Você está na página 1de 6

PENGERTIAN AL-QURAN

Secara Etimologi Al Qur'an merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoroa ()
yang bermakna Talaa ( )keduanya berarti: membaca, atau bermakna Jamaa (mengumpulkan,
mengoleksi). Anda dapat menuturkan, Qoro-a Qoran Wa Quraanan ( ) . Berdasarkan
makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar (kata benda) yang semakna dengan Ism
Mafuul, artinya Matluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna kedua (Yakni: Jamaa)
maka ia adalah mashdar dari Ism Faail, artinya Jaami (Pengumpul, Pengoleksi) karena ia
mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum.
Sedangkan secara terminologi Al-Quran adalah firman atau wahyu yang berasal dari
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara melalui malaikat jibril sebagai
pedoman serta petunjuk seluruh umat manusia semua masa, bangsa dan lokasi. Alquran adalah
kitab Allah SWT yang terakhir setelah kitab taurat, zabur dan injil yang diturunkan melalui para
rasul. Hal ini juga senada dengan pendapat yang menyatakan bahwa Al-Qur'an kalam atau
wahyu Allah yang diturunkan melalui perantaraan malaikat jibril sebagai pengantar wahyu yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW di gua hiro pada tanggal 17 ramadhan ketika Nabi
Muhammad berusia 41 tahun yaitu surat al alaq ayat 1 sampai ayat 5. Sedangkan terakhir
alqu'an turun yakni pada tanggal 9 zulhijjah tahun 10 hijriah yakni surah almaidah ayat 3.
Allah taala menyebut al-Quran dengan sebutan yang banyak sekali, yang menunjukkan
keagungan, keberkahan, pengaruhnya dan universalitasnya serta menunjukkan bahwa ia adalah
pemutus bagi kitab-kitab terdahulu sebelumnya.

FUNGSI AL-QURAN
1.Petunjuk bagi Manusia.
Allah swt menurunkan Al-Quransebagai petujuk umar manusia,seperti yang dijelaskan dalam
surat (Q.S AL-Baqarah 2:185 (QS AL-Baqarah 2:2) dan (Q.S AL-Fusilat 41:44)
2. Sumber pokok ajaran islam.
Fungsi AL-Quran sebagai sumber ajaran islam sudah diyakini dan diakui kebenarannya oleh
segenap hukum islam.Adapun ajarannya meliputi persoalan kemanusiaan secara umum seperti
hukum,ibadah,ekonomi,politik,social,budaya,pendidikan,ilmu pengethuan dan seni.
3. Peringatan dan pelajaran bagi manusia.
Dalam AL-Quran banyak diterangkan tentang kisah para nabi dan umat terdahulu,baik umat
yang taat melaksanakan perintah Allah maupun yang mereka yang menentang dan mengingkari
ajaran Nya.Bagi kita,umat uyang akan datang kemudian rentu harus pandai mengambil hikmah
dan pelajaran dari kisah-kisah yang diterangkan dalam Al-Quran.
4. Sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw
Turunnya Al-Quran merupakan salah satu mukjizat yang dimilki oleh nabi Muhammad saw. AlQur'an adalah wahyu Allah yang berfungsi sebagai mu'jizat bagi Rasulullah Muhammad saw
sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim dan sebagai korektor dan penyempurna terhadap
kitab-kitab Allah yang sebelumnya, dan bernilai abadi.

Pengutusan Nabi Yakub


Ya'qub hijrah dari negeri Kan'an menuju Faddan Aram atau Padan-Aram (Harran),
sebelah utara Irak, ketempat paman dari jalur ibunya, Laban.
Ya'qub tinggal di Harran cukup lama. Beliau lantas menikahi sepupunya, Putri Laban.
Kemudian beliau kembali kepada keluarganya (di Kan'an atau Kana'an) setelah Allah
menganugerahinya sepuluh putra dari sepupunya dan istrinya yang lain.
Setelah Ya'qub kembali ke negeri Kan'an (Yabus). Allah menganugerahinya lagi dua
putra, Yaitu Yusuf dan Bunyamin. Dengan demikian, jumlah putranya menjadi dua
belas orang. Di tempat itulah dia menyempurnakan risalah ayahnya, Ishaq, dan
kakeknya, Ibrahim, untuk menyeru pada ajaran Allah.
Ketika Allah menganugerahi Yusuf gelar kenabian dan jabatan Menteri Keuangan
pada masa Hesos, Ya'qub dan anak-anaknya berangkat menemui Yusuf di Mesir.
Sementara itu, Yusuf telah memaafkan perbuatan saudara-saudaranya dahulu,
seperti yang disebutkan dalam surah Yusuf. Dengan demikian, bangsa Israil
memasuki Mesir dan menetap disana untuk beberapa waktu. Pada sat itulah nabi
Ya'qub wafat, dan tubuhnya sempat dipertahankan, kemudian dipindahkan ke
Palestina dan dimakamkan disana, sesuai dengan permintaannya. Beliau
dimakamkan di Gua al-Makfilah, di kota Hebron (al-Khalil).
Wasiat Nabi Ya'qub Kepada Anaknya yang Termaktub dalam Al-Qur'an
"Apakah kalian menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya'qub, ketika dia berkata
kepada anak-anaknya, 'Apa yang kalian sembah sepeninggalku?' Mereka menjawab,
'Kami akan menyembah Rabbmu dan Rabb nenek moyangmu, yaitu Ibrahim, Ismail,
dan Ishaq, (yaitu) Rabb Yang Maha Esa, dan kami (hanya) berserah diri kepadaNya," (QS. Al-Baqarah [2]: 133).
Kota Hebron (al-Khalil)
Bangsa Kan'an (Kana'an) menyebut kota al-Khalil dengan nama Arba'. Nama ini
dinisbahkan kepada raja mereka yang berbangsa Arab Kan'an yang kembali kepada
kabilah 'Inaq. Nama tersebut selanjutnya dikenal dengan nama Gedron atau Gabrion.
Ketika lokasi kota tersebut bersambung dengan rumah Ibrahim yang berada di kaki
Gunung ar-Ra's, kota baru itu pun dinamakan dengan al-Khalil. Nama yang
dinisbahkan kepada Khalilur-Rahman (kekasih Allah Yang Maha Pengasih), Ibrahim.
Ketika Sarah wafat, Nabi Ibrahim memakamkannya di Gua Makfilah (Makhpela) di
kota al-Khalil (Hebron). Gua ini menjadi tempat pemakaman Ibrahim dan istrinya,
Sarah; Ishaq dan Istrinya; Rifqah; Ya'qub, dan Yusuf. Pada periode Nabi Isa, di

sekitar pemakaman tersebut dibangun tembok yang mengelilinginya dan kawasan itu
dinamakan Kampung Keluarga Ibrahim al-Khalil.
Kisah Nabi Ya'qub
Nabi Ya'qub adalah putera dari Nabi Ishaq bin Ibrahim sedang ibunya adalah anak
saudara dari Nabi Ibrahim, bernama Rifqah binti A'zar. Ishaq mempunyai anak
kembar, satu Ya'qub dan satu lagi bernama Ishu. Antara kedua saudara kembar ini
tidak terdapat suasana rukun dan damai serta tidak ada menaruh kasih-sayang satu
terhadap yang lain bahkan Ishu mendendam terhadap Ya'qub saudara kembarnya
yang memang dimanjakan dan lebih disayangi serta dicintai oleh ibunya. Hubungan
mereka yang renggang dan tidak akrab itu makin buruk dan tegang setelah diketahui
oleh Ishu bahwa Ya'qublah yang diajukan oleh ibunya ketika ayahnya minta
kedatangan anak-anaknya untuk diberkahi dan didoakan, sedangkan dia tidak
diberitahu dan karenanya tidak mendapat kesempatan seperti Ya'qub memperoleh
berkah dan doa ayahnya, Nabi Ishaq.
Melihat sikap saudaranya yang bersikap kaku dan dingin dan mendengar kata-kata
sindirannya yang timbul dari rasa dengki, bahkan ia selalu diancam. Maka, datanglah
Ya'qub kepada ayahnya mengadukan sikap permusuhan itu. Ya'qub berkata
mengeluh : "Wahai ayahku! Tolonglah berikan pikiran kepadaku, bagaimana harus
aku menghadapi saudaraku Ishu yang membenciku mendendam dengki kepadaku
dan selalu menyindirku dengan kata-kata yang menyakitkan hatiku, sehingga
hubungan persaudaraan kami berdua renggang dan tegang, tidak ada saling cinta
mencintai dan saling sayang-menyayangi. Dia marah karena ayah memberkati dan
mendoakan aku agar aku memperolehi keturunan soleh, rezeki yang mudah dan
kehidupan yang makmur serta kemewahan . Dia menyombongkan diri dengan kedua
orang isterinya dari suku Kana'an dan mengancam bahwa anak-anaknya dari kedua
isteri itu akan menjadi saingan berat bagi anak-anakku kelak dalam pencarian dan
penghidupan dan macam-macam ancaman lain yang menyesakkan hatiku. Tolonglah
ayah berikan aku pikiran bagaimana aku dapat mengatasi masalah ini serta
mengatasinya dengan cara kekeluargaan.
Berkata Nabi Ishaq yang memang sudah merasa kesal hati melihat hubungan kedua
puteranya yang makin hari makin meruncing: "Wahai anakku, karena umurku yang
sudah lanjut aku tidak dapat menengahi kamu berdua. Ubanku sudah menutupi
seluruh kepalaku, raut mukaku sudah berkerut dan aku sudah berada di ambang
pintu perpisahan dari kamu dan meninggalkan dunia yang fana ini. Aku khawatir bila
aku sudah menutup usia, gangguan saudaramu Ishu kepadamu akan makin
meningkat dan ia secara terbuka akan memusuhimu, berusaha mencari kecelakaan
mu dan kebinasaanmu. Ia dalam usahanya memusuhimu akan mendapat sokongan
dan pertolongan dan saudara-saudara iparnya yang berpengaruh dan berwibawa di
negeri ini. Maka jalan yang terbaik bagimu, menurut pikiranku, engkau harus pergi
meninggalkan negeri ini dan berhijrah ke Fadan A'raam di daerah Irak, di mana

bapak saudaramu yaitu saudara ibumu, Laban bin Batu'il. Engkau dapat dikawinkan
kepada salah seorang puterinya. Oleh yang demikian, menjadi kuatlah kedudukan
sosialmu, agar disegani dan dihormati orang karena kedudukan mertuamu yang
menonjol di mata masyarkat. Pergilah engkau ke sana dengan iringan doa dariku.
Semoga Allah memberkati perjalananmu, memberi rezeki murah dan mudah serta
kehidupan yang tenang dan tenteram.
Nasihat dan anjuran si ayah mendapat tempat dalam hati Ya'qub. Melihat dalam
anjuran ayahnya jalan keluar yang dikehendaki dari krisis hubungan persaudaraan
antaranya dan Ishu, dengan mengikuti saran itu, dia akan dapat bertemu dengan
bapak saudaranya dan anggota-anggota keluarganya dari pihak ibunya. Ya'qub
segera berkemas-kemas dan membungkus barang-barang yang diperlukan dalam
perjalanan dan dengan hati yang sedih dia meminta restu kepada ayahnya dan
ibunya ketika akan meninggalkan rumah.
Nabi Ya'qub Tiba di Iraq
Dengan melalui jalan pasir dan Sahara yang luas dengan panas mataharinya yang
terik dan angin samumnya {panas} yang membakar kulit, Ya'qub meneruskan
perjalanan seorang diri, menuju ke Fadan A'ram dimana bapak saudaranya Laban
tinggal. Dalam perjalanan yang jauh itu, ia sesekali berhenti beristirahat bila merasa
letih. Dan dalam salah satu tempat perhentiannya, lalu tertidurlah Ya'qub di bawah
sebuah batu karang yang besar. Dalam tidurnya yang nyenyak, ia mendapat mimpi
bahwa ia dikurniakan rezeki yang luas, penghidupan yang aman damai, keluarga dan
anak cucu yang soleh dan bakti serta kerajaan yang besar dan makmur.
Terbangunlah Ya'qub dari tidurnya, mengusapkan matanya menoleh ke kanan dan ke
kiri dan sadarlah ia bahwa apa yang dilihatnya hanyalah sebuah mimpi namun ia
percaya bahwa mimpinya itu akan menjadi kenyataan di kemudian hari sesuai
dengan doa ayahnya yang masih tetap mendengung di telinganya.
Akhirnya, Ya'qub sampai di kota Fadan A'ram. Sesampainya di salah satu
persimpangan jalan, dia berhenti sebentar bertanya ke salah seorang penduduk di
mana letaknya rumah saudara ibunya Laban barada. Laban seorang kaya-raya,
pemilik dari suatu perusahaan perternakan yang terbesar di kota itu tidak sukar bagi
seseorang untuk menemukan alamatnya. Penduduk yang ditanyanya itu segera
menunjuk ke arah seorang gadis cantik yang sedang menggembala kambing seraya
berkata kepada Ya'qub:"Kebetulan sekali, itulah dia anak perempuan Laban, Rahil,
yang akan dapat membawa kamu ke rumah ayahnya".
Dengan hati yang berdebar, pergilah Ya'qub menghampiri seorang gadis ayu dan
cantik itu, lalu dengan suara yang terputus-putus seakan-akan ada sesuatu yang
mengikat lidahnya, Ya'qub mengenalkan diri, bahwa ia adalah saudara sepupunya
sendiri. Rifqah ibunya, saudara kandung dari ayah si gadis itu, Laban. Diterangkan
lagi kepada Rahil, tujuannya datang ke Fadam A'raam dari Kan'aan. Mendengar kata-

kata Ya'qub yang bertujuan hendak menemui ayahnya, Laban, dan untuk
menyampaikan pesana Ishaq. Maka, dengan senang hati, Rahil (anak gadis Laban)
mempersilakan Ya'qub mengikutinya balik ke rumah untuk menemui ayahnya,
Laban.
Setelah berjumpa, Laban bin Batu'il, menyediakan tempat dan bilik khas untuk anak
saudaranya itu, Ya'qub, yang tiada bedanya dengan tempat-tempat anak
kandungnya sendiri, dengan senang hati Ya'qub tinggal di rumah Laban seperti
rumah sendiri.
Ya'qub tinggal di Harran cukup lama. Beliau lantas menikahi sepupunya, Putri Laban.
Kemudian beliau kembali kepada keluarganya (di Kan'an atau Kana'an) setelah Allah
menganugerahinya sepuluh putra dari sepupunya dan istrinya yang lain.
Setelah Ya'qub kembali ke negeri Kan'an (Yabus). Allah menganugerahinya lagi dua
putra, Yaitu Yusuf dan Bunyamin. Dengan demikian, jumlah putranya menjadi dua
belas orang. Di tempat itulah dia menyempurnakan risalah ayahnya, Ishaq, dan
kakeknya, Ibrahim, untuk menyeru pada ajaran Allah.
Ketika Allah menganugerahi Yusuf gelar kenabian dan jabatan Menteri Keuangan
pada masa Hesos, Ya'qub dan anak-anaknya berangkat menemui Yusuf di Mesir.
Sementara itu, Yusuf telah memaafkan perbuatan saudara-saudaranya dahulu,
seperti yang disebutkan dalam surah Yusuf. Dengan demikian, bangsa Israil
memasuki Mesir dan menetap disana untuk beberapa waktu. Pada sat itulah nabi
Ya'qub wafat, dan tubuhnya sempat dipertahankan, kemudian dipindahkan ke
Palestina dan dimakamkan disana, sesuai dengan permintaannya. Beliau
dimakamkan di Gua al-Makfilah, di kota Hebron (al-Khalil).
Kisah Nabi Ya'qub di Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Ya'qub dalam Al-Quran pada umumnya terintegrasi dengan kisah Nabi
Ibrahim, Nabi Yusuf serta lainnya.
Di dalam Al-Quran, nama Ya'qub as, disebutkan sebanyak 18 kali, yaitu QS. [2:132,
2:133, 2:136, 2:140, 3:84, 4:163, 6:84, 11:71, 12:6, 12:38, 12:66, 12:67, 12:68,
19:6, 19:49, 21:72, 29:27, 38:45]
Referensi kisah nabi Yaqub as:
* Sami bin Abdullah bin Ahmad al-Maghluts, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul,
Mendalami Nilai-nilai Kehidupan yang Dijalani Para Utusan Allah, Obeikan Riyadh,
Almahira Jakarta, 2008.
* Dr. Syauqi Abu Khalil, Atlas Al-Quran, Membuktikan Kebenaran Fakta Sejarah yang
Disampaikan Al-Qur'an secara Akurat disertai Peta dan Foto, Dar al-Fikr Damaskus,
Almahira Jakarta, 2008.

* Ibnu Katsir, Qishashul Anbiyaa', hlm 24.


* Ibnu Asakir, Mukhtashar Taarikh Damasyaqa, IV/224.
* ats-Tsa'labi, Qishashul Anbiyaa' (al-Araa'is), hlm 36.
* Tim DISBINTALAD (Drs. A. Nazri Adlany, Drs. Hanafi Tamam, Drs. A. Faruq
Nasution), Al-Quran Terjemah Indonesia, Penerbit PT. Sari Agung, Jakarta, 2004
* Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Quran,
Syaamil Al-Quran Terjemah Per-Kata, Syaamil International, 2007.
* alquran.bahagia.us, keislaman.com, dunia-islam.com, Al-Quran web, PT. Gilland
Ganesha, 2008.
* Muhammad Fu'ad Abdul Baqi, Mutiara Hadist Shahih Bukhari Muslim, PT. Bina Ilmu,
1979.
* Al-Hafizh Zaki Al-Din 'Abd Al-'Azhum Al Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, AlMaktab Al-Islami, Beirut, dan PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2008.
* M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh,
dan Gema Insani, Jakarta, 2008.
* Al-Bayan, Shahih Bukhari Muslim, Jabal, Bandung, 2008.
* Muhammad Nasib Ar-Rifa'i, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,
Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 1999.

Você também pode gostar