Você está na página 1de 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkataan abortus dalam bahasa Inggris disebut abortion berasal dari bahasa
latin yang berarti gugur kandungan atau keguguran. Sardikin Ginaputra dari Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia memberi pengertian abortus sebagai pengakhiran
kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Kemudian menurut Maryono Reksodipura dari Fakultas Hukum UI, abortus adalah
pengeluaran hasil konsepsi dari rahim sebelum waktunya (sebelum dapat lahir secara
alamiah). Dari pengertian di atas dapat dikatakan, bahwa abortus adalah suatu
perbuatan untuk mengakhiri masa kehamilan dengan mengeluarkan janin dari
kandungan sebelum janin itu dapat hidup di luar kandungan.
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil yang
dilaporkan dapat hidup diluar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu
lahir. Akan tetapi karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan dibawah
500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan
sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu. Abortus yang
berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan. Abortus buatan adalah
pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan. Abortus terapeutik ialah
abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik.
Penelitian-penelitian terdahulu menyebutkan bahwa angka kejadian abortus
sangat tinggi. Sebuah penelitian pada tahun 1993 memperkirakan total kejadian
abortus di Indonesia berkisar antara 750.000. dan dapat mencapai 1 juta per tahun
dengan rasio 18 abortus per 100 konsepsi. Angka tersebut mencakup abortus spontan
maupun buatan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan, adalah
sebagai berikut :
SISTEM REPRODUKSI II

1. Bagaimana konsep dasar teori dari abortus ?


2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan dari abortus ?
C. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui konsep dasar teori dari abortus.
2. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan dari abortus.
D. Metode
Adapun metode yang digunakan untuk menyusun makalah ini adalah metode
kepustakaan dan media kepustakaan lain

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian Abortus
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana
masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gr
am (Derek Liewollyn&Jones: 2002).
Hal serupa dikemukakan Murray, 2002 bahwa abortus adalah
berakhirnya kehamilan dengan pengeluaan hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat
janin kurang dari 500 gram.
SISTEM REPRODUKSI II

Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat


hidup di luar kandungan yang menurut para ahli ada sebelum usia 16 minggu
dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram (Nurarif& Kusuma, 2013).
2. Epidemiologi
Menurut WHO di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan sekitar 4060 juta ibu yang tidak menginginkan kehamilannya dan melakukan aborsi.
Setiap tahun sekitar 500.000 ibu mengalami kematian disebabkan kehamilan
dan persalinan. Sekitar 30-50% diantaranya meninggal akibat abortus yang
tidak aman. Pada tahun 1997 menurut Bank Dunia unsafe abortion ( aborsi
yang tidak aman ) merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu 13%, di
samping itu berbagai penyebab langsung dan tidak langsung lainnya.
Menurut The John Hopkins School of Public Health dalam Population
Reportsnya tahun 1997 di Amerika Latin terdapat 100 kematian dari 100.000
aborsi, di Asia 400 kematian per 100.000 aborsi dan di Afrika 600 kematian
per 100.000 aborsi.
Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ),
diperkirakan setiap tahun jumlah aborsi di Indonesia mencapai 2,5 juta jiwa
dari 5 juta kelahiran per tahun. Bahkan 1-1,5 juta diantaranya adalah kalangan
remaja. Data yang dihimpun Komnas Perlindungan Anan Indonesia (KPAI)
menemukan dalam kurun waktu 2008-2010 kasus aborsi terus meningkat.
tahun 2008 ditemukan 2 juta jiwa anak korban aborsi, tahun berikutnya 2009
naik 300.000 menjadi 2,3 juta janin yang dibuang paksa. Sementara itu, pada
tahun 20120 naik dari 200.000 menjadi 2,5 juta jiwa. 62,6% pelaku
diantaranya adalah anak berusia dibawah 18 tahun.
Data dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Pusat,
pelaku aborsi justru paling banyak adalah perempuan yang sudah menikah
karena program KB-nya gagal. Data dari Studi PKBI di 12 kota dari tahun
2000-2011 juga menunjukkan 73-83% wanita ingin aborsi adalah wanita
menikah karena kegagalam kontrasepsi.
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) 2004 tentang
aborsi atau pengguguran kandungan, tingkat aborsi di Indonesia sekitar 2

SISTEM REPRODUKSI II

sampai 2,6 juta kasus pertahun, yang 30% dari aborsi tersebut dilakukan oleh
mereka di usia 15-24 tahun.
Kenyataan bahwa kasus aborsi telah banyak terjadi bukanlah sekedar
isu atu wacana belaka. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Atas Hendartini
dibeberapa wilayah Indonesia menunjukan bahwa telah terjadi tindakan aborsi
dengan berbagai cara, seperti tindakan sendiri, bantuan dukun, dengan
akupuntur, melalui orang pintar, tindakan bidan, dilakukan oleh dokter umum
atau dengan bantuan ahli kandungan
3. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa etiologi yaitu :
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini
adalah:
1) Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
3) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan
alcohol
b. Gangguan sirkulasi plasenta

Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefrisis, hipertensi, toksemia


gravidarum, anomaly plasenta.
c. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis.
d. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus
pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan
uterus.
e. Antagnis rhesus
Darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga menjadi
anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.
f.

Perangsang terhadap ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi seperti


sangat terkejut, obat-obatan uterotonika, katakulan laparotomy, dll

4. Patofisiologi

SISTEM REPRODUKSI II

Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan


nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus
desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada
kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir
mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
papiraseus.

5. Klasifikasi Abortus
a. Spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran) merupakan 20% dari semua
abortus.
Abortus spontan terdiri dari 7 macam, diantaranya :
1) Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam
uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
2) Abortus insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pada

kehamilan

sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang


meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
3) Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus.
4) Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
5) Abortus servikalis : keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi
oleh ostium uterus eksternum yang tidak membuka, sehingga
semuanya terkumpul dalam kanalis serviks uterus menjadi besar,
kurang lebih bundar dengan dinding menipis

SISTEM REPRODUKSI II

6) Missed Abortion : kematian janin sebelum usia 20 minggu, tetapi


janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
7) Abortus habitualis : abortus yang berulang dengan frekuaensi lebih
dari 3 kali
b. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) : Menghentikan
kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya
dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan
belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram,
walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Abortus provocatus terdiri dari 2 macam, diantaranya :
1) Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeutics:
Pengguguran kehamilan dengan alat alat dengan alasan bahwa
kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu, misal ibu
berpenyakit berat. Indikasi pada ibu dengan penyakit jantung
(rheuma), hypertensi essensialis, carcinoma cerviks.
2) Abortus provocatus criminalis : pengguguran kehamilan tanpa
alasan medis yang sah dan dilarang oleh hukum.
6. Tanda dan Gejala
Secara umum tanda dan gejala abortus sebagai berikut :
a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b. Keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal
atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat
c. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi
d. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang
akibat kontraksi uterus
7. Manifestasi Klinis
a. Abortus immines
Keguguran tingkat permulaan. Keguguran belum terjadi sehingga
kehamilan dapat dipertahankan dengan cara : tirah baring, tidak
berhubungan badan, evaluasi secara berkala dengan USG untuk melihat
perkembangan janin.
b. Abortus insipient

SISTEM REPRODUKSI II

Adalah proses keguguran yang sedang berlangsung sebelum kehamilan


berusia 20 minggu dan konsepsimasih didalam uterus. Ditandai dengan
adanya rasa sakit karena telah terjadi kontraksi Rahim untuk mengeluarkan
hasil konsepsi. Ostium bisa ditemukan sudah terbuka dan kehamilan tidak
dapat dipertahankan.
c. Abortus inkompletus
Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal
adalah desidua atau plasenta. Gejala : amenenorea, sakit perut, mulasmulas, perdarahan sedikit/banyak, dan biasa berupa stolsel (darah beku),
sudah ada fetus atau jaringan yang keluar semua akan menyebabkan syok.
Ini terjadi sebelum kehamilan berusia 20 minggu.
d. Abortus komplitus
Artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga
rahim kosong.
e. Missed abortion
Adalah keadaan dimana janin yang telah mati masih berada di dalam rahim
sebelum berusia 20 minggu tetapi hasil konsepsi masih tertahan dalam
kandungan selama 6 minggu atau lebih. Dapat diketahui dengan USG.
8. Komplikasi
a. Perdarahan (hemorrhage)
b. Perforasi : sering terjadi diwaktu dilatasi dan kuratase yang dilakukan oleh
tenaga yang tidak ahli seperti dukun
c. Infeksi dan tetanus
d. Payah ginjal akut
e. Syok karena perdarahan banyak dan infeksi berat atau sepsis.
9. Penatalaksanaan
a. Penanganan abortus imminens meliputi :
1) Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran
darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
2) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat
progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun
bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
SISTEM REPRODUKSI II

3) Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih


hidup.
b. Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus
dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera
lakukan:
a) Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang
setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per
oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
b) Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi
dari uterus.
2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
a) Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisasisa hasil konsepsi.
b) Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml
cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat
dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu
ekspulsi hasil konsepsi.
3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
c. Penanganan abortus inkomplit :
1) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam
ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui
serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral.
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan
kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
a) Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
SISTEM REPRODUKSI II

b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin


0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu)
atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4
jam bila perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan
intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan k
ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi
b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap
4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800
mcg)
c) Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
d. Abortus Kompletus
Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan
khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas
ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan
transfusi darah.
e. Missed Abortion
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah
hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu
tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam
darah sudah mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin
yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental
penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan
merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan
ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.

SISTEM REPRODUKSI II

10. Pemeriksaan Penunjang


a. Tes Kehamilan
b. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
d. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.
e. Pemeriksaan kadar HCG dalam urine untuk memastikan kehamilan masih
berlangsung.
f. Pemeriksaan auskultasi dengan funduskop dan doppler untuk memastikan
kondisi janin.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan
bagi klien, adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a. Biodata:
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan
ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
b. Keluhan utama :
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam
berulang.
c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam
di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu.
3) Riwayat pembedahan, kaji adanya pembedahan yang pernah dialami
oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan
tersebut berlangsung.
d. Riwayat penyakit yang pernah dialami :
SISTEM REPRODUKSI II

10

Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM,
jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan
penyakit-penyakit lainnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga :
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.
f. Riwayat kesehatan reproduksi :
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat
darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause
terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
g. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas :
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga
saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
h. Riwayat seksual :
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan
serta keluhan yang menyertainya.
i. Riwayat pemakaian obat :
Kaji riwayat pemakaian obat- obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan
jenis obat lainnya.
j. Pola aktivitas sehari-hari :
Kaji kegiatan, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
k. Pola nutrisi dan eliminasi
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
Pemeriksaan fisik
l. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
2) Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau
tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3) Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil

SISTEM REPRODUKSI II

11

dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
a. Nyeri berhubungan dengan dilatasi servik, trauma jaringan dan kontraksi
uterus
b. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan vascular dalam
jumlah berlebih, perdarahan
c. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
d. Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri dan
janin
e. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan penahanan hasil konsepsi
3. Intervensi Keperawatan

SISTEM REPRODUKSI II

12

No
1

Diagnosa
Nyeri

Tujuan
Setelah diberikan asuhan

Intervensi
1. Tentukan sifat,

Rasional
1. Membantu dalam

berhubungan

keperawatan diharapkan

lokasi, dan durasi

mendiagnosis dan

dengan dilatasi

pasien dapat bertoleransi

nyeri. Kaji

menentukan

servik, trauma

terhadap nyeri yang

kontraksi uterus

tindakan yang akan

jaringan dan

dialami dengan criteria

hemoragi atau

dilakukan.

kontraksi uterus

hasil;

nyeri tekan

ketidaknyamanan

Ibu dapat

abdomen

dihubungkan

mendemonstrasik

2. Kaji stress

dengan aborsi

an teknik

psikologis ibu

spontan dan

relaksasi
Tanda-tanda vital

/pasangan dan

molahidatidosa

respon emosiol

karena kontraksi

dalam batas

terhadap kejadian

uterus yang

normal
Ibu tidak

3. Berikan

mungkin diperberat

lingkungan yang

oleh infus oksitosin.

tenang dan

2. Ansietas sebagai

aktivitas untuk

respon terhadap

menurunkan rasa

situasi darurat dapat

nyeri. Instruksikan

memperberat

untuk

ketidaknyamanan

menggunakan

karena sindrom

metode relaksasi,

ketegangan,

misalnya; nafas

ketakutan, dan nyeri

dalam, visualisasi

3. Dapat membantu

distraksi, dan

dalam menurunkan

jelaskan prosedur.

tingkat ansietas dan

meringis

karenanya

Kolaborasi

mereduksi

4. Berikan narkotik

ketidaknyamanan

atau sedatif berikut

4. Meningkatkan

obat-obat

kenyamanan,

praoperatif bila

menurunkan resiko

prosedur

komplikasi

pembedahan

pembedahan

diindikasikan

5. Tindakan

5. Siapkan untuk

terhadap

prosedur bedah bila

penyimpangan dasar

terdapat indikasi

akan menghilangkan

Kurang volume

Setelah diberikan asuhan

nyeri.
REPRODUKSI II
1. Evaluasi, SISTEM
1. Perkiraan

cairan

keperwawatan

laporkan,serta catat

kehilangan darah

berhubungan

diharapkan pasien dapat

jumlah dan sifat

membantu

13

4. Implementasi
implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah disusun
sebelumnya.
5. Evaluasi
a. Dx 1:
b. Dx 2:
Ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi

Tanda-tanda
Tanda-tanda vital
vitalstabil
dalam batas normal ( S : 36,5-37,2 oC, Nadi : 80

Pengisian kafilari refil <2 detik


100x/mnt,
x/mnt,
TDadekuat
: 120/80 mmHg)
PengeluaranRR
dan: 16-24
berat jenis
urine
Ibu tidak meringis
secara individual

c. Dx 3:
Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S : 36,5-37,2 C, Nadi : 80o

100x/mnt, RR : 16-24 x/mnt, TD : 120/80 mmHg)


Hb dalam batas normal ( 12-16 gr/dL)

d. Dx 4:
Ibu mau mendiskusikan rasa takutnya mengenai diri janin dan
masa depan kehamilan, juga mengenai ketakutan yang sehat
dan tidak sehat
Ibu memahami kondisi yang saat ini dialami
Ketakutan ibu berkurang
e. Dx 5:
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S : 36,5-37,2 oC, Nadi : 80100x/mnt, RR : 16-24 x/mnt, TD : 120/80 mmHg)

SISTEM REPRODUKSI II

14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi
28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1000 gram. Abortus
adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa
getasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr
(Derek liewollyn&Jones, 2002). Kelainan dalam kehamilan ada
beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik.
Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur
dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan
dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran
kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik

B. Saran
Dalam keterbatasan yang penulis miliki, tentunya makalah ini
sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, masukan / saran yang
baik sangat diharapkan guna memperbaiki dan menunjang proses
perkuliahan.

DAFTAR PUSTAKA

SISTEM REPRODUKSI II

15

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika


Derek. 2001. Dasar dasar Obstiteri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana
Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Nurarif &Kusuma. 2013. Apiklasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
NANDA NIC- NOC. Yogyakarta: Mediaction

SISTEM REPRODUKSI II

16

Você também pode gostar