Você está na página 1de 2

1.

Anaerobic Baffled Reactor (ABR)


ABR merupakan suatu jenis reaktor anaerob laju tinggi yang terdiri dari
beberapa kompartemen bervolume sama. Antar tiap kompartemen ABR
dipisahkan oleh hanging dan standing baffle secara selang-seling yang
berfungsi memaksa cairan mengalir ke atas dan ke bawah pada tiap
kompartemen untuk meningkatkan kontak antara air limbah dan
mikroorganisme dalam selimut lumpur pada tiap dasar kompartemen (Hudson,
2010).
2. Kelebihan dan Kelemahan ABR
Reaktor ABR mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan jenis reaktor
anaerob lain. Keunggulan-keunggulan tersebut di antaranya adalah :
a. Sistem desain
Biaya konstruksi ABR tercatat 20 % lebih rendah dibandingkan reaktor
Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB) (Mrafkova et al., 2000). Desain
konstruksi yang dimiliki memungkinkan untuk menghindari terperangkapnya
gas dalam partikel lumpur yang dapat mengakibatkan terangkatnya partikel
lumpur dan efek turbulensi yang merusak sedimen (Rahayu dan Purnavita,
2008). Produksi lumpur yang hanya bernilai sekitar 0,03 g sel/g substrat
(Stuckey et al., 2000) membuat tidak diperlukan proses sedimentasi akhir
(Smith and Scott, 2005).
b. Efisiensi pengolahan
Sistem ABR mampu menurunkan 70-90 % BOD dan 72-95 % COD
(Foxon et al., 2006). Operasi ABR 2 baffle juga dapat berlangsung dalam
waktu tinggal 2 kali lebih singkat dibanding jika digunakan septic tank
bervolume sama untuk dapat menghasilkan besar penurunan Total Suspended
Solid (TSS), COD dan BOD sama (Koottatep et al., 2004). Waktu tinggal
dibutuhkan pengoperasian ABR pun 39 % lebih singkat dibandingkan UASB
(Krishna and Kumar, 2007).
c. Sistem operasi
ABR bersifat lebih resisten terhadap shocking loading dibandingkan
proses anaerob lainnya (Foxon et al., 2006). Penurunan performa yang
ditimbulkan akibat adanya shocking loading juga memerlukan waktu lebih
singkat untuk kembali ke operasi normal dibandingkan sistem anaerob lain
karena kecilnya kemungkinan terjadinya wash out (Khanal, 2008).

Namun, ABR juga mempunyai kelemahan yaitu rendahnya efisiensi


penghilangan TSS yang kurang baik, yaitu berkisar antara 40-70%. Zat padat
dengan densitas yang mendekati densitas air juga akan terbawa keluar dari
kompartemen pertama dan terbawa keluar reaktor bersama dengan efluen.
Proses penghilangan kadar TSS influen dapat membuat terjadi penurunan 97
% COD dan 98 % BOD pada sistem anaerobic digestion (Indriani dan Herumurti,
2010).
3. Variabel Desain ABR
Variabel-variabel yang perlu diperhatikan dalam desain sistem ABR antara
lain :
a. Kecepatan aliran
Kecepatan aliran ke atas setelah kompartemen pertama tidak boleh
melebihi 2 m3/m2/jam. Hal tersebut dapat diatasi dengan mendesain ABR
yang mempunyai luas penampang besar dan kedalaman dangkal (Rahayu
dan Purnavita, 2008). Cara tersebut dilakukan untuk menjamin 95 % padatan
tetap tinggal dalam kompartemen guna mengurangi kemungkinan wash out
dan mendukung populasi mikroba yang mampu menangani anaerobic
digestion 2 fase (Foxon et al., 2001).
b. Dimensi reaktor
Agar influen limbah terdistribusi merata dan kontak dengan
mikroorganisme efisien, lebar reaktor dianjurkan berkisar antara 0,5-0,6
kedalamannya (Rahayu dan Purnavita, 2008).
4. Mekanisme Pengolahan ABR
ABR menggabungkan proses sedimentasi dan penguraian lumpur secara
parsial dalam satu kompartemen dengan mekanisme kerja yang terdiri dari :
a. Pengendapan dan pengapungan padatan.
b. Anaerobic digestion padatan terlarut dan tersuspensi melalui kontak
antara lumpur anaerob pada dasar kompartemen dengan air limbah.
c. Anaerobic digestion lumpur yang berada dalam dasar tangki dan
sedimentasi partikel yang telah terstabilisasi. (Mang, 2011)

Você também pode gostar