Você está na página 1de 12

Hipertensi

DEFINISI
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke
jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap
(silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya
lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Sustrani, 2004). Hipertensi adalah tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Mansjoer, 2001).
PENYEBAB
Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung,
volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka peningkatan salah satu dari
ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan
kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada
nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai
keadaan

hipertiroidisme.

Namun,

peningkatan

kecepatan

denyut

jantung

biasanya

dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak meninbulkan
hipertensi(Astawan,2002)
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat
peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan
air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan rennin atau
aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan
garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume
diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkata
preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik (Amir,2002) Peningkatan Total
Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf
atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan
normal.
Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada
peningkatan

Total Periperial Resistence, jantung harus memompa secara lebih kuat dan

dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintas

pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload jantung dan
biasanya

berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload

berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrifi (membesar). Dengan
hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen

semakin meningkat sehingga ventrikel harus

mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada
hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada
akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup. ( Hayens, 2003 )
FAKTOR RESIKO HIPERTENSI
Faktor resiko hipertensi dapat dibagi menjadi factor yang dapat dimodifikasi atau tidak dapat
diubah dan dapat dimodifikasi atau dapat diubah. Black dan Hawks (2009) menjelaskan tentang
factor-faktor tersebut:
1. Faktor yang tidak dapat diubah
a. Riwayat keluarga
Beberapa genetic dari beberapa orang dan lngkingan dapat berpengaruh pada
peningkatan tekanan darah. Genetic merupakan factor predisposisi yang membuat
keluarga tertentu lebih rentan terhadap hipertensi dan mungkin juga berhubungan
dengan nilai natrium intraseluler dan menurunkan rasio kalium dan natrium, hal ini lebih
sering terjadi pada kelompok kulit hitam dari pada kelompok yang lain. Klien dengan
orang tua yang memiliki hipertensi berisiko lebih besar terjadi hipertensi.
Adanya factor genetic pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut
mempunyai resiko mengalami hipertensi. Individu dengan orang tua hipertensi
mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk mengalami hipertensi daripada individu
yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi (Wulandari, 2011).
b. Umur
Insiden hipertensi terjadi peningkatan seiring dengan penambahan umur, 50% sampai
60% dari klien yang lebih tua dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg. Perry dan Potter (2005) menjelaskan bahwa insiden hipertensi meningkat seiring
bertambahnya umur, pada usia diatas 60 tahun, 50-60 % mempunyai tekanan lebih
besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang
terjadi pada orang yang bertambah usianya. Karena semakin meningkatnya usia akan
terjadi penurunan elastisitas pembuluh darah. Proses degeneratif pada pembuluh darah
yang dialami lansia berperan pada eningkatan TPR sebagai salah satu unsure
penigkatan tekanan darah.
c. Jenis Kelamin

Secara umuim tingkat kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada
perempuan sampai dengan usia sekitar 55 tahun. Antara umur 55 tahun sampai dengan
77 tahun, resiko pada laki-laki dan perempuan adalah sama. Setelah 74 tahun,
perempuan lebih berisiko.
d. Etnik
Diindikasikan angka kematian karena hipertensi paling rendah pada perempuan kulit
putih pada angka 4,7%; laki-laki kulit putih 6,3%, pada laki-laki kulit hitam 22,5% serta
kematian rata-rata yang paling tinggi adalah pada perempuan kulit hitam pada angka
29,3%. Alasan dari meningkatnya angka kematian karena hipertensi pada kulit hitam
belum diketahui, namun peningkatan tersebut dikaitkan dengan rendahnya rennin,
meningkatnya sensitivitas vasopressin, tingginya asupan garam dan tingginya stress
lignkungan.
2. Faktor yang dapat diubah
a. Diabetes
Hipertensi sering muncul pada klien yang mengalami diabetes, diabetes mangakibatkan
asteroslerosis dan kemudian akan mengakibatkan hipertensi karena adanya banyak
kerusakan pada pembuluh darah. Oleh karena itu akan sering mengiringi diabetes
apabila diabetes tidak terkontrol (Dewit, 2009).
b. Stress
Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu dan
lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi
dengan sumber-sumber daya system biologis, psikologis dan social dari seseorang
(Muhammadun, 2010). Menurut National Safety Council (1994) stress merupakan suatu
keadaan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik dan
spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik pada
manusia tersebut. Dari definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa stress
merupakan ketidakmampuan sesorang dalam mengahadapi ancaman dalam bentuk fifik
maupun psikis yang berdampak pada terganggunya kesehatan pada orang tersebut.
Stres meningkatkan resistan vascular perifer, cardiac output dan aktivitas system syaraf
parasimpatis. Stress dalam jangka waktu lama mengakibatkan hipertensi dapat terjadi.
Stressor dapat berbagai hal, kesibukan, infeksi, trauma, obesitas, usia tua, obat,
penyakit, pembedahan dan terapi medis yang dapat mengakibatkan stress. Stress
terjadi melalui aktifitas saraf simpatis (saraf yang bekerja saat kita beraktivitas).
Peningkatan aktifitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan darah secara
intermitten (tidak menentu). Menurut para ahli, stress merupakan salah satu factor
penunjang terjadinya hipertensi (Purwati, 2002). Ditegaskan oleh Muhammadun (2010)

stress dapat merangsan kelenjar adrenal melepaskan hormone adrenalin dan memacu
jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat sehingga tekanan darah akan meningkat.
Stres berdampak pada perilaku seseorang yang berakibat pada peningkatan tekanan
darah, hal ini diungkap oleh Webb (2002) yang dalam penelitiannya menjelaskan
tentang hubungan stress dengan kejadian hipertensi dengan membandingkan antara
kulit hitam dan kulit putih. Dalam penelitiannya kulit putih cenderung lebih terbuka dalam
mengungkapka stress daripada kulit hitam sehingga hasil akhir yang ditemukan dari
penelitian tersebut adalah kulit hitam yang hidup dalam tekanan stress memiliki angka
tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dengan kulit hitam dan kulit putih yang tidak
mengalami ketegangan dan pampu mengungkapkan perasaan secara terbuka.
c. Obesitas
Kombinasi dari obesitas dan dengan factor lain sering disebut dengan metabolic
sindroma yang mana akan selalu meningkatkan resiko hipertensi. Menurut (Wood,
2008) kelebihan berat badan atau obesitas merupakan predisposisi individu untuk
diabetes tipe 2, hipertensi, penyakit jantung, stroke dan penyakit lainnya.
d. Nutrisi
Konsumsi banyak natrium merupakan factor penyebab yang penting

dalam

perkembangan hipertensi esensial. Dewit (2009) menjelaskan bahwa sedikitnya klien


yang akhirnya mengalami hipertensi adalah mereka yang sensitive dengan garam hal ini
bias merupakan ebagai factor penyebab dari hipertensi yang dialami oleh individu.
Diet erat kaitannya dalam perkembangan penyakit hipertensi. Dalam penelitian Nkosi
dan Wright (2010) tentang pengetahuan terkait nutrisi dan penatalaknsanaan hipertensi
didapatkan hasil bahwa pada orang memiliki tekanan darah yang tidak terkontrol terjadi
pada individu yang kurang pengetahuan secara umum terkait diet yang sehat dan
pilihan makanan yang sehat. Kurangnya pengetahuan tersebut tentunya akan
berdampak pada pola pemilihan dan konsumsi makanan yang dilakukan.
e. Panyalahgunaan Zat
Dalam hal ini perilaku merokok, konsumsi alcohol dan penggunaan obat yang salah
merupakan factor resiko untuk terjadi hipertensi. Nikotin dari rokok dan obat seperti
kokain sebagai penyebab dari peningkatan tekanan darah yang cepat yang tergantung
dari dosis yang digunakan, namun kebiasaan penggunaan bahan tersebut telah terlibat
dalam insiden peningkatan angka hipertensi dari waktu ke waktu (Black dan Hawks,
2009).
Tidak ada hubungan langsung antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi,
namun kebiasaan merokok berkontribusi terhadap kejadian atreoskleloris yang berakibat
pada peningkatan TPR, hal tersebut sesuai yang diungkapkan oleh Faxon et al (2004)
dalam Grinspun dan Coote (2009) yang menyatakan bahwa merokok dan hipertensi

adalah dua factor yang independen, merokok mempercepat aterosklerosis dan


meningkatkan kerusakan pembuluh darah yang berakibat pada kerusakan organ
berikutnya (jantung, otak, ginjal, mata dan anggota tubuh lainnya).
Kejadian hipertensi selalu tinggi pada orang yang minum lebih dari 3 ons etanol per hari.
Muhammadun (2010) menjelaskan bahwa efek dari konsumsi alcohol daram darah akan
meningkatkan keasaman dalam darah yang berakibat viskositas darah meningkat,
peningkatan viskositas darah tersebut berakibat pada peningkatan kerja jantung yang
berarti terjadi peningkatan tekanan darah. Akibat dari cafein masih kontroversi, dimana
cafein akan menignkatkan tekanan darah secara akut namun tidak memiliki yang
berkelanjutan (Black & Hawks, 2009).
KOMPLIKASI
Menurut Elizabeth J Corwin (2000) dalam Efendi (2004) komplikasi hipertensi terdiri dari stroke,
infark miokardium, gagal ginjal , ensefalopati (kerusakan otak), dan pregnancy incuded
hypertension (PIH).
a. Stroke
Menurut Fazidah (2006) yang menganalisa determinan faktor penyebab stroke membuktikan
bahwa hipertensi beresiko 9 10 kali menyebabkan stroke dibandingkan dengan orang yang
tidak menderita hipertensi. Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak, atau
akibat embulus yang terlepas dari pembuluh otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat
terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerahdaerah yang diperdarahi berkurang.
Arteriarteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya anurisma. (Efendi, 2004)
b. Infark miokardium
Menurut Fazidah (2006) yang menganalisis faktor resiko

penyakit jantung koroner

menyimpulkan bahwa penderita hipertensi beresiko 10 terkena penyakit jantung dibandingkan


dengan orang yang tidak menderita hipertensi. Dapat terjadi infark miokard apabila arteri
koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk thrombus yang menyumbat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena hipertensi
kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi
ventrikel dapat menimbulkan perubahan - perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
(Efendi, 2004)

c. Gagal ginjal
Menurut Arief manjoer (2001) hipertensi beresiko 4 kali lebih besar terhadap kejadian gagal
ginjal bila dibandingkan dengan orang yang tidak menderita hipertensi. Terjadinya gagal ginjal
karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler kapiler ginjal, glomerolus.
Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membrane
glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma
berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik (Efendi, 2004)
d. Ensefalopati (kerusakan otak)
Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang
meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler dan mendorong ke dalam ruang interstisium diseluruh susunan saraf pusat.
Neuron-neuron disekitarnya kolaps yang dapat menyebabkan ketulian, kebutaan dan tak jarang
juga terjadi koma serta kematian mendadak. Keterikatan antara kerusakan otak dengan
hipertensi, bahwa hipertensi beresiko 4 kali terhadap kerusakan otak dibandingkan dengan
orang yang tidak menderita hipertensi (Efendi, 2004)
GEJALA KLINIS HIPERTENSI
Menurut Elizabeth J. Corwin, sebagian besar tanpa disertai gejala yang mencolok
dan manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi bertahun-tahun berupa:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat tekanan darah
2.
3.
4.
5.

intrakranium.
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.
Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.

PENATALAKSANAAN NON FARMAKOLOGI


Penatalksanaan non farmakologi ini berkaitan dengan pengendalian faktor risiko penyakit
jantung koroner yang dapat saling berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, hanya terbatas
pada faktor risiko yang dapat diubah dengan usaha-usaha sebagai berikut :
a. Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan.
Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh
lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi

ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight). Dengan demikian obesitas
harus dikendalikan dengan menurunkan berat badan.
b. Mengurangi asupan garam didalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan
asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Batasi sampai dengan kurang dari 5
gram ( 1 sendok teh ) per hari pada saat memasak.
c. Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat menontrol sistem syaraf
yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
d. Melakukan olah raga teratur
Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 34 kali
dalam seminggu, diharapkan dapat menrnbah kebugaran dan memperbaiki metabolisme tubuh
yang ujungnya dapat mengontrol tekanan darah.
e. Berhenti merokok
Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga dapat memperburuk hipertensi.
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang
masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan
mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi,
dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya artereosklerosis pada seluruh
pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk
disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin
meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri. Tidak ada cara yang benar-benar
efektif untuk memberhentikan kebiasaan merokok. Beberapa metode yang secara umum
dicoba adalah sebagai berikut:
a.

Inisiatif Sendiri

Banyak perokok menghentikan kebiasannya atas inisiatif sendiri, tidak memakai pertolongan
pihak luar. Inisiatif sendiri banyak menarik para perokok karena halhal berikut :

Oapat dilakukan secara diam-diam.

Program diselesaikan dengan tingkat dan jadwal sesuai kemauan.

Tidak perlu menghadiri rapat-rapat penyuluhan.

Tidak memakai ongkos.

b. Menggunakan Permen yang mengandung Nikotin Kencanduan nikotin membuat perokok sulit
meninggalkan merokok. Permen nikotin mengandung cukup nikotin untuk mengurangi

penggunaan rokok. Oi negara-negara tertentu permen ini diperoleh dengan resep dokter. Ada
jangka waktu tertentu untuk menggunakan permen ini. Selama menggunakan permen ini
penderita dilarang merokok. Oengan demikian, diharapkan perokok sudah berhenti merokok
secara total sesuai jangka waktu yang ditentukan.
c. Kelompok Program Beberapa orang mendapatkan manfaat dari dukungan kelompok untuk
dapat berhenti marokok. Para anggota kelompok dapat saling memberi nasihat dan dukungan.
Program yang demikian banyak yang berhasil, tetapi biaya dan waktu yang diperlukan untuk
menghadiri rapat-rapat seringkali menyebabkan enggan bergabung.
f. Mengurangi konsumsi alkohol.
Hindari konsumsi alkohol berlebihan. Laki-Iaki Tidak lebih dari 2 gelas per hari Wanita :
Tidak lebih dari 1 gelas per hari
Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka kesakitan dan
kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal mungkin menurunkan gangguan
terhadap kualitas hidup penderita. Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal , masa
kerja yang panjang sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat berikutnya mungkin dapat
ditarnbahkan selama beberapa bulan pertama perjalanan terapi. Pemilihan obat atau kombinasi
yang cocok bergantung pada keparahan penyakit dan respon penderita terhadap obat anti
hipertensi. Beberapa prinsip pemberian obat anti hipertensi sebagai berikut :
1. Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan penyebab hipertensi
2. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan
harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.
3. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi.
4. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan pengobatan seumur
hidup.
Jenis-jenis obat antihipertensi :
1. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh (Iewat kencing),
sehingga volume cairan tubuh berkurang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi ringan
dan berefek turunnya tekanan darah. Digunakan sebagai obat pilihan pertama pada hipertensi
tanpa adanya penyakit lainnya.

2. Penghambat Simpatis
Golongan obat ini bekerja denqan menghambat aktifitas syaraf simpatis (syaraf yang bekerja
pada saat kita beraktifitas). Contoh obat yang termasuk dalam golongan penghambat simpatetik
adalah : metildopa, klonodin dan reserpin. Efek samping yang dijumpai adalah: anemia
hemolitik (kekurangan sel darah merah kerena pecahnya sel darah merah), gangguan fungsi
ahati dan kadang-kadang dapat menyebabkan penyakit hati kronis. Saat ini golongan ini jarang
digunakan.

3. Betabloker
Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis
obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernafasan
seperti asma bronkhial. Contoh obat golongan betabloker adalah metoprolol, propanolol,
atenolol dan bisoprolol. Pemakaian pada penderita diabetes harus hati-hati, karena dapat
menutupi gejala hipoglikemia (dimana kadar gula darah turun menjadi sangat rendah sehingga
dapat

membahayakan

penderitanya).

Pada

orang

dengan

penderita

bronkospasme

(penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.


4. Vasodilatator
Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh
darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah prazosin dan hidralazin. Efek samping yang
sering terjadi pada pemberian obat ini adalah pusing dan sakit kapala.
5. Penghambat enzim konversi angiotensin
Kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat yang dapat
meningkatakan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah kaptopril. Efek
samping yang sering timbul adalah batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6. Antagonis kalsium
Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa jantung dengan menghambat kontraksi otot
jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : nifedipin, diltizem dan
verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan
muntah.
7. Penghambat reseptor angiotensin II

Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptornya
yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk .golongan ini
adalah valsartan. Efek samping yang mungkin timbul adalah sakit kepala, pusing, lemas dan
mual.
Tatalaksana hipertensi dengan obat anti hipertensi yang dianjurkan:
a. Diuretik: hidroclorotiazid dengan dosis 12,5 -50 mg/hari
b. Penghambat ACE/penghambat reseptor angiotensin II : Captopril 25 -100 mmHg
c. Penghambat kalsium yang bekerja panjang : nifedipin 30 -60 mg/hari
d. Penghambat reseptor beta: propanolol 40 -160 mg/hari
e. reseptor alpha central (penghambat simpatis}: reserpin 0,05 -0,25 mg/hari
Terapi kombinasi antara lain:
i. Penghambat ACE dengan diuretik
ii. Penghambat ACE dengan penghambat kalsium
iii. Penghambat reseptor beta dengan diuretik
iv. Agonis reseptor alpha dengan diuretic

Bagan alur pengobatan hipertensi :

Keterangan alur pengobatan hipertensi :


1. Pada saat seseorang ditegakkan diagnosisnya menderita hipertensi maka yang pertama
dilakukan adalah mencari faktor risiko apa yang ada, maka dilakukanlah usaha untuk
menurunkan faktor risiko yang ada dengan modifikasi gaya hidup, sehingga dapat dicapai
tekanan darah yang diharapkan. Bila dalam jangga waktu 1 bulan tidak tercapai tekanan
darah normal, maka terapi obat pilihan diperlukan.
2. Terapiobatyangdiperlukansesuaidenganderajathipertensidanadatidaknnyaindikasi

khusus,

seperti diabetes mellitus, kehamilan , asma bronchial, kelainan hati dan kelainan darah.
3. Terapi pertama obat pili han adalah pertama golongan tiazid, kedua golongan penghambat
enzim konversi angitensin,kemudian diikuti golongan antagonis kalsium.
4. Bila terapi tunggal tidak berhasil maka terapi dapat dikombinasikan.
5. Bila tekanan darah tidak dapat dicapai baik melalui modifikasi gaya hidup dan terapi
kombinasi maka dilakukakanlah sistem rujukan spesialistik.

c. Rujukan
Rujukan dilakukan bilamana terapi yang diberikan di pelayanan primer belum dapat
mencapai sasaran pengobatan yang diinginkan atau dijumpai komplikasi penyakit lainnya akibat
penyakit hipertensi. Yang penting adalah mempersiapkan penderita untuk rujukan tersebut
sehingga tidak menimbulkan persepsi yang salah terhadap hasil pengobatan yang sudah
dijalani.

Sumber:
Pedoman penemuan dan tatalaksana hipertensi depkes RI 2006
Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Esculapius
Sustrani et al. 2004. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sofyan Prasetyo, Andy. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Self Care
Management pada Asuhan Keperawatan Pasien dengan Hipertensi di RSUD Kudus. Fakulatas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Depok.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Handbook of pathophysiology. Jakarta : EGC

Você também pode gostar