Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KEHAMILAN SEROTINUS
Disusun Oleh:
Ines Damayanti Octaviani
030.08.126
Pembimbing :
dr. R . Irawan Sumrah, Sp.OG
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN
KANDUNGAN
RSUD KOTA BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 10 JUNI 18 AGUSTUS 2013
BEKASI
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
: Ines Damayanti O
: 030.08.126
Tanda tangan
Sumrah, Sp.OG
NIM
IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Pekerjaan
Agama
Suku/bangsa
Alamat
Tgl Masuk
I.
:
:
:
:
:
:
:
:
Ny. E
Perempuan
31 tahun
Ibu Rumah Tangga
Islam
Jawa / Indonesia
Kp. Poncol Jaya RT 004/019 Jakasampurna
28-07-2013
SUBJEKTIF
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 29 Juli 2013
pukul 12.00 WIB
KELUHAN UTAMA
Rencana operasi tanggal 29/07/13 atas indikasi hamil post term dan
giant baby
KELUHAN TAMBAHAN
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien G2P1A0 datang ke poli pada tanggal 27/07/13 untuk kontrol
kehamilan. Pasien direncanakan operasi pada tanggal 29/07/13 karena
hasil USG menunjukkan kehamilan lewat waktu (43 minggu) dengan
ANC
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Mata : CA-/-,SI -/ Thoraks : suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/Bunyi jantung I II reguler, murmur (-), gallop (-)
Ekstremitas : akral +/+/+/+ ,oedem -/-/-/STATUS OBSTETRI
Abdomen
Inspeksi
TFU 37 cm
L1: bokong
L2: puki
L3: kepala
L4: 5/5
Auskultasi
DJJ: 144x/m
Anogenital
Inspeksi : vulva/ urethra tampak tenang, perdarahan (-)
VT : portio tebal, lunak, pembukaan satu jari
III.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LAB DARAH (27/07/13)
Hematologi
Darah Lengkap
LED
84
Mm
0-15
Leukosit
6.8
Ribu
/uL
5-10
Basofil
<1
Eosinofil
13
Batang
2-6
Hitung Jenis
Segmen
68
52 70
Limfosit
25
20 40
Monosit
28
Eritrosit
4.84
Juta/
uL
45
Hemoglobin
12.6
g/dL
12 14
Hematokrit
39.3
37 47
Index eritrosit
MCV
81.1
Fl
82 92
MCH
26.0
Pg
27 32
MCHC
32.1
32 37
trombosit
253
Ribu
/uL
150 400
HEMOSTASIS
PT
PT
12.7
deti
k
11 17
PT control
14.6
Deti
k
12.4
17.9
APTT
24.9
Deti
k
20 40
PTT control
37.1
Deti
k
27.5
39.5
IMUNOSEROLOGI
Anti HIV
Tahap I
Non
reakti
f
Non
reaktif
HbsAg
(Elisa)
Non
reakti
f
Non
reaktif
KIMIA KLINIK
Fungsi hati
SGOT
21
U/L
< 37
SGPT
21
U/L
< 41
Cardiotocography
USG
Interpretasi:
BPD
HC
AC
FL
Sesuai kehamilan 39
minggu
IV.
DIAGNOSA KERJA
V.
PROGNOSA
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia
VI.
TATALAKSANA
-
VII.
LAPORAN OPERASI
Hematologi
X.
Leukosit
16,1
Ribu/uL
5 - 10
Hemoglobin
12,1
g/dL
12 14
Hematokrit
36,8
37 47
Trombosit
236
Ribu/uL
150 400
FOLLOW UP
30 Juli 2013
31 Juli 2013
O:
O:
HR: 80x/m
HR: 80x/m
RR: 20x/m
RR: 20x/m
S: 36,3 C
S: 36,3 C
Thoraks: dbn
Thoraks: dbn
Ekstremitas
Ekstremitas
Status puerpuralis
Status puerpuralis
- mammae:
- mammae:
ASI (-)
ASI (-)
nyeri (-)
nyeri (-)
massa (-)
massa (-)
- abdomen:
- abdomen:
P: Supel, NT (+)
P: Supel, NT (+)
P: timpani, NK (+)
P: timpani, NK (+)
A: BU (+)
A: BU (+)
- genitalia
- genitalia
P: Anbacim 3x1
Gentamicin 80 mg 2x1
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar di bawah ini menyatakan bahwa 8% dari 4 juta bayi yang dilahirkan
di Amerika Serikat sepanjang tahun 1997, diperkirakan dilahirkan pada usia
gestasi 42 minggu sedangkan yang dilahirkan preterm (usia gestasi 36
minggu) hanya sebesar 11%.2
Usia Gestasi
2000000
1800000
1600000
1400000
1200000
1000000
800000
600000
400000
200000
0
36
37-39
40
41
42
7 %.
pendidikan masyarakat,
frekuensi
persalinan, frekuensi seksio sesaria elektif, pemakaian USG untuk menentuka usia
kehamilan.
kelahiran pre-term tinggi, bila angka induksi persalinan dan seksio sesaria elektif
tinggi, dan bila USG dipakai lebih sering untuk menentukan usia kehamilan.
Peningkatan mortalitas dan morbiditas secara signifikan berhubungan dengan
distosia akibat makrosomia. Sekitar 10-25% janin yang lahir lewat waktu
memiliki berat badan lebih dari 4000 gram dan 1,5% janin dengan berat badan
sekitar 4500 gram. Insidens distosia bahu pada kehamilan lewat waktu adalah
sebesar 2%. Resiko mengalami distosia akibat makrosomia adalah 3 kali lipat dan
peningkatan insiden distosia bahu sebesar 2 kali lipat pada kehamilan lewat waktu
dibandingkan dengan wanita yang melahirkan bayi pada kehamilan 40 minggu. 2,9
4. Teori saraf uterus. Berdasarkan teori ini, diduga kehamilan postterm terjadi pada
keadaan tidak terdapatnya tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus
Frankenhauser yang membangkitkan kontraksi uterus, seperti pada keadaan
kelainan letak, tali pusat pendek, dan masih tingginya bagian terbawah janin.
5. Teori heriditer. Pengaruh herediter terhadap insidensi kehamilan postterm telah
dibuktikan pada beberapa penelitian sebelumnya. Kitska et al (2007) menyatakan
dalam hasil penelitiannya bahwa seorang ibu yang pernah mengami kehamilan
postterm akan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kehamilan postterm
pada kehamilan berikutnya. Hasil penelitian ini memunculkan kemungkinan
bahwa kehamilan postterm juga dipengaruhi oleh faktor genetik. 5 Mogren (1999)
menyatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami kehamilan postterm saat
melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya akan
mengalami kehamilan postterm.
Estimasi jumlah cairan amnion dapat diukur dengan pemeriksan USG. Salah
satu metode yang cukup populer adalah pengukuran diameter vertikal dari
kantung amnion terbesar pada setiap kuadran dari 4 kuadran uterus. Hasil
penjumlahan keempat kuadran tersebut dikenal dengan sebutan indeks cairan
anmion (Amnionic Fluid Index/AFI). Bila nilai AFI telah turun hingga 5 cm atau
kurang, maka merupakan indikasi adanya oligohidramnion. 1
3. Perubahan pada janin
Berat janin. Bila terjadi perubahan anatomik yang besar pada plasenta, maka
terjadi penurunan berat janin. Namun, seringkali pula plasenta masih
dapat
berfungsi dengan baik sehingga berat janin bertmbah terus sesuai bertambahnya
umur kehamilan. Risiko persalinan bayi dengan berat lebih dari 4000 gram pada
kehamilan postterm meningkat 2-4 kali lebih besar.
Selain risiko pertambahan berat badan yang berlebihan, janin pada kehamilan
postterm juga mengalami berbagai perubahan fisik khas disertai dengan gangguan
pertumbuhan dan dehidrasi yang disebut dengan sindrom postmaturitas.
Perubahan-perubahan tersebut antara lain; penurunan jumlah lemak subkutaneus,
kulit menjadi keriput, dan hilangnya vernik kaseosa dan lanugo. Keadaan ini
menyebabkan kulit janin berhubungan langsung dengan cairan amnion. Perubahan
lainnya yaitu; rambut panjang, kuku panjang, serta warna kulit kehijauan atau
kekuningan karena terpapar mekonium. Namun demikian, Tidak seluruh neonatus
kehamilan postterm menunjukkan tanda postmaturitas tergantung fungsi plasenta.
Umumnya didapat sekitar 12-20 % neonatus dengan tanda postmaturitas pada
kehamilan postterm. Tanda postterm dibagi dalam 3 stadium: 2
a. Stadium 1 :
b. Stadium 2 :
c. Stadium 3 :
usia kehamilan pada trimester III saat ini sebenarnya dapat ditingkatkan dengan
melakukan pemeriksaan MRI terhadap profil air ketuban.
5. Pemeriksaan laboratorium
a. Sitologi cairan amnion. Pengecatan nile blue sulphate dapat melihat sel lemak
dalam cairan amnion. Apabila jumlah sel yang mengandung lemak melebihi 10%,
maka kehamilan diperkirakan sudah berusia 36 minggu dan apabila jumlahnya
mencapai 50% atau lebih, maka usia kehamilan 39 minggu atau lebih.
b. Tromboplastin cairan amnion (ATCA). Hasil penelitian terdahulu berhasil
membuktikan bahwa cairan amnion mempercepat waktu pembekuan darah.
Aktivitas ini meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada usia
kehamilan 41-42 minggu, ACTA berkisar antara 45-65 detik sedangkan pada usia
kehamilan >42 minggu, didapatkan ACTA <45 detik. Bila didapatkan ACTA
antara 42-46 detik, ini menunjukkan bahwa kehaminan sudah postterm.
c. Perbandingan kadar lesitin-spingomielin (L/S). Perbandingan kadar L/S pada usia
kehamilan sekitar 22-28 minggu adalah sama (1:1). Pada usia kehamilan 32
minggu, perbandingannya menjadi 1,2:1 dan pada kehamilan genap bulan menjadi
2:1. Pemeriksaan ini tidak dapat dipakai untuk menentukan kehamilan postterm
tetapi hanya digunakan untuk menentukan apakan janin cukup usia/matang untuk
dilahirkan.
d. Sitologi vagina. Pemeriksaan sitologi vagina (indeks kariopiknotik > 20%)
mempunyai sensitivitas 755. Perlu diingat bahwa kematangan serviks tidak dapat
dipakai untuk menentukan usia gestasi.2
F. Komplikasi Kehamilan Postterm
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu seperti korioamnionitis, laserasi
perineum, perdarahan post partum, endomiometritis dan penyakit tromboemboli.
Komplikasi terjadi pada bayi seperti hipoksia, hipovolemia, asidosis, sindrom
gawat nafas, hipoglikemia, hipofungsi adrenal.3
dari batang otak. Menurut hipotesis, denyut jantung janin yang tidak berada dalam
keadaan asidosis akibat hipoksia ataupun depresi saraf akan mengalami akselerasi
sementara sebagai respon terhadap gerakan janin. Adanya akselerasi ini
dipegaruhi oleh usia kehamilan. Menurut hasil penelitian, besarnya tingkat
akselerasi denyut jantung akibat gerakan janin akan meningkat seiring dengan
peningkatan usia kehamilan. (Cunningham, et al., 2010)
Penggunaan NST memiliki tujuan yang berbeda dengan tes beban kontraksi
(contraction stress test/oxytocin stress test/OST). Secara sederhana, NST adalah
tes untuk mengetahui kondisi janin sedangkan OST digunakan untuk menilai
fungsi uteroplasenta. Sampai saat ini, NST adalah tes utama yang paling sering
digunakan untuk menilai kesejahteraan janin. (Cunningham, et al., 2010)
bahwa
untuk
dapat
mendiagnosis
tidak
ditemukannya
gerakan
nafas
membutuhkan waktu observasi yang panjang. Oleh sebab itu, untuk menilai
kesejahteraan janin, pemeriksaan gerakan nafas sering digabungkan dengan
pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan denyut jantung janin. (Cunningham, et al., 2010)
c. Pemeriksaan gerakan janin (fetal movements)
Aktivitas pasif janin tanpa rangsangan sebenarnya sudah mulai ada sejak
minggu ke-7 dan akan menjadi lebih kompleks serta terkoordinasi pada akhir
kehamilan. Bahkan setelah minggu ke-8 usia kehamilan, gerakan janin tidak
pernah berhenti dengan waktu lebih dari 13 menit. Namun demikian, ibu hamil
baru bisa merasakan pergerakan janin pertama kali sekitar usia kehamilan 18-20
minggu. Mula-mula gerakannya jarang, lemah, dan terkadang tidak dapat
dibedakan dengan sensasi abdomen lainnya seperti gerakan usus. (Cunningham, et al., 2010)
Antara minggu ke-20 sampai ke-30, gerakan tubuh umum menjadi lebih
teratur dan janin mulai memperlihatkan siklus istirahat-aktivitas. Pada trimester
ketiga, pematangan gerakan janin terus berlanjut sampai sekitar 36 minggu, saat
sikap tubuh normal telah terbentuk pada 80% janin. (Cunningham, et al., 2010)
Pergerakan rata-rata harian janin selama kehamilan bervariasi. Pada umur
kehamilan 20 minggu, pergerakan janin rata-rata adalah sekitar 200 gerakan per
12 jam. Pergerakan janin mencapai nilai maksimal sekitar minggu ke-32
kehamilan, yaitu 500 gerakan per 12 jam. Setelah itu, pergerakan menjadi
kurang dirasakan setelah minggu ke-36 karena janin tumbuh dan volume cairan
amnion berkurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berkurangnya aktivitas
pada kehamilan aterm mungkin juga disebabkan oleh pertambahan waktu tidur
janin seiring dengan makin maturnya janin. Keadaan ini merupakan hal yang
terjadi secara fisiologis pada trimester ke- tiga. (Cunningham, et al., 2010)
d. Pemeriksaan tonus janin
Tonus janin dengan pemeriksaan USG diketahui sebagai gerakan ekstensi
ekstremitas atau tubuh janin, yang dilanjutkan dengan gerakan kembali ke posisi
fleksi. Tonus janin dapat juga dinilai dengan melihat gerakan jari-jari tangan yang
membuka (ekstensi) dan kembali ke posisi mengepal. Dalam keadaan normal,
gerakan tersebut terlihat sedikitnya sekali dalam 30 menit pemeriksaan. Tonus
janin juga dianggap normal apabila jari-jari tangan terlihat mengepal terus selama
30 menit pemeriksaan.
e. Pemeriksaan volume cairan amnion
Pemeriksaan volume cairan amnion telah menjadi bagian dari pemeriksaan
antepartum pada kehamilan yang memiliki risiko kematian janin. Pelaksanaan tes
ini didasari pada pemikiran bahwa penurunan perfusi uteroplasenta akan
menurunkan aliran darah ginjal janin, menurunkan produksi urin janin, dan pada
akhirnya akan menimbulkan oligohidramnion. (Oz, et al., 2002; Cunningham, et al., 2010)
Estimasi volume cairan amnion dapat dilakukan dengan pemeriksaan USG
dengan cara menilai indeks cairan amnion (amniotic fluid index/AFI). Penilaian
dengan indeks ini dilakukan dengan cara menambahkan ukuran kedalaman dari
setiap kantung vertikal terbesar pada tiap kuadran uterus. Bila nilai AFI telah
turun
hingga
cm
atau
kurang,
maka
merupakan
indikasi
adanya
pada saat persalinan. Induksi persalinan dengan oksitosin yang diberikan melalui
infus secara titrasi ternyata efektif dan banyak dipakai. Titrasi ini biasanya
dilakukan dengan cara memberikan 10-20 unit oksitosin (10.000-20.000 mU)
yang dilarutkan dalam 1000 cc larutan Ringer laktat. Rejimen ini akan
menghasilkan kadar oksitosin 10-20 mU/mL. (Cunningham, et al., 2010) Terdapat berbagai
macam metode induksi dengan menggunakan drip oksitosin, baik yang
menggunakan dosis rendah maupun dosis tinggi.
Tabel :Rejimen drip induksi dengan oksitosin. (Cunningham, et al., 2010)
Sebaliknya, Zhang dkk (2004) yang dikutip dari Cunningham et al., (2010)
melaporkan bahwa kondisi oligohidramnion dengan nilai AFI 5 cm tidak
berhubungan dengan kondisi perinatal yang buruk. Begitu juga dengan Magann
dkk (1999) yang tidak menemukan peningkatan risiko komplikasi intrapartum
pada kondisi oligohidramnion. (Cunningham, et al., 2010)
Perlu kita sadari bahwa persalinan adalah saat paling berbahaya bagi janin
postterm sehingga setiap persalinan postterm harus dilakukan pengawasan ketat
dan sebaiknya dilaksanakan di Rumah Sakit dengan pelayanan operatif dan
neonatal yang memadai.
Menurut Mochtar, et al (2004) pengelolaan persalinan pada kehamilan
postterm mencakup:
a. Pemantauan yang baik terhadap kontraksi uterus dan kesejahteraan janin.
Pemakaian alat monitor janin secara kontinu sangat bermanfaat.
b. Hindari penggunaan obat penenang atau analgetika selama persalinan.
c. Persiapan oksigen dan tindakan seksio sesarea bila sewaktu-waktu terjadi
kegawatan janin
d. Cegah terjadinya aspirasi mekonium dengan segera mengusap wajah neonatus dan
penghisapan pada tenggorokan saat kepala lahir dilanjutkan resusitasi sesuai
prosedur pada janin dengan cairan ketuban bercampur mekonium.
e. Pengawasan ketat terhadap neonatus dengan tanda-tanda postmaturitas
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F.G., et al. 2001. Postterm Pregnancy, Antepartum Assessment, In : Williams
Obstetrics. Edisi 21. Mc Graw Hill. New York: 729 742. 1095-1108.
2. Wiknjosastro. H., Ilmu Kebidanan, edisi III, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Kehamilan Lewat Waktu, Jakarta, 2002 hal: 317-320.
3. Rustam, Mochtar. 1998 Sinopsis Obstetri (Obstetri Fisiologi Obstertri Patologi). Edisi 2. EGC.
Jakarta.
4. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas kedokteran Universitas Padjajaran Bandung. 1982.
Obstetri Patologi,. Penerbit : Elstar Offset. Bandung
5. Hacker NF and Moore George, Essensial of Obstetrics and Gynecology, 2nd edition, W.B.
Sauders company,1992, page 316-318
6. Shaver D.C. et al, Clinical Manual Of Obstetrics, 2 nd Edition, Mc Graw International Editions,
1993 page 313-321.
7. Decherney A, Nathan L, Goodwin T,Leufer N, Current Diagnosis and Treatment Obstetrics &
Gynacology 10th edition; McGraw-Hill, 2007 page 187-189
8. Pengurus besar POGI, Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi, bagian 1, Balai
penerbit FKUI, 2003, hal 70-71.
9. Rosa C. 2001. Postdate Pregnancy in: Obstetrics and Gyecology Principles for Practice,
McGraw-Hill. New York, America: 388-395
10. Asrat T.,Quilligan E.J., 2000. Postterm Pregnancy in: Current Therapy in Obstetrics and
Gynecology, edisi 5. WB. Saunders Company. Philadelphia America:321-322
11. Spellacy W.N., 1999.Postdate Pregnancy in:Danforths Obstetrics and Gynecology. Edisi 8.
Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia:287-291.
12. Puder K.S., Sokol R.J., 1995. Clinical use of Antepartum Fetal monitoring techniques in:John
J.Sciarra Gynecology and Obstetrics vol 2.edisi revisi. Lippincott Williams and Wilkins.
Philadelphia
13. Briscoe D., et al. 2005. Management of Pregnancy Beyond 40 Weeks Gestation in:
www.aafp.org/afp
14. Singal P., et al. 2001. Fetomaternal Outcome Following Postdate Pregnancy-A Prospective
Study in: www.journal-obgyn-india.com/articles/issue_sep_oct2001/o_papers_89.asp