Você está na página 1de 20

QUIZ GEOMIGAS

Farsa Randitama | 022


Teknik Geofisika
Universitas Jambi, Mendalo, Jambi Km 31, Provinsi Jambi

Randitama
Randitama@outlook.com

STATIGRAFI CEKUNGAN INDONESIA BARAT


1. Sumatera Tengah
Proses sedimentasi di Cekungan Sumatra tengah dimulai pada awal tersier (Paleogen),
mengikuti proses pembentukan cekungan half graben yang sudah berlangsung sejak zaman
Kapur hingga awal tersier. Konfigurasi basement cekungan tersusun oleh batuan-batuan
metasedimen berupa greywacke, kuarsit dan argilit. Batuan dasar ini diperkirakan berumur
Mesozoik. Pada beberapa tempat, batuan metasedimen ini terintrusi oleh granit (Koning &
Darmono, 1984 dalam Wibowo, 1995).
Secara umum proses sedimentasi pengisian cekungan ini dapat dikelompokkan sebagai
berikut
Rift (Siklis Pematang)
Secara keseluruhan, sedimen pengisi cekungan pada fase tektonik ekstensional (rift) ini
dikelompokkan sebagai Kelompok Pematang yang tersusun oleh batulempung, serpih
karbonan, batupasir halus dan batulanau aneka warna. Lemahnya refleksi seismik dan
amplitudo yang kuat pada data seismik memberikan indikasi fasies yang berasosiasi dengan
lingkungan lakustrin.
Pengendapan pada awal proses rifting berupa sedimentasi klastika darat dan lakustrin dari
Lower Red Bed Formation dan Brown Shale Formation. Ke arah atas menuju fase late
rifting, sedimentasi berubah sepenuhnya menjadi lingkungan lakustrin dan diendapkan
Formasi Pematang sebagai Lacustrine Fill sediments.
A. Formasi Lower Red Bed
Tersusun oleh batulempung berwarna merah hijau, batulanau, batupasir kerikilan dan
sedikit konglomerat serta breksi yang tersusun oleh pebble kuarsit dan filit. Kondisi
lingkungan pengendapan diinterpretasikan berupa alluvial braid-plain dilihat dari
banyaknya muddy matrix di dalam konglomerat dan breksi
B. Formasi Brown Shale
Formasi ini cukup banyak mengandung material organik, dicirikan oleh warna yang
coklat tua sampai hitam. Tersusun oleh serpih dengan sisipan batulanau, di beberapa
tempat terdapat selingan batupasir, konglomerat dan paleosol. Ketebalan formasi ini
mencapai lebih dari 530 m di bagian depocenter.
Formasi ini diinterpretasikan diendapkan di lingkungan danau dalam dengan kondisi
anoxic dilihat dari tidak adanya bukti bioturbasi. Interkalasi batupasir batupasir
konglomerat diendapkan oleh proses fluvial channel fill. Menyelingi bagian tengah
formasi ini, terdapat beberapa horison paleosol yang dimungkinkan terbentuk pada
bagian pinggiran/batas danau yang muncul ke permukaan (lokal horst), diperlihatkan
oleh rekaman inti batuan di komplek Bukit Susah Secara tektonik, formasi ini
diendapkan pada kondisi penurunan cekungan yang cepat sehingga aktivitas fluvial
tidak begitu dominan.

1
QUIZ GEOLOGI MIGAS FARSA RANDITAMA

C. Formasi Coal Zone


Secara lateral, formasi ini dibeberapa tempat equivalen dengan Formasi Brown Shale.
Formasi ini tersusun oleh perselingan serpih dengan batubara dan sedikit batupasir.
Lingkungan pengendapan dari formasi ini diinterpretasikan berupa danau dangkal
dengan kontrol proses fluvial yang tidak dominan. Ditinjau dari konfigurasi
cekungannya, formasi ini diendapkan di daerah dangkal pada bagian aktif graben
menjauhi depocenter
D. Formasi Lake Fill
Tersusun oleh batupasir, konglomerat dan serpih. Komposisi batuan terutama berupa
klastika batuan filit yang dominan, secara vertikal terjadi penambahan kandungan
litoklas kuarsa dan kuarsit. Struktur sedimen gradasi normal dengan beberapa gradasi
terbalik mengindikasikan lingkungan pengendapan fluvial-deltaic.
Formasi ini diendapkan secara progradasi pada lingkungan fluvial menuju delta pada
lingkungan danau. Selama pengendapan formasi ini, kondisi tektonik mulai tenang
dengan penurunan cekungan yang mulai melambat (late rifting stage). Ketebalan
formasi mencapai 600 m.
E. Formasi Fanglomerate
Diendapkan disepanjang bagian turun dari sesar sebagai seri dari endapan aluvial.
Tersusun oleh batupasir, konglomerat, sedikit batulempung berwarna hijau sampai
merah. Baik secara vertikal maupun lateral, formasi ini dapat bertransisi menjadi
formasi Lower Red Bed, Brown Shale, Coal Zone dan Lake Fill.
Di beberapa daerah sepertihalnya di Sub-Cekungan Aman, dua formasi terakhir (Lake
Fill dan Fanglomerat) dianggap satu kesatuan yang equivalen dengan Formasi
Pematang berdasarkan sifat dan penyebarannya pada penampang seismik.
Sag
Secara tidak selaras diatas Kelompok Pematang diendapkan sedimen Neogen. Fase
sedimentasi ini diawali oleh episode transgresi yang diwakili oleh Kelompok Sihapas dan
mencapai puncaknya pada Formasi Telisa.
2. Sumatera Selatan
Stratigrafi daerah Cekungan Sumatera Selatan telah banyak dibahas oleh para ahli
geologi terdahulu, khususnya yang bekerja dilingkungan perminyakan. Pada awalnya
pembahasan dititik beratkan pada sedimen Tersier, umumnya tidak pernah diterbitkan dan
hanya berlaku di lingkungan sendiri.

2
QUIZ GEOLOGI MIGAS FARSA RANDITAMA

Peneliti terdahulu telah menyusun urutan-urutan stratigrafi umum Cekungan Sumatera


Selatan, antara lain : Van Bemmelen (1932), Musper (1937), Marks (1956), Spruyt (1956),
Pulunggono (1969), De Coster 2(1974), Pertamina (1981).
Berdasarkan peneliti-peneliti terdahulu, maka Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan
dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok batuan Pra-Tersier, kelompok batuan Tersier
serta kelompok batuan Kuarter.
1.

Batuan Pra-Tersier
Batuan Pra-Tersier Cekungan Sumatera Selatan merupakan dasar cekungan sedimen
Tersier. Batuan ini diketemukan sebagai batuan beku, batuan metamorf dan batuan
sedimen (De Coster, 1974) Westerveld (1941), membagi batuan berumur
Paleozoikum (Permokarbon) berupa slate dan yang berumur Mesozoikum
(Yurakapur) berupa seri fasies vulkanik dan seri fasies laut dalam. Batuan Pra-Tersier
ini diperkirakan telah mengalami perlipatan dan patahan yang intensif pada zaman
Kapur Tengah sampai zaman Kapur Akhir dan diintrusi oleh batuan beku sejak
orogenesa Mesozoikum Tengah (De Coster, 1974).

2.

Batuan Tersier
Berdasarkan penelitian terdahulu urutan sedimentasi Tersier di Cekungan Sumatera
Selatan dibagi menjadi dua tahap pengendapan, yaitu tahap genang laut dan tahap
susut laut. Sedimen-sedimen yang terbentuk pada tahap genang laut disebut
Kelompok Telisa (De Coster, 1974, Spruyt, 1956), dari umur Eosen Awal hingga
Miosen Tengah terdiri atas Formasi Lahat (LAF), Formasi Talang Akar (TAF),
Formasi Baturaja (BRF), dan Formasi Gumai (GUF). Sedangkan yang terbentuk pada
tahap susut laut disebut Kelompok Palembang (Spruyt, 1956) dari umur Miosen
Tengah Pliosen terdiri atas Formasi Air Benakat (ABF), Formasi Muara Enim
(MEF), dan Formsi Kasai (KAF).
Formasi Lahat (LAF)
Menurut Spruyt (1956), Formasi ini terletak secara tidak selaras diatas batuan dasar,
yang terdiri atas lapisan-lapisan tipis tuf andesitik yang secara berangsur berubah
keatas menjadi batu lempung tufan. Selain itu breksi andesit berselingan dengan lava
andesit, yang terdapat dibagian bawah. Batulempung tufan, segarnya berwarna hijau
dan lapuknya berwarna ungu sampai merah keunguan. Menurut De Coster (1973)
formasi ini terdiri dari tuf, aglomerat, batulempung, batupasir tufan, konglomeratan
dan breksi yang berumur Eosen Akhir hingga Oligosen Awal. Formasi ini
diendapkan dalam air tawar daratan. Ketebalan dan litologi sangat bervariasi dari satu
tempat ke tempat yang lainnya karena bentuk cekungan yang tidak teratur,
selanjutnya pada umur Eosen hingga Miosen Awal, tejadi kegiatan vulkanik yang
menghasilkan andesit (Westerveld, 1941 vide of side katilli 1941), kegiatan ini
mencapai puncaknya pada umur Oligosen Akhir sedangkan batuannya disebut
sebagai batuan Lava Andesit tua yang juga mengintrusi batuan yang diendapkan
pada Zaman Tersier Awal.

3
QUIZ GEOLOGI MIGAS FARSA RANDITAMA

Formasi Talang Akar (TAF)


Nama Talang Akar berasal dari Talang Akar Stage (Martin, 1952) nama lain yang
pernah digunakan adalah Houthorizont (Musper, 1937) dan Lower Telisa Member
(Marks, 1956). Formasi Talang akar dibeberapa tempat bersentuhan langsung secara
tidak selaras dengan batuan Pra Tersier. Formasi ini dibeberapa tempat menindih
selaras Formasi Lahat (De Coster, 1974), hubungan itu disebut rumpang stratigrafi,
ia juga menafsirkan hubungan stratigrafi diantara kedua formasi tersebut selaras
terutama dibagian tengahnya, ini diperoleh dari data pemboran sumur Limau yang
terletak disebelah Barat Daya Kota Prabumulih (Pertamina, 1981), Formasi Talang
Akar dibagi menjadi dua, yaitu : Anggota Gritsand terdiri atas batupasir, yang
mengandung kuarsa dan ukuran butirnya pada bagian bawah kasar dan semakin atas
semakin halus. Pada bagian teratas batupasir ini berubah menjadi batupasir
konglomeratan atau breksian. Batupasir berwarna putih sampai coklat keabuan dan
mengandung mika, terkadang terdapat selang-seling batulempung coklat dengan
batubara, pada anggota ini terdapat sisa-sisa tumbuhan dan batubara, ketebalannya
antara 40 830 meter. Sedimen-sedimen ini merupakan endapan fluviatil sampai
delta (Spruyt, 1956), juga masih menurut Spruyt (1956) anggota transisi pada bagian
bawahnya terdiri atas selang-seling batupasir kuarsa berukuran halus sampai sedang
dan batulempung serta lapisan batubara. Batupasir pada bagian atas berselang-seling
dengan batugamping tipis dan batupasir gampingan, napal, batulempung gampingan
dan serpih. Anggota ini mengandung fosil-fosil Molusca, Crustacea, sisa ikan foram
besar dan foram kecil, diendapkan pada lingkungan paralis, litoral, delta, sampai tepi
laut dangkal dan berangsur menuju laut terbuka kearah cekungan. Formasi ini
berumur Oligosen Akhir hingga Miosen Awal. Ketebalan formasi ini pada bagian
selatan cekungan mencapai 460 610 meter, sedangkan pada bagian utara cekungan
mempunyai ketebalan kurang lebih 300 meter (De Coster, 1974).
Formasi Baturaja (BRF)
Menurut Spruyt (1956), formasi ini diendapkan secara selaras diatas Formasi Talang
Akar. Terdiri dari batugamping terumbu dan batupasir gampingan. Di gunung Gumai
tersingkap dari bawah keatas berturut-turut napal tufaan, lapisan batugamping koral,
batupasir napalan kelabu putih, batugamping ini mengandung foram besar antara lain
Spiroclypes spp, Eulipidina Formosa Schl, Molusca dan lain sebagainya.
Ketebalannya antara 19 - 150 meter dan berumur Miosen Awal. Lingkungan
Pengendapannya adalah laut dangkal. Penamaan Formasi Baturaja pertama kali
dikemukakan oleh Van Bemmelen (1932) sebagai Baturaja Stage, Baturaja Kalk
Steen (Musper, 1973) Crbituiden Kalk (v.d. Schilden, 1949; Martin, 1952), Midle
Telisa Member (Marks, 1956), Baturaja Kalk Sten Formatie (Spruyt, 1956) dan
Telisa Limestone (De Coster, 1974). Lokasi tipe Formasi Baturaja adalah di pabrik
semen Baturaja (Van Bemelen, 1932).
Formasi Gumai (GUF)
Formasi ini diendapkan setelah Formasi Baturaja dan merupakan hasil pengendapan
sedimen-sedimen yang terjadi pada waktu genang laut mencapai puncaknya.

4
QUIZ GEOLOGI MIGAS FARSA RANDITAMA

Hubungannya dengan Formasi Baturaja pada tepi cekungan atau daerah dalam
cekungan yang dangkal adalah selaras, tetapi pada beberapa tempat di pusat-pusat
cekungan atau pada bagian cekungan yang dalam terkadang menjari dengan Formasi
Baturaja (Pulonggono, 1986). Menurut Spruyt (1956) Formasi ini terdiri atas napal
tufaan berwarna kelabu cerah sampai kelabu gelap. Kadang-kadang terdapat lapisanlapisan batupasir glaukonit yang keras, tuff, breksi tuff, lempung serpih dan lapisan
tipis batugamping. Endapan sediment pada formasi ini banyak mengandung
Globigerina spp, dan napal yang mengeras. Westerfeld (1941) menyebutkan bahwa
lapisan-lapisan Telisa adalah seri monoton dari serpih dan napal yan mengandung
Globigerina sp dengan selingan tufa juga lapisan pasir glaukonit. Umur dari formasi
ini adalah Awal Miosen Tengah (Tf2) (Van Bemmelen, 1949) sedangkan menurut
Pulonggono (1986) berumur Miosen Awal hingga Miosen Tengah (N9 N12).
Formasi Air Benakat (ABF)
Menurut Spruyt (1956), formasi ini merupakan tahap awal dari siklus pengendapan
Kelompok Palembang, yaitu pada saat permulaan dari endapan susut laut. Formasi
ini berumur dari Miosen Akhir hingga Pliosen. Litologinya terdiri atas batupasir
tufaan, sedikit atau banyak lempung tufaan yang berselang-seling dengan
batugamping napalan atau batupasirnya semakin keatas semakin berkurang
kandungan glaukonitnya. Pada formasi ini dijumpai Globigerina spp, tetapi banyak
mengadung Rotalia spp. Pada bagian atas banyak dijumpai Molusca dan sisa
tumbuhan. Di Limau, dalam penyelidikan Spruyt (1956) ditemukan serpih lempungan
yang berwarna biru sampai coklat kelabu, serpih lempung pasiran dan batupasir
tufaan. Di daerah Jambi ditemukan berupa batulempung kebiruan, napal, serpih
pasiran dan batupasir yang mengandung Mollusca, glaukonit kadang-kadang
gampingan. Diendapkan dalam lingkungan pengendapan neritik bagian bawah dan
berangsur kelaut dangkal bagian atas (De Coster, 1974). Ketebalan formasi ini
berkisar 250 1550 meter. Lokasi tipe formasi ini , menurut Musper (1937), terletak
diantara Air Benakat dan Air Benakat Kecil (kurang lebih 40 km sebelah utarabaratlaut Muara Enim (Lembar Lahat). Nama lainnya adalah Onder Palembang
Lagen (Musper, 1937), Lower Palembang Member (Marks, 1956), Air Benakat
and en Klai Formatie (Spruyt, 1956).
Formasi Muara Enim (MEF)
Menurut Spruyt (1956) formasi in terlatak selaras diatas Formasi Air Benakat.
Formasi ini dapat dibagi menjadi dua anggota a dan anggota b. Anggota a
disebut juga Anggota Coklat (Brown Member) terdiri atas batulempung dan batupasir
coklat sampai coklat kelabu, batupasir berukuran halus sampai sedang. Didaerah
Palembang terdapat juga lapisan batubara. Anggota b disebut juga Anggota Hijau
Kebiruan (Blue Green Member) terdiri atas batulempung pasiran dan batulempung
tufaan yang berwarna biru hijau, beberapa lapisan batubara berwarna merah-tua
gelap, batupasir kasar halus berwarna putih sampai kelabu terang. Pada anggota a
terkadang dijumpai kandungan Foraminifera dan Mollusca selain batubara dan sisa
tumbuhan, sedangkan pada anggota b selain batubara dan sisa tumbuhan tidak

5
QUIZ GEOLOGI MIGAS FARSA RANDITAMA

dijumpai fosil kecuali foram air payau Haplophragmoides spp (Spruyt, 1956).
Ketebalan formasi ini sekitar 450 -750 meter. Anggota a diendapkan pada
lingkungan litoral yang berangsur berubah kelingkungan air payau dan darat (Spruyt,
1956). Lokasi tipenya terletak di Muara Enim, Kampong Minyak, Lembar Lahat
(Tobler, 1906)
Formasi Kasai (KAF)
Formasi ini mengakhiri siklus susut laut (De Coster dan Adiwijaya, 1973). Pada
bagian bawah terdiri atas batupasir tufan dengan beberapa selingan batulempung
tufan, kemudian terdapat konglomerat selang-seling lapisan-lapisan batulempung
tufan dan batupasir yang lepas, pada bagian teratas terdapat lapisan tuf batuapung
yang mengandung sisa tumbuhan dan kayu terkersikkan berstruktur sediment silang
siur, lignit terdapat sebagai lensa-lensa dalam batupasir dan batulempung tufan
(Spruyt, 1956). Tobler (1906) menemukan moluska air tawar Viviparus spp dan
Union spp, umurnya diduga Plio-Plistosen. Lingkungan pengendapan air payau
sampai darat. Satuan ini terlempar luas dibagian timur Lembar dan tebalnya mencapai
35 meter.
3.

Cekungan Jawa Barat Utara


Stratigrafi umum Jawa Barat Utara berturut-turut dari tua ke muda adalah sebagai berikut:
Batuan Dasar
Batuan dasar adalah batuan beku andesitik dan basaltik yang berumur Kapur Tengah
sampai Kapur Atas dan batuan metamorf yang berumur Pra Tersier (Sinclair, et.al, 1995).
Lingkungan Pengendapannya merupakan suatu permukaan dengan sisa vegetasi tropis
yang lapuk (Koesoemadinata, 1980).
Formasi Jatibarang
Satuan ini merupakan endapan early synrift, terutama dijumpai di bagian tengah dan
timur dari Cekungan Jawa Barat Utara. Pada bagian barat cekungan ini kenampakan
Formasi Jatibarang tidak banyak (sangat tipis) dijumpai. Formasi ini terdiri dari tufa,
breksi, aglomerat, dan konglomerat alas. Formasi ini diendapkan pada fasies fluvial.
Umur formasi ini adalah dari Kala Eosen Akhir sampai Oligosen Awal. Pada beberapa
tempat di Formasi ini ditemukan minyak dan gas pada rekahan-rekahan tuff (Budiyani,
dkk, 1991).
Formasi Talang Akar
Pada fase syn rift berikutnya diendapkan Formasi Talang Akar secara tidak selaras di atas
Formasi Jatibarang. Pada awalnya berfasies fluvio-deltaic sampai faises marine. Litologi
formasi ini diawali oleh perselingan sedimen batupasir dengan serpih nonmarine dan
diakhiri oleh perselingan antara batugamping, serpih, dan batupasir dalam fasies marine.
Pada akhir sedimentasi, Formasi Talang Akar ditandai dengan berakhirnya sedimentasi
synrift. Formasi ini diperkirakan berkembang cukup baik di daerah Sukamandi dan

6
QUIZ GEOLOGI MIGAS FARSA RANDITAMA

sekitarnya. Adapun terendapkannya formasi ini terjadi dari Kala Oligosen sampai dengan
Miosen Awal.
Formasi Baturaja
Formasi ini terendapkan secara selaras di atas Formasi Talang Akar. Pengendapan
Formasi Baturaja yang terdiri dari batugamping, baik yang berupa paparan maupun yang
berkembang sebagai reef buildup manandai fase post rift yangs secara regional menutupi
seluruh sedimen klastik Formasi Talang Akar di Cekungan Jawa Barat Utara.
Perkembangan batugamping terumbu umumnya dijumpai pada daerah tinggian. Namun,
sekarang diketahui sebagai daerah dalaman. Formasi ini terbentuk pada Kala Miosen
AwalMiosen Tengah (terutama dari asosiasi foraminifera). Lingkungan pembentukan
formasi ini adalah pada kondisi laut dangkal, air cukup jernih, sinar matahari ada
(terutama dari melimpahnya foraminifera Spriroclypens Sp).
Formasi Cibulakan Atas
Formasi ini terdiri dari perselingan antara serpih dengan batupasir dan batugamping.
Batugamping pada satuan ini umumnya merupakan batugamping kklastik serta
batugamping terumbu yang berkembang secara setempat-setempat. Batugamping ini
dikenali sebagai Mid Main Carbonate (MMC). Formasi ini diendapkan pada Kala Miosen
Awal-Miosen Akhir. Formasi ini terbagi menjadi 3 Anggota, yaitu:
Massive
Anggota ini terendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Baturaja. Litologi anggota
ini adalah perselingan batulempung dengan batupasir yang mempunyai ukuran butir dari
halus-sedang. Pada massive ini dijumpai kandungan hidrokarbon, terutama pada bagian
atas. Selain itu terdapat fosil foraminifera planktonik seperti Globigerina trilobus,
foraminifera bentonik seperti Amphistegina (Arpandi dan Patmosukismo, 1975).
Main
Anggota Main terendapkan secara selaras diatas Anggota Massive. Litologi penyusunnya
adalah batulempung berselingan dengan batupasir yang mempunyai ukuran butir halussedang (bersifat glaukonitan). Pada awal pembentukannya berkembang batugamping dan
juga blangket-blangket pasir, dimana pada bagian ini Anggota Main terbagi lagi yang
disebut dengan Mid Main Carbonat (Budiyani dkk,1991).
Parigi
Anggota Pre Parigi terendapkan secara selaras diatas Anggota Main. Litologinya adalah
perselingan batugamping, dolomit, batupasir dan batulanau. Anggota ini terbentuk pada
Kala Miosen Tengah-Miosen Akhir dan diendapkan pada lingkungan Neritik TengahNeritik Dalam (Arpandi & Patmosukismo, 1975), dengan dijumpainya fauna-fauna laut
dangkal dan juga kandungan batupasir glaukonitan.

7
QUIZ GEOLOGI MIGAS FARSA RANDITAMA

Formasi Parigi
Formasi ini terendapkan secara selaras di atas Formasi Cibulakan Atas.. Litologi
penyusunnya sebagian besar adalah batugamping klastik maupun batugamping terumbu.
Pengendapan batugamping ini melampar ke seluruh Cekungan Jawa Barat Utara.
Lingkungan pengendapan formasi ini adalah laut dangkalneritik tengah (Arpandi &
Patmosukismo, 1975). Batas bawah Formasi Parigi ditandai dengan perubahan berangsur
dari batuan fasies campuran klastika karbonat Formasi Cibulakan Atas menjadi batuan
karbonat Formasi Parigi. Formasi ini diendapkan pada Kala Miosen Akhir-Pliosen.
Formasi Cisubuh
Formasi ini terendapkan secara selaras di atas Formasi Parigi. Litologi penyusunnya
adalah batulempung berselingan dengan batupasir dan serpih gampingan. Umur formasi
ini adalah dari Kala Miosen Akhir sampai Pliosen Pleistosen. Formasi diendapkan pada
lingkungan laut dangkal yang semakin ke atas menjadi lingkungan litoral paralik
(Arpandi & Patmosukismo, 1975).

8
QUIZ GEOLOGI MIGAS FARSA RANDITAMA

4.

Cekungan Jawa Timur

Menurut Sutarso dan Suyitno (1976), secara


fisiografi daerah penelitian termasuk dalam
Zona Rembang yang merupakan bagian dari
cekungan sedimentasi Jawa Timur bagian
Utara (East Java Geosyncline). Cekungan ini
terbentuk pada Oligosen Akhir yang berarah
Timur Barat hampir sejajar dengan Pulau
Jawa (Van Bemmelen, 1949).
Menurut Koesoemadinata (1978), cekungan
Jawa Timur bagian Utara lebih merupakan
geosinklin dengan ketebalan sedimen Tersier
mungkin melebihi 6000 meter. Suatu hal
yang khas dari cekungan Jawa Timur bagian
Utara berarah Timur-Barat dan terlihat
merupakan gejala tektonik Tersier Muda.

Tiga tahap orogenesa telah dikenal


berpengaruh terhadap pengendapan seri
batuan Kenozoikum di Indonesia (Van Bemmelen, 1949). Yang pertama terjadi di antara
interval Kapur Akhir Eosen Tengah, kedua pada Eosen Tengah (Intramiocene Orogeny) dan
ketiga terjadi pada Plio-Pleistosen. Orogenesa yang terjadi pada Miosen Tengah ditandai oleh
peristiwa yang penting di dalam distribusi sedimen dan penyebaran flora dan fauna, terutama
di daerah Indonesia bagian Barat dan juga menyebabkan terjadinya fase regresi (susut laut)
yang terjadi dalam waktu singkat di Jawa dan daerah Laut Jawa. Fase orogenesa Miosen
Tengah ditandai juga oleh hiatus di daerah Cepu dan dicirikan oleh perubahan fasies yaitu dari
fasies transgresi menjadi fasies regresi di seluruh Zona Rembang. Selain hal tersebut diatas,
fase orogenesa ini ditandai oleh munculnya beberapa batuan dasar Pra Tersier di daerah pulau
Jawa Utara (Van Bemmelen, 1949).

Perbedaan yang mencolok perihal sifat litologi dari endapan endapan yang berada pada
Mandala Kendeng, Mandala Rembang, dan Paparan laut Jawa yaitu sedimen. Mandala
Kendeng pada umumnya terisi oleh endapan arus turbidit yang selalu mengandung batuan
piroklastik dengan selingan napal dan batuan karbonat serta merupakan endapan laut dalam.
Umumnya sedimen-sedimen tersebut terlipat kuat dan tersesar sungkup ke arah Utara,
sedangkan Mandala Rembang memperlihatkan batuan dengan kadar pasir yang tinggi
disamping meningkatnya kadar karbonat serta menghilangnya endapan piroklastik. Sedimensedimen Mandala Rembang memberi kesan berupa endapan laut dangkal yang tidak jauh dari
pantai dengan kedalaman dasar laut yang tidak seragam. Hal ini disebabkan oleh adanya sesarsesar bongkah (Block faulting) yang mengakibatkan perubahan-perubahan fasies serta

9
QUIZ GEOLOGI MIGAS FARSA RANDITAMA

membentuk daerah tinggian atau rendahan. Daerah lepas pantai laut Jawa pada umumnya
ditempati oleh endapan paparan yang hampir seluruhnya terdiri dari endapan karbonat.
Mandala Rembang menurut sistem Tektonik dapat digolongkan ke dalam cekungan belakang
busur (retro arc back arc) (Dickinson, 1974) yang terisi oleh sedimen-sedimen berumur
Kenozoikum yang tebal dan menerus mulai dari Eosen hingga Pleistosen. Endapan berumur
Eosen dapat diketahui dari data sumur bor (Pringgoprawiro, 1983).
Litostratigrafi
Tersier
di
Cekungan Jawa Timur bagian
Utara banyak diteliti oleh para
pakar geologi diantaranya
adalah Trooster (1937), Van
Bemmelen (1949), Marks
(1957),
Koesoemadinata
(1969), Kenyon (1977), dan
Musliki (1989) serta telah
banyak
mengalami
perkembangan dalam susunan
stratigrafinya.
Kerancuan
tatanama satuan Litostratigrafi telah dibahas secara rinci oleh Pringgoprawiro (1983) dimana
susunan endapan sedimen di Cekungan Jawa Timur bagian Utara dimasukkan kedalam
stratigrafi Mandala Rembang dengan urutan dari tua ke muda yaitu Formasi Ngimbang,
Formasi Kujung, Formasi Prupuh, Formasi Tuban, Formasi Tawun, Formasi Bulu, Formasi
Ledok, Formasi Mundu, Formasi Lidah dan endapan yang termuda disebut sebagai endapan
Undak Solo. Anggota Ngrayong Formasi Tawun dari Pringgoprawiro (1983) statusnya
ditingkatkan menjadi Formasi Ngrayong oleh Pringgoprawiro, 1983. Anggota Selorejo
Formasi Mundu (Pringgoprawiro, 1983) statusnya ditingkatkan menjadi Formasi Selorejo oleh
Pringgoprawiro (1985) serta Djuhaeni dan Martodjojo (1990). Sedangkan Formasi Lidah
mempunyai tiga anggota yaitu Anggota Tambakromo, Anggota Malo (sepadan dengan
Anggota Dander dari Pringgoprawiro, 1983) dan Anggota Turi (Djuhaeni, 1995).
Rincian stratigrafi Cekungan Jawa Timur bagian Utara dari Zona Rembang yang disusun oleh
Harsono Pringgoprawiro (1983) terbagi menjadi 15 (lima belas) satuan yaitu Batuan Pra
Tersier, Formasi Ngimbang, Formasi Kujung, Formasi Prupuh, Formasi Tuban, Formasi
Tawun, Formasi Ngrayong, Formasi Bulu, Formasi Wonocolo, Formasi Ledok, Formasi
Mundu, Formasi Selorejo, Formasi Paciran,
Formasi Lidah dan Undak Solo. Pembahasan masing masing satuan dari tua ke muda adalah
sebagai berikut :
1. Formasi Tawun
Formasi Tawun mempunyai kedudukan selaras di atas Formasi Tuban, dengan batas Formasi
Tawun yang dicirikan oleh batuan lunak (batulempung dan napal). Bagian bawah dari Formasi
Tawun, terdiri dari batulempung, batugamping pasiran, batupasir dan lignit, sedangkan pada
bagian atasnya (Anggota Ngrayong) terdiri dari batupasir yang kaya akan moluska, lignit dan

10
QUIZ GEOLOGI MIGAS FARSA RANDITAMA

makin ke atas dijumpai pasir kuarsa yang mengandung mika dan oksida besi. Penamaan
Formasi Tawun diambil dari desa Tawun, yang dipakai pertama kali oleh Brouwer (1957).
Formasi Tawun memiliki penyebaran luas di Mandala Rembang Barat, dari lokasi tipe hingga
ke Timur sampai Tuban dan Rengel, sedangkan ke Barat satuan batuan masih dapat ditemukan
di Selatan Pati. Lingkungan pengendapan Formasi Tawun adalah paparan dangkal yang
terlindung, tidak terlalu jauh dari pantai dengan kedalaman 0 50 meter di daerah tropis.
Formasi Tawun merupakan reservoir minyak utama pada Zona Rembang. Berdasarkan
kandungan fosil yang ada, Formasi Tawun diperkirakan berumur Miosen Awal bagian Atas
sampai Miosen Tengah.
2. Formasi Ngrayong
Formasi Ngrayong mempunyai kedudukan selaras di atas Formasi Tawun. Formasi Ngrayong
disusun oleh batupasir kwarsa dengan perselingan batulempung, lanau, lignit, dan batugamping
bioklastik. Pada batupasir kwarsanya kadang-kadang mengandung cangkang moluska laut.
Lingkungan pengendapan Formasi Ngrayong di daerah dangkal dekat pantai yang makin ke
atas lingkungannya menjadi littoral, lagoon, hingga sublittoral pinggir. Tebal dari Formasi
Tawun mencapai 90 meter. Karena terdiri dari pasir kwarsa maka Formasi Tawun merupakan
batuan reservoir minyak yang berpotensi pada cekungan Jawa Timur bagian Utara.
Berdasarkan kandungan fosil yang ada, Formasi Ngrayong diperkirakan berumur Miosen
Tengah.
3. Formasi Bulu
Formasi Bulu secara selaras berada di atas Formasi Ngrayong. Formasi Bulu semula dikenal
dengan nama Platen Complex dengan posisi stratigrafi terletak selaras di atas Formasi Tawun
dan Formasi Ngrayong. Ciri litologi dari Formasi Bulu terdiri dari perselingan antara
batugamping dengan kalkarenit, kadang kadang dijumpai adanya sisipan batulempung. Pada
batugamping pasiran berlapis tipis kadang-kadang memperlihatkan struktur silang siur skala
besar dan memperlihatkan adanya sisipan napal. Pada batugamping pasiran memperlihatkan
kandungan mineral kwarsa mencapai 30 %, foraminifera besar, ganggang, bryozoa dan
echinoid. Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal antara 50 100 meter. Tebal
dari formasi ini mencapai 248 meter. Formasi Bulu diperkirakan berumur Miosen Tengah
bagian atas.
4. Formasi Wonocolo
Lokasi tipe Formasi Wonocolo tidak dinyatakan oleh Trooster, 1937, kemungkinan berasal dari
desa Wonocolo, 20 km Timur Laut Cepu. Formasi Wonocolo terletak selaras di atas Formasi
Bulu, terdiri dari napal pasiran dengan sisipan kalkarenit dan kadang-kadang batulempung.
Pada napal pasiran sering memperlihatkan struktur parallel laminasi. Formasi Wonocolo
diendapkan pada kondisi laut terbuka dengan kedalaman antara 100 500 meter. Tebal dari
formasi ini antara 89 meter sampai 339 meter. Formasi Wonocolo diperkirakan berumur
Miosen Akhir bagian bawah sampai Miosen Akhir bagian tengah.

11
QUIZ GEOLOGI MIGAS FARSA RANDITAMA

5.

Cekungan Tarakan

Formasi Sembakung
Batuan Tersier Awal terdiri atas Formasi Sembakung, yang menindih tak selaras batuan alas
Kapur Akhir, terdiri atas batuan silisiklastik karbonatan dari lingkungan laut litoral hingga laut
dangkal pada kala Eosen.
Formasi Sujau
Formasi Sujau terdiri dari sedimen klastik (konglomerat dan batupasir), serpih, dan volkanik.
Klastika Formasi Sujau merepresentasikan tahap pertama pengisian cekungan graben like
yang mungkin terbentuk sebagai akibat dari pemakaran Makassar pada Eosen Awal. Litologi
penyusun berupakonglomerat, batupasir, volkaniklastik dengan ketebalan 1000 meter. Struktur
geologi yang berkembang sangatlah kompleks dan mengakibatkan daerah ini terlipat kuat.
Formasi Seilor
Batugamping mikritik dari Formasi Seilor diendapkan secara selaras di atas Formasi Sujau dan
Formasi Mangkabua yang terdiri dari serpih laut dan napal yang berumur Oligosen menjadi
penciri perubahan suksesi ke basinward.
Formasi Mangkabua
Pada formasi ini terjadi perubahan progradasional dari formasi Seilor (micrite limestone)
menjadi batunapal yang tebal dan masif. Terdapat Nummulites fichteli (Marks, 1957) yang
berumur Oligosen. Formasi ini tererosi intensif pada akhir Oligosen karena proses tektonik
berupa pengangkatan yang diakibatkan aktivitas vulkanik.

6.

Cekungan Kutai

Satyana et all, 1999 dalam An Outline Of The Geology Of Indonesia, 2001 melakukan
penelitian dan menyusun stratigrafi Cekungan Kutai dari tua ke muda sebagai berikut :
Formasi Beriun
Formasi Beriun terdiri dari batulempung, selang seling batupasir dan batugamping. Formasi
Beriun berumur Eosen Tengah Eosen Akhir dan diendapkan dalam lingkungan fluviatil
hingga litoral.
Formasi Atan
Diatas Formasi Beriun terendapkan Formasi Atan yang merupakan hasil dari pengendapan
setelah terjadi penurunan cekungan dan pengendapan padaFormasi Beriun. Formasi Atan
terdiri dari batugamping dan batupasir kuarsa. Formasi Atan berumur Oligosen Awal.
Formasi Marah
Formasi Marah Diendapakan secara selaras diatas Formasi Atan. Formasi Marah terdiri dari
batulempung, batupasir kuarsa dan batugamping berumur Oligosen Akhir.

12
QUIZ GEOLOGI MIGAS FARSA RANDITAMA

Formasi Pamaluan
Diendapkan pada kala Miosen Awal hingga Miosen Akhir di lingkungan neritik, dengan ciri
litologi batulempung, serpih, batugamping, batulanau dan sisipan batupasir kuarsa. Formasi ini
diendapkan dalam lingkungan delta hingga litoral.
Formasi Bebulu
Diendapkan pada kala Miosen Awal hingga Miosen Tengah di lingkungan neritik. Ciri litologi
Formasi Bebulu adalah batugamping.
Formasi Pulubalang
Formasi Pulubalang diendapkan selaras di atas Formasi Pamaluan, terdiri dari atas selangseling pasir lanauan dengan disipan batugamping tipis dan batulempung. Umur dari formasi
ini adalah Miosen Tengah dan diendapkan pada lingkungan sub litoral, kadang-kadang
dipengaruhi oleh marine influx . Formasi ini mempunyai hubungan menjari dengan Formasi
Bebulu yang tersusun oleh batugamping pasiran dengan serpih
Formasi Balikpapan
Formasi Balikpapan diendapkan secara selaras di atas Formasi Pulubalang. Formasi ini terdiri
dari selang seling antara batulempung dan batupasir dengan sisipan batubara dan batugamping
di bagian bawah. Data pemboran yang pernah dilakukan di Cekungan Kutai membuktikan
bahwa Formasi Balikpapan diendapkan dengan sistem delta, pada delta plain hingga delta
front . Umur formasi ini Miosen Tengah Miosen Akhir.

Formasi Kampungbaru
Formasi Kampung Baru ini berumur Mio-Pliosen, terletak di atas Formasi Balikpapan, terdiri
dari selang-seling batupasir, batulempung dan batubara dengan disipan batugamping tipis
sebagai marine influx . Lingkungan pengendapan formasi ini adalah delta.

13
QUIZ GEOLOGI MIGAS FARSA RANDITAMA

Formasi Mahakam
Formasi Mahakam terbentuk pada kala Pleistosen sekarang. Proses pengendapannya masih
berlangsung hingga saat ini, dengan ciri litologi material lepas berukuran lempung hingga pasir
halus.

7.

Cekungan Barito

Formasi Tanjung (Eosen Oligosen Awal)

Formasi ini disusun oleh batupasir, konglomerat, batulempung, batubara, dan basalt. Formasi
ini diendapkan pada lingkungan litoral neritik.

Formasi Berai (Oligosen Akhir Miosen Awal)

Formasi Berai disusun oleh batugamping berselingan dengan batulempung / serpih di bagian
bawah, di bagian tengah terdiri dari batugamping masif dan pada bagian atas kembali berulang
menjadi perselingan batugamping, serpih, dan batupasir. Formasi ini diendapkan dalam
lingkungan lagoon-neritik tengah dan menutupi secara selaras Formasi Tanjung yang terletak di
bagian bawahnya. Kedua Formasi Berai, dan Tanjung memiliki ketebalan 1100 m pada dekat
Tanjung.

Formasi Warukin (Miosen Bawah Miosen Tengah)

Formasi Warukin diendapkan di atas Formasi Berai dan ditutupi secara tidak selaras oleh
Formasi Dahor. Sebagian besar sudah tersingkap, terutama sepanjang bagian barat Tinggian
Meratus, malahan di daerah Tanjung dan Kambitin telah tererosi. Hanya di sebelah selatan
Tanjung yang masih dibawah permukaan.
Formasi ini terbagi atas dua anggota, yaitu Warukin bagian bawah (anggota klastik), dan
Warukin bagian atas (anggota batubara). Kedua anggota tersebut dibedakan berdasarkan susunan
litologinya.
Warukin bagian bawah (anggota klastik) berupa perselingan antara napal atau lempung
gampingan dengan sisipan tipis batupasir, dan batugamping tipis di bagian bawah, sedangkan

14
QUIZ GEOLOGI MIGAS FARSA RANDITAMA

dibagian atas merupakan selang-seling batupasir, lempung, dan batubara. Batubaranya


mempunyai ketebalan tidak lebih dari 5 m., sedangkan batupasir bias mencapai ketebalan lebih
dari 30 m.
Warukin bagian atas (anggota batubara) dengan ketebalan maksimum 500 meter, berupa
perselingan batupasir, dan batulempung dengan sisipan batubara. Tebal lapisan batubara
mencapai lebih dari 40 m, sedangkan batupasir tidak begitu tebal, biasanya mengandung air
tawar. Formasi Warukin diendapkan pada lingkungan neritik dalam (innerneritik) deltaik dan
menunjukkan fasa regresi.

Formasi Dahor (Miosen Atas Pliosen)

Formasi ini terdiri atas perselingan antara batupasir, batubara, konglomerat, dan serpih yang
diendapkan dalam lingkungan litoral supra litoral.

8.

Cekungan Natuna Timur


Batuan sedimen tertua yang berada di Cekungan Natuna Timur adalah batupasir
(sandstone) dan batuserpih (shale) yang berumur Late Oligocene sampai Early Miocene.
Jika dibandingkan dengan Cekungan tentangganya yaitu Cekungan Natuna Barat,
batupasir yang ada disini equivalen dengan Formasi Upper Gabus. Lingkungan
pengendapan diinterpretasikan berupa aluvial plain dan delta plain. Sedangkan
batuserpihnya, yang terdiri dari serpih laut (marine shale) berwarna kehijauan dan ke
abu-abuan, di equivalen-kan dengan Formasi Barat di Cekungan Natuna Barat. Sikuen
ini menunjukkan bahwa pada saat pengendapan terjadi maximum transgresion.
Di bagian atasnya diendapkan batupasir Formasi Lower Arang, terbentuk pada fase
regresif. Tapi fase ini berlangsung sebentar aja, dan dilanjutkan lagi dengan fase
transgresif. Nah, batupasir yang dihasilkan pada dua fase tersebut masuk ke dalam
batupasir Lower Arang. Fase transgresi berhenti ditandai dengan pengendapan abu-abu
sampai coklat serpih laut (marine shale). Ada kejadian yang berbeda antra di utara dan
di selatan setelah proses pengendapan ini. Utara, Setelah pengendapan Formasi Lower
Arang dilanjutkan dengan pertumbuhan Formasi Terumbu, sementara itu di bagian
selatan dilanjutkan dengan pengendapan batupasir Sokang.
Pupilli (1973) membagi Formasi Terumbu menjadi 2 bagian, yaitu lower member dan
upper member. Lower member terdiri atas karbonat berupa platform, tersusun oleh

15
QUIZ GEOLOGI MIGAS FARSA RANDITAMA

packstone, boundstone dan wackstone berlapis. Sementra Upper member tersusun oleh
batugamping reef (terumbu) terusun oleh dolomit terdiagenesis dan mengandung banyak
fosil.
Daerah-daerah rendahan di antara batugamping terumbu terendapkan serpih laut (marine
shale) dan marl. Pertumbuhan terumbu terjadi antara Mid. Miocene - Late
Miocene. Sementra di utara terjadi pertumbuhan batugamping terumbu, di daerah bagian
selatan terus diendapkan Upper Arang Shale pada periode transgresif. Pengendapan
serpih ini diikuti batupasir Upper Arang, dan meluas hingga ke utara dan menutupi
Formasi Terumbu. Termuda adalah Formasi Muda, menutupi ketidakselarasan dan semua
batuan yang lebih tua, dan membuat suksesi sedimen transgresi.

9.
Cekungan Natuna Barat
Cekungan Natuna Barat terbentuk akibat intra-continental rift basin dalam Dataran Sunda
(Sundaland) Cekungan terbentuk pada kala Eosen-Oligosen pada fasa ekstensional, pada kala
Miosen-saat ini terjadi pembalikan fasa berupa inversi dan kontraksi.
Cekungan ini memiliki karakteristik berupa seri graben berarah Timur laut yang terbentuk pada
fasa ekstensi yang terletak sepanjang batas barat dari punggungan metamorfik/plutonik
Natuna. Fase kompresi terjadi pada kala Miosen yang merubah graben terlipatkan menjadi
antiklin. Secara tektonik cekungan Natuna Barat dikelilingi oleh Khorat Swell pada bagian
utara, selatan dikelilingi oleh paparan Sunda dan bagian timur adalah busur Natuna. Pada
bagian barat laut dibatasi oleh Cekungan Malay dan pada bagian barat daya dibatasi oleh
Cekungan Penyu.
Menurut studi yang dilakukan Conoco Block B-Team (1977), stratigrafi cekungan Natuna
Barat dapat dibagi menjadi lima kelompok:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Batuan Dasar atau basement umur Pra-Tersier


Kelompok Belut, berumur antara Eocene sampai Oligocene Bawah.
Kelompok Gabus, berumur akhir Oligocene.
Kelompok Udang, berumur antara akhir Oligocene atas sampai awal Miocene.
Kelompok Barat, berumur antara Oligocene Bawah sampai Miocene Bawah.
Kelompok Arang, berumur antara Miocene Bawah sampai Miocene Tengah.
Kelompok Muda, berumur antara Miocene Atas sampai Pleistocene

16
QUIZ GEOLOGI MIGAS FARSA RANDITAMA

Interpretasi system petroleum

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Sumatera Utara
Source rock berada di sekitar formasi Baoung berupa shale, terdapat reservoir rock
berupa formasi keutapang dan caprock shale di formasi seurula
Sumatera Tengah
Source rock berada di formasi Bangko Pematang, reservoir berada di formasi duri,
bekasap menggala, seal berada di formasi telisa
Sumatera Selatan
Sourcerock berada di formasi lemat, reservoir berada di talang akar, baturaja, dan air
benakat, cap dan seal berada di formasi kasai
Sunda
Sourcerock berada di formasi banuwati, reservoir di formasi talang akar, seal berada di
formasi parigi - cisubuh
Northwest Java
Sourcerock berangsur di formasi jatibarang, reservoir di baturaja talang akar dan seal
di formasi parigi - cisubuh
Southwest Java
Batuan yang terindikasi sebagai batuan induk pada Cekungan Jawa Timur berasal dari
Formasi Ngimbang. TOC nya berada di Interval 0.14-3.93%. Batuan yang bertindak
sebagai reservoar yang baik adalah batupasir pada formasi Ngrayong yang berumur
Miosen Tengah. Migrasi primer yang terjadi pada interval waktu Pliosen-Recent dari
Formasi Ngimbang masuk langsung ke struktur perangkap akibat tektonik
PlioPleistosen (Ngrayong-Wonocolo-Ledok). Migrasi sekunder setelah tektonik
PlioPleistosen, dimana hidrokarbon yang sudah terperangkap pada lapisan reservoar
sembulan karbonat Kujung-Tuban, bermigrasi lagi masuk ke perangkap batupasir
Ngrayong, Wonocolo, Ledok, dan Lidah. Dalam cekungan jawa timur, yang berperan
sebagai batuan penutup pada umumnya adalah adalah lempung, evaporit (salt), dan
batuan karbonat (limestone & dolomite). Di sekitar Formasi Kawengan dan Wonocolo
Barito
Batuan pembentuk hidrokarbon cekungan barito terbentuk pada source rock lower
Tanjung dan lower Warukin. Jebakannya merupakan jebakan structural yang ada di

17
QUIZ GEOLOGI MIGAS FARSA RANDITAMA

8.

9.

10.

11.

formasi tanjung lower dan formasi warukin upper. Reservoir pada cekungan ini berupa
syafirit yang diendapkan pada lingkungan delta dari lingkungan aluvial
Kutai
Seal berada di formasi Mahakam kampong baru, reservoir berada di formasi
Balikpapan, lower kp baru dan landasan, sourcerock berada di formasi bebulu
Tarakan
Caprock berada di formasi Bunyu domaring, sementara reservoir di formasi tarakan dan
tabul dan source rock berada di formasi meliat
East Natuna
Seal berada di formasi terumbu muda, reservoir berada di formasi arang dan gabus
sementara source rock berada di formasi shale barat
West Natuna
Source rock berada pada formasi belut gabus dan shale barat, sementara reservoir di
formasi arang dan udang dan seal berada di formasi muda

18
QUIZ GEOLOGI MIGAS FARSA RANDITAMA

VOLUMETRIC
Tonga
Area

No

NTG

Max

Min

Max

Porosity

Min

Max

OIP (STB)

Sw

Min

Boi

Max

Max

Min

Min

56483.126

5423.77

0.82

0.62

0.22

0.12

0.62

0.42

1.2

25032682.05

1513111

134988.554

12640.985

0.82

0.62

0.22

0.12

0.62

0.42

1.2

59825399.06

3526553

100791.968

4549.249

0.82

0.62

0.22

0.12

0.62

0.42

1.2

44669859.25

1269139

31312.885

1985.144

0.82

0.62

0.22

0.12

0.62

0.42

1.2

13877516.17 553810.9

Total

143405456.5

Vb max
359320795
858737785.6
641194152
199198796.7

vb min
26088116.75
60802632.21
21881705.72
9548463.234

6862613

Tobang
Area

No

NTG

Max
1

Min

1212806.938

Max

24475.445

Porosity

Min

0.82

0.62

Max

Min

0.22

OIP (STB)

Sw

Boi

Max

0.12

Max

Min

0.62

0.42

1.2

Total

Min

537502305.9

6828103

537502305.9

6828103

vb max

vb min

7715344105

117725911.4

vb max

vb min

Tasik
BV (acre.ft)

No
Max
1

NTG
Min

101810.849

Max

15495.567

Porosity
Min

0.82

0.62

Max
0.22

OIP (STB)

Sw

Min

Boi

Max

0.12

Max

Min

0.62

0.42

Total
Total OIP ( STB )

1.2

Min

45121415.78 4322917
45121415.78 4322917

647675824.6 74533057.45

726029178.3

Volumetric Cekungan yang dibatasi Kontur


TABEL PERHITUNGAN VOLUME

Int. Kontur

Luas

Rasio

Metoda

Antiklin
(feet)
II

Ao

Total

A1/Ao

11,220,000.00

1,750,000.00 0.15597148

Piramida

925 - 910

18,220,000.00

15,000,000.00 0.82327113

Trapesium

Total

A1

950 - 925

0.97924261

Volume

Volume (barrel)

(Volume(cuft)/5.615
(cuft)
4)
8.18126E+13
1.45693E+13
249150000

44369056.52

8.18129E+13

1.45694E+13

Ao+A1

25

12970000.0.00

15

33220000.0.00
46190000.00000

985 - 975

16,220,000.00

7,500,000.00 0.46239211

Piramida

2.0275E+14

3.61061E+13

10

23720000.0.00

975 - 950

30,220,000.00

18,000,000.00 0.59563203

Trapesium

602750000

107338747

25

48220000.0.00

950 - 925

40,220,000.00

30,000,000.00 0.74589756

Trapesium

877750000

156311215.6

25

70220000.0.00

925 - 910

56,220,000.00

44,000,000.00 0.78263963

Trapesium

751650000

133855112.7

15

100220000.0.00

2.02752E+14

3.61065E+13

2.58656133

242380000.00000

a0*a1

1.9635E+13 9.8175E+12
2.733E+14 1.3665E+14
2.92935E+14 1.46468E+14
1.2165E+14 6.0825E+13
5.4396E+14 2.7198E+14
1.2066E+15
6.033E+14
2.47368E+15 1.23684E+15
4.34589E+15 2.17295E+15

19
QUIZ GEOLOGI MIGAS FARSA RANDITAMA

Você também pode gostar