Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
: Fina Imeilia
NIM
: 07011181419054
Jurusan
Mata kuliah
: Administrasi Pembangunan
Tugas
: Ambil 1 kasus dalam Human Security yang sudah dibahas, lalu dibuat
analisisnya mulai dari akar permasalahan, solusi masalah dan sumber
terpecaya.
KASUS : POLLUTION
Sumber : www.depkes.go.id>infodation-asap
ANALISIS
Kebakaran hutan sepertinya sudah menjadi agenda tahunan bencana yang melanda
Indonesia. Banyak yang beranggapan bahwa kebakaran hutan adalah karena kemarau yang
panjang. Padahal, usaha manusia untuk membuka lahan pertanian baru untuk meraup
keuntunganlah yang menjadi penyebab utamanya. Lebih dari 90 persen kebakaran hutan
disebabkan karena manusia, atau sengaja dibakar, pembakaran hutan ilegal dan lahan gambut,
untuk membuka lahan bagi perkebunan minyak kelapa sawit dan juga pertanian swa-sembada
oleh penduduk sekitar. Di tambah cuaca panas dan kering memperparah dan memperluas titik
api di sejumlah provinsi seperti yang menyebabkan kabut asap pekat. Berdasarkan pantauan
Rappler di Riau dan Jambi beberapa waktu lalu, industri kelapa sawit masih merupakan
primadona ekonomi. Tak hanya perusahaan besar yang memiliki jutaan hektar kebun,
masyarakat kecil juga ikut bermain dalam bisnis ini dari mulai puluhan hingga ratusan hektar.
Penyebab utama naiknya jumlah titik api tiap tahunnya adalah minimnya keseriusan
perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk mengelola perkebunan mereka secara
berkelanjutan. Praktik-praktik pengelolaan perkebunan
praktis dan efisien, tanpa memperhitungkan dampak lingkungan dan sosialnya menjadi hal
biasa yang dilakukan perkebunan di Indonesia. Selain menyebabkan terganggunya roda
perekonomian, kabut asap tebal ini juga menyebabkan jadwal keberangkatan penerbangan
tertunda dan sekolah-sekolah ditutup sementara kabut asap juga memberikan dampak buruk
bagi kesehatan, terutama bagi anak-anak.
Solusinya adalah memutus jaringan para pemburu keuntungan ekonomi dari
pembakaran hutan, dari petani ke investor, menyusun tata ruang dan lahan, serta penegakan
supremasi hukum. Dari sisi hukum menurut Harizajudin, Pemerintah Indonesia memiliki
beberapa pilihan dalam menjerat badan usaha yang usaha dan atau kegiatannya diduga
menjadi penyebab terjadinya kebakaran hutan dan atau lahan. Misalnya melalui UU No. 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang mengakomodir
tiga jalur peradilan, yakni pidana, perdata, dan administrasi. Penyelesaian perkara melalui
tiga jalur peradilan tersebut dapat memberikan efek jera dan juga membebankan biaya
pemulihan kerusakan lingkungan kepada badan usaha yang melakukan pembakaran hutan
dan atau lahan. Selain itu pemerintah seharusnya memberikan alokasi dana yang lebih besar
untuk pencegahan kebakaran jangka panjang, bukan pada pemadaman api.