Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
km2. Didapat luas DAS Citapen sebesar 4,0098 kotak yang berarti 4,0098 km2.
Selanjutnya menghitung panjang alur sungai terpanjang pada DAS Citapen. Metode
pengukuran menggunakan benang untuk mengetahui panjang sungai terpanjang dari
DAS citapen, dengan acuan bahwa benang disamakan dengan sisi kotak yang
mempunyai panjang 1 km. Didapat alur sungai terpanjang DAS Citapen sebesar 4,3
km. Perlu diketahui juga beda ketinggian antara hulu dan hilir dari Sungai Citapen
yaitu sebesar 433 meter. Perhitungan terakhir yaitu menghitung slope DAS Sungai
Citapen yaitu dengan menghitung beda elevasi sungai terpanjang dibagi dengan
panjang sungai terpanjang DAS citapen. Didapat nilai slope DAS citapen yaitu
0,101.
Berikut adalah data luas, panjang alur terpanjang, beda ketinggian dan slope
dari tiap-tiap sub-DTA.
SubDTA
1
2
3
4
5
6
7
Luas
(km2)
0.5278
1.014
0.541
0.4356
0.2984
0.17
0.65625
Panjang alur
terpanjang (km)
0.78
0.859
2.156
1.031
0.783
0.718
1.32
Beda
ketinggian (m)
187
45
31
145
17
253
80
Slope
0.24
0.052
0.0144
0.14
0.03
0.35
0.06
Sedangkan, untuk sebaran tata guna lahan dapat diketahui dalam tabel berikut.
No.
1.
Subdas
Keseluruhan DAS
2.
Subdas 1
3.
Subdas 2
4.
Subdas 3
5.
6.
Subdas 4
Subdas 5
7.
Subdas 6
8.
Subdas 7
Hutan = 100 %
Sawah = 5 %
Hutan = 95 %
Sawah = 8 %
Hutan = 87 %
Ladang = 5 %
Sawah = 45 %
Kebun = 40 %
Hutan = 10 %
Ladang = 5 %
II.
Metode Gumbel
Metode Gumbel dalam makalah ini digunakan untuk menentukan hujan
rencana periode ulang 50 tahun dan menentukan persamaan hujan rencana untuk
membuat lengkung Intensity Duration Frequency (IDF) untuk menentukan intensitas
hujan. Persamaan Gumbel yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
TR
YTR
5
1.4999
10
2.2502
15
2.6844
20
2.9700
25
3.1985
50
3.9019
100
4.6002
0
0.49
1
0.499
2
0.503
3
0.507
4
0.510
5
0.512
6
0.515
7
0.518
8
0.520
9
0.522
20
52
0.52
6
0.525
5
0.526
0
0.528
0
0.529
8
0.530
7
0.532
1
0.533
2
0.534
0
0.535
36
Table 5. Nilai Yn
Sumber: Modul Satuan Analisis dan Hujan Wilayah Teknik Sipil UI
n
1
0
0.949
1
0.967
2
0.983
3
0.997
4
1.009
5
1.020
6
1.031
7
1.041
8
1.049
9
1.056
0
2
6
1.062
6
1.069
3
1.075
1
1.081
5
1.086
6
1.091
6
1.096
1
1.100
3
1.104
5
1.108
Table 6. Nilai Sn
Sumber: Modul Satuan Analisis dan Hujan Wilayah Teknik Sipil UI
Berikut perhitungan untuk menentukan hujan rencana DTA Citapen dengan periode ulang 50
tahunan.
n
X ratarata=
Sx=
K TR =
1
Xi=118 mm
n i=1
( XiX ratarata)2
i=1
=45.705 mm
n1
Y TRY n 39.0190.473
=
=3.9886
Sn
0.8596
Nama Stasiun
N
X rerata (mm)
Sx (mm)
YTr
Yn
Sn
KTr (mm)
0.473
0.8596
39.886
X50 (mm)
300.31
III.
limpasan
permukaan
bergantung
kepada
luas
areal
tangkapan,
terlebih lagi perubahan tata guna lahan yang terjadi sekarang ini tentunya sangat
mempengaruhi besarnya laju infiltrasi dan limpasan permukaan yang terjadi.
1. Analisa Pengaruh Tinggi Hujan dan Durasi Hujan Terhadap Limpasan Permukaan
Gambar 5. Gambar Grid DTA (kiri ke kanan) Eksisting, 100 % Hutan, dan 100%
Pemukiman
Dengan melihat gambar perbandingan di atas, dapat diketahui bahwa tata guna
lahan sangat berpengaruh terhadap terjadinya limpasan permukaan. Dapat dilihat
bahwa vegetasi mempengaruhi limpasan permukaan, dengan banyaknya vegetasi
(dalam perbandingan di sini yaitu kondisi 100 % hutan) maka limpasan permukaan
yang terjadi akan kecil dan dengan sedikitnya vegetasi atau bahkan tidak adanya
vegetasi (dalam perbandingan di sini yaitu kondisi 100 % pemukiman) maka limpasan
permukaan yang terjadi besar. Dengan vegetasi, maka air hujan dapat menyerap ke
dalam tanah terlebih dahulu sebelum menjadi aliran. Demikian sebaliknya, jika
kondisi dengan vegetasi yang sedikit atau bahkan tidak ada (100 % pemukiman) maka
semua air hujan akan menjadi limpasan (aliran) permukaan karena tidak adanya
penyerapan air hujan ke dalam tanah.
Banjir Rencana
Dalam menghitung debit banjir rencana dapat digunakan metode rasional. Datadata yang diperlukan antara lain :
Xtr = 90,0864 + 20,7798 Ytr
Banjir rencana tahunan (Ytr)
Banjir rencana 50 tahunan,,
X25 = 90,0864 + 20,7798 Y25
Berdasarkan tabel Ytr,
X25 = 90,0864 + 20,7798 Y25
maka didapat nilai Y25 sebesar 3,9019
X25 = 90,0864 + 20,7798 x 3,9019
X25 = 288,2723
Selanjutnya, mencari Intensitas hujan dalam menit dalam waktu 24 jam,
It =
R 24
24
24 3
x ( t )
dengan mensubstitusikan nilai t variasi mulai dari 5 menit sampai 100 menit dengan
interval 5 menit, maka akan didapatkan tabel Intensitas hujan tiap 5 menit dalam waktu 24
jam sebagai berikut :
Td (menit)
Intensitas
Td (menit)
Intensitas
5,0
523,8
55,0
105,9
10,0
330,0
60,0
99,9
15,0
251,8
65,0
94,7
20,0 25,0
207,9 179,1
70,0 75,0
90,2 86,1
30,0
158,6
80,0
82,5
35,0 40,0
143,1 131,0
85,0 90,0
79,2 76,3
45,0
121,1
95,0
73,6
Dengan perhitungan sebelumnya, didapat panjang alur sungai (L) adalah sebesar 4300
m dan slope sebesar 0.101, kemudian dicari nilai tc menggunakan rumus :
L0,77 . s0,385
tc = 0.0195 .
tc = 0.0195 . 4300
0,77
0,385
. 0.101
tc = 29,58977
Intensitas vs Durasi
200
Intensitas
Durasi, T (menit)
150
Intensitas, I (mm/jam)
100
50
0
50
100
150
Durasi
Berdasarkan nilai tc, maka diplot dari sumbu horizontal menyinggung kurva dan
dalam persinggungannya ditarik garis ke sumbu vertikal dan didapatlah Intensitas pada tiap
50,0
112,9
100,0
71,1
Sub DAS. Nilai yang didapat adalah sebesar 160,10526 mm/jam dan dikonversi menjadi m/s
menjadi 0.00004474 m/s.
Setelah didapat nilai I, maka mencari Q masing-masing subdas dimana Q adalah C .
I . A, kami menggunakan tabel dalam excel sebagai berikut :
C
DAS
Sub Das
1
Sub Das
2
Sub Das
3
Sub Das
4
Sub Das
5
Sub Das
6
Sub Das
7
I
0,49
0,51
0,48
0,48
0,48
0,48
0,48
0,50
0,000044
474
0,000044
474
0,000044
474
0,000044
474
0,000044
474
0,000044
474
0,000044
474
0,000044
474
A
Q
40098 86,668
00
66
52780 11,971
0
34
10140 21,781
00
52
54100 11,572
0
99
43000 9,1793
0
68
67100 14,383
0
77
17000 3,6509
0
78
65600 14,558
0
19
40098 87,098
00
15
V.
Dalam sistem pengelolaan air yang ada di DAS Citapen, diperlukan suatu
infrastruktur keairan untuk mengelolanya. Infrastruktur keairan yang dimaksud adalah
saluran dan gorong-gorong, dalam hal ini saluran dengan jenis saluran terbuka. Fungsi
saluran untuk drainase permukaan menurut Petunjuk Desain Drainase Permukaa Jalan No.
008/t/bnkt/1990 Direktorat Jendral Bina Marga Direktorat Pembinaan Jalan Kota, adalah
sebagai berikut:
1. Mengalirkan air hujan/air secepat mungkin keluar dari permukaan jalan dan selanjutnya
dialirkan lewat saluran samping, menuju saluran pembuangan akhir.
2. Mencegah aliran air yang berasal dari daerah pengaliran disekitar jalan masuk ke daerah
perkerasan jalan
DAS atau
SUBDAS
DAS
1
2
Koefisien
Aliran
Limpasan
Intensitas
Hujan
Rencana
Luas DTA(m2)
(m/s)
0.49
0.000044474
4009800
86.66866
0.51
0.000044474
527800
11.97134
0.48
0.000044474
1014000
21.78152
3
4
5
6
7
0.48
0.000044474
541000
11.57299
0.48
0.000044474
430000
9.179368
0.48
0.000044474
671000
14.38377
0.48
0.000044474
170000
3.650978
0.50
0.000044474
656000
14.55819
Setelah data tersebut sudah didapat, maka dilanjutkan untuk perencanaan geometrik
salurannya.
A. Perancangan Geometrik Saluran
Pada perencanaan geometrik saluran, terdapat banyak macam penampang
yang bisa digunakan. Dalam perencanaan saluran terbuka DAS Citapen bentuk
yang diambil adalah bentuk persegi panjang/rectangular. Berikut adalah ilustrasi
penampang dan unsur geometriknya.
Rumus
b
B=b
H
A =b.h
P = b+2h
R = A/P
Satuan
(m)
(m)
(m)
(m2)
(m)
(m)
D = A/B
(m)
yang
bersifat
empiris
yaitu
Persamaan
Manning
untuk
R 3 S f2
V=
n
Dimana:
V = Kecepatan (m/s)
R = Jari-jari hidrolik (m)
S = Kemiringan dasar saluran
N = Koefisien kekasaran Manning
Nilai koefisien kekasaran Manning dapat dilihat dalam tabel berikut,
Table 12.
Berdasarkan tabel tersebut, saluran yang memiliki bahan alami (dan sesuai
kondisi tata lahan DAS yang didominasi hutan, maka dipilih tanah yang tidak terlalu
erosif) memiliki nilai kecepatan aliran saluran maksimal adalah 5 fps atau 1.524 m/s.
sehingga pada penentuan dimensi penampang saluran akan dikontrol berdasarkan
debit rencana dan kecepatan aliran saluran
2. Pengukuran Dimensi Saluran dan Pengecekan Debit Aliran Saluran
pengukuran dimensi saluran digunakan dengan rumus berikut,
A V =Q
Dimana,
Q : debit aliran (m3/s)
A : luas penampang basah saluran (m2)
V : kecepatan aliran (m/s)
Luas penampang basah saluran (A) menggunakan penampang rectangular
yang sudah ditentukan di awal. Dimensi saluran ditentukan dengan Q rencana sudah
diketahui dan V harus lebih kecil dari 1.524 m/s.
Berikut adalah contoh perhitungannya pada subdas 1:
berikut,
Subda
s
Qr
(m3/s)
Slope
b
(m)
h
(m)
11.97
0.04
0.24
2.5
21.78
0.052
11.57
0.04
0.014
4
9.18
0.04
14.38
6
7
A (m2)
v (m/s)
12.5
0.95770697
9
18
1.21008446
2.5
12.5
0.92583891
6
0.14
1.14742104
0.04
0.03
2.5
12.5
1.15070141
9
3.65
0.04
0.35
1.5
4.5
14.56
0.04
0.06
2.5
12.5
0.04
0.811328471
1.16465548
2
B. Perencanaan Gorong-Gorong
Salah satu infrastruktur keairan yang mendukung pengelolaan air adalah goronggorong. Fungsi gorong-gorong adalah untuk mengalirkan air melalui bagian bawah jalan atau
saluran pembuangan dalam. Dalam hal ini, gorong-gorong harus direncanakan dengan baik
agar dapat terhubung dengan baik dengan saluran terbuka dan dapat berfungsi maksimal.
Ilustrasi penampang memanjang gorong-gorong disajikan dalam gambar berikut,
Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan agar gorong-gorong dapat berfungsi
dengan baik, antara lain;
1. Gorong-gorong sebaiknya berada di bawah permukaan air hulu
2. Kemiringan dan ukuran panjang serta lebar gorong-gorong harus diperhitungkan
dengan baik karena akan berpengaruh kepada kedalaman permukaan gorong-gorong
3. Pada pembuatan gorong-gorong harus digunakan kecepatan maksimal dan setinggi
mungkin dengan syarat kehilangan energi maksimum yang diperbolehkan. Kecepatan yang
dapat digunakan pada perhitungan atau perencanaan bergantung pada jumlah energi dan juga
geometri lubang inlet dan outlet.
Gorong-gorong juga harus ditempatkan pada lokasi yang memotong air, daerah
cekungan air dan tempat yang memiliki kemiringan jalan yang curam. (Dikutip dari Makalah
Perancangan Infrastruktur keairan 1, Faris Zulkarnain)
1. Geometri dan Perhitungan Desain Gorong-gorong
Dalam perencanaan gorong-gorong bentuk geometri yang dipilih adalah circle. Untuk
memulai desain gorong-gorong, maka diperlukan data b(lebar saluran) dari saluran terbuka.
Pada gorong-gorong akan digunakan barel yang jumlahnya dan ukurannya harus lebih kecil
dari b saluran terbuka. Setelah didapat nilai D (diamater) barel yang memenuhi syarat
tersebut, kemudian dapat dicari dimensi Hw(headwater depth) dengan menggunakan
nomograf hubungan D(dalam satuan inci), discharge(dalam satuan cfs) dan Hw/D. Dengan
didapatnya nilai Hw/d dan diketahui nilai D-nya, maka nilai Hw dapat dihitung. Setelah itu,
jagaan dari gorong-gorong juga dapat didesain dimensinya. Contoh perhitungan desain
gorong-gorong dijelaskan sebagai berikut.
Dari Subdas 1, dari saluran terbuka didapat data sebagai berikut:
Q = 11.97m3/s
b = 5 m = 196.85 inchi
Diameter barel yang digunakan = 90 inchi dengan 2 barel. Total lebar barel dari
dua barel adalah sebesar :
90x2=180 inchi, sehingga masih lebih kecil dari nilai lebar saluran terbuka, maka
desain ini dapat digunakan untuk perhitungan selanjutnya.
Dengan nilai Q setiap barel adalah 11.97m3/s / 2 = 5.99 m3/s lalu diubah ke satuan
cfs menjadi 211.38 cfs, maka diplot kedalam nomograf sebagai berikut,
Gambar 12. Nomograf Hubungan diameter, discharge dan Hw/d
Dari garis-garis yang telah diplot pada nomograf, terlihay bahwa nilai Hw/D yang
didapat adalah sebesar 0.71. Maka, nilai Hw adalah,
Hw=0.71x90inchi = 63.9 inchi atau sama dengan 1.62 m.
Setelah itu, dapat dihitung tinggi jagaan dari gorong-gorong yaitu dengan cara
berikut,
Tinggi Jagaan = (Hsaluran terbuka+1/3Hsaluran Terbuka)-Hw
= 3.33-1.62
=1.71 m
Hasil desain saluran dari DAS dan SubDAS Citapen ditunjukkan dalam tabel
berikut.
Subdas
B (in)
Q (m3/s)
Jumla
h Barel
196.85
11.97
Qbarel
(cfs)
D
(in)
211.38
90.00
Total
Hw/
Lebar (in)
180.00
0.71
Hw (m)
Jagaan
(m)
1.62
1.71
2
3
4
5
6
7
236.22
21.78
196.85
11.57
157.48
9.18
196.85
14.38
118.11
3.65
196.85
14.56
2
2
2
2
384.61
108.0
0
216.00
0.76
2.08
1.92
204.35
96.00
192.00
0.63
1.52
1.81
162.08
72.00
144.00
0.85
1.55
1.11
253.98
96.00
192.00
0.70
1.71
1.63
64.47
54.00
108.00
0.74
1.01
0.99
257.06
96.00
192.00
0.63
1.54
1.80
2
2
VI.
Hujan Andalan
Januari
333
343
393
353
503
Feb
212
380
291
222
377
Mar
345
276
396
208
422
Apr
454
300
426
319
380
Mei
193
359
403
244
38
Juni
27
114
185
96
0
Dari sini dijumlahkan curah tiap bulan menjadi tahunan. Kemudian diurutkan
berdasarkan jumlah curah hujan, dimana yang paling besar menjadi peringkat satu dan
seterusnya. Kemudian mencari nilai probabilitas tiap tahun dengan menggunakan rumus
berikut:
Juli
0
0
226
24
0
Jumlah
Curah
Hujan
5845
4962
9490
6316
4780
2008
2009
2010
2011
2012
Ranking
Probabilita
s
3
4
1
2
5
50
66.6666667
16.6666667
33.3333333
83.3333333
Ja
n
2008
33
3
2009
34
3
2012
50
3
R
rata- 39
rata
3
Randalan
34
(mm)
3
Randalan
0.3
(m)
43
Fe
b
21
2
38
0
37
7
32
3
37
7
0.3
77
Mar
345
276
422
348
345
0.34
5
Ap
r
45
4
30
0
38
0
37
8
38
0
0.3
8
Mei
Juni
Ag
s
21
Sep
27
Jul
i
0
35
Ok
t
147
No
v
534
De
s
373
193
359
114
179
172
204
38
26
96
358
197
47
12
117
267
312
193
27
147
172
358
0.1
47
0.1
72
0.3
58
0.19 0.02
3
7
Hujan Andalan
400
350
300
250
hujan (mm) 200
150
100
50
0
9 10 11 12
bulan
B. RTRW
RTRW adalah rencana tata ruang dan wilayah. Merupakan pedoman dan
batasan-batasan dalam pengembangan tata guna lahan dan wilayah pada daerah
tersebut sampai tahun 2031. DAS kami berada pada kabupaten kuningan. Kemudian
dapat dianalisis tata guna lahan pada DAS pada 2031. Yaitu Kebun Raya kuningan
sebesar 35%, Kawasan Hutan produksi terbatas sebesar 55%, dan Pemukiman sebesar
10%. Kemudian didapat nilai koefisien tata guna lahan sebesar 0,397.
Setelah itu, kita daapat mencari ketersediaan air tiap bulan menggunakan persamaan debit,
Q=C . I . A
Dimana, C adalah koefisien tata guna lahan, I adalah curah hujan andalan
dan A adalah luas permukaan DAS. Berikut ini disajikan tabel pengoahan
datanya.
Bulan
C Proyeksi
dari RTRW
I andalan
(m)
A
(m2)
Q
non-
Das
Jan
0.5
2
0.3
43
400
980
0
715
188
Fe
b
0.5
2
0.3
77
400
980
0
786
081
Ma
r
0.5
2
0.3
45
400
980
0
719
358
Apr
0.5
2
0.3
8
400
980
0
792
336
Me
i
0.5
2
0.1
93
400
980
0
402
424
Jun
i
0.5
2
0.0
27
400
980
0
562
98
Juli
0.5
2
Agt
0.5
2
Se
pt
0.5
2
0
400
980
0
0
0
400
980
0
0
0
400
980
0
0
Okt
0.5
2
0.1
47
400
980
0
306
509
No
v
0.5
2
0.1
72
400
980
0
358
637
De
s
0.5
2
0.3
58
400
980
0
746
464
kumulatif
(m3/bln)
Q
kumulatif
(m3/bulan
)
715
188
150
126
9
222
062
7
301
296
4
341
538
7
347
168
5
347
168
5
347
168
5
347
168
5
377
819
4
413
683
0
488
329
5
VII.
Neraca Air
Dalam menetapkan dimensi tampungan waduk/kolam retensi, diperlukan
analisis mengenai kebutuhan dan ketersediaan air. Ketersediaan air diperoleh dari
perhitungan hujan andalan. Sedangkan, kebutuhan air yang dalam kasus ini terdiri
dari kebutuhan air domestik dapat dihitung dengan mengetahui kepadatan penduduk
di daerah DTA, luas pemukiman, persamaan kebutuhan air, jumlah hari dalam bulan,
dan kebutuhan air domestik sehingga diperoleh kebutuhan air kumulatif.
Neraca air merupakan selisih dari ketersediaan air kumulatif dengan kebutuhan air di DTA
yang bersangkutan. Neraca air dapat digunakan untuk mengetahui volume kapasitas waduk
sehingga dimensi tampungan waduk dapat ditentukan.
Kebutuhan air pada makalah ini dihitung dengan persamaan kebutuhan air yang diperoleh di
kelas, yaitu :
Y =a+ 1 x 1+ 2 x 2+ 3 x3 +
Keterangan :
a,
1, 2, 3
x1 , x2 , x3
= konstanta
= variabel bebas
x1
x2
x3
2
= luas tempat tinggal ( m )
Pada DTA yang bersangkutan, tidak ditemukan pemukiman. Oleh sebab itu, pemukiman
dimisalkan berada di sekitar DTA dalam jumlah sedikit. Data jumlah pemakai total yaitu
penduduk Desa Citapen, Kecamatan Hantara diperoleh dari sensus Kabupaten Kuningan
tahun 2015 dan diprediksi ke tahun 2032 dengan cara mengkalikannya dengan angka
pertumbuhan. Diperoleh jumlah penduduk di DTA sebesar 312 orang. Dengan
mengasumsikan satu keluarga memiliki satu anggota keluarga yang berpenghasilan dan
penghasilan rata-rata sebesar Rp 1.300.000, dan luas tempat tinggal merupakan luas DTA,
maka diperoleh kebutuhan air domestik sebesar :
Y =a+ 1 x 1+ 2 x 2+ 3 x3 +
Y= 280.0855+75.22X1 + 4.36X2 + 2.609X3
Y = 112,3 liter/orang/hari
Dari perhitungan di atas, diperoleh kebutuhan air sebesar 112,3 liter/orang/hari. Dari
perhitungan di atas dapat dihitung jumlah kebutuhan air kumulatif. Perhitungan dilakukan di
dalam tabel berikut.
Bulan
312
312
312
312
312
Jul
312
312
312 312
312
312
Kebutuhan
air domestik 112.3 112.3 112.3 112.3 112.3 112.3 112.3 112.3 112.3 112.3 112.3 112.3
(L/org/hari)
Kebutuhan
air domestik
(m3/hari)
Jumlah hari
35.03 35.03 35.03 35.03 35.03 35.03 35.03 35.03 35.03 35.03 35.03 35.03
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
31
28
31
30
31
30
31
31
30
31
30
31
Kebutuhan
air domestik 1086. 981.0 1086. 1051. 1086. 1051. 1086. 1086. 1051. 1086. 1051. 1086.
non kumulatif 1656 528 1656 128 1656 128 1656 1656 128 1656 128 1656
(m3/bulan)
Kebutuhan
1065
air kumulatif 1086. 2067. 3153. 4204. 5290. 6341. 7427. 8514. 9565. 1.430 11702 1278
1656 2184 384 512 6776 8056 9712 1368 2648
.5584 8.724
4
(m3)
Table 20. Tabel Kebutuhan Air Kumulatif
Karena tidak ada sawah pada prediksi tata guna lahan pada tahun 2032, maka kebutuhan air
irigasi tidak dihitung. Neraca air diperoleh dari nilai ketersediaan air kumulatif dan nilai
kebutuhan air kumulatif. Neraca air dapat dilihat dalam tabel dan grafik kumulatif berikut.
Neraca Kumulatif
4000000
3000000
2000000
Debit Kumulatif (m3)
1000000
0
Ketersediaan
Kebutuhan air
Bulan
Dari neraca kumulatif di atas, dapat diketahui volume yang diperoleh dari akumulasi defisit
bulan Juli, Agustus, dan September. Dengan mengasumsikan tinggi waduk sebesar 5 meter,
maka diperoleh nilai dimensi waduk sebesar
A=
V
H
2643069 m3
5m
= 526813,9756 m2
Dengan mengakarkan nilai area maka diketahui dimensi waduk yaitu 720 meter x 720 meter.
Referensi :
http://www.kuningankab.go.id/sosial-kemasyarakatan/kependudukan