Você está na página 1de 6

Analisis Retrospektif Mengenai Faktor Prognostik dan Ketahanan

Hidup Kanker Payudara Pria di Satu Rumah Sakit


Abstrak
Latar belakang: Kurang dari 1% dari semua kasus kanker payudara
ditemukan pada pria, yng memiliki prognosis lebih buruk dibandingkan
pada pasien wanita. Perbedaan etnis bisa mempengaruhi prognosisnya
juga. Di sini, kami menyelidiki ketahanan hidup dan faktor prognostik
mayor untuk kanker payudara pria (KPP) pada pasien-pasien di Mesir
secara kohort.
Metode: Kami menganalisis secara retrospektif ketahanan hidup 69 pria
penderita kanker payudara yang dioperasi di Pusat Kanker Mansoura,
Mesir, di antara tahun 200-2007. Kami mencatat data demografik, umur,
tinggi, berat badan, dan indeks massa tubuh, ukuran tumor, histologi,
jumlah kelenjar limfe ketiak yang terinfiltrasi, reseptor hormon (HR),
keberadaan metastase, dan stadium TNM. Ketahanan hidup pasien
merupakan titik utama penelitian. Pasien mendapatkan perawatan yang
sesuai standar pada saat mereka terdiagnosis.
Hasil: Pada 69 pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi dan memiliki
data tersimpan yang komplit, didaptakan kanker stadium T1c sampai
T3.Kami hanya bisa mengumpulkan data ketahanan hidup dari 56 pasien.
Ketahanan hidup 5 tahun kolektif pada pasien ini adalah 46,4%. Hanya 5
pasien yang memiliki metastasis distal saat terdiagnosa, tapi mereka
menunjukkan ketahanan hidup 5 tahun 0%, namun pasien yang tidak
memiliki infiltrasi ke kelenjar limfenya menunjukkan angka ketahan hidup 5
tahun 100%. Hanya status kelenjar limfe dan stadium tumor yang
merupakan faktor penentu ketahanan hidup pasien ini.
Kesimpulan: Status kelenjar limfe dan stadium tumor adalah faktor
prognostik penting untuk menilai ketahanan hidup kanker payudara pria
pada pasien-pasien di Mesir; nilai HR yang sangat rendah pada pasien
kanker payudara pria tidak mempengaruhi ketahanan hidup pasien
texxrsebut. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk dapat memahami
faktor yang mempengaruhi penyakit ini.
Kata kunci: Kanker payudara pria, ketahanan hidup keseluruhan, faktor
prognostik, status reseptor hormon

Latar belakang

Kanker payudara pria hanya terdapat 1% dari seluruh kasus kanker


payudara, dan incidensinya kurang dari 1% dari seluruh pasien pria. Faktor
prognostik untuk KPP hanya diinvestigasi dengan jumlah sampel yang
sedikit. Pria dengan kanker payudara dilaporkan memiliki prognosis yang
lebih buruk dibanding pasien wanita, walaupun stadiumnya sama, yang
tampaknya diakibatkan oleh karena variasi biologi tumor di antara pria dan
wanita. Perbedaan etnis bisa saja mempengaruhi prognosis KPP. Karena
kasus KPP sangat jarang, pengetahuan mengenai penyakit ini masih
terbatas. Di sini kami menginvestigasi secara retrospektif mengenai
ketahanan hidup dan faktor prognostik pada pasien KPP beretnis Timur
Tengah.

Metode
Pemilihan Pasien
Kami menganalisa secara retrospektif ketahanan hidup 69 pasien pria
dengan kanker payudara yang mengalami operasi di Departemen Bedah
Onkologi dan Kedokteran Nuklir, di Pusat Kanker Mansoura, Mansoura,
Mesir, pada 1 Januari 2000 sampai 31 Desember 2007. Kami mensurvey
rekam medis, mencari pasien pria dengan diagnosa utama kanker
payudara. Penelitian ini disetujui oleh komite etik Universitas Mansoura,
pemilik Pusat Kanker Mansoura. Setiap pasien yang memenuhi kriteria
inklusi menerima telfon yang dimulai dengan informasi pendahuluan
singkat mengenai penelitian ini dan memberikan persetujuan lisan untuk
ikut serta, dan semua data dirahasiakan.
Perolehan Data
Kami mencatat data demografik,umur, tinggi badan, berat badan, indeks
massa tubuh (IMT), ukuran tumor, histologi tumor, jumlah keterlibatan
kelenjar limfe ketiak, status reseptor hormon (HR), keberadaan metastasis,
dan stadium TNM. Pada saat pasien kami dirawat, status human epidermal
growth factor receptor-2 (HER2) tidak biasa diperiksa secara rutin untuk
semua pasien penderita kanker payudara. Titik utama penelitian adalah
menilai ketahanan hidup pasien tersebut.
JIka, selama pembicaraan telfon, pasien telah terkonfirmasi mati, kami
tetap bertanya kepada anggota keluarga mengenai tanggal kematian dan
apakah penyebab kematian pasien berhubungan dengan tumornya atau
komplikasi KPPnya. Pasien yang tidak bisa dihubungi atau menolak
memberikan informasi, dianggap data tidak terfollow-up.
Ketahanan hidup bebas progresi disingkirkan dari penelitian ini, karena
sangat sulit memperoleh data mengenai interval bebas tumor dari pasien
dengan konteks pelayanan kesehatan dan kehidupan sosial di Mesir, dan

oleh karena itu datanya sangat terbatas. Pasien mendapatkan terapi yang
sesuai standar pada waktu mereka terdiagnosa. Terapi standar operasi
adalah modified radical mastectomy (MRM). Sangat disayangkan, deteksi
kelenjar limfe sentinel tidak banyak dilakukan baik di pusat kanker
tersebut,maupun di negara Mesir. Karena kesulitan teknis dalam
memperoleh dan menangani isotop radioaktif. Untuk alasan tersebut,
semua pasien mengalami diseksi kelenjar limfe ketiak sebagai standar
pengobatan mereka. Mereka juga diberikan kemoterapi/radioterapi/hormon
terapi adjuvan sesuai dengan standar penanganan kanker payudara
wanita,
Statistik
Data ditabulasikan menggunakan Microsoft Excel dan dianalisa
menggunakan SPSS untuk Microsoft Windows, versi 13.0. Rating
ketahanan hidup spesifik kanker payudara dihitung dengan metode
Kaplan-Meier. Semua tes memiliki interval kepastian (CI) 95%, p<0,05
dianggap penting secara statistik.
Hasil
Selama kurun waktu penelitian, kami mengidentifikasi 69 pasien yang
sesuai dengan kriteria inklusi dan memiliki rekam medik yang lengkap, dari
total 80 penderita KPP. Median umur pasien adalah 58 tahun. (rentang
umur 39-81 tahun); BB rata-rata mereka 80,3 11,13 kg; tinggi rata-rata
mereka adalah 170,83 4,55 cm; dan IMT rata-rata 27,56 3,99. Tabel 1
menunjukan karakteristik penyakit pasien kami dengan mendeskripsikan
ukuran tumor, tipe histopatologinya, stadium, infiltrasi kelenjar limfe, dan
status HR. kebanyakan pasien kami memiliki tumor stadium 2 (53,6%,
n=37). Status HR negatif pada kebanyakan pasien (57,9%, n=40). Ukuran
tumor memiliki rentang dari T1c (n=19), T2 (n=48), dan T3 (n=2) (Tabel 2).
Tidak ada tumor lebih kecil dari 1 cm (stadium T1c) pada pasien kami.
Hanya 5 pasien (8,6%) memiliki metastase jauh pada saat terdiagnosa,
tetapi 56 pasien (77,2%) mempunyai keterlibatan kelenjar limfe. Setiap
pasien menjalani MRM dengan diseksi kelenjar limfe ketiak sebagai
standar terapi operasi. Kemudian 63 pasien (92,6%) menjalani terapi
radioterapi lokal dan 65 pasien (94,2%) menerima kemoterapi adjuvan.
Konsensus mengenai kemoterapi dan radioterapi adjuvan di rumah sakit
kami untuk pasien ini masih tidak memadai, mengingat belum ada
pemeriksaan status HER2 dan perawatan lanjutan. Tidak ada rekomendasi
nasional, panduan, atau program follow up nasional, untuk pasien kanker.
Dan yang paling penting, ketidak-patuhan pasien mengikuti perawatan
atau keterbatasan tempat pelayanan. Kami hanya mampu mengumpulkan
data ketahanan hidup terkait kanker dari 56 pasien, dengan 10 pasien
tidak terfollow up dan 3 telah mati tanpa terkait kanker. Hanya 26 pasien
hidup sesuai dengan ketahanan hidup 5 tahun, dan itu senilai 46,4%. Pada

tahun kelima, pasien dengan metastase jauh, menunjukan ketahanan


hidup 5 tahun 0%, sedangkan pasien tanpa keterlibatan kelenjar limfe
memiliki 100% ketahanan hidup.
Tabel 3 menunjukkan efek ukuran tumor dan keterlibatan kelenjar limfe
(klasifikasi TNM), metastase, tipe tumor dan stadium histopatologi, dan
status HR terhadap ketahanan hidup pasien. SAtu-satunya faktor yang
mempengaruhi ketahanan hidup adalah keterlibatan kelenjar limfe
(p=0,001) dan stadium tumor lanjut (p=0,03), sedangkan ukuran tumor
(p=0,687) dan status HR (p=0,711) tidak memiliki efek. Figur 1 dan 2
menerangkan kurva ketahanan hidup Kaplan-Meier tentang TNM kelenjar
limfe dan stadium tumor, secara berurutan.
Diskusi
Dalam penelitian ini, rekam medis dari 69 pasien pria Mesir dengan kanker
payudara dianalisa untuk menilai ketahanan hidup dan faktor yang
mempengaruhinya. Ketahanan hidup 5 tahun sebesar 46,6% bisa dibilang
lebih rendah dibandingkan data yang sudah dipublikasikan. Giordano dkk
menemukan angka ketahanan hidup 5 tahun sebesar 63% dari 2537
pasien penderita KPP dari program National Cancer Institutes
Surveillance, Epidemiology, and End Result (SEER), menggunakan rekam
medis dari tahun 1973-1998. Di Turki, dari 86 penderita KPP yang dirawat
selam 37 tahun, Selcukbiricik dkk melaporkan angka ketahan hidup 5
tahun sebesar 65,8%. Dari 64 pasien KPP di Iran, angka kethanan hidup 5
tahunnya 66%. OMalley dkk menganalisa program SEER dari tahun 1973
sampai 1997 tentang perbedaan etnis, menemukan angka ketahanan
hidup 5 tahun sebesar 66% pada kulit putih, 57% pada kulit hitam, dan
75% pada etnis kulit lain. Penyebab yang memungkinkan angka ketahanan
hidup 5 tahun di penelitian kami begitu rendah adalah kurangnya kualitas
pelayanan yang tersedia mengenai penghitungan dosis dan aplikasi untuk
kemoterapi, tidak adanya pemeriksaan status HER2, tidak adanya
perencanaan dan aplikasi radiologi, tidak adanya follow up rutin terhadap
pasien, dan ketidak patuhan pasien untuk follow up dan terakhir tidak
adanya pelayanan suportif untuk pasien kanker, dibandingkan standar
dunia Barat. Hal ini bisa saja karena diagnosis stadium lanjut dengan
beban tumor yang besar, sama seperti pasien kami memiliki nilai TNM
stadium T1c atau lebih. Giordano dkk. melaporkan ukuran tumor di
penelitian mereka sebesar 1 sampai <2 cm (T1c): 29,8%; 2 sampai <5 cm
(T2): 39%; dan >5 cm (T3): 5,3%, dimana ukuran tumor di penelitian kami
T1c: 27,1%; T2 68,5%; dan T3: 3%. Rating ketahanan hidup 5 tahun pada
penelitian Giordano sesuai dengan ukuran kanker adalah <2cm: 74%; 25cm: 53%; >5cm:37%; sedangkan dalam penelitian kami rating ketahanan
hidup 5 tahun adalah T1c: 52,9%; T2: 45,9%; dan T3: 50%. Pasien kami
memiliki rating ketahanan hidup lebih buruk dibandingkan angka mereka

dengan kriteria ukuran yang sama, kecuali untuk 2 pasien kami yang
memiliki tumor T3 yang memiliki ketahanan hidup yang baik.
Kami percaya perbedaan etnik bisa saja tidak memiliki nilai penting pada
penelitian ini, sama seperti data dari IRak dan Turki, yang mana
menampilkan data dari orang-orang Timur Tengah, yang memiliki rating
ketahanan hidup sama, bahkan bila dibandingkan ketahanan hidup negara
maju.
Umur media dalam penelitian kami lebih muda dari pada kebanyakan
sampel pada penelitian lain. Giordano dkk., melaporkan umur median
sebesar 69 tahun, diman Baojiang juga melaporkan umur median 60
tahun. Akan tetapi, penelitian mengenai 42 orang India dengan KPP
memiliki nilai umur median 56 tahun; laporan lain tentang 64 orang Iran
dengan KPP dengan angka umur median 60,3 tahun. Terlepas dari data
penelitian yang menyebutkan perburukan ketahanan hidup dipengaruhi
umur median, penelitian kami tidak terbukti walaupun median umur di
penelitian kami 58 tahun. Meskipun median umur 58 tahun kita lebih muda
dibandingkan 65 tahun, pasien kami menunjukan ada perburukan
ketahanan hidup. Ini mungkin berkaitan dengan kualitas pelayanan
kesehatan yang diberikan atau faktor lingkungan ata etnik yang masih
tidak jelas.
2 faktor prognostik yang mempengaruhi ketahanan hidup dalam penelitian
ini adalah status kelenjar limfe dan stadium tumor. Stadium tumor sebagai
prediktor negatif ketahanan hidup tampak kontroversial. Beberapa peneliti
menemukan sebagai prediktor negatif, beberapa sebagai positif.
Kurang lebih sama, beberapa peneliti menemukan efek negatif terhadap
ketahanan hidup akibat ukuran tumor, dan beberapa sebaliknya. Yang
menarik, laporan berdasarkan regional dan nasional register pasien
dengan sampel besar tampaknya menunjukan efek negatif terhadap
ketahanan hidup akibat ukuran tumor, sedangkan laporan penelitian di satu
rumah sakit kecil dengan sampel kecil menunjukan sebaliknya.
Ekspresi HER hanya ada pada 42,1% pasien kami, yang merupakan
merupakan angka yang rendah dibandingkan 65-92% angka yang terlihat
pada penelitian yang dipublikasikan. Status HR tidak mempengaruhi
secara penting pada penelitian kohort kami in,yang mana sesuai dengan
data luar dimana kepositifan HR didapatkan jauh lebih tinggi dibandingkan
pasien-pasien kami. Giordano dkk., melaporkan angka estrogen receptor
5,7% di dalam penelitian mereka, dengan ketahanan hidup 5 tahun 64%.
Status HR tidak sama sekali mempengaruhi ketahanan hidup, seperti yang
sudah disebutkan. Rating ini berbeda dari yang kami temukan pada
penelitian kami dimana pasien dengan nilai HR (-) sebanyak 42.1 % dari
total peserta, dengan angka ketahanan hidup 5 tahun sebesar 42.3%.
Tidak adanya pemeriksaan HER2 dan pemberian terapi di sini sejalan
mengapa tidak adanya hubungannya dengan ketahanan hidup.

Penelitian ini memiliki beberapa kekurangan. Penelitian ini merupakan


penelitian retrospektif dwngan sampel yang kecil. Ketidak-lengkapan data
pasien, dengan 13 dari 69 hilang follow up, tidak adanya status HER2
sebagai standar pelayanan, dan data yang hilang berkaitan dengan
interval bebas progresi selama follow up yang merupakan kekurangan
yang penting dalam penelitian ini.
Walaupun begitu, penelitian ini merupakan salah satu penelitian KPP pada
orang Timur Tengah dan akan membantu untuk penelitian lebih lanjut.
Terlebih lagi, ini menerangkan perbedaan di antara prognosis dan hasil
pasien di negara maju dan negara berkembang, yang bisa saja terjadi
akibat perbedaan kualitas pelayanan di antara 2 negara.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukan bahwa status kelenjar limfe dan stadium tumor
adalah faktor penentu penting untuk ketahanan hidup pada KPP pada pria
Mesir, dan nilai ekspresi HR yang sangat rendah pada KPP yang tidak
mempengaruhi ketahanan hidup. Ini juga mengindikasikan median umur
yang lebih rendah mengenai insidensi KPP pada orang mesir daripada
data internasional dan dengan rating ketahanan hidup yang masih buruk.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki faktor yang
berpengaruh pada penyakit ini.

Você também pode gostar