Você está na página 1de 30

Asuhan Keluarga dengan penyakit DM

KONSEP DASAR
DIABETES MELlITUS
1.

PENGERTIAN
Adalah suatu penyakit kronik yang komplek disertai berbagai kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf
dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan membran
electron (Nasrul Effendy, 1994 : 111).

2.

KLASIFIKASI
Menurut Soeparman klasifikasi Diabetes Mellitus :

a.

Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) / Tipe I


Dikenal dengan Diabetes Mellitus ketergantungan insulin, penggolongan Diabetes
Melitus ini didasarkan atas faktor keturunan (genetik) sebagai pemegang peranan penting
dalam menentukan kecenderungan mengidap penyakit ini, Penyakit ini sering terjadi pada
individu di bawah usia 30 tahun dan mengalami kekurangan insulin akibat kerusakan sel-sel
beta pancreas

b.

Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus / Tipe II


Terjadi kekurangan insulin relatif karena resisten terhadap insulin atau penurunan
sensitivitas jaringan, penderita dengan tipe II ini dapat mengalami kadar insulin normal,
sedikit tertekan atau meningkat dan biasanya tidak membutuhkan insulin untuk mengontrol
hiperglikemia.

c.

GTG ( Gangguan Toleransi Glukosa)


Gangguan Toleransi Glukosa biasanya tanpa gejala, kadar gula puasa lebih dari 120 mg
% 2 jam PP, lebih dari 140-200 mg %, normalnya kadar gula 70-110 mg %

d.

Diabetes Melitus Gestasi (Gestational Diabetes Mellitus)


Yaitu Diabetes Melitus yang terjadi pada saat kehamilan, menentukan Diabetes Mellitus
Gestasi dengan TGO (Test Glukosa Oral), 100 gr setelah 1 jam PP 105, 2 jam PP 165 mg %,
3 jam PP 145 mg %

3.

ETIOLOGI

a.

Kelainan dari fungsi jumlah sel beta yang bersifat genetik / menurun

b.

Fungsi yang merubah integritas sel beta :

1)

Infeksi

2)

Obesitas

3)

Kehamilan

c.

Gangguan sistem imun

1)

Auto imunitas disertai pembentukan sel-sel antibodi anti pankreas yang menyebabkan
kerusakan sel pankreas.

2)

Peningkatan kepekaan terhadap sel-sel beta oleh virus.

3)
4.

PATOFISIOLOGI
Dalam proses pencernaan yang normal, karbohidrat dari makanan diubah menjadi
glukosa, yang berguna sebagai bahan bakar atau energi bagi tubuh manusia. Hormon insulin
mengubah glukosa dalam darah menjadi energi yang digunakan sel. Jika kebutuhan energi
telah mencukupi, kebutuhan glukosa disimpan dalam bentuk glukogen dalam hati dan otot
yang nantinya bisa digunakan lagi sebagai energi setelah direkonvensi menjadi glukosa lagi.
Proses penyimpanan dan rekonvensi ini membutuhkan insulin. Insulin adalah hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang mengurangi dan mengontrol kadar gula darah sampai
pada batas tertentu.
Diabetes Mellitus terjadi akibat produksi insulin tubuh kurang jumlahnya atau kurang
daya kerjanya, walaupun jumlah insulin sendiri normal bahkan mungkin berlebihan akibat
kurangnya jumlah atau daya kerja insulin. Glukosa yang tidak dapat dimanfaatkan oleh sel
hanya terakumulasi di dalam darah dan beredar ke seluruh tubuh. Gula yang tidak dikonvensi
berhamburan di dalam darah, kadar glukosa yang tinggi di dalam darah akan dikeluarkan
lewat urine, tingginya glukosa dalam urine membuat penderita banyak kencing (polyuri),
akibatnya muncul gejala kehausan dan keinginan minum yang terus menerus (polydipsi) dan
gejala banyak makan (polypasia), walaupun kadar glukosa dalam darah cukup tinggi, tetapi
tidak bisa dimasukkan dan dimanfaatkan oleh sel sel tubuh
Penjelasan di atas dapat di perlihatkan melalui skema di bawah ini
Destruksi sel Beta pulau Langerhans

Resistensi insulin

Defisiensi relatif insulin


Kegagalan pengambilan glukosa oleh jaringan perifer
(Akibat peningkatan glikogenolisis dan glukoneogenesis)

Peningkatan kecepatan lipolisis dan ketogenesis.

Ekskresi ke ginjal dan timbul manifestasi klinis


(polydipsi, polypagi, poliuri sebagai kompensasi)
5.

TANDA DAN GEJALA


Gejala sering baru timbul beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah mengidap
penyakit ini.
Gejala yang sering muncul adalah:

a.

Sering buang air kecil terutama pada malam hari.

b.

Gatal gatal terutama pada alat kelamin bagian luar.

c.

Kesemutan dan kram.

d.

Cepat merasa lapar dan kehausan.

e.

Cepat merasa lelah dan mengantuk.

f.

BB menurun, nafsu makan bertambah.

g.

Penglihatan kabur.

h.

Gatal.

i.

Mudah timbul abses dan kesembuhan yang lama.

j.

Ibu melahirkan bayi lebih dari 4 kg.

k.

Ibu sering mengalami keguguran atau melahirkan bayi mati.

l.

Impotensi pada pria, pluritis vulva pada wanita

6.

PENATALAKSANAAN
Dalam jangka pendek penatalaksanaan Diabetes Mellitus bertujuan untuk menghilangkan
keluhan atau gejala Diabetes Mellitus. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk
mencegah komplikasi.
Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa, lipid dan insulin.
Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk
pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri.
Kerangka utama penatalaksanaan Diabetes Mellitus yaitu perencanaan:

a.

Makanan (diet) => Perencanaan makan (Meal Planning).


Hendaknya mengikuti pedoman 3J (jumlah, jadwal, jenis), yaitu :

1). J1 : Jumlah kalori yang diberikan harus habis.


2). J2 : Jadwal diet harus diikuti sesuai dengan waktu.
3).

J3 : Jenis makanan yang

manis harus dihindari termasuk pantang buah golongan A

(mangga, nangka, rambutan, sawo, sirsak, nanas, anggur, duku, durian, jeruk manis). Batasi
mengkonsumsi sumber karbohidrat seperti lontong, roti, ubi talas, singkong, sagu, bihun, mie.
Sama sekali hindari gula murni serta makanlah makanan yang mengandung banyak serat
seperti : sayuran bayam, daun singkong, daun pepaya.
b.

Latihan fisik / olah raga


Latihan fisik dapat dilakukan tiga sampai empat kali seminggu selama 30 menit. Olah
raga yang menjadi pilihan adalah jalan kaki, renang, bersepeda. Bagi penderita yang dirawat
di rumah sakit dianjurkan latihan ringan teratur setiap hari pada saat 1 jam sesudah makan
dengan gerakan ringan di tempat tidur.

c.

Jaga kulit dari cedera


Menjaga kulit dari cedera terutama bagian kaki seperti (memakai alas kaki, berhati-hati saat
memotong kuku, hindarkan luka / trauma, menggunakan sepatu yang agak longgar).

d.

Memantau kadar gula darah

e.

Pengobatan

f.

Perawatan luka

7.

KOMPLIKASI
Menurut serangannya dapat dibagi:

a.

Akut.

1)

Koma hipoglikemi.

2)

Ketoasidosis.

3)

Koma hiperosmolar non ketotik.

b.

Kronik.

1)

Makrongiopati dan mikrongiopati.

2)

Neuropati diabetik.

3)

Rentan infeksi: TBC, ginggivitis, ISK.

4)

Kaki diabetik.
Gangren basah, merupakan akibat penutupan arteri yang mendadak terutama pada
anggota bawah di mana aliran darah sebelumnya mencukupi, misalnya terjadi emboli yang

akut. Daerah yang terkena berbercak-bercak dan bengkak. Kulit kerap kali menjadi melepuh
dan menjadi port d entre, infeksi kerap kali terjadi supra infeksi, bisa terjadi melalui daerah
yang baru saja mengalami epidermophyyosis. Sifat khas pada gangren basah sebagian
disebabkan oleh infeksi sehingga terdapat beberapa tingkatan infeksi kemerahan,
pembengkakan dan edema yang progresif di atas daerah yang terkena pada jaringan yang
nekrotik oleh karena pembentukan gas oleh mikroorganisme meskipun bukan merupakan
faktor utama. Ganggren circulatoir pada penderita diabetes, baik berbentuk basah maupun
kering dapat mengalami infeksi oleh karena jaringan tersebut rentan. Pada umumnya, proses
septik menjadi dominan, sehingga gangren dan nekrose menjadi lebih luas daripada
kegagalan aliran darah itu sendiri. Diabetik ganggren menjadi istilah untuk menandai bahwa
infeksi memegang peranan penting dan menonjol.
Menurut organ yang diserangnya
a.

Kardiovaskular

: hipertensi, Infark miokard.

b.

Mata

: retinopati, katarak.

c.

Syaraf

: neuropati.

d.

Paru paru

: TBC.

e.

Kulit

: gangren, ulkus.

f.

Hati

8.

PROGNOSIS

: sirosis hepatic.

Klien yang sudah di diagnosa kemungkinan untuk sembuh total tidak ada.

KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1.

Konsep Keluarga

a.

Pengertian Keluarga
Menurut Departemen Kesehatan RI 1988, Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Nasrul Efendi, 1995
175).

b.

Struktur Keluarga
Struktur keluarga ada bermacam-macam diantaranya:

1)

Patrilineal
Keluarga sedarah terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi di mana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2)

Matrilineal
Keluarga sedarah terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi di mana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3)

Matrilokal
Adalah sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah isteri.

4)

Patrilokal
Adalah sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

5)

Keluarga kawinan
Hubungan suami isteri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak
saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau isteri.

c.

Tipe / Bentuk Keluarga

1)

Keluarga inti (Nuclear Family)


Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

2)

Keluarga besar (extended family)


Adalah keluarga inti di tambah sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan dan
sebagainya.

3)

Keluarga berantai (serial family)


Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti.

4)

Keluarga duda / janda (single family)


Keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian

5)

Keluarga berkomposisi (Composite)


Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama.

6)

Keluarga kabitas (Cahabitation)


Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk keluarga.

d.

Fungsi Keluarga

1)

Fungsi Biologis

a)

Untuk meneruskan keturunan.

b)

Memelihara dan membesarkan anak.

c)

Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

d)

Memelihara dan merawat anggota keluarga.

2)

Fungsi Psikologis

a)

Memberikan kasih sayang dan rasa aman.

b)

Memberikan perhatian di antara anggota keluarga.

c)

Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

d)

Memberikan identitas keluarga.

3)

Fungsi Sosialisasi

a)

Membina sosialisasi pada anak.

b)

Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

c)

Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

4)

Fungsi Ekonomi
a)

b)

Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.


Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

c)

Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang


misalnya pendidikan anak-anak.

5)

Fungsi Pendidikan

a)

Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk


perilakunya sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.

b)

Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi
peranannya sebagai orang dewasa.

c)

Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

e.

Tahap Perkembangan Keluarga

1)

Tahap pembentukan keluarga; tahap ini dimulai dari pernikahan yang dilanjutkan dalam
membentuk rumah tangga.

2)

Tahap menjelang kelahiran anak; fungsi keluarga yang utama untuk mendapatkan
keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga
yang merupakan saat-saat yang dinantikan.

3)

Tahap menghadapi bayi; dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan memberi kasih
sayang kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung kepada
kedua orang tuanya dan kondisinya masih lemah.

4)

Tahap menghadapi anak pra sekolah; pada tahap ini anak mulai mengenal kehidupan
sosialnya, tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan, agama, sosial
budaya dan sebagainya.

5)

Tahap menghadapi anak sekolah; dalam tahap ini tugas keluarga adalah mendidik anak,
mengajari anak mempersiapkan masa depannya.

6)

Tahap menghadapi anak remaja; tahap ini adalah yang paling rawan sebab anak akan
mencari identitas diri dalam bentuk kepribadiannya.

7)

Tahap melepaskan anak ke masyarakat; setelah melalui tahap remaja dan telah dapat
menyelesaikan pendidikannya, maka tahap selanjutnya melepas anak ke masyarakat.

8)

Tahap berdua kembali; sebagian anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendirisendiri, tinggallah suami isteri berdua saja.

9)

Tahap masa tua; tahap ini masuk ke dan tahap lanjut usia dan kedua orang tua bersiap diri
untuk meninggalkan dunia pelayanan.

f.

Tugas-Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Pada dasarnya tugas keluarga ada 8 yaitu:

1)

Pemeliharaan fisik keluarga dan anggotanya.

2)

Pemeliharaan sumber-sumber yang ada dalam keluarga.

3)

Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya

masing-

masing.
4)

Sosialisasi antar anggota keluarga.

5)

Pengaturan jumlah anggota keluarga.

6)

Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

7)

Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang luas.

8)

Membangun dorongan dan semangat para anggota keluarga.

2.

Perawatan Kesehatan Keluarga

a.

Pengertian
Perawatan kesehatan keluarga menurut Salvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya
(1978) adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada
keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan dan
melalui perawatan sebagai sasaran (Nasrul effendi, 1995 : 183).

b.

Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga


Sedang tujuan dari perawatan kesehatan keluarga adalah:

1)

Memungkinkan keluarga untuk mengelola masalah kesehatannya dan mempertahankan


fungsi keluarga.

2)

Melindungi dalam memperkuat pelayanan masyarakat tentang perawatan masyarakat.

c.

Alasan Utama Keluarga Sebagai Unit Pelayanan


Adapun alasan mengapa keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan kesehatan adalah:

1)

Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat.

2)

Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau


memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya.

3)

Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu anggota
keluarga mempunyai masalah kesehatan, akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang
lain.

4)

Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu

(pasien), keluarga

tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya.
5)

Keluarga merupakan perantara yang paling efektif dan mudah untuk berbagai upaya
kesehatan masyarakat.

d.

Keluarga Kelompok Resiko Tinggi

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga yang menjadi prioritas


utama adalah keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan,
meliputi:
1)

Keluarga yang mempunyai anggota keluarga dalam usia subur dengan masalah sebagai
berikut:

a)

Sosial ekonomi rendah.

b)

Keluarga kurang mampu menanggulangi masalah kesehatan.

2)

Keluarga dengan resiko tinggi kebidanan (waktu hamil)

a)

Usia < 16 tahun, > 35 tahun.

b)

Gizi kurang dan anemia.

c)

Primipara dan multipara.

d)

Hypertensi.

e)

Riwayat persalinan dengan komplikasi.

3)

Keluarga dengan anak resiko tinggi.

a)

Lahir prematur dan berat badan < 2500 gram.

b)

Berat badan sukar naik.

c)

Lahir dengan cacat bawaan.

d)

Ibu < gizi / anemia.

e)

ASI kurang.

f)

Ibu mempunyai penyakit yang mempengaruhi kehamilannya.

4)

Keluarga yang mempunyai masalah dalam hubungan keluarga.

a)

Anak yang tidak dikehendaki.

b)

Tidak ada penyesuaian pendapat, perselisihan, ketegangan.

c)

Anggota keluarga sakit / mabuk.

5)

Keluarga yang salah satu anggota keluarganya menderita penyakit kronik seperti TBC,
Kusta, Hipertensi, dll.

6)

Keluarga dengan anggota keluarga yang berusia > 60 tahun.

7)

Kelompok khusus.

a)

Panti Asuhan.

b)

Panti Werda.

e.

Prinsip-Prinsip Perawatan Keluarga


Prinsip-prinsip dalam perawatan kesehatan keluarga, yaitu:

1)

Bekerja bersama keluarga.

2)

Dimulai sesuai kemampuan keluarga.

3)

Menerima dan mengakui struktur keluarga.

4)

Menekankan pada kemampuan keluarga.

5)

Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.

6)

Sehat merupakan tujuan utama.

7)

Asuhan keperawatan sebagai sarana peningkatan kesehatan keluarga.

8)

Melibatkan peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan kebutuhan
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.

9)

Kegiatan bersifat promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.

10) Memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin.


11) Sasaran adalah keluarga secara keseluruhan.
12) Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan.
13) Kegiatan utama adalah penyuluhan dan asuhan keperawatan dasar / perawatan di rumah.
14) Di utamakan keluarga dengan resiko tinggi.
f.

Langkah-Langkah Perawatan Keluarga


Langkah-langkah dalam perawatan kesehatan keluarga:
Mengadakan hubungan kerja sama yang baik dengan keluarga yaitu memulai kontak,
menyampaikan minat, menyatakan kesediaan, mempertahankan komunikasi untuk :

1)

Melaksanakan penjajakan I, yaitu pengumpulan data.

2)

Menggolongkan dan menganalisa masalah kesehatan keluarga yaitu ancaman kesehatan,


tidak atau kurang sehat.

3)

Melaksanakan penjajakan II yaitu menentukan masalah keperawatan atau diagnosa


keperawatan.

4)
5)

Menentukan prioritas masalah dan menentukan masalah yang akan dicapai lebih dahulu.
Membuat perencanaan: menentukan sasaran dan tujuan, menentukan pendekatan dan
tindakan keperawatan, menentukan kriteria dan standar evaluasi.

6)

Melaksanakan implementasi atau pelaksanaan rencana keperawatan.

7)

Melaksanakan evaluasi.

8)

Meninjau kembali masalah keperawatan, yaitu catatan perkembangan.

3.

Proses Keperawatan Keluarga

a.

Pengertian
Proses keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis
untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga,

merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap


keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu serta hasil asuhan
keperawatan yang telah dilaksanakan. (Nasrul Effendi, 1995: 192).
b.

Tahap-Tahap Proses Keperawatan


Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantung satu sama lainnya dan
bersifat dinamis dan disusun secara sistematis untuk menggambarkan perkembangan dari
tahap yang satu ke tahap yang lain, dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1)

Pengkajian (Assessment) penjajakan tahap I


Norma yang digunakan untuk menentukan status kesehatan keluarga adalah:
a)

b)

Keadaan kesehatan normal dari setiap anggota keluarga.


Keadaan rumah dan lingkungan yang membawa kepada peningkatan kesehatan keluarga.

c)

Sifat keluarga, dinamika dan tingkat kemampuan keluarga yang dapat membawa
perkembangan keluarga dan perubahan perilaku sehat.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara :
a)

Wawancara; yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik,

mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan dan sebagainya.


b)

Pengamatan; pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan karena sudah
dianggap cukup melalui pengamatan saja, diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan
fisik, misalnya ventilasi, penerangan, kebersihan dan sebagainya.

c)

Studi dokumentasi; studi berkaitan dengan perkembangan kesehatan anak, diantaranya


melalui Kartu Menuju Sehat (KMS). Kartu Keluarga dan catatan-catatan kesehatan lainnya.

d)

Pemeriksaan fisik; dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah


kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik, misalnya masalah kehamilan,
kelainan organ tubuh dan tanda-tanda penyakit.
Data-data yang dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut:
a)

Identitas keluarga.

b)

Riwayat kesehatan keluarga baik yang sedang dialami maupun yang pernah dialami.

c)

Anggota keluarga.

d)

Jarak antara lokasi dengan fasilitas kesehatan masyarakat yang ada.

e)

Keadaan keluarga, meliputi:

(1)

Biologis.

(2)

Psikologis.

(3)

Sosial.

(4)

Kultural.

(5)

Spiritual.

(6)

Lingkungan.

(7)

Dan data penunjang lainnya.


Dari hasil pengkajian akan didapatkan masalah dan dapat dibuat kesimpulan tentang
masalah kesehatan

2)

Penggolongan masalah kesehatan


Menentukan dan perumusan masalah, dalam masalah kesehatan keluarga ada 3
kelompok besar, yaitu :

(1)

Ancaman kesehatan; adalah keadaan-keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya


penyakit, kecelakaan dan kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan. Yang termasuk
dalam ancaman kesehatan adalah :

(a)

Penyakit keturunan, seperti asma bronchial, diabetes mellitus dan hipertensi.

(b) Keluarga / anggota keluarga yang menderita penyakit menular, seperti TBC, gonorrhea,
hepatitis dan sebagainya.
(c)

Jumlah anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan dan sumber
daya keluarga, seperti anak terlalu banyak sedang penghasilan keluarga kecil.

(d) Resiko terjadi kecelakaan dalam keluarga, misalnya benda tajam diletakkan sembarangan,
tangga rumah terlalu curam.
(e)

Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing-masing anggota keluarga.

(f)

Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan stress, antara lain :

Hubungan keluarga yang kurang harmonis.

Hubungan orang tua dan anak tegang.

Orang tua tidak dewasa.

(g) Sanitasi lingkungan buruk, diantaranya :


-

Ventilasi dan penerangan rumah kurang baik.

Tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat.

Tempat pembuangan tinja mencemari sumber air minum.

Selokan / tempat pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat.

Sumber air minum tidak memenuhi syarat.

Kebisingan.

Polusi udara.

(h) Kebiasaan-kebiasaan yang merugikan kesehatan :


-

Merokok.

Minuman keras.

Tidak memakai alas kaki.

Makan obat tanpa resep.

Kebiasaan makan daging mentah.

Personal hygiene kurang.

(i)

Sifat kepribadian yang melekat, misalnya pemarah.

(j)

Riwayat persalinan sulit.

(k)

Memainkan peranan yang tidak sesuai, misalnya anak wanita memainkan peranan ibu
karena meninggal, anak laki-laki memainkan peranan ayah.

(l)
(2)

Imunisasi anak tidak lengkap.


Kurang / tidak sehat; adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan. Yang termasuk di
dalamnya adalah:

(a)

Keadaan sakit, apabila sesudah atau sebelumnya di diagnosa.

(b)

Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai dengan
pertumbuhan normal.

(3)

Situasi krisis; ada saat-saat yang banyak menuntut individu atau keluarga dalam
menyesuaikan diri termasuk juga dalam hal sumber daya keluarga. Yang termasuk dalam
situasi krisis adalah:

(a)

Perkawinan.

(b)

Kehamilan.

(c)

Persalinan.

(d)

Masa nifas.

(e)

Menjadi orang tua.

(f)

Penambahan anggota keluarga, misalnya bayi baru lahir.

(g)

Abortus.

(h)

Anak masuk sekolah.

(i)

Anak remaja.

(j)

Kehilangan pekerjaan.

(k)

Kematian anggota keluarga.

(l)

Pindah rumah.

3)

Penjajakan tahap II
Menentukan ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan
keperawatan.
(1)

Ketidaksanggupan mengenal masalah pada keluarga, disebabkan karena :

(a)

Kurang pengetahuan / ketidaktahuan fakta.

(b)

Rasa takut akibat masalah yang diketahui.

(c)

Sikap dan falsafah hidup.

(2)

Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan terhadap


kesehatan, disebabkan karena :

(a)

Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah.

(b)

Masalah kesehatan tidak begitu menonjol.

(c)

Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan dan kurangnya
sumber daya keluarga.

(d)

Tidak sanggup memilih tindakan di antara beberapa pilihan.

(e)

Ketidakcocokan pendapat dari anggota-anggota keluarga.

(f)

Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada.

(g)

Takut dari akibat penyakit.

(h)

Sifat negatif terhadap masalah kesehatan.

(i)

Fasilitas kesehatan tidak terjangkau.

(j)

Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan.

(k)

Kesalahan informasi terhadap tindakan yang diharapkan.

(3)

Ketidakmampuan merawat anggota keluarga, disebabkan karena :

(a) Tidak mengetahui keadaan penyakit, misalnya sifatnya, penyebab, penyebaran, perjalanan
penyakit, gejala dan perawatannya.
(b) Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang dibutuhkan terhadap penderita.
(c) Kurang / tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.
(d) Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga, misalnya: keuangan, anggota
keluarga yang bertanggung-jawab, fasilitas fisik untuk perawatan.
(e) Sifat negatif terhadap yang sakit.
(f)

Konflik individu dalam keluarga.

(g) Sifat dan pandangan hidup.


(h) Perilaku yang mementingkan diri sendiri.
(4)

Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi keluarga


dengan DM dan perkembangan pribadi anggota keluarga, disebabkan karena :

(a)

Sumber-sumber keluarga tidak cukup, diantaranya keuangan, tanggung-jawab, keadaan


fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.

(b)

Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat memelihara lingkungan rumah.

(c)

Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan.

(d)

Konflik personal dalam keluarga.

(e)

Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit.

(f)

Sikap dan pandangan hidup.

(5)

Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat untuk


memelihara anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus disebabkan oleh :

(a)

Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada.

(b)

Tidak memahami keuntungan yang diperoleh.

(c)

Kurang percaya terhadap petugas kesehatan.

(d)

Pengalaman kurang baik dari petugas kesehatan.

(e)

Rasa takut akibat dari tindakan.

(f)

Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan.

(g)

Rasa asing dan tidak ada dukungan dari masyarakat.

(h)

Sikap dan falsafah hidup.


Dari pengkajian tahap II Asuhan Keperawatan Keluarga di atas maka diagnosa
keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada kasus Diabetes Mellitus adalah:

1.

Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga berhubungan


dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang arti, tanda atau gejala penyakit Diabetes
Mellitus
2.

Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit

Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan
luasnya masalah Diabetes Melitus.
3.

Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan


perawatan Diabetes Mellitus.
4.

Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang

dapat mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan kurangnya pemahaman


keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes Melitus
5.

Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan

dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat terhadap

pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya
segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit Diabetes Mellitus.
4)

Menentukan Prioritas Masalah


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan prioritas masalah adalah sebagai
berikut:
a)

Tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan keperawatan pada keluarga dapat

diatasi sekaligus.
b)

Perlu pertimbangan masalah-masalah yang dapat mengancam kehidupan keluarga seperti


masalah penyakit.

c)

Perlu pertimbangan respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan yang akan
diberikan.

d)
e)

Keterlibatan keluarga dalam pemecahan masalah yang mereka hadapi.


Sumber daya keluarga yang dapat menunjang pemecahan masalah kesehatan atau
keperawatan keluarga.

f)

Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.


Dalam menyusun prioritas masalah perlu didasarkan kepada beberapa kriteria sebagai
berikut:

a)

Sifat masalah.

(1)

Ancaman kesehatan

(2)

Keadaan sakit atau kurang sehat.

(3)

Situasi krisis.

b)

Kemungkinan masalah dapat diubah.


Adalah kemungkinan keberhasilan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah
bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan.

c)

Potensi masalah untuk dicegah.


Adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah
melalui tindakan perawatan dan kesehatan

d)

Masalah yang menonjol.


Adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam hal beratnya dan mendesaknya
masalah untuk di atasi melalui intervensi perawatan dan kesehatan.
Skala prioritas masalah dalam menyusun masalah kesehatan keluarga, adapun hal-hal
yang dinilai dan skornya dapat dilihat di tabel 1.

Skoring:
(1)

Tentukan skor untuk setiap kriteria.

(2)

Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot.


X bobot
Skor
Angka tinggi

(3)

Jumlahkan skor untuk semua kriteria.

(4)

Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot


Table 1.
Skoring Prioritas Masalah
Kriteria
Sifat masalah :

Nilai

Skala : Ancaman kesehatan

Tidak / kurang sehat

Krisis
Kemungkinan masalah dapat di ubah :

Skala : Dengan mudah

Hanya sebagian

Tidak dapat

Potensi masalah untuk dicegah:

Skala : Tinggi

Cukup

Rendah

Menonjolnya masalah :
Skala : Masalah berat harus ditangani

Bobot
1

1
2

Masalah yang tidak perlu segera 1


ditangani
Masalah tidak dirasakan

Sumber: Nasrul Effendi, 1998: 53


Faktor-faktor yang mempengaruhi prioritas masalah adalah sebagai berikut:
(1)

Sifat masalah
Dalam menentukan sifat masalah bobot yang paling besar diberikan kepada keadaan
sakit atau yang mengancam kehidupan keluarga, yaitu keadaan sakit atau pertumbuhan anak

yang tidak sesuai dengan usia, kemudian baru diberikan kepada hal-hal yang mengancam
kesehatan keluarga dan selanjutnya kepada situasi krisis dalam keluarga di mana terjadi
situasi yang menuntut penyesuaian dalam keluarga.
(2)

Kemungkinan masalah dapat diubah


Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah dapat diubah adalah:

(a)

Pengetahuan, teknologi dan tindakan-tindakan untuk mengatasi masalah.

(b)

Sumber daya keluarga diantaranya keuangan, tenaga, sarana dan prasarana.

(c)

Sumber daya perawatan, diantaranya adalah pengetahuan, keterampilan dan waktu.

(d)

Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi seperti Posyandu, DUKM,
polindes dan sebagainya.

(3)

Potensi masalah untuk dicegah


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi pencegahan masalah adalah:

(a)

Kepelikan atau kesulitan masalah, hal ini berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah
yang menunjukkan kepada prognosa atau beratnya masalah.

(b)

Lamanya masalah, berhubungan dengan jangka waktu terjadi masalah. Lamanya masalah
berhubungan erat dengan beratnya masalah yang menimpa keluarga dan potensi masalah
untuk dicegah.

(c)

Tindakan yang sudah dan sedang dijalankan, adalah tindakan untuk mencegah dan
memperbaiki masalah dalam rangka meningkatkan status kesehatan keluarga.

(d)

Adanya kelompok resiko tinggi dalam keluarga atau kelompok yang sangat peka menambah
potensi untuk mencegah masalah.

5)

Membuat Perencanaan
Perumusan rencana perawatan adalah tahap berikutnya dalam proses keperawatan.
Rencana keperawatan keluarga adalah kumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat,
untuk memecahkan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang telah diidentifikasi.
Menurut Little dan Carnevali alasan mengapa rencana keperawatan penting sekali
adalah:
a)
b)

Rencana keperawatan dapat memberikan perawatan yang khusus.


Rencana keperawatan dapat membantu dalam menentukan prioritas dengan

memberikan data tentang keadaan serta sifat masalah.


c)

Rencana keperawatan mengembangkan komunikasi yang sistematis antara tenaga

kesehatan.

d)

Kelanjutan dari perawatan dapat terjamin melalui pemberian informasi kepada tim

kesehatan lainnya tentang tindakan yang sedang dikerjakan oleh perawat.


Perencanaan yang dapat dilakukan pada Asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes
Melitus ini adalah sebagai berikut:
a).

Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga berhubungan


dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Diabetes Mellitus, yaitu :
(1). Jelaskan arti penyakit Diabetes Mellitus.
(2). Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes Mellitus.
(3). Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b).

Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit

Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan
luasnya masalah Diabetes Mellitus, yaitu :
(1). Diskusikan tentang akibat penyakit Diabetes Mellitus.
(2). Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang
menderita Diabetes Mellitus .
c).

Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Melitus

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan


perawatan Diabetes Mellitus, yaitu :
(1). Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes Mellitus.
(2). Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga khususnya
untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.
d). Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyakit Diabetes Melitus berhubungan dengan kurangnya pemahaman
keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes Mellitus, yaitu :
(1).

Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang tajam.

(2).

Gunakan alat pelindung bila bekerja misalnya sarung tangan.

(3).

Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.
e).

Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan

dan pengobatan Diabetes Mellitus berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat
terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga tentang
pentingnya segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit
Diabetes Mellitus,yaitu :
(1). Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk perawatan dan
pengobatan Diabetes Mellitus.

6)

Pelaksanaan Rencana Keperawatan / Implementasi


Kerja sama dengan keluarga sangat diperlukan untuk melaksanakan intervensi.
Perawatan kesehatan keluarga menuntut pelaksanaan perawatan yang paling baik, hal ini
adalah hasil dari kemauan yang besar untuk menghadapi tuntutan mengingatkan kecakapan
perawat dalam merawat serta mengambil tindakan dan menggunakan segala kesempatan
untuk membantu keluarga dan mengevaluasi tindakan tersebut.
Implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes
Mellitus, yaitu :
a).

Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga berhubungan


dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Diabetes Mellitus
(1). Menjelaskan arti penyakit Diabetes Mellitus.
(2). Mendiskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes Mellitus.
(3). Menanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b).

Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit

Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan
luasnya masalah Diabetes Mellitus, yaitu :
(1). Mendiskusikan tentang akibat penyakit Diabetes Mellitus.
(2). Menanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang
menderita Diabetes Mellitus.
c).

Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan


perawatan Diabetes Mellitus, yaitu :
(1). Menjelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes Mellitus.
(2). Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.
d). Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan kurangnya pemahaman
keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes Mellitus, yaitu :
(1). Menjaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang
tajam.
(2). Menggunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
(3). Menggunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.
(4).Memotivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.

7)

d).

Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan


dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat terhadap
pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya
segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit Diabetes Mellitus.

(1).

Menjelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk perawatan
dan pengobatan Diabetes Mellitus

Melaksanakan Evaluasi
Evaluasi ada suatu proses yang dialami dan dilaksanakan manusia setiap hari, sebagai
suatu langkah dalam proses perawatan, evaluasi adalah tahap yang menunjukkan apakah
tujuan telah tercapai atau sampai manakah tujuan tersebut telah dicapai.
Bila tujuan tidak tercapai perlu ditentukan alasannya:
a)

Mungkin tujuan tidak realistis.

b)

Mungkin tindakan yang tidak tepat.

c)

Mungkin ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.


Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus
adalah:

a).

Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Diabetes Mellitus.

b).

Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan Diabetes
Mellitus.

c).

Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang menderita
Diabetes Mellitus.

d).

Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang penyembuhan dan


pencegahan.

e).

Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk mengatasi
penyakit Diabetes Mellitus.
Diagnosa yang kemungkinan muncul dengan keluarga penderita Diabetes Melitus
yaitu:
a)

Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah Diabetes Melitus yang terjadi pada

keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Diabetes


Melitus.
Sasaran

Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan

mengerti tentang penyakit Diabetes Melitus.

Tujuan

Keluarga mengenal masalah penyakit Diabetes Melitus setelah

dua kali kunjungan rumah.


Kriteria

Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit

Diabetes Melitus
Standar

Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan

gejala penyakit DM, serta pencegahan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus secara
lisan.
Intervensi

:
(1) Jelaskan arti penyakit Diabetse Melitus.
(2) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes Melitus.
(3) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b)

Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit

Diabetes Melitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan
luasnya masalah Diabetes Melitus.
Sasaran

Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui

akibat lebih lanjut dari Penyakit Diabetes Melitus.


Tujuan

Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota

keluarga dengan Diabetes Melitus setelah tiga kali kunjungan rumah.


Kriteria

Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil

tindakan yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.


Standar

Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat

DM dan dapat mengambil keputusan yang tepat.


Intervensi:
(1)

Diskusikan tentang akibat penyakit Diabetes Melitus.

(2)

Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang menderita
Diabetes Melitus .
c)

Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Melitus

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan


perawatan Diabetes Melitus.
Sasaran

Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat

anggota keluarga yang menderita penyakit Diabetes Melitus.


Tujuan

Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap

anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus setelah tiga kali kunjungan rumah.

Kriteria

Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan

perawatan penyakit Diabetes Melitus.


Standar

Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang

menderita penyakit Diabetes Melitus secara tepat.


Intervensi:
(1)

Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes Melitus.

(2)

Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga khususnya
untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus.
d)

Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat

mempengaruhi penyakit Diabetes Melitus berhubungan dengan kurangnya pemahaman


keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes Melitus .
Sasaran

Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang

pengaruh lingkungan terhadap penyakit DM.


Tujuan

Keluarga

dapat

memodifikasi

lingkungan

yang

dapat

menunjang penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.


Kriteria

Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh

lingkungan terhadap proses penyakit Diabetes Melitus.


Standar

Keluarga

dapat

memodifikasi

lingkungan

yang

dapat

mempengaruhi penyakit Diabetes Melitus .


Intervensi

:
(1). Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi penyakit Diabetes
Melitus misalnya :
(a)

Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang tajam.

(b) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.


(c)

Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.

(2). Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.


e)

Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan

dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat terhadap
pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya
segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit Diabetes Melitus.
Sasaran

Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan

fasilitas pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.

Tujuan

Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang

tepat untuk mengatasi penyakit Diabetes Melitus setelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria

Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus

meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus.


Standar

Intervensi

Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.

Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk perawatan dan
pengobatan Diabetes Melitus.
a.

Pelaksanaan Rencana Keperawatan / Implementasi


Kerja sama dengan keluarga sangat diperlukan untuk melaksanakan intervensi.
Perawatan kesehatan keluarga menuntut pelaksanaan perawatan yang paling baik, hal ini
adalah hasil dari kemauan yang besar untuk menghadapi tuntutan mengingatkan kecakapan
perawat dalam merawat serta mengambil tindakan dan menggunakan segala kesempatan
untuk membantu keluarga dan mengevaluasi tindakan tersebut.
Implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes
Mellitus, yaitu :

c).

Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga berhubungan


dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Diabetes Mellitus
(4). Menjelaskan arti penyakit Diabetes Mellitus.
(5). Mendiskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes Mellitus.
(6). Menanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
d). Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit
Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan
luasnya masalah Diabetes Mellitus, yaitu :
(3). Mendiskusikan tentang akibat penyakit Diabetes Mellitus.
(4). Menanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang
menderita Diabetes Mellitus.
d).

Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan


perawatan Diabetes Mellitus, yaitu :
(3). Menjelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes Mellitus.
(4). Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.

e).

Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat

mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan kurangnya pemahaman


keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes Mellitus, yaitu :
(4). Menjaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang
tajam.
(5). Menggunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
(6). Menggunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.
(5).Memotivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
e).

Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan

dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat terhadap
pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya
segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit Diabetes Mellitus.
(2). Menjelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk perawatan
dan pengobatan Diabetes Mellitus
b.

Melaksanakan Evaluasi
Evaluasi ada suatu proses yang dialami dan dilaksanakan manusia setiap hari, sebagai
suatu langkah dalam proses perawatan, evaluasi adalah tahap yang menunjukkan apakah
tujuan telah tercapai atau sampai manakah tujuan tersebut telah dicapai.
Bila tujuan tidak tercapai perlu ditentukan alasannya:
a)

Mungkin tujuan tidak realistis.

b)

Mungkin tindakan yang tidak tepat.

c)

Mungkin ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.


Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus
adalah:

c).

Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Diabetes Mellitus.

d). Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan Diabetes
Mellitus.
f).

Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang menderita
Diabetes Mellitus.

g).

Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang penyembuhan dan


pencegahan.

h).

Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk mengatasi
penyakit Diabetes Mellitus.

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN DIABETES MELLITUS
1.

Pengkajian.
Mengumpulkan data pasien DM baik dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
wawancara, observasi dan dokumentasi secara bio-psiko-sosial dan spiritual.

a.

Identitas klien.

Meliputi Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, suku bangsa, status
perkawinan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, no. register RS, Diagnosa medis,
penanggung jawab.
Keluhan utama.
Biasanya pasien datang dengan keluhan: pusing, lemah, letih, luka yang tidak sembuh.
b.

Riwayat penyakit sekarang.

Perubahan pola berkemih.

Pusing.

Mual, muntah.

Apa ada diberi obat sebelum masuk RS.

c.

Riwayat penyakit dahulu.


Apakah pasien punya penyakit DM sebelumnya.

d.

Riwayat penyakit keluarga.


Tanyakan pada pasien apa ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti yang di
derita pasien.

e.

Pemeriksaan fisik.

Keadaan umum: penampilan, tanda vital, kesadaran, TB, BB.

Kulit

Kepala : keadaan rambut, warna rambut, apa ada massa.

Mata

: keadaan kulit, warnanya, turgor, edema, lesi, memar.


: bagaimana pupilnya, warna sclera, konjungtiva, bagaimana reaksi pupil terhadap

cahaya, apakah menggunakan alat bantal.

Hidung

: strukturnya, apa ada polip, peradangan, fungsi penciuman.

Telinga : strukturnya, apa ada cairan keluar dari telinga, peradangan, nyeri.

Mulut

: keadaan mulut, gigi, mukosa mulut dan bibir, apa ada gangguan menelan.

Leher

: keadaan leher, kelenjar tiroid.

Dada/pernapasan/: bentuk dada, frekuensi napas, apa ada bunyi


Sirkulasi tambahan, gerakan dinding dada.

Abdomen

: struktur, kebersihan, apa ada asites, kembung, bising usus, apa ada nyeri

tekan.
f.

Kebutuhan biologis.
Nutrisi : pola kebiasaan makanan, Jenis makanan / minuman.

Elimina : pola, frekuensi, jumlah, warna, bau, konsistensi (BAK/BAB).

Istirahat / tidur: kebiasaan tidur selama di rumah dan RS.

Aktivitas : Apakah terganggu atau terbatas, faktor yang memperingan atau memperberat, riwayat pekerjaan.
g.

Riwayat psikologi.
Bagaimana pola pemecahan masalah pasien terhadap masalahnya demikian juga keluarga.

h.

Riwayat sosial.
Kebiasaan hidup, konsep diri terhadap masalah kesehatan, hubungan dengan keluarga,
tetangga, dokter, perawat.

Diposkan oleh Blog Akper Kesdam VI/Mulawarman di 09.50


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
1 komentar:
1.
Eka Wulandari23 April 2015 21.15
Baguss,, dilengkapi dengan daftar pustaka pasti semakin sempurna.. :) :)
Balas
Muat yang lain...
Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog

2012 (1)
Juni (1)
Asuhan Keluarga dengan penyakit DM

Mengenai Saya

Blog Akper Kesdam VI/Mulawarman


Lihat profil lengkapku
Template PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.

Você também pode gostar