Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1)
ABSTRAK
Membaca menulis permulaan merupakan kemampuan membaca dan menulis
pada tahap keberwacanaan dan bersifat teknis. Tahap keberwacanaan ini merupakan
tujuan pembelajaran di SD kelas-kelas awal, yaitu kelas 1 dan 2 (Comb, 1996: 15).
Membaca dan menulis saling berkaitan satu sama lain. Tanpa membaca, siswa akan
kesulitan untuk memahami maksud bacaan, sehingga siswa juga akan kesulitan untuk
menuliskan apa yang diperoleh dari bacaan dan yang dipelajarinya. Demikian juga
untuk pembelajaran menulis, tanpa memiliki kemampuan menulis, siswa akan
mengalami kesulitan dalam mencatat, menyalin, dan menyelesaikan tugas sekolah.
Mengajar membaca menulis permulaan pada anak-anak usia kelas awal yang masih
berada dalam usia bermain dan belum memungkinkan untuk menghadapkan mereka
pada situasi pembelajaran yang formal dan suasana serius, untuk itu diperlukan
keterampilan dan strategi yang baik. Mengingat pentingnya kedua keterampilan
tersebut, maka seorang guru perlu memperhatikan cara mengajarkan membaca dan
menulis permulaan di kelas awal Sekolah Dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk:
(1) menganalisis kesesuaian perencanaan pembelajaran membaca menulis permulaan
yang disusun oleh guru dengan Kurikulum 2013, (2) menganalisis kesesuaian
prosedur pelaksanaan pembelajaran membaca menulis permulaan dengan Kurikulum
2013, (3) mendeskripsikan hambatan yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran
membaca menulis permulaan, dan (5) mendeskripsikan solusi guru untuk mengatasi
masalah yang terjadi.
menulis
permulaan
merupakan
program
pembelajaran
yang
huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambang bunyi-bunyi
tersebut.
Kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan
membaca permulaan. Pada tingkat dasar atau permulaan, pembelajaran menulis lebih
diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih untuk dapat
menuliskan lambang-lambang tulis yang jika dirangkaikan dalam sebuah struktur,
lambang-lambang itu menjadi bermakna . Selanjutnya dengan kemampuan dasar ini,
secara perlahan-lahan anak-anak digiring pada kemampuan menuangkan gagasan,
pikiran, perasaan, ke dalam bentuk bahasa tulis melalui lambing-lambang tulis yang
sudah dikuasainya. Inilah kemampuan menulis yang sesungguhnya.
Wrigth, dkk (1993:15) mengajar anak untuk dapat membaca dan menulis
merupakan kegiatan yang sulit dilakukan. Apalagi untuk mengajar membaca menulis
permulaan pada anak-anak usia kelas awal yang masih berada dalam usia bermain dan
belum memungkinkan untuk menghadapkan mereka pada situasi pembelajaran yang
formal dan suasana serius. Banyak hal yang terlibat pada saat mengajarkan peserta didik
membaca dan menulis, di antaranya guru harus pandai membuat peserta didik menyukai
pembelajaran membaca menulis dan harus sabar menghadapi peserta didik. Mengingat
pentingnya kemampuan membaca dan menulis, maka dalam proses pembelajaran di
sekolah khususnya pada jenjang sekolah dasar di kelas rendah, guru hendaknya
merencanakan pembelajaran sebaik mungkin, baik mengenai karakteristik peserta didik,
materi, metode, dan media. Guru memiliki pengaruh yang sangat besar dalam proses
belajar
mengajar.
Kompetensi
dan
profesionalitas
guru
sangat
menentukan
kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru
harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai (Sudrajat, Akhmad
: 2008).
Sudjana, Nana (1996: 24) mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan prestasi
belajar yang dikehendaki dalam kegiatan belajar mengajar, guru dapat memilih strategi
yang sesuai dengan kondisi siswa kelas 1 SD. Kondisi siswa kelas 1 SD berbeda dengan
kondisi di kelas yang lebih tinggi. Siswa kelas 1 SD sangat peka dan mengikuti segala
hal yang diajarkan gurunya. Mereka menganggap guru sebagai idolanya. Guru bukan
sebagai musuh yang ditakutinya. Apa yang diajarkan guru akan dicontoh pada proses
belajarnya. Untuk itu, para guru harus dapat memberi contoh belajar yang mudah diikuti
oleh siswa sehingga siswa mampu mencapai tujuan yang diharapkan.
Keberhasilan pembelajaran di kelas, terutama membaca dan menulis ditentukan
oleh beberapa faktor, antara lain: penerapan metode dan strategi, pengunaan media,
situasi kelas, dan partisipasi siswa (Gani, R, 1988: 15). Selain itu, keberhasilan juga
ditentukan dari faktor siswa, di antaranya tingkat kesiapan anak, perkembangan jiwa,
sikap siswa dalam pembelajaran, dan latar belakang sosialnya. Untuk mencapai
keberhasilan itu tidak jarang guru kurang menguasai teknik pembelajaran yang tepat dan
sesuai dengan kondisi siswa.
Pembelajaran membaca dan menulis tidak terlepas dari substansi kurikulum yang
berlaku di sebuah sekolah. Saat ini, Kurikulum yang diberlakukan adalah Kurikulum
2013, untuk itu guru harus menyesuaikan setiap pembelajaran dengan ketentuan yang
berlaku pada kurikulum 2013. Terbitnya Kurikulum
2013
untuk
semua satuan
pendidikan dasar dan menengah, merupakan salah satu langkah sentral dan
strategis dalam kerangka penguatan karakter menuju bangsa Indonesia yang
madani. Kurikulum 2013 dikembangkan secara komprehensif, integratif, dinamis,
akomodatif, dan antisipatif terhadap berbagai tantangan pada masa yang akan datang.
Kurikulum 2013 didesain berdasarkan pada budaya dan karakter bangsa, berbasis
peradaban, dan berbasis pada kompetensi. Dengan demikian, Kurikulum 2013 diyakini
mampu mendorong terwujudnya
beradab,
manusia
Indonesia
yang
bermartabat,
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis, bertanggung jawab, serta mampu menghadapi berbagai tantangan
yang muncul di masa depan (Kemdikbud, 2013).
Mulyasa (2013:6-7) mengatakan Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan
karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan menjadi fondasi dan cikal bakal bagi
terutama untuk Kurikulum 2013 yang diterapkan di tingkat dasar atau ditingkat satuan
pendidikan sekolah dasar (SD).
Melihat hal tersebut maka guru harus memperhatikan peserta didik dalam kegiatan
belajar mengajar. Guru harus bisa membentuk karakter peserta didik dengan baik,
dimulai dengan pembelajaran membaca dan menulis permulaan. Akan tetapi, kenyataan
di lapangan yang peneliti temukan pada saat melakukan observasi sementara di salah
satu Sekolah Dasar terlihat bahwa guru kelas 1 SD belum mampu menerapkan
pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 dengan baik dan tepat. Berdasarkan
pengamatan awal peneliti menemukan bahwa guru belum membuat perencanaan
pembelajaran dengan baik. Selain itu, guru juga belum mampu menerapkan strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, dan media pembelajaran yang sesuai dengan
ketentuan dalam Kurikulum 2013, meskipun menurut pengakuan telah menerapkan
Kurikulum 2013 dengan baik. Hal serupa juga ditemukan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Andayani, Martono, dan Atikah (2009: 3). Dalam penelitian tersebut
dikatakan bahwa para guru dalam memberikan pelajaran membaca menulis permulaan
pada umumnya masih berupa pelajaran yang tidak menggugah minat murid. Hal ini
menjadikan murid peserta pembelajaran menganggap membaca menulis permulaan
sebagai mata pelajaran yang sukar, bukan mata pelajaran yang menyenangkan.
Dengan berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, penulis tertarik untuk
meneliti lebih lanjut mengenai pembelajaran membaca menulis permulaan pada jenjang
Sekolah Dasar khususnya pada siswa kelas awal. Tujuan penulisan artikel ini adalah
untuk: (1) menganalisis kesesuaian perencanaan pembelajaran membaca menulis
permulaan yang disusun oleh guru dengan Kurikulum 2013, (2) menganalisis kesesuaian
prosedur pelaksanaan pembelajaran membaca menulis permulaan dengan Kurikulum
2013, (3) mendeskripsikan hambatan yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran
membaca menulis permulaan, dan (5) mendeskripsikan solusi guru untuk mengatasi
masalah yang terjadi.
METODE
Bertolak dari masalah yang diajukan dalam penelitian ini, jenis penelitian yang
tepat digunakan adalah penilitian deskriptif kualitatif dengan pola naturalistik. Proses
pelaksanaannya lebih menekankan pada analisis induktif (Sutopo, 1996: 36). Di dalam
penelitian ini peneliti mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran membaca menulis
permulaan pada siswa kelas 1 SD Muhammadiyah 09 Kota Malang. Menurut Moloeng
(2007:6) yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif bermaksud memahami suatu
fenomena atau peristiwa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dengan cara
mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata pada konteks dan metode yang alamiah.
Strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Dikatakan studi kasus
karena (1) permasalahan yang diungkap terfokus pada pertanyaan "bagaimana" dan
"mengapa", (2) permasalahan yang diteliti hanya sebagian dari keseluruhan proses
pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pebelajaran membaca menulis permulaan, (3)
subjek penelitian hanya sebagian dari keseluruhan sistem penyelenggaraan sekolah, dan
(4) lokasi penelitian hanya satu dari jumlah sekolah yang ada dengan karakteristik
masing-masing (teori pendukung, Syaodih,N, 2006: 99 dan Sutopo, 1996: 136).
Penelitian ini disebut dengan penelitian studi kasus terpancang tunggal atau
embedded case study research. Dikatakan demikian karena penelitian ini dilakukan di
satu sekolah dengan kekhususannya dan permasalahan dalam penelitian sudah
ditentukan terlebih dahulu oleh peneliti (Sutopo, 1996: 136).
dari standar kompetensi kurikulum sebelumnya adalah sebagai berikut: Membaca huruf,
suku kata, kata, kalimat, paragraf, berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib,
pengumuman, kamus, ensiklopedia, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui
kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita
binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak. Kompetensi membaca juga
diarahkan menumbuhkan budaya baca. Kompetensi aspek membaca di kelas rendah
sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah ialah siswa mampu membaca dan memahami teks
pendek dengan cara membaca lancar (bersuara) dan membaca nyaring beberapa kalimat
sederhana. Kompetensi ini diturunkan ke dalam empat buah kompetensi dasar, yakni: 1)
membiasakan sikap membaca yang benar, 2) membaca nyaring, 3) membaca bersuara
(lancar), 4) membacakan penggalan cerita.
Untuk kompetensi menulis di kelas rendah, kurikulum sebelumnya diadaptasi
pada Kurikulum 2013 menetapkan kompetensi sebagai berikut: Siswa mampu menulis
beberapa kalimat yang dibuat sendiri dengan huruf lepas dan huruf sambung, menulis
kalimat yang diiktekan guru, dan menulis rapi menggunakan huruf sambung. Standar
kompetensi ini diturunkan ke dalam tujuh buah kompetensi dasar, yakni: 1)
membiasakan sikap menulis yang benar (memegang dan menggunakan alat tulis), 2)
menjiplak dan menebalkan, 3) menyalin, 4) menulis permulaan, 5) menulis beberapa
kalimat dengan huruf sambung, 6) menulis kalimat yang didiktekan guru, dan 7)
menulis dengan huruf sambung (Mulyati, 2014: 15-23 & Kemendikbud, 2012: 8-15).
Kedua kompetensi tersebut yakni membaca dan menulis diajarkan secara terpadu
dengan kompetensi menyimak dan berbicara yang dilingkupi tema dan sub tema dalam
setiap pembelajaran dengan memadukan berbagai mata pelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada bulan September 2016
didapatkan hasil bahwa pembelajaran membaca dan menulis di SD Muhammadiyah 09
Malang sudah dilakukan dengan baik. Pembelajaran dirancang dan diterapkan sesuai
dengan Kurikulum 2013. Guru membelajarkan siswa membaca dan menulis dengan
metode dan strategi khusus. Pada saat observasi dilakukan guru melaksanakan
pembelajaran membaca melalui sebuah permainan yang disebut dengan komunikata.
Dalam permainan ini, guru membagi siswa dalam 3 kelompok, dan berbaris memanjang.
Kegiatan permainan dilakukan outdoor (di luar kelas) pada saat jam kedua setelah
olahraga. Guru menyediakan 3 papan tulis (berupa kertas warna berukuran besar)
dengan warna yang berbeda sesuai dengan kelompok, dan juga keranjang yang berisi
kata-kata yang harus dicari siswa dan ditempelkan menggunakan selotip yang sudah
disediakan.
Permainan ini dilakukan dengan tujuan agar siswa lebih cepat untuk membaca.
Permainan ini juga memperhitungkan waktu, jadi siswa dilatih kecepatan dalam
menangkap apa yang diterimanya. Melalui permainan tersebut siswa akan bisa
mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Permainan dilakukan dengan aturan
seperti berikut:
1. Perwakilan siswa pada setiap kelompok (1 siswa untuk satu kelompok)
berkumpul di belakang barisan bersama guru bantu. Guru bantu bertugas untuk
membantu siswa dan menyampaikan kata yang dibisikkan hanya pada siswa
sebagai perwakilan kelompok yang saat itu bersama guru bantu.
2. Siswa yang sudah diberitahu kata yang akan dicari segera kembali pada barisan.
Setelah guru meniupkan peluit maka siswa yang paling belakang (yang
diberitahu kata yang harus dicari oleh guru bantu) membisikkannya kepada
teman yang ada di depannya, teman yang sudah dibisikkan berlanjut
membisikkan kata pada teman depannya, begitu terus sampai yang paling depan.
Siswa harus dengan cepat lari ke depan mencari kata tersebut.
Melalui hasil wawancara juga didapatkan hasil yang sama dengan apa yang telah
diobservasi. Guru menerapkan pembelajaran membaca menulis permulaan dengan
strategi khusus, misalnya dengan permainan dengan tujuan untuk mengaktifkan siswa
dan siswa senang belajar. Hal itu terungkap dalam tanya jawab yang dilakukan.
Tanya jawab yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Jawab : Kalau siswa disini Alhamdulillah sudah baik membaca dan menulisnya,
hanya saja ada beberapa siswa yang belum mengikuti teman-temannya secara
cepat. Jadi untuk pembelajaran membaca dan menulis menggunakan buku siswa
yang sesuai dengan K-13. Disitu saya rasa sudah cukup memuat aspek kegiatan
membaca dan menulis. Siswa membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraf,
berbagai teks bacaan di buku siswa dan rujukan yang lain. Misalkan ada perintah
untuk Bacalah Aku kemudian menuliskan kembali di buku tulis siswa.
Pembelajaran menulis mengenai menulis ejaan, tegak bersambung, dan menuliskan
kembali bacaan yang dibacanya. Untuk RPP setiap senin guru-guru mengadakan
rapat untuk membahas dan merancang pembelajaran yang akan diberikan pada
siswa esoknya. Seperti kemaren untuk pembelajaran menulis, ada permainan juga
untuk melengkapi bacaan yang sudah dibacanya, siswa yang tidak bisa akan
ketinggalan dan akan kalah, jadi pasti kelompoknya juga akan kalah, maka siswa
harus rajin membaca dan menulis supaya menang.
Tanya : Adakah strategi khusus yang diterapkan dalam pembelajaran membaca
menulis permulaan?
Jawab : Strategi yang digunakan seperti kemaren mengadakan permainan
komunikata untuk mempercepat belajar membaca. Selain itu setiap awal masuk
atau setiap pembelajaran yang akan dimulai siswa diminta untuk menuliskan
literasi atau buku yang sudah dibacanya, entah buku tentang cerita maupun
pengetahuan pada kertas origami yang sudah di potong kecil-kecil. kemudian
ditempelkan di mading, semakin banyak siswa yang menempelkan kertas maka
semakin banyak literasi yang dibacanya dan guru akan memberikan penghargaan.
Tanya : Apa saja kendala yang dialami pada pembelajaran membaca menulis
permulaan?
Jawab : Sebenarnya siswa mengerti apa yang dipertanyakan pada soal, hanya
saja membacanya yang agak lambat, dan kadang siswa juga susah membedakan
beberapa abjad tertentu misalnya b dan d akibatnya nulisnya keliru. Siswa
juga biasanya sulit mengeja jadi perlu waktu lama.
Tanya : Solusi apa yang dapat dilakukan?
Jawab: Solusinya dengan permainan, Misalnya dalam permainan kemaren ada
kata jendela mungkin siswa masih ada yang kesulitan dalam mengeja dan
membedakan huruf, tapi dalam permainan tersebut juga ada gambarnya. jadi siswa
yang sulit untuk membaca akan terbantu dengan mengenali gambar yang ada.
Untuk siswa yang membaca menulisnya kurang ada tambahan khusus, setelah
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan hasil analisis data, maka dapat ditarik
simpulan bahwa guru kelas 1 SD Muhammadiyah 09 Kota Malang telah memiliki
perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang digunakan sebagai acuan
dalam melaksanaan pembelajaran membaca menulis permulaan oleh guru meliputi
silabus dan RPP yang disesuaikan dengan Kurikulum 2013. Pelaksanaan pembelajaran
membaca dan menulis permulaan sudah sesuai dengan Kurikulum 2013. Metode
pembelajaran yang diterapkan oleh guru sudah kontekstual. Guru sudah menerapkan
pembelajaran menggunakan strategi yang dapat mengaktifkan siswa, salah satunya
dengan permainan komunikata. Hanya saja media yang digunakan kurang menarik, guru
harus membuat media secara inovatif dan kreatif Guru hanya menggunakan media
kertas warna dan gambar gambar saja untuk menyampaikan materi dalam pembelajaran
membaca menulis permulaan.
Evaluasi keterampilan membaca dilakukan dengan menyuruh siswa secara
bergantian untuk membaca bacaan sederhana di depan keras dengan nyaring. Penilaian
dilakukan setiap hari sehingga guru dapat memantau peningkatan kemampuan membaca
siswa secara berkesinambungan. Evaluasi keterampilan menulis permulaan juga
dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan oleh guru. Guru selalu menilai
hasil tulisan siswa pada akhir kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa guru telah melakukan evaluasi menulis permulaan dengan baik
sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Kurikulum 2013, yaitu proses evaluasi yang
terus-menerus dan berkesinambungan.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menyampaikan saran (1)
Perlu peningkatan dan pengembangan kompetensi guru dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran membaca dan menulis permulaan, salah satu peningkatan
yang yang dapat dilakukan melalui strategi yaitu pengembangan yang berlandaskan
kontruktivisme melalui tahapan-tahapan yang terencana dengan baik, (2) Perlu
pengembangan kemampuan guru untuk dapat menangkap peluang aktif anak dalam
membaca dan menulis permulaan dengan menggunakan media-media pembelajaran
yang menarik dan dapat memberikan pengaruh kontruktif pada kemampuan membaca
dan menulis anak melalui daya asosiatif dan imajinatif, dan (3) Perlu kegiatan penerapan
dan pengembangan pembelajaran kontruktivisme secara variatif dan berkelanjutan oleh
para guru dan ahli pendidikan dan pembelajaran untuk mneingkatkan kualitas
pembelajaran membaca dan menulis permulaan di kelas 1 SD.
DAFTAR RUJUKAN
Andayani, Martono, & Atikah. 2009. Studi Teraputik Pembelajaran Membaca Menulis
Permulaan dengan Model Pendekatan Atraktif di Sekolah Dasar Kawasan
Miskin (Penelitian Hibah Bersaing). Surakarta: Lembaga Penelitian
Pengabdian Masyarakat UNS.
Bahasa Indonesia 5). Jakarta: BPSDMPK dan PMP, 2012.
Bahasa Indonesia 5). Jakarta: BPSDMPK dan PMP, 2012.
Brown, H. douglas. 2000. Teaching by Principle: An Interactive Approach to Language
Pedagogy. San Fransisco: Addison Weslwy Longman. Inc.
Combs, Martha. 1996. Development Competence Readers and Writers in The Primary
Grades.
Doman, G., dan Doman, J. 2005. How to Teach Your Baby to Read: Bagaimana
Mengajar Bayi Anda Membaca (Alih Bahasa: Grace Satyadi). Jakarta: Tigaraksa
Satria. Englewood Cliff, N.J: Prentice Hall, Inc.
Gani, R. 1988. Pengajaran Sastra Indonesia Respons dan Analisis. Jakarta: Depdikbud.
Kemdikbud, 2013. Kurikulum 2013, Kompetensi Dasar SD / MI . Jakarta:Kemdikbud
Kemendikbud. Pembelajaran Membaca dan Menulis di Kelas Rendah (Modul
Kemendikbud. Pembelajaran Membaca dan Menulis di Kelas Rendah (Modul
Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, E. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013.
Mulyati, Y. 2014. Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan. Bandung: UPI
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Sudjana, N. 1996. CBSA : Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.