Você está na página 1de 18

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPH) PASAL 21 ATAS

PEGAWAI TETAP DAN TIDAK TETAP PADA PT. ARGAKENCANA PERSADA


MALANG

UJIAN AKHIR SEMESTER

Oleh :
ZAKYA UWAIS FARIDA
153141414111026

BIDANG KEAHLIAN PERPAJAKAN


PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
BAB I.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................................................................2
1.1.

Latar Belakang.............................................................................................................2

1.2.

Rumusan Masalah.......................................................................................................4

1.3.

Tujuan..........................................................................................................................4

1.4.

Manfaat........................................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................6
LANDASAN TEORI.................................................................................................................6
2.1.

Pengertian Pajak Secara Umum..................................................................................6

2.1.1.

Fungsi Pajak.........................................................................................................6

2.1.2.

Asas Pemungutan Pajak.......................................................................................7

2.1.3.

Sistem Pemungutan Pajak....................................................................................7

2.1.4.

Tarif Pajak............................................................................................................8

2.2.

Pajak Penghasilan........................................................................................................9

2.2.1.
2.3.

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21........................................................................9

Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai.................................................................15

2.3.1.

Contoh Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai Tetap....................................15

2.3.2.

Contoh Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai Tidak Tetap.........................16

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................18

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia merupakan hal penting karena melalui pembangunan


pemerintah memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Untuk mewujudkan pembangunan
yang bertujuan mensejahterakan rakyat, pemerintah harus memperhitungkan pembiayaan
pembangunan dan sumber dana. Pajak merupakan suatu kewajiban dan peran aktif warga
negara untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa pembangunan nasional yang
pelaksanaannya yang di atur dalam Undang-Undang dan peraturan-peraturan (Judisseno,
1997).
Pemungutan pajak di Indonesia diwujudkan dengan adanya berbagai jenis pajak seperti
pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan serta pajak pusat
maupun pajak daerah. Pajak penghasilan dikenakan atas penghasilan yang diperoleh orang
pribadi, badan, warisan yang belum terbagi dan bentuk usaha tetap. Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan (PPh) berlaku sejak januari 1948, Undang-Undang
ini telah beberapa kali mengalami perubahan dan terakhir kali diubah dengan UndangUndang Nomor 36 Tahun 2008 (Mardiasmo, 2011).
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan yang
dimaksud dengan PPh pasal 21, adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak
dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang PPh.
Pegawai terdiri dari pegawai tetap dan tidak tetap. Pegawai tetap adalah pegawai yang
menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk
anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas, serta pegawai yang bekerja
berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu yang menerima atau memperoleh
penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur (Mardiasmo, 2016). Pegawai tidak tetap
adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan
bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan, atau
2

penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja (Madiasmo, 2016). PPh
Pasal 21 atas pegawai tetap dan tidak tetap dipotong, disetor dan dilaporkan oleh pemotong
pajak. Pemotong pajak adalah adalah pemberi kerja, bendahara atau pemegang kas
pemerintah, badan, orang pribadi dan penyelenggara kegiatan. PPh pasal 21 yang telah
dipotong akan disetorkan secara benar oleh pemberi kerja atas penghasilan yang diterima
pegawai.
Menurut penelitian Dalughu (2015) perhitungan dan pemotongan PPh Pasal 21 di PT.
BPR Primaesa Sejahtera Manado telah sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2008 karena tidak
didapati adanya selisih dan sistem pemotongannya menggunakan with holding system. With
holding system adalah sistem pemotongan pajak yang wewenang untuk menentukan besarnya
pajak terutang seseorang berada pada pihak ketiga dan bukan oleh fiskus maupun oleh wajib
pajak. Pihak yang memotong adalah PT. BPR Primaesa Sejahtera Manado, selaku pemberi
kerja dan besarnya potongan tergantung pada berapa besar penghasilan setiap bulan.
Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Puspita (2011) menunjukan bahwa dalam
perhitungan PPh Pasal 21 di PT. Surabaya INN Berkarya telah sesuai dengan ketentuan
perpajakan yang berlaku, karena dilihat dari perbandingan perhitungan yang dilakukan oleh
PT. Surabaya INN Berkarya dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Pemotongan PPh
Pasal 21 dilakukan setiap bulan yang nantinya akan dibayarkan serempak berdasarkan
kebijakan perusahaan dan tetap mengikuti kebijakan perusahaan yang berlaku. Sedangkan
pelaporan PPh 21 dalam tahun 2011 kurang mengikti peraturan ketentuan umum perpajakan
yang berlaku saat ini, karena adanya keterlambatan dalam pelaporan PPh Pasal 21.
Pemahaman akan peraturan perpajakan menjadi sangat penting bagi para wajib pajak dan
pemotong pajak agar bisa menghitung kewajiban pajaknya dengan tepat. Terdapat mekanisme
perhitungan PPh Pasal 21 yang berbeda antara pegawai pajak dan pegawai tidak tetap sesuai
UU No. 36 Tahun 2008 dengan memperhatikan dasar pengenaan pajak dan tarif yang telah
ditentukan, oleh karena itu perlu adanya perbandingan antara perhitungan pajak pegawai
tetap dan tidak tetap dengan penghasilan kumulatif yang sama dalam sebulan dengan
memperhatikan dasar pengenaan pajak beserta tarif pajak. Dengan memperhatikan alasan
tersebut, maka judul untuk Tugas Akhir ini adalah ANALISIS PERBANDINGAN
PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPH) PASAL 21 ATAS PEGAWAI TETAP
DAN TIDAK TETAP PADA PT. ARGAKENCANA PERSADA MALANG.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :


1.

Bagaimanakah perhitungan PPh Pasal 21 atas pegawai tetap pada PT.

2.

Argakencana Persada Malang ?


Bagaimanakah perhitungan PPh Pasal 21 atas pegawai tidak tetap pada PT.

3.

Argakencana Persada Malang?


Bagaimanakah perbandingan perhitungan PPh Pasal 21 atas pegawai tetap dan
tidak tetap pada PT. Argakencana Persada Malang?

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :


1. Mengetahui perhitungan PPh Pasal 21 atas pegawai tetap pada PT. Argakencana
Persada Malang.
2. Mengetahui perhitungan PPh Pasal 21 atas pegawai tidak tetap pada PT. Argakencana
Persada Malang.
3. Mengetahui perbandingan perhitungan PPh Pasal 21 atas pegawai tetap dan tidak
tetap pada PT. Argakencana Persada Malang.

1.4. Manfaat

Hasil penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak yang terkait, yaitu :

1. Bagi perusahaan yang diteliti


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam perhitungan PPh
Pasal 21 dan dapat membantu perusahaan dalam memberikan gambaran tentang
perpajakan.
2. Bagi Universitas Brawijaya
Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dan referensi khususnya di
bidang perpajakan serta dapat memberi masukan di bidang perpajakan.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.

Pengertian Pajak Secara Umum

Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang


perubahan ke empat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan
umum dan tata cara perpajakan pada pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Pengertian pajak menurut Hadi (2015) adalah pungutan atau iuran yang
dilaksanakan oleh pemerintah kepada masyarakat sesuai dengan Undang-Undang
yang hasil pungutannya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah
sesuai dengan program kerjanya.
Menurut Prof. Dr. Djajaningrat, pajak

merupakan kewajiban untuk

memberikan sebagian harta kekayaan kepada negara karena kejadian, keadaan dan
juga perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu dimana pungutan yang
dilakukan bukanlah sebuah hukuman, namun kewajiban berdasarkan peraturanperaturan yang telah ditetapkan pemerintah dan bisa dipaksakan yang bertujuan untuk
memelihara kesejahteraan masyarakat.

2.1.1. Fungsi Pajak

Terdapat 2 fungsi pajak (Mardiasmo, 2011) :


1. Fungsi anggaran
Pajak berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi
pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi mengatur
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
2.1.2. Asas Pemungutan Pajak

Asas pemungutan pajak (Mardiasmo, 2011) :


A. Asas domisili

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan


wajib pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan
yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri.
B. Asas sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang
bersumber diwilayahnya tanpa memerhatikan tempat tinggal wajib
pajak.
C. Asas kebangsaan
Pengertian pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu
negara.

2.1.3. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak (Mardiasmo, 2016) :


A. Official assessment system
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh wajib pajak.
B. Self asessment system
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya
pajak terutang.

C. Withholding system
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak)
untuk memotong atau memungut pajak yang terutang oleh wajib pajak.

2.1.4. Tarif Pajak

Tarif pajak (Mardiasmo, 2016) :


A. Tarif sebanding / proporsional
Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah
yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional
terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.
B. Tarif tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap terhadap berapapun jumlah
yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak terutang tetap.
C. Tarif progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah
yang dikenai pajak semakin besar.
D. Tarif degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar.

2.2.

Pajak Penghasilan

Menurut Mardiasmo (2016), Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang


Pajak Penghasilan (PPh) mengatur pengenaan PPh terhadap subjek pajak berkenaan
dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak
tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak
yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam Undang-Undang PPh disebut
wajib pajak. Wajib pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau
8

diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan
dalam bagian tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam
bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam
tahun pajak.

2.2.1. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

A. Pengertian PPh Pasal 21


Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak
penghasilan yang dimaksud dengan PPh pasal 21, adalah pajak atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang
pribadi subjek pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 Undang-Undang PPh.
B. Wajib Pajak PPh Pasal 21
Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang
pribadi yang merupakan (Mardiasmo, 2016) :

1. Pegawai.
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun,
tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.
3. Bukan pegawai yang menerima atau meperoleh penghasilan
sehubungan dengan pemberian jasa, meliputi :
a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai,
dan aktuaris.
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/ peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis,
dan seniman lainnya.
c. Olahragawan.

d. Penasihat,

pengajar,

pelatih,

penceramah,

penyuluh,

dan

moderator.
e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah.
f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan
sistem

aplikasinya,

telekomunikasi,

elektronika,

fotografi,

ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan.


g. Agen iklan.
h. Pengawas atau pengelola proyek.
i. Pembawa pesanan atau yang menentukan langganan atau yang
menjadi perantara.
j. Petugas penjaja barang dagangan.
k. Petugas dinas luar asuransi.
l. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling
dan kegitan sejenis lainnya.
4. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak
merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama.
5. Mantan pegawai.
6. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan.
C. Tidak Termasuk Wajib Pajak PPh Pasal 21
Yang tidak termasuk dalam pengertian penerima penghasilan yang
dipotong PPh Pasal 21 adalah (Mardiasmo, 2016) :
1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari
negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan
syarat bukan warga negara indonesia dan di Indonesia tidak
menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau
pekerjaan tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik.
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang telah ditetapkan
oeleh Menteri Keuangan, dengan syarat buka Warga Negara
Indonesia (WNI) dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau
pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.
D. Objek PPh Pasal 21
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 (Mardiasmo, 2016) :
10

1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa


penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur.
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara
teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.
3. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan
hari tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang
pembayarannya melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai
berhenti bekerja.
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, atau upah yang
dibayarkan secara bulanan.
5. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium,
komisi, fee dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk
apapun sebagai imbalan sehubungan jasa yang dilakukan.
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, anatara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan
dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan
nama apapun.
7. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tiak
teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau
dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada
perusahaan yang sama.
8. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, atau
imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh
mantan pegawai.
9. Pengahasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program
pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai dari dana yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
10. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan
nama dan dalam bentu apapun yang diberikan oleh :
a. Wajib pajak yang dikenakan PPh yang bersifat final.
b. Wajib pajak yang dikenakan PPh berdasarkan

norma

penghitungan khusus (deemed profit).


E. Penghasilan yang Dikecualikan dari Pengenaan PPh Pasal 21
Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh
Pasal 21 (Mardiasmo, 2016) :

11

1. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi.


2. Penerimaan dalam bentuk natura atau kenikmatan dalam bentuk
apapun diberikan oleh wajib pajak.
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
lembaga amil zakat yang disahkan oleh Pemerintah.
F. Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun
Besarnya biaya jabatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
untuk penghitungan pemotongan PPh bagi pegawai tetap, ditetapkan
sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp
500,000,00 (lima ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp 6.000.000,00 (enam
juta rupiah) setahun, besarnya biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto untuk penghitungan pemotong PPh bagi penerima
pensiun, ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto,
setinggi-tingginya Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp
2.400.000,00 (dua juta empat ratus ribu rupiah) setahun (Mardiasmo,
2011).
G. Dasar Pengenaan PPh Pasal 21
Dasar pengenaan PPh Pasal 21 (Mardiasmo, 2016) :
1. Penghasilan kena pajak, yang berlaku bagi :
a. Pegawai tetap.
b. Penerima pensiun berkala.
c. Pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan
atau jumlah kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 (satu)
bulan kalender telah melebihi Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah)
d. Bukan pegawai yang menerima imbalan yang bersifat
berkesinambungan.
2. Jumlah penghasilan yang melebihi Rp. 300.000,00 (tiga ratusribu
rupiah) sehari untuk pegawai tidak tetap yang menerima upah harian,
upah mingguan, upah satuan dan upah borongan, sepanjang
penghasilan kumuatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender
belum melebihi Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
3. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto untuk bukan
pegawai yang menerima atau emperoleh penghasilan sehubungan
12

dengan pemberian jasa, yang menerima imbalan yang tidak bersifat


berkesinambungan.
4. Jumlah penghasilan bruto.
H. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Besarnya PTKP menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 101/ PMK.010/ 2016 :
1. Rp. 54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) untuk diri wajib
pajak orang pribadi.
2. Rp. 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk
wajib pajak yang kawin.
3. Rp. 54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) untuk seorang isteri
yang

penghasilannya

digabung

dengan

penghasilan

suami

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang


Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008.
4. Rp. 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk
setiap anggota keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta
anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3
(tiga) orang untuk setiap keluarga.
I. Tarif PPh Pasal 21
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang PPh, tarif
yang digunakan untuk menghitung besarnya PPh Pasal 21 terutang
menggunan tarif pasal 17 untuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
Berikut ini adalah lapisan Penghasilan Kena Pajak (PKP) :
1. PKP sampai dengan Rp. 50.000.000,00 dikenai tarif sebesar 5%.
2. PKP di atas Rp. 50.000.000,00 sampai dengan Rp. 250.000.000,00
dikenai tarif sebesar 15%.
3. PKP di atas 250.000.000,00 sampai dengan Rp. 500.000.000,00
dikenai tarif sebesar 25%.
4. PKP di atas Rp. 500.000.000,00 dikenai tarif sebesar 30%.

13

2.3.

Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai

2.3.1. Contoh Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai Tetap

Contoh penghitungan pemotongan PPh Pasal 21 atas pegawai tetap


dengan gaji bulanan menurut peraturan Direktur Jenderal Pajak (DJP) Nomor
Per-32 / PJ/ 2015 :
Retto pada tahun 2016 bekerja pada perusahaan PT Jaya Abadi dengan
memperoleh gaji sebulan Rp. 3.750.000,00 dan membayar iuran pensiun
sebesar Rp. 100.000,00. Retto menikah tetapi belum mempunyai anak. Pada
bulan Januari penghasilan Retto dari PT Jaya Abadi hanya dari gaji.
Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Januari adalah sebagai berikut :
Gaji

Rp. 3.750.000,00

Pengurangan :
1. Biaya Jabatan :
5% x Rp. 3.750.000,00

Rp. 187.500,00

2. Iuran Pensiun :

Rp. 100.000,00
(Rp. 287.500,00)

Penghasilan neto sebulan

Rp. 3.462.500,00

Penghasilan neto setahun


12 x Rp. 3.462.500,00

Rp. 41.550.000,00

PTKP (K/0)
-

untuk wajib pajak sendiri

tambahan karena kawin

Rp. 36.000.000,00
Rp. 3.000.000,00
(Rp. 39.000.000,00)

Penghasilan kena pajak setahun

Rp. 2.550.000,00

PPh Pasal 21 terutang


5% x Rp. 2.550.000,00

Rp. 127.500,00

PPh Pasal 21 bulan januari


Rp. 127.500,00 : 12

Rp. 10.625,00

14

Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang dihitung pajaknya sudah


memiliki

Nomor

Pokok

Wajib

Pajak

(NPWP).

Apabila

pegawai

belummempunyai NPWP, maka jumlah PPh Pasal 21 yang terutang adalah


sebesar 120% x Rp. 10.625,00 = Rp. 12.750,00

2.3.2. Contoh Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai Tidak Tetap

Contoh penghitungan PPh Pasal 21 atas pegawai tidak tetap dengan


upah harian / satuan / borongan / honorarium tetapi dibayarkan secara bulanan
menurut peraturan Direktur Jenderal Pajak (DJP) Nomor Per-32 / PJ/ 2015 :
Bagus Hermanto bekerja pada perusahaan selektronik dengan dasar
upah harian yang di bayarkan bulanan. Dalam bulan Januari 2016 Bagus
Hermanto hanya bekerja 20 hari kerja dan upah sehari adalah Rp. 250.000,00.
Bagus Hermanto menikah tetapi belum memiliki anak.
Penghitungan PPh Pasal 21 pada bulan Januari adalah sebagai berikut :

Upah Januari 2016 :


20 hari x Rp. 250.000,00 = Rp. 5.000.000,00
Penghasilan neto setahun :
12 x Rp. 5.000.000,00

Rp. 60.000.000,00

PTKP (K/0)
-

Untuk wajib pajak


Tambahan kawin

Rp. 36.000.000,00
Rp. 3.000.000,00

Penghasilan kena pajak

(Rp. 39.000.000,00)
Rp. 21.000.000,00

PPh Pasal 21 setahun :


5% x Rp. 21.000.000,00

Rp. 1.050.000,00

PPh Pasal 21 sebulan :


Rp. 1.050.000,00 : 12

Rp. 87.500,00

15

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta. ANDI.


Mardiasmo. 2016. Perpajakan Edisi Terbaru 2016. Yogyakarta. ANDI.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2015. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
Per-32 / PJ/ 2015 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan
Pelaporan, Pajak Penghasilan Pasal 21 dan / atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan

16

dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi. Jakarta : Kementerian Keuangan
Republik Indonesia.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2008. Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan. Jakarta : Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2009. Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009
tentang Perubahan Keempat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
Perpajakan. Jakarta : Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 101/ PMK.010/ 2016 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak
Kena Pajak. Jakarta : Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Hadi, S. 2015. Inilah Pengertian Pajak Menurut Para Ahli, Fungsi dan Jenis Pajak.
http://www.qolbunhadi.com/pengertian-fungsi-jenis-pajak. Diakses Tanggal 29 November
2016.
Artikelsiana,

2015.

Pengertian

Pajak

Menurut

Definisi

Para

Ahli.

http://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-pajak-definisi-para-ahli-pajak.html. Diakses
Tanggal 06 Desember 2016.
Dalughu, Meylia. 2015. Analisis Perhitungan dan Pemotongan PPh Pasal 21 pada
Karyawan PT. BPR Primaesa Sejahtera Manado. S1. Universitas Sam Ratulangi.
Puspita, D.A. 2011. Analisis Perhitungan, Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 di PT. Surabaya INN Berkarya. S1. Universitas Negeri Gorontalo.
Judisseno, R. K. 1997. Perpajakan Edisi Revisi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

17

Você também pode gostar