi nasihat kepada orang yang mengenali kebaikan, yakni dengan nasihat yang baik
bagi orang itu samaada pada agamanya atau dunianya.
16. Menerima nasihat orang lain, mahu mengakui kebenaran dan kembali semula kepadanya,
juga mengakui kesalahan diri sendiri jika memang benar sudah salah, dan jangan berterusan
padanya, kerana kebenaran itu ialah barang orang mukmin yang hilang, yang terus dicarinya
dan akan berterima kasih kepada orang yang menyerahkannya kepadanya serta memuji
setiap orang yang sudi memberi nasihat.
17. Membiasakan hidup sederhana, mensyukuri yang sedikit, dan meninggalkan hidup
bermewah-mewah dan bersenang-senang di dunia kerana sifat itu menjauhkan diri dari takbur
dan ujub serta selamat dari sifat sombong, memuji-muji diri dan angkuh. Dari Aisyah
katanya,"Tikar Rasulullah s.a.w diperbuat dari kulit yang disamak setelah dipenuhi dengan
sabut."
18. Ikhlas kerana Allah dalam semua pekerjaan, menjadikan matlamat utama dari kehidupan
sebagai syiar orang mukmin yang diletakkannya di hadapan dan terus menerus mengulangulang sebutan ''Oh Tuhanku, Engkaulah tujuanku, dan Redamulah yang ku cari''.
Adab Terhadap Diri Sendiri
Kaum muslimin percaya bahwa kebahagian di dunia dan akhirat bergantung pada perilaku
dan adab terhadap diri sendiri dan pada kesucian serta kebersihan jiwa. Begitu juga dengan
kesengsaraan disebabkan kerosakan dan kekotoran jiwa hal ini nyata dalam firman Allah :
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah
orang yang mengotorinya
( Asy-Syam [ 91] 9-10)
Rasullullah bersabda :
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bila melakukan sesuatu dosa terjadilah bintik hitam
dalam hatinya. Bila dia bertaubat dan menghentikan dosanya dan mencela perbuatannya,
hatinya akan bersinar kembali, dan apabila dosanya bertambah, akan bertambah pula bintik
hitam itu hingga hatinya akan tertutup.
( Nasai dan Tarmizi, hadis hasan sahih)
Oleh yang demikian kaum muslim haruslah berusaha menjaga dirinya dengan membersih dan
menyucikan jiwanya. Kerana jiwa yang suci dan bersih dapat menjauhkan diri dari melakukan

perbuatan-perbuatan yang buruk dan boleh merosakkan. Beberapa langkah yang perlu di lalui
untuk mencapai kesucian jiwa iaitu :
a. Taubat
Taubat yang bermaksud menyucikan diri dari dosa dan maksiat, menyesali segala dosa yang
telah dilakukan dan berazam untuk tidak mengulangi. Seperti firman Allah yang bermaksud:
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang seikhlasikhlasnya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.
(at-Tahrim[66] : 8)
Dan sabda Rasullullah :
Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah kerana aku bertaubat setiap hari seratus kali
( Muslim )
b. Muraqabah ( Pengawasan )
Umat Islam sentiasa merasakan setiap perbuatan dan pergerakan diawasi oleh Allah. Sehingga
mereka yakin bahawa Allah sentiasa memerhatikan dan megetahui segala yang nyata
mahupun tersembunyi.Dengan keyakinan itulah manusia merasakan jiwanya tenang
mengingati Allah dan puas mendampingiNYA. Ia di nyatakan dalam firman Allah :
Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya
kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan .....
( an-Nisa [4] : 125 )
Rasullullah juga bersabda :
Beribadahlah kamu kepada Allah seperti kamu melihat-NYA, apabila kamu tidak melihat
Allah, sesungguhnya Dia melihatmu ......
(Muttafaq alaih)
c. Muhassabah
Melakukan perhitungan terhadap diri sendiri di atas apa yang telah dilakukan demi mengecapi
kebahagian di dunia dan akhirat. Sentiasa membuat perhitungan dengan apa yang telah
dilakukan. Andainya apa yang dilakukan adalah perkara-perkara yang dilarang, maka mestilah
segera beristigfar menyesali perbuatan dan segera bertaubat dan membuat kebaikan. Inilah
yang dimaksudkan dengan muhassabah terhadap diri sendiri.Ianya satu cara memperbaiki,
mendidik, menyuci dan membersihkan diri

Allah berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memerhatikan apa yang telah dilakukannya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(al-Hasyr [59] : 18)
d. Mujahadah (Berjuang Melawan Hawa Nafsu)
Hawa Nafsu adalah musuh yang paling besar bagi setiap individu Islam. Hawa nafsu hanya
cenderung untuk melakukan kejahatan dan menjauhi kebaikan.
Allah telah berfirman :
Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), kerana sesungguhnya nafsu itu selalu
menyuruh kepada kejahatan.....
(Yusuf [12] : 53 )
Sebagai umat Islam seharusnya kita berjuang untuk melawan hawa nafsu jangan sampai ianya
menguasai diri kita. Didiklah nafsu agar tenang dan tenteram serta suci dan bersih. Allah
berfirman :
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keredhaan) Kami, benar-benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta
orang-orang yang berbuat baik.
(al-Ankabut : 69)

Sebagai umat Islam kita mestilah sentiasa berjuang di jalan Allah demi memastikan nafsu
terkawal, baik, bersih, suci dan tenteram serta memperolehi kemuliaan dan keredhaan dari
Allah S.W.T.
Akhlak Pribadi

1. Akhlak kepada Allah dan Rasul adalah akhlak kepada diri sendiri. Misalnya:
Melaksanakan ibadah (sholat, zakat, dll) QS: An-Nisa:80)
2. Berusaha memperbaiki diri; meneguhkan akhlak dengan menghindari beberapa
perbuatan yang tergolong dosa besar seperti zina. Menurut pemaparan Darwis
Marenda ada beberapa zina yang terlupakan seperti pamer body (modelling, fashion
show yang membuka aurat, modern dance, foto model, anggota tubuh yang ditato,
ditindik, atau aurat yang dibiarkan terbuka. Juga ada parfum berjalan, maksudnya
tidak menggunakan parfum secara berlebihan ketika hendak ke luar rumah. Rasulullah
SAW menyampaikan: Perempuan manapun yang menggunakan parfum kemudian
melewati suatu kaum agar mereka mencium wanginya maka dia telah berzina. (HR.
Ahmad).
3. Manusia diperintah Allah untuk memperhatikan diri sendiri dan tidak melupakan
bagian, hak dan keperluan diri sendiri.
4. Memenuhi keperluan dan hak kepada diri sendiri telah diatur di dalam islam. Contoh:
Aturan makan jangan berlebihan, makan pada saat lapar, dilarang makan makanan
yang diharamkan/dilarang, makan makanan yang halal dan thayyib (baik/sehat),dan
lain sebagainya.
5. Dengan melakukan aturan-aturan islam sekecil apapun merupakan berakhlak kepada
diri sendiri.

2)

Akhlak Terhadap Keluarga (QS: Al-Baqarah: 82)


1. Berbakti, berbuat baik, dan hormat kepada orang tua (QS: Al-Isra:24)
2. Mengikuti nasihat-nasihat orang tua selama tidak bertentangan dengan islam
3. Membina hubungan yang harmonis antar keluarga
4. Menjaga nama baik keluarga
5. Mendoakan orang tua dan keluarga yang masih hidup ataupun yang telah meninggal
dunia
6. Jika orang tua/anggota keluarga melakukan sesuatu yang dilarang Allah, maka kita
tidak boleh taat, tetapi kita harus tetap menjaga baik dengan mereka.

3) Akhlak Terhadap Kaum Muslimin (QS: Al-Isra:34, An-Nur:19, Al-Hujurat:12,


Luqmaan:17-19)
1. Saling menjaga hubungan silaturahmi, sebab setiap mukmin adalah bersaudara. (QS:
Muhammad: 10).

2. Berhati-hati dalam mencari teman;


Mencari sesosok figur teman perlu berhati-hati. Seperti yang dinasihatkan Ali bin Abi Thalib
dihadapan puteranya, Al Hasan setelah Abdurrahman bin Muljam menikam beliau. Duka AlHasan disambut Ali bin Abi Thalib dengan memberikan nasihat berharga, Wahai anakku,
camkan empat hal dan empat hal lagi dariku. Apa itu wahai Ayah? tanya Al Hasan.
Kekayaan yang paling berharga adalah akal.

Kekafiran yang paling besar adalah kebodohan


Sesuatu yang paling keji adalah sikap ujub, bangga diri
Kemuliaan yang paling tinggi adalah akhlak yang mulia.
Demikian Sayyidina Ali menasihatkan.
Lalu Al Hasan bertanya kembali: Lalu empat hal yang lain apa, wahai Ayah? tanya Al
Hasan.
Jangan engkau bergaul dengan orang bodoh, karena ia akan memanfaatkan dirimu demi
bahayamu.
Janganlah engkau bersahabat dengan seorang pendusta, karena ia akan mendekatkan yang jauh dan
menjauhkan yang dekat padamu.
Janganlah engkau bersahabat dengan orang bakhil, karena ia akan mengabaikanmu saat kamu
membutuhkannya.
Dan janganlah engkau bergaul dengan orang yang suka melakukan dosa, karena ia akan menjual dirimu dengan
harga yang murah. Demikianlah penjelasan dari Ayahandanya. [ ]

Sumber rujukan: Buku BBQ Unila (Bimbingan Belajar Al-Quran) dengan perubahan
seperlunya
- See more at: http://birohmah.unila.ac.id/akhlak-seorang-muslim-ditinjau-dari-akhlakpribadi-akhlak-terhadap-keluarga-akhlak-terhadap-kaum-muslimin/#sthash.0SqvtkcM.dpuf
http://birohmah.unila.ac.id/akhlak-seorang-muslim-ditinjau-dari-akhlak-pribadi-akhlakterhadap-keluarga-akhlak-terhadap-kaum-muslimin/
http://cihuuuyy.blogspot.co.id/2012/12/akhlak-terhadap-diri-sendiri.html
http://konselingbki21.blogspot.co.id/2015/01/akhlak-kepada-allah-manusia-dan-alam.html

Você também pode gostar