Você está na página 1de 3

Baer (dalam Arnyana, 2007:675 ) mengemukakan berpikir kreatif merupakan sinonim

dari berpikir divergen. Ada 4 indikator berpikir divergen, yaitu (1) fluence, adalah
kemampuan

menghasilkan

banyak

ide,

(2)

menghasilkan ide-ide yang bervariasi, (3)

flexibility, adalah

kemampuan

originality, adalah kemampuan

menghasilkan ide baru atau ide yang sebelumnya tidak ada, dan (4) elaboration,
adalah kemampuan mengembangkan atau menambahkan ide-ide sehingga dihasilkan
ide yang rinci atau detail.
Arnyana, Putu. 2007. Pengembangan Peta Pikiran Untuk Peningkatan Kecakapan
Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Jurusan Pendidikan
Biologi, Fakultas Mipa, Universitas Pendidikan Ganesha.

PENERAPAN PENDEKATAN OPEN ENDED UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN MENYELESAIKAN LUAS BANGUN DATAR TAK BERATURAN
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang)
IKHSAN SAEFUL MUNIR 2011.

Siswono (2007) telah mengembangkan penjenjangan berpikir kreatif untuk penilaian


dalam pembelajaran matematika yang terdiri atas 5 tingkat, yaitu tingkat 4 (sangat
kreatif), tingkat 3 (kreatif), tingkat 2 (cukup kreatif), tingkat 1 (kurang kreatif), dan
tingkat 0 (tidak kreatif). Tingkat tersebut didasarkan pada kefasihan, fleksibilitas, dan
kebaruan dalam memecahkan dan menga-jukan masalah matematika. Ciri utama pada
tingkat 4 adalah siswa mampu menunjukkan kefasihan, flek-sibilitas, dan orisionalitas
(kebaruan) dalam memecahkan maupun mengajukan masalah. Pada tingkat 3 siswa
mampu menunjukkan kebaruan dan kefasih-an, atau fleksibilitas dan kefasihan,

sedang pada tingkat 2 siswa mampu menunjukkan kebaruan atau fleksibilitas, dan
pada tingkat 1 siswa hanya mampu menunjukkan kefasihan saja. Pada tingkat
terendah (tingkat 0) siswa tidak mampu menunjukkan ketiga indikator berpikir kreatif
itu.
Siswono, T.Y.E. 2007. Level of Students Creative Thinking in Mathematics
Classroom. Makalah Se-minar Nasional Matematika dan Pendidikan Ma-tematika,
Universitas Negeri Surabaya, 8-9 Juni.

Getzles dan Jackson (Silver, 1997) mengemukakan cara lain untuk mengukur
kemampuan berpikir kreatif matematis, yakni dengan soal terbuka (open-ended
problem). Dalam hal ini, aspek-aspek yang diukur adalah kelancaran, keluwesan, dan
kebaruan, dan keterincian. Kelancaran berkaitan dengan banyaknya solusi.
Keluwesan berkaitan dengan ragam ide. Kebaruan berkaitan dengan keunikan
jawaban siswa. Sedangkan aspek keterincian berkaitan keterincian dan keruntutan
jawaban. Dalam tulisan ini, aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif matematis yang
diukur adalah kelancaran, keluwesan, kebaruan, dan keterincian. Aspek kelancaran
meliputi kemampuan (1) menyelesaikan masalah dan memberikan banyak jawaban
terhadap masalah tersebut; atau (2) memberikan banyak contoh atau pernyataan
terkait konsep atau situasi matematis tertentu. Aspek keluwesan meliputi kemampuan
(1) menggunakan beragam strategi penyelesaian masalah; atau (2) memberikan
beragam contoh atau

pernyataan terkait konsep atau situasi matematis tertentu.

Aspek kebaruan meliputi kemampuan (1) menggunakan strategi yang bersifat baru,
unik, atau tidak biasa untuk menyelesaikan masalah; atau (2) memberikan contoh
atau pernyataan yang bersifat baru, unik, atau tidak biasa. Aspek keterincian meliputi
kemampuan menjelaskan secara terperinci, runtut, dan koheren terhadap prosedur
matematis, jawaban, atau situasi matematis tertentu. Penjelasan ini menggunakan
konsep, representasi, istilah, atau notasi matematis yang sesuai.
Mahmudi, A. (2010). Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Makalah
Disajikan Pada Konferensi Nasional Matematika XV UNIMA Manado, 30 Juni 3
Juli 2010.

Khobibah Dalam Firdaus, Abdur Rahman Asari, Abd. Qohar Jurnal Pendidikan, Vol. 1 No. 2, Bln
Februari, Thn 2016, Hal 227236 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Sma Melalui Pembelajaran Open Ended Pada Materi Spldv

Você também pode gostar