Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh
I Gst Ayu Erika Pradini
1317051021
1317051022
Ni Nyoman Mastriani
1317051023
1317051024
1317051172
1317051174
Nidya Apriani
1317051175
BAB II
PEMBAHASAN
angka yang terandalkan yaitu obyektif dan dapat diverifikasi. Tujuan pelaporan
keuangan tidak terbatas pada masalah pertanggungjelasan tetapi juga pada
pemenuhan kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi yang lebih luas.
Tujuan penyajian informasi untuk pertanggung jawaban menjadi tidak berarti
atau bahkan dapat diganti sama sekali. Kos merupakan jumlah rupiah
kesepakatan dalam rangka memperoleh barang dan jasa dan merupakan jumlah
rupiah kesepakatan dalam rangka penyerahan produk atau jasa yang dihasilkan
perusahaan.
Masalah Akuntansi
Perubahan harga menimbulkan masalah bagi akuntansi dalam hal
penilaian unit pengukur dan pemertahanan kapital. Masalah penilaian
berkaitan dengan dasar yang harus digunakan untuk mengukur nilai pos pada
suatu saat. Masalah pemertahanan kapital berkaitan dengan pengertian laba
sebagai selisih dua kapital yang harus ditentukan jenisnya. Perubahan harga
umunya terjadi karena perbedaan jumlah rupiah yang dapat digunakan
untuk memperoleh barang yang sama dalam jangka waktu yang berbeda.
Rerangka akuntansi pokok dilandasi oleh asumsi bahwa daya beli uang stabil dan
manfaat ekonomik barang tidak berubah. Jadi apabila terjadi perubahan harga
yang cukup mencolok akuntansi mengalami permasalahan dalam penilaian, unit
pengukur dan pemertahanan kapital.
a. Masalah Penilaian
Nilai aset individual atau spesifik akan berubah kalau dibandingkan
dengan aset tertentu yang lain meskipun daya beli uang tidak berubah.
Perubahan ini disebabkan oleh penggunaan teknologi yang berbeda atau
kemampuan produk baru yang lebih tinggi. Persepsi atau selera orang terhadap
manfaat atau nilai barang tertentu dapat pula menyebabkan perubahan nilai
yang akhirnya mempengaruhi harga barang tersebut. Perubahan harga
semacam ini disebut dengan perubahan harga spesifik. Model akuntansi untuk
menghadapi masalah ini adalah akuntansi nilai sekarang yang pengukuran
nilainya bergantung pada dasar penilaian yang dianut yaitu kos sekarang atau
nilai keluaran sekarang.
b. Masalah Unit Pengukur
Daya beli uang dapat berubah sehingga unit moneter sebagai pengukur
nilai tidak bersifat homogenus lagi kalau dikaitkan dengan waktu. Perubahan
nilai unit pengukur ini terjadi karena perubahan tingkat harga secara umum
dalam ekonomi suatu negara. Artinya, kalau nilai atau manfaat suatu barang
tidak berubah, jumlah unit moneter yang dapat digunakan untuk memperoleh
barang yang sama akan berbeda dari waktu ke waktu karena daya beli uang
berubah.
Secara umum, daya beli uang semakin menurun karena adanya inflasi.
Akuntansi menghadapi masalah ini karena kos yang diukur satuan rupiah
nominal tidak lagi homogenus untuk beberapa pos sehingga penjumlahan kos
vertikal atau horisontal sebenarnya tidak bermakna lagi.
c. Masalah Pemertahanan Kapital
Laba adalah kenaikan kapital dalam suatu periode yang dapat
didistribusi atau dinikmati setelah kapital awal dipertahankan. Untuk
menentukan laba dengan mempertahankan kapital, tiga hal penting dalam
mengukur kapital harus dipertimbangkan yaitu dasar penilaian, skala
pengukuran, dan jenis kapital terutama dalam hal terjadi perubahan harga atau
nilai. Masalah unit pengukur dalam perubahan harga berkaitan dengan skala
pengukuran. Masalah pemertahanan kapital dalam perubahan harga berkaitan
dengan jenis kapital yang harus dipertahankan yaitu finansial atau fisis.
Bila pengaruh perubahan harga seperti di atas tidak diperhatikan, dalam
keadaan perubahan harga menarik, perhitungan laba atas dasar kos historis
cenderung tersaji lebih. Hal ini disebabkan perubahan akibat kenaikan harga
atau untuk penahanan melekat pada angka laba. Angka laba yang tersaji lebih
dapat mengakibatkan distribusi laba yang melebihi jumlah yang dapat
menyisakan laba untuk mempertahankan kapital.
Karena seluruh harga barang berubah dengan tingkat yang sama (60%)
dalam suatu periode, perubahan tersebut dapat dianggap terjadi karena perubahan
daya beli atau perubahan harga umum. Dengan adanya perubahan harga umum,
harga barang pada saat tertentu dapat dibandingkan dengan harga pada waktu
yang lain sebagai dasar (bila waktu tahunan, waktu tersebut disebut tahun dasar).
Rasio atau perbandingan ini biasanya dinyatakan dalam angka kelipatan 100 dan
disebut dengan indeks harga dengan tahun dasar tertentu.
Yang dimaksud dengan indeks harga umum (general price index) biasanya
tidak mempresentasikan perubahan harga seluruh barang dan jasa dalam suatu
perekonomian negara. Pengertian umum atau agregat lebih menunjukan index
berbobot untuk sekelompok barang dan jas tertentu yang dibeli oleh kelompok
konsumen tertentu di pasar tertentu pula (disebut market basket of goods and
service). Hal ini disebabkan oleh kerumitan atau kekompleksan dalam
menentukan index harga umum untuk seluruh barang dan jasa dalam suatu
perekonomian negara. Selain itu harga index umum semacam itu justru tidak
cukup bermanfaat atau tepat untuk tujuan tertentu. Salah satu contoh index harga
umum sekelompok barang yang sering digunakan dalam analisis economic atau
bisnis adalah index harga consumer gabungan.
Indeks harga consumer untuk kelompok tertentu hanya mewakili
perubahan harga dalam kelompok tersebut. Untuk barang yang tidak masuk dalam
kelompok barang dan jasa yang harganya digunakan untuk menghitung indeks
harga consumer, angka indeks harga konsumen harus digunakan dengan hati-hati
dan bijaksana karena perrubahan yang ditunjukan dalam index belum tentu
menggambarkan perubahan harga barang bersangkutan. Kalau dianggap bahwa
barang konsumsi dapat mewakili tingkat perubahan harga umum, index harga
consumer gabungan dapat dijadikan dasar untuk tujuan analisis yang memerlukan
indeks harga umum.
Angka index harga suatu periode yang disajikan oleh suatu institusi
misalnya badan pusat statistik (BPS) dapat menunjukan index awal, akhir, ataupun
rata-rata untuk periode bersangkutan. Index dalam gambar 13.3 merupakan index
rata-rata untuk tahun bersangkutan. Selain index harga consumer, BPS
mengeluarkan pula beberapa indikator ekonomi lain seperti index harga consumer,
BPS mengeluarkan pula beberapa indikator ekonomi lain seperti index harga
perdagangan Besar, Index Harga Sembilan Bahan Pokok, Indeks Triwulan Harga
Produksi Industri, dan Indeks Harga Beberapa Komoditas Penting di Pasar Dunia.
Inflasi dan Daya Beli Uang
Indeks harga dapat memberi gambaran perubahan tingkat harga dari waktu
ke waktu. Dari sisi lain, perubahan indeks harga merefleksikan pula perubahan
daya beli atau nilai tukar uang. Kenaikan indeks harga berarti penurunan daya beli
demikian pula sebaliknya. Daya beli uang adalah kemampuan satuan uang pada
saat tertentu untuk ditukarkan dengan barang . Gejala kenaikan tingkat harga
umum dari waktu kewaktu disebut inflasi. Inflasi ditunjukan oleh indeks harga
umum yang cenderung menaik dari waktu ke waktu. Perubahan relatif indeks
harga dari periode satu ke periode selanjutnya disebut dengan laju inflasi
Gambar 13.4
Hubungan Indeks Harga, Daya Beli, dan Laju inflasi
Berdasarkan indeks Harga Konsumer (HK) Gabungan 43 Kota
(1996=100.2002= Basis Daya Beli)
Tahun
1998
1999
2000
2001
2002
IHK
Laju Inflasi
(%)
198,47
202,46
221,37
249,15
274,13
1000.000
KRp 1.381.216
1.353.996
1.238.334
1.100.260
1.000.000
200
9,34
12,55
10,03
800.000
800.000
itu, naik turunnya laba karena perubahan ini sebenarnya tidak menggambarkan
kemampuan manajemen dan mengelola capital fisis perusahaan.
Implikasi Akuntansi
Dalam akuntansi kos historis, perubahan harga spesifik ini tidak
diperhatikan dan dengan sendirinya perubahan ini akan tersembunyi dalam
perhitungan dalam perhitungan laba. Hal ini sering dikritik sebagai kelemahan
akuntansi kos historis karena angka laba tidak menggambarkan efisiensi operasi
perusahaan yang sebenarnya. Seandainya pengaruh perubahan harga spesifik
tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba, pengaruh ini akan menjadi untung atau
rugi penahanan (holding gains or losses).
Ilustrasi berikut ini menjelaskan konsep perubahan harga spesifik dan
implikasinya terhadap perhitungan laba. Misalnya, suatu perusahaan mempunyai
separtai sediaan barang pada awal periode dengan kos Rp 1.500.000. Seluruh
barang tersebut dijual pada tengah periode dengan harga Rp 2.500.000. Pada saat
dijual, nilai atau kos pengganti (kos sekarang) sediaan barang tersebut adalah Rp
2.100.000. Atas dasar data ini, dua pendekatan statemen laba-rugi disajikan
berikut ini.
Kos Historis
Rp 2.500.000
Kos Sekarang
Rp 2.500.000
1.500.000
2.100.000
1.000.000
Penjualan
Rp 400.000
600.000
Rp 1.000.000
barang atau jasa tersebut secara bersamaan. Namun demikian untuk pelaporan
keuangan, secara teoritis pemisahan dapat dilakukan dengan menggunakan konsep
perubahan harga relative.
Perubahan harga relative mengukur tingkat penyimpangan perubahan harga
barang atau jasa tertentu terhadap perubahan harga barang ayau jasa terhadap
perubahan akibat perubahan tingkat harga umum seluruh barang dan jasa. Dengan
kata lain, perubahan harga relative adalah perubahan harga setelah pengaruh
perubahan daya beli dikeluarkan adatau deperhitungkan .
Dalam ilustrasi tersebut, barang C mengalami tidak hanya perubahan akibat
perubahan harga umum tetapi juga akibat perubahan nilai barang sedangkan
barang-barang yang lain hanya mengalami perubahan akibat perubahan tingkat
harga umum. Perubahan harga barang C sebesar Rp 2.400 sebenarnya terdiri atas
dua komponen yaitu perubahan akibat daya beli sebesar Rp 600 (10% x Rp6.000)
dan perubahan akibat perubahan nilai sebesar Rp1.800 (Rp2.400-Rp600) atau
30% dari harga semula. Perubahan sebesar Rp1.800 itulah yang disebut perubahan
harga relative. Jadi, dapat dikatakan bahwa perubahan harga relatif merupakan
perubahan harga spesifik setelah pengaruh perubahan daya beli diperhitungkan.
Gambar 13.6
Makna Perubahan Harga Relatif
Barang (Aset)
Harga dulu (t=0)
Nominal
Persen
Harga sekarang
(t=1)
Nominal
Persen
Perubahan
Nominal
Persen
Perubahan relatif
Nominal
Persen
Rp2.200
100%
Rp4.000
100%
Rp6.000
100%
Rp12.000
100%
Rp8.500
100%
Rp2.420
110%
Rp4.400
110%
Rp8.400
140%
Rp13.200
110%
Rp9.350
110%
Rp220
10%
Rp400
10%
Rp2.400
40%
Rp1.200
10%
Rp850
10%
Rp0
0%
Rp0
0%
Rp1.800
30%
Rp0
0%
Rp0
0%
Penahanan aset real selama suatu periode terjadi mulai saat aset diperoleh
sampai aset tersebut keluar karena dijual (dalam hal sediaan barang dagangan),
karena dibebankan kepada periode pada akhir tahun melalui depresiasi (dalam hal
aset operasi), atau karena melekat pada produk (dalam hal fasilitas fisis produksi).
Saat keluar atau akhir tahun merupakan saat untuk mengukur perubahan harga dan
menentukan untung atau rugi penahanan aset real. Bila akhir periode dijadikan
saat pengukuran bersamaan dengan penentuan laba periodik, dapat terjadi untung
atau rugi tersebut telah terealisasi (realized) atau belum terealisasi (un-realized).
2.4 Akuntansi Daya Beli Konstan terhadap Akuntansi untuk Perubahan
Harga
Akuntansi Daya Beli Konstan
Tujuan akuntansi daya beli konstan adalah mempertahankan capital atas
dasar daya beli. Dengan daya beli sebagai bais pengukuran, diharapkan
perusahaan mampu mempertahankan sumber ekonomiknya untuk membeli barang
dan jasa dan berlangsung terus dalam suatu kondisi perekonomian tertentu. Dalam
operasinya perusahaan akan menggunakan atau mengorbankan daya beli aset
untuk memperoleh aset (potensi jasa) lain dalam rangka menghasilkan
pendapatan. Investor berkepentingan dengan informasi daya beli untuk menilai
apakah daya beli yang dikorbankan dalam rangka memperoleh pendapatan dapat
dipertahankan.
Pemilihan Indeks Harga Untuk Konversi
Untuk dapat menyajikan statemen keuangan berbasis daya beli, data kos
historis harus dikonversi menjadi kos daya beli pada saat pelaporan. Dalam SFAS
No. 89 paragraf 8, FASB menyarankan agar penentuan indeks harga didasarkan
pada periode dasar yang digunakan oleh Biro Statistik Tenaga Kerja (Bureau of
Labor Statistic) dalam menghitung Indeks Harga Konsumer untuk semua
Konsumer Perkotaan.
Untuk menyusun statemen keuangan lengkap dalam daya beli, semua pos
baik neraca atau laba-rugi harus dikonversi. Bila indeks rata-rata digunakan dan
pos-pos laba rugi (operasi) terjadi secara merata selama periode, rupiah daya beli
yang didapat untuk suatu pos biasanya hampir sama dengan jumlah rupiah
nominalnya. Dengan begitu, pos-pos operasi mungkin tidak perlu dikonversi
tetapi pos-pos neraca tetap harus dikonversi.
4. Untung atau rugi daya beli tidak mempunyai makna atau interpretasi yang
jelas atau intuitif.
5. Acapkali indeks yang digunakan untung menghomogenuskan unit
pengukur tidak mewakili perubahan daya beli yang terkandung dalam aset
perusahaan sehingga hasil perhitungan akuntansi daya beli konstan
diragukan keterandalannya.
Untung atau rugi daya beli tidak relevan terhadap keputusan pemakai statemen
keuangan. Misalnya, dalam keadaan inflasi, suatu perusahaan dapat meminjam
uang untuk membayar dividen kas atau memperoleh kembali saham treasuri.
Transaksi ini dapat menimbulkan untung daya beli. Akan tetapi, untung tersebut
tidak menggambarkan aktivitas sesungguhnya yang menimbulkan untung tersebut
sehingga tidak dapat dijadikan dasar untuk memprediksi aliran kas masa
mendatang. Demikian juga, perusahaan dapat mengalami rugi penahanan
sementara kas yang diperoleh dari penjualan saham prioritas untuk membeli
fasilitas fisis tertentu yang akan meningkatkan laba perusahaan di masa
mendatang. Kalau rugi daya beli tersebut dilaporkan maka akan timbul kesan
bahwa penjualan saham tersebut merupakan keputusan yang salah dan informasi
rugi tersebut tidak dapat mengungkapkan informasi bahwa laba perusahaan di
masa mendatang akan meningkat karena pembelian fasilitas fisis tersebut. Dengan
demikian, boleh jadi pelaporan untuk atau rugi daya beli secara terpisah tidak
memberikan informasi tambahan apapun karena keterkaitan antara untung dan
rugi ini dengan transaksi lain dalam perusahaan.
Kapital Daya Beli
Kapital digolongkan menjadi kapital finansial dan kapital fisis. Dengan
konsep daya beli konstan, sebenarnya daya beli dapat menjadi golongan kapital
yang lain yaitu kapital daya beli (purchasing power capital). Bila dikaitkan
dengan konsep laba, akuntansi daya beli konstan sebenarnya merupakan aplikasi
konsep mempertahankan kapital daya beli. Laba merupakan selisih lebih kapital
akhir dan awal tahun yang keduanya dinyatakan dalam daya beli konstan atas
dasar indeks harga tertentu.
kapital diukur pada akhir perioda untuk dibandingkan dengan kapital awal
perioda.
jenis aset yang lain yang tidak mempunyai pasar masukan yang luas, terutama
fasilitas fisis, akan sulit menentukan secara objektif kos penggantinya. Sebagai
gantinya, digunakanlah kos taksiran atau nilai keluaran yang dianggap mendekati
kos pengganti. Akan tetapi, untuk aset yang memang tidak dimaksudkan untuk
dijual penggunaan nilai keluaran kurang sesuai dengan makna kos yang ingin
dilekatkan pada aset tersebut. Oleh karena itu, FASB memberi pedoman
pengukuran fasilitas fisis yang sudah terpakai (used assets) dengan cara berikut:
a. Mengukur kos sekarang suatu fasilitas fisis baru yang mempunyai potensi
jasa yang sama dengan potensi jasa fasilitas fisis pada waktu dibeli
perusahaan (kos sekarang aset seandainya tia baru) dan menguranginya
dengan depresiasi yang diperhitungkan atas dasar kos baru sesuai metode
yang sama.
b. Mengukur kos sekarang suatu fasilitas fisis bekas yang sama umum dan
kondisinya degan aset yang sekarang dikuasai/dimiliki perusahaan.
c. Mengukur kos sekarang suatu fasilitas fisis baru yang mempunyai potensi
jasa yang berbeda dengan yang sekarang dikuasai/dimiliki perusahaan dan
menyesuaikan kos baru tersebut terhadap perbedaan-perbedaan nilai potensi
jasa akibat perbedaan umur, kapasitas, kualitas jasa, dan kos
pemeliharaan/pengoperasian.
Sebagai alternatif pengukuran diatas adalah penggunaan indeks harga
spesifik fasilitas fisis bersangkutan. Nilai buku fasilitas fisis dikalikan dengan
indeks ini akan menghasilkan angka yang kira-kira mendekati kos sekarang
fasilitas fisis tersebut. Pendekatan yang manapun yang dipakai, hasil yang
diperoleh semata-mata merupakan pendekatan (approximation) kos atau nilai
sekarang yang sebenarnya (true current cost). Nilai sekarang yang sesungguhnya
dan objektif hanya dapat ditentukan kalau suatu pertukaran terjadi. Hal ini
merupakan salah satu kelemahan akuntansi kos sekarang.
Nilai Jual Sekarang
Dengan dasar ini, kos sekarang aset diukur atas dasar harga aset seandainya
pada saat sekarang perusahaan memilih untuk menjual aset tersebut alih-alih
(instead of) memakainya untuk operasi. Masalah teknis penilaian atau pengukuran
yang dihadapi adalah tidak dapat ditentukan secara objektif dan tidak dapat diuji
kebenarannya. Kesukaran ini timbul untuk aset yang memang tujuannya tidak
untuk dijual seperti misalnya fasilitas fisis perusahaan. Oleh karena itu, dasar
penilaian yang digunakan dalam penentuan kos sekarang tidak harus sama untuk
semua jenis aset. Untuk aset tertentu, misalnya sediaan dan surat berharga, nilai
keluaran lebih menggambarkan kos sekarang sedangkan untuk aset yang lain,
misalnya fasilitas fisis, harga masukan lebih merefleksi kos sekarang.
Dasar pengukuran ini sebenarnya terterapkan hanya untuk aset yang belum
terjual atau potensi jasa yang belum digunakan sampai akhir tahun. Nilai jual
sekarang berarti jumlah rupiah pendapatan yang dapat direalisasi seandainya aset
dijual sekarang (disebut pendapatan cukup pasti terealisasi atau realizable
revenue). Secara konseptual laba perioda untuk akuntansi perubahan harga ini
akan terdiri atas tiga unsur utama yaitu: (1) laba operasi, (2) untung atau rugi
penahanan akibat perubahan nilai yang dapat direalisasi selama aset disimpan atau
ditahan, dan (3) margin pembelian (purchasing margin) yang merupakan selisih
antara pendapatan cukup pasti terealisasi dan kos pemerolehan aset tersebut.
Disebut margin pembelian karena aset memang dianggap tidak dijual dan hanya
seandainya dijual pada saat pengukuran (akhir perioda). Dengan kata lain, margin
pembelian adalah laba perioda belum terealisasi. Bila ternyata barang tersebut
telah terjual, margin pembelian pada saat penjualan sebenarnya sama dengan laba
operasi atas dasar kos historis. Lebih dari itu, kalau barang telah terjual, tidak
bermanfaat lagi menentukan kos sekarang aset atas dasar pendapatan yang cukup
pasti terealisasi karena dengan penjualan tersebut pendapatan telah terealisasi.
Dapat juga nilai jual sekarang dianggap sebagai kos pengganti yang diukur
dengan harga jual. Akan tetapi, kalau aset benar-benar terjual, selisih antara harga
jual dengan nilai jual sekarang menjadi sulit diinterpretasi makna dan manfaatnya.
Nilai Terealisasi Harapan
Pada prinsipnya, pendekatan ini sama dengan nilai jual sekarang hanya
pengukuran dilakukan atas dasar nilai sekarang aliran kas masa datang yang
diterima dari aset atau dibayar untuk aset atau utang bersangkutan. Untuk aset,
dasar ini dilandasi gagasan bahwa semua aset diperoleh untuk memberikan
potensi jasa masa datang yang akhirnya mendatangkan aliran masuk dana atau
kas. Aliran kas harapan (expected cash flows) yang akan diterima di masa
mendatang dijadikan pertimbangan dalam memutuskan pemerolehan aset tersebut.
Hanya aset yang akan mendatangkan aliran kas yang cukup untuk menutup
pengeluaran akan diputuskan untuk dibeli. Jadi, secara implisit atau eksplisit, kos
pemerolehan berkaitan erat dengan nilai sekarang (present value) aliran kas masa
mendatang. Penilaian ini disebut juga aliran kas masa datang diskunan
(discounted future cash flow). Nilai sekarang aliran kas masa datang dianggap
dapat merepresentasi kos sekarang suatu aset. Validitas dasar penilaian ini untuk
mengukur kos sekarang bergantung pada validitas faktor yang menentukan yaitu
ketepatan estimasi aliran kas, saat penerimaan kas, dan kelayakan tarif diskun.
Yang sering menjadi keberatan terhadap akuntansi perubahan harga ini
adalah bahwa aset perusahaan saling berkaitan antara yang satu dengan lainnya
dalam menghasilkan aliran kas. Pendapatan dihasilkan oleh seluruh potensi jasa
yang melekat pada aset secara keseluruhan. Oleh karena itu, kalau aliran kas yang
dapat dihasilkan perusahaan secara keseluruhan dapat ditentukan dan faktor
diskun cukup wajar, sangat sulit untuk menentukan berapa kontribusi yang
sebenarnya tiap aset dalam menimbulkan aliran kas. Jadi, tidak ada basis yang
cukup rasional untuk menentukan berapa aliran kas yang dapat dihasilkan oleh
tiap jenis aset secara individul. Untuk aset moneter seperti investasi dalam
obligasi, tidak ada masalah yang sulit untuk menentukan aliran kasnya. Akan
tetapi, untuk fasilitas fisis pada umumnya, penentuan aliran kas merupakan
taksiran yang mungkin tidak cukup terandalkan.
Pertimbangan untuk memilih dasar yang tepat untuk pengukuran aset
tertentu bergantung pada jenis aset dan keadaan yang melingkupinya. Dasar yang
dipilih tentunya adalah dasar yang akan menghasilkan angka yang melingkupinya.
Dasar yang dipilih tentunya adalah dasar yang akan menghasilkan angka yang
rupiah yang akan mengganti kos historis (yaitu kos sekarang atau jumlah rupiah
terperoleh kembali), FASB memperbolehkan penggunaan nilai masukan, nilai
keluaran, dan nilai sekarang diskunan.
Jumlah rupiah terperoleh kembali adalah nilai sekarang jumlah rupiah bersih
yang diharapkan didapat dari penjualan atau penggunaan suatu aset. Dua dasar
dapat digunakan untuk menentukan jumlah terperoleh kembali yaitu nilai
penggunaa (value in use) atau nilai pasar sekarang (current market value).
Nilai penggunaan adalah nilai sekarang aliran kas di masa mendatang
(termasuk hasil penjualan aset bekas/residual) yang diharapkan akan diterima dari
penggunaan oleh perusahaan. Aliran kas disini adalah aliran kas tambahan
(incremental cash inflows) akibat investasi dalam aset bersangkutan. Dasar ini
digunakan hanya apabila aset bersangkutan tidak dimaksudkan untuk dijual. Tarif
diskun yang digunakan adalah tarif atas dasar risiko yang melekat pada investasi
dalam aset bersangkutan.
Kos Sekarang Dan Pemertahanan Kapital
Seperti akuntansi daya beli, akuntansi kos sekarang juga dilandasi konsep
mempertahankan kapital. Perubahan harga aset yang ditahan selama suatu periode
menimbulkan untung atau rugi penahanan. Perbedaan utama antara konsep
mempertahankan kapital fisis dan kapital finansial adalah bahwa dalam
mempertahankan kapital fisis, untung atau rugi penahanan tidak dimasukkan
sebagai komponen laba perioda tetapi diperlakukan sebagai penyesuaian ekuitas
pemegang saham. Ini berarti bahwa sebagian dari laba dikapitalisasi dan tidak
dapat didistribusikan sebagai deviden karena perusahaan harus melakukan
reinvestasi untuk mempertahankan kapasitas produk seperti sediakala.
Sumber Infromasi Dan Teknik Pengukuran
Dengan konsep diatas, terdapat masalah teknis dalam pelaksanaan akuntansi kos
sekarang. Masalah ini bersangkutan dengan penentuan kos sekarang secara
objektif atas dasar bukti yang terverifikasi karena kos sekarang bukan merupakan
angka yang terjadi akibat suatu transaksi.
Pengindeksan (Indexation)
Sumber informasi dapat berupa (1) indeks harga yang dihasilkan pihak
eksternal untuk kelompok barang atau jasa yang diukur atau (2) indeks harga
yang dihasilkan sendiri oleh perusahaan berdasarkan catatan historis untuk
kelompok barang ataujasa yang diukur.
Penghargaan Langsung (Direct Pricing)
Teknik ini membebankan secara langsung bahan dan tenaga kerja ke suatu
asset atau kelompok asset. Informasi dari luar berupa (1) harga faktur
sekarang, (2) daftar harga dari penjual barang atau jasa (price list) atau kutipan
harga lain atau taksiran, dan (3) kos produksi standar yang menggambarkan
kos sekarang.
Pengkosan Unit (Unit Costing)
Teknik ini digunakan untuk menaksir kos reproduksi suatu barang. Dengan
tekinik ini, setiap komponen kos yang membentuk kos reproduksi harus
dihitung dengan menggunakan daya yang tersedia. Teknik ini digunakan untuk
barang tau jasa yang tidak mempunyai pasar keluaran atau barang yang bersifat
khusus (tidak standar).
Penghargaan Fungsional (Fungcional Pricing)
Teknik ini digunakan untuk menentukan kos pengganti suatu fungsi produksi
atau pemrosesan dan bukanya suatu aset secara individual atau kelompok aset
yang masing-masing berdiri sendiri.
Keunggulan Dan Kelemahan
Berikut ini ringkasan dan argumen yang diajukan untuk mendukung
disediakannya informasi kos sekarang :
1. Tindakan manajemen untuk menghadapi perubahan harga biasanya
diwujudkan dalam keputusan yang didasarkan atas harapan atau
prediksi adanya perubahan harga di masa datang untuk barang atau jasa
yang diperoleh perusahaan.
2. Akuntansi kos sekarang dapat menunjukkan laba operasi dan untung
penahanan sehingga dapat memberikan informasi tentang pengaruh
perubahan harga terhadap profitabilitas perusahaan yang sesungguhnya.
3. Informasi kos sekarang bermanfaat dalam analisis kemampuan
perusahaan untuk menjaga kapasitas operasi sekaligus untuk membagi
dividen.
4. Neraca atas dasar kos sekarang menggambarkan nilai ekonomik aset
dan utang yang lebih realistik dibandingkan neraca berbasis kos
historis.
5. Akuntansi kos sekarang akan memberikan informasi tentang efisiensi
suatu perusahaan yang lebih baik dan dapat diperbandingkan secara
lebih bermakna dengan perusahaan lain.
6. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, akuntansi kos
sekarang mendasarkan pada konsep pemertahanan kapital yang
semestinya atas dasar perkembangan dan kondisi perusahaan yang
mutakhir.
Kritik umum yang ditujukan terhadap akuntansi kos sekarang :
1.
Belum ada definisi yang tegas dan tunggal tentang apa yang dimaksud
2.
3.
4.
fungsi manajemen.
Kerumitan penyususunan informasi kos sekarang sebagai pelengkap tidak
sepadan dengan manfaat yang diperoleh.
Akuntansi Hibrida
Akuntansi daya beli konstan berusaha untuk mengatasi masalah unit
pengukur tidak stabil sedangkan akuntansi kos sekarang berusaha untuk
mengatasi masalah panilaian.
Perbedaan Akuntansi Daya Beli Konstan dan Kos Sekarang
N
o
1
pengukur.
2
perubahan umum.
spesifik.
beli.
pemertahanan kapital.
berlanjut.
Aset bersih atas dasar kos sekarang pada akhir tahun.
Laba atas dasar kos sekarang dari operasi berlanjut.
Laba persaham atas dasar kos sekarang dari operasi berlanjut.
Aset bersih atas dasar kos sekarang pada akhir tahun.
Kenaikan atau penurunan kos sekarang selama tahun berjalan untuk sediaan
SFAS No.82
Setelah lima tahun sejak SFAS No.33 diterbitkan sebagai eksperimen, sudah
saatnya PASB meninjau standar tersebut. Setelah mengkaji ulang dan
mempertimbangkan usulan dari berbagai pihak termasuk praktisi, FASB
menerbitkan SFAS No.82 yang isinya meniadakan beberapa pengungkapan yang
sebelumnya diatur dalam SFAS No.33. pada intinya, standar baru ini meniadakan
atau membatalkan ketentuan untuk mengungkapkan informasi daya beli konstan.
Dari segi kualitas informasi, kos penyediaan informasi daya beli tidak sepadan
dengan manfaat informasi. Artinya, kriteria benefit>kos tidak dipenuhi. Dengan
standar ini, yang masih diwajibkan adalah akuntansi kos sekarang untuk
pengungkapan minimum, akuntansi kos sekarang atau daya beli konstan untuk
pengungkapan komprehensif dan ringkasan lima tahun.
SFAS No.89
SFAS No. 82 sebenarnya masih merupakan bagian dari eksperimen FASB
terhadap pengaruh perubahan harga. Setelah bereksperimen dan mengkaji standar
akuntansi perubahan harga selama dua tahun sejak diterbitkannya SFAS No.82,
akhirnya FASB mengganti standar tersebut dan beberapa standar lain yang
berkaitan dengan menerbitkan SFAS No.89.
Pada intinya, SFAS No.89 tidak lagi mewajibkan (to require)
pengungkapan pengaruh perubahan harga sebagai informasi pelengkap tetapi
sangat menganjurkan (to encourage) pengungkapan tersebut. Meskipun sangat
dianjurkan, pada dasarnya pengungkapan tersebut bersifat sukarela. Karena masih
dianjurkan, FASB tetap member petunjuk tentang pengukuran dan penyajian
dalam Appendix A SFAS No.89. Appendix ini pada dasarnya sama dengan yang
terdapat dalam SFAS No.33. sifat anjuran tersebut diwujudkan FASB dalam
bentuk pemertahanan kata shall (harus) dalam petunjuk pengungkapan yang
dimuat di apendiks meskipun standar bersifat sukarela. Anjuran ini terutama
ditujukan kepada perusahaan-perusahaan yang telah mengimplementasi standar
akuntansi sebelumnya bahkan mereka diharapkan tidak berhenti melakukan
eksperimen dan pembelajaran dalam mengungkapan pengaruh perubahan harga.
Artinya, standar baru ini tidak dimaksudkan untuk mendorong perusahaan untuk
berhenti dalam upaya mengembangkan dan mengungkapkan informasi pelengkap.
Dalam mengkaji standar perubahan harga, FASB mempertimbangkan saran-saran
dari berbagai sumber antara lain penelitian empiris, pengguna (institutional
investment community, banker, dan investors in general), masukan dari dengar
pendapat publik (public hearing), dan permintaan komentar (invitation to
Comment). Argumen-argumen pendukung dan penolak akuntansi perubahan harga
sebagaimana telah dibahas sebelumnya menjadi pertimbangan FASB dalam
memutuskan. Atas dasar saran-saran dari berbagai sumber diatas, FASB member
bobot yang cukup tinggi pada argumen yang keberatan terhadap akuntansi
perubahan harga sehingga menerbitkan SFAS No.89 tersebut. Masukan dan saran
dari pihak-pihak diatas yang dijadikan basis penyimpulan FASB antara lain :
a) Informasi pelengkap dalam kenyataannya tidak dipakai secara luas
b) Informasi daya beli membingungkan pemakai
c) Masyarakat keuangan tidak menggunakan informasi perubahan harga karena
mempunyai informasi alternatif
d) Pedoman dalam standar terlalu kompleks sehingga kos penyusunan tidak
sepadan dengan manfaat dan,
e) Perubahan daya beli atau harga tidak cukup siginifikan pada saat ini.
Anggota yang menolak diberlakukannya SFAS No.89 mengajukan argumen
antara lain bahwa :
a) Laba kos historis menimbulkan ilusi (illusory) karena menyembunyikan erosi
capital
b) Pemberlakuan kembali standar ini pada saat-saat nanti akan memakan upaya
(kos) yang besar
c) Standar ini hanya berlaku untuk perubahan tertentu dan sudah banyak yang
mengimplementasinya dan
d) Dimasa datang perusahaan yang memenuhi makin banyak sehingga standar
ini makin relevan.
2.2 Model Akuntansi dan Implementasinya terhadap Akuntansi untuk
Perubahan Harga
Model Akuntansi dan Implementasinya
Akuntansi perubahan harga menjadi penting karena ia berkaitan dengan
pemertahanan capital dan penentuan laba. Walaupun standar FASB tidak lagi
mewajibkan pengungkapan pengaruh perubahan harga. Bukan berarti pemikiran
teoritis tentang perubahan harga menjadi tidak penting. Pembahasan teoritis
menjadi penting manakala perubahan harga merupakan gejala ekonomik yang
cukup berarti dalam suatu wilayah Negara tertentu. Oleh karena itu, masih
sangat relevan untuk membahas berbagai teori atau model perubahan harga
Suatu model akuntansi perubahan harga merupakan kombinasi dari tiga
faktor (dimensi) penting yaitu dasar penilaian, skala pengukuran dan jenis
capital. Model 1 adalah model akuntansi perubahan harga yang pengukurannya
berbasis kos historis dengan skala pengukuran nominal untuk capital bersifat
Model diatas adalah akuntansi kos historis yang disebut juga dengan
akuntansi konvensional. Dalam pembahasan ini, akuntansi seperti itu disebut
dengan rerangka akuntansi pokok.
Model 2
atas dasar indeks harga awal atau akhir. Kalau pos moneter tidak ditahan
perusahaan sampai akhir perioda seperti dalam kasus diatas, penghitungan untung
atau rugi daya beli selama perioda ditentukan sebagai berikut :
1. Menghitung pos moneter bersih awal tahun yaitu asset moneter dikurangi
utang moneter.
2. menghitung perubahan pos moneter selama perioda yaitu aliran asset
moneter masuk (misalnya dari penjualan) dikurangi aliran asset moneter
keluar termasuk terjadinya utang moneter (untuk biaya dan pembelian
asset).
3. Menghitung pos moneter bersih akhir tahun yaitu penggabungan langkah 1
dan 2 diatas.
4. Mengkonversi pos-pos di atas menjadi daya beli dengan basis indeks awal,
tengah, atau akhit (umumnya indeks tengah atau rata-rata).
5. Menentukan untung atau rugi daya beli.
Jadi, Penghitungan untung atau rugi daya beli atas pos moneter melibatkan
dua langkah pokok yaitu (a) menentukan jumlah rupiah daya beli pos moneter
neto yang ditahan selama perioda dengan basis indeks tertentu dan (b)
menentukan jumlah rupiah daya beli pos monter neto yang nyatanya dimiliki
perusahaan pada akhir perioda dengan basis indeks yang sama. Dalam contoh di
atas, pada akhir perioda perusahaan seharusnya mempunyai asset moneter KRp
22.361.500. Pada kenyataannya, di akhir tahun perusahaan memegang asset
moneter sebesar Rp 21.580.000 pada saat indeks harga 130. kalau jumlah tersebut
dikonversi dengan indeks harga rata-rata, asset moneter tersebut bernilai KRp
21.082.000 sehingga perusahaan menderita rugi daya beli sebesar KRp 1.279.500.
Kalau perusahaan mengguanakan indeks harga umum akhir perioda
sebagai basis, jumlah rupiah pos moneter bersih akhir tahun sudah merefleksi
daya beli akhir tahun sehingga dapat langsung dikurangkan pada butir (a) yang
telah dikonversi dengan indeks harga akhir tahun.
Secara ekonomik, angka laba KRp 2.676.500 adalah laba real (real
income). Bila dikaitkan dengan konsep pemertahanan capital, rugi daya beli KRp
1.279.500 adalah jumlah untuk mempertahankan capital sehingga jumlah yang
dapat dikonsumsi atau didistribusi hanyalah KRp 1.397.000. Jumlah inilah yang
memenuhi makna laba atas dasar konsep pemertahanan capital. Sebagai informasi
pelengkap, rugi daya beli tidak dicatat atau diakui dalam system pembukuan dan
jumlah tersebut akan tetap melekat pada laba ditahan kos historis.
Model 2 hanya mengatasi masalah unit pengukur dalam akuntansi
perubahan harga. Semua penilaian masih bersifat kos historis dan hanya skala
pengukurannya yang distandarkan menjadi daya beli.
Model 3
Dalam model ini, untuk pos kos barang terjual, kos sekarang sebenarnya
adalah kos sekarang pada saat penjualan. Karena tidak praktis untuk selalu
mencatat kos pengganti pada saat terjadinya penjualan, cara yang termudah adalah
mengambil rata-rata kos pengganti selama perioda yang dalam kasus diatas adalah
SRP 6.350 dengan asumsi penjualan terjadi secara merata sepanjang tahun. Pos
penjualan juga dianggap terjadi merata sepanjang tahun sehingga harga jual pada
saat penjualan sudah menunjukkan kos sekarang. Demikian juga, angka penjualan
kos sekarang dengan sendirinya sama dengan angka rupiah penjualan nominal bila
digunakan harga jual rata-rata. Hal yang sama berlaku untuk biaya lain-lain. Hal
ini sejalan dengan yang dibahas mengenai konversi pos-pos operasi ke dalam daya
beli konstan. Dengan dasar pikiran yang sama, depresiasi yang dibebankan selama
perioda didasarkan pula atas kos sekarang rata-rata selama perioda. Dapat juga
digunakan kos pengganti akhir perioda tetapi akan menjadi kurang realistic karena
transaksi terjadi selama satu perioda tidak hanya pada akhir perioda.
tersebut dipecah menjadi bagian yang merupakan hasil kegiatan penahanan yaitu
SRp 2.748.000 dan bagian yang merupakan hasil kegiatan penahanan yaitu SRp
588.000 yang sudah terealisasi. Untung penahanan terealisasi ini sebenarnya
merupakan angka penyesuaian laba atas dasar kos sekarang agar menjadi laba kos
historis. Di bawah ini merupakan cara menentukan untung atau rugi penahanan
terealisasi.
menentukan untung fluktuasi tahun 2005 saja, jumlah kumulatif tersebut harus
dikurangi dengan untung belum terealisasi awal tahun (SRp 2.192.000). Berikut
ini adalah cara menentukan untung penahanan belum terealisasi.
Model 4
Model ini merupakan model hibrida yaitu penggabungan akuntansi daya
beli konstan (model 2) dan akuntansi kos sekarang (model 3) yang semula berdiri
sendiri. Model 2 mengabaikan perubahan harga spesifik sedangkan Model 3
mengabaikan perubahan harga umum. Model hibrida ini berusaha untuk
memisahkan pengaruh akibat perubahan harga umum dan harga spesifik.
Angka laba operasi dalam model ini (yaitu 2.748.000) sama dengan angka
dalam model 3. Perbedaan terletak pada satuan rupiahnya. dalam Model 3 satuan
rupiahnya adalah SRp sedangkan dalam Model 4 satuannya adalah KSRp. Angka
tersebut sama karena digunakan indekss harga rata-rata dan semua pos operasi
dianggap terjadi secara merata sepanjang tahun. factor pengali 127/127 digunakan
semata-mata untuk mengubah SRp menjadi KSRp.
Perbedaan untung terealisasi untuk sediaan atas dasar kos sekarang saja
sebesar SRp 113.500 (dalam model 3) dan untung atas dasar kos sekarang konstan
KSRp 0 (kebetulan sama dengan 0) adalah selisih karena perbedaan daya beli. Ini
berarti perbedaan untung penahanan yang dalam model 3 dipandang sebagai
akibat perubahan harga spesifik terrnyata dalam model 4 perbedaan tersebut
semuanya adalah akibat perubahan daya beli. Karena sediaan merupakan pos
nonmoneter, perubahan akibat daya beli inilah yang oleh wolk, Tearney, dan Dodd
(2001) disebut dengan untung penahanan moneter. Berikut ini adalah cara untuk
penentuan untung atau rugi terrealisasi atas asset nonmoneter.
Saldo untung atau rugi belum terealisasi untuk perlengkapan pada awal
atau akhir perioda bersifat kumulatif sehingga untung atau rugi perioda
merupakan selisih saldo awal dan akhir. Dari perhitungan di atas terlihat bahwa
untuk perlengkapan lama dan baru telah terjadi untung sebelum terealisasi KSRp
127.000 dan KSRp 1.485.900. Keduanya merupakan untung penahanan real.
Adanya untung penahanan real menunjukkan bahwa selama perioda kenaikan
harga spesifik lebih tinggi daripada kenaikan tingkat harga umum (inflasi).
Sebaliknua bila terjadi rugi penahanan real seperti pada sediaan, hal tersebut
menunjukkan bahwa kenaikan harga spesifik sediaan lebih rendah daripada
kenaikan tingkat harga umum (inflasi). Seperti pada sediaan sebagai pos
nonmoneter, informasi untung atau rugi moneter dan mana untung atau rugi real.
Seperti pada Model 3, perhitungan laba disini berusaha untuk menganalisis
berbagai factor yang menentukan laba perioda. Laba sebesar KSRp 3.009.900
sebenarnya menggambarkan laba ats dasar konsep mempertahankan capital. Laba
perusahaan dengan hanya memperhatikan perubahan daya beli (laba terealisasi
setelah untung atau rugi daya beli) adalah KSRp 1.397.000. Dengan
menggunakan kos sekarang daya beli konstan, dapat ditunjukkan adanya untung
menahan asset nonmoneter sebesar KRp 1.612.900 sehingga laba bersih
perusahaan atas dasar kos sekarang daya beli konstan adalah KSRp 3.009.900.
Seperti model kos sekarang, model hibrida juga memasukkan untung atau rugi
penahanan sebagai komponen penentu laba.
Model 5
Model ini sama dengan Model 3 tetapi jenis capital yang diukur adalah
fisis. Telah dibahas sebelumnya bahwa penyesuaian untuk mempertahankan
kapital menunjukkan kos yang harus dikapitalisasi sehingga tidak dapat
didistribusi kepada pemegang saham kalau capital fisis harus dipertahankan
kapasitas produksi. Dalam kasus ini, jumlah rupiah penyesuaian ini akan sama
dengan untung atau rugi penahanan baik sudah maupun belum terealisasi dalam
Model 3. Untung atau rugi ini bukan merupakan bagian dari laba yang
menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba.
Jadi, model ini tidak berbeda dengan Model 3 kecuali cara penyajiannya.
Dalam hal ini, untung atau rugi penahanan diintepretasikan sebagai jumlah untuk
mempertahankan capital dan tidak menjadi komponen penentu laba. Bila
perubahan daya beli diperhitungkan, model ini akan menjadi model di bawah ini.
Penghitungan dan Penyajian Laba dengan model ini disajikan di halaman
berikut ini :
Model 5
Dasar Penilaian
: Kos Sekarang
Jenis Kapital
: Fisis
Skala
: Nominal
Model 6
indeks akhir periode mungkin lebih relevan. Penggunaan angka indeks rata-rata di
sini semata-mata dimaksudkan agar konsisten dengan model-model yang lain.
Model 7
Model ini sebenarnya tidak berbeda dengan kos sekarang hanya kos
sekarang didefinisi sebagai harga jual sehingga laba dimaknai sebagai aliran kas
(dana) bersih masa dating baik yang terealisasu maupun belum. Laba dipandang
sebagai aliran dana kas masuk dari operasi dan aliran kas masuk dari penjualan
sisa capital fisis. Jadi, berbeda dengan model kos sekarang, laba serta untung atau
rugi penahanan (baik yang terealisasi maupun belum) dinyatakan dalam aliran kas
harapan. Perubahan harga sediaan akhir dapat dipandang sebagai tambahan aliran
kas masuk karena penjualan sediaan tersebut. Depresiasi dimaknai sebagai
penurunan nilai fasilitas fisis. Jadi, depresiasi dipandang sebagai suatu proses
penilaian dengan menggunakan harga jual asset sebagai dasar penilaiannya. Dua
format dapat digunakan untuk penghitungan laba dan penyajian dalam model ini
sebagaimana tampak berikut ini.#
Model 7
Dasar penilaian
Jenis capital
: Finansial
Skala
: nominal
keduanya menghasilkan jumlah yang dapat menaikan harga atau penurunan harga
neto. Karena terjadi penurunan neto sebesar JRp 201.000, jumlah ini lebih
menggambarkan depresiasi atau kos antisipasian.
Format 2 didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan dilikuidasi pada akhir
tahun sehingga penghitungan laba tidak memperhatikan aliran fisis produk selama
perioda. Dengan demikian, laba dihitung sebagai selisih aliran kas yang masuk
dan yang keluar selama perioda termasuk hasil penjualan sediaan akhir. Pembelian
sediaan barang dipandang sebagai aliran dana keluar sehingga dikurangkan semua
ke pendapatan. Penurunan nilai asset adalah jumlah untuk mempertahankan
capital sehingga aliran kas yang dapat dikonsumsi adalah JRp 23.161.500.
Model 8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
tetapi lebih merupakan laba yaitu kenaikan nilai ekonomik yang diharapkan
karena proses produksi. Karakteristik perubahan harga barang dan jasa, ada
tiga jenis perubahan harga yaitu : (1) perubahan harga umum, (2) perubahan
harga spesifik, dan (3) perubahan harga relatif
Untuk dapat menyajikan statemen keuangan berbasis daya beli, data kos
historis harus dikonversi menjadi kos daya beli pada saat pelaporan. Dalam SFAS
No. 89 paragraf 8, FASB menyarankan agar penentuan indeks harga didasarkan
pada periode dasar yang digunakan oleh Biro Statistik Tenaga Kerja (Bureau of
Labor Statistic) dalam menghitung Indeks Harga Konsumer untuk semua
Konsumer Perkotaan.
Untuk menyusun statemen keuangan lengkap dalam daya beli, semua pos
baik neraca atau laba-rugi harus dikonversi. Bila indeks rata-rata digunakan dan
pos-pos laba rugi (operasi) terjadi secara merata selama periode, rupiah daya beli
yang didapat untuk suatu pos biasanya hampir sama dengan jumlah rupiah
nominalnya. Dengan begitu, pos-pos operasi mungkin tidak perlu dikonversi
tetapi pos-pos neraca tetap harus dikonversi.
Kapital digolongkan menjadi kapital finansial dan kapital fisis. Dengan
konsep daya beli konstan, sebenarnya daya beli dapat menjadi golongan kapital
yang lain yaitu kapital daya beli (purchasing power capital). Bila dikaitkan
dengan konsep laba, akuntansi daya beli konstan sebenarnya merupakan aplikasi
konsep mempertahankan kapital daya beli. Laba merupakan selisih lebih kapital
akhir dan awal tahun yang keduanya dinyatakan dalam daya beli konstan atas
dasar indeks harga tertentu.
Tujuan akuntansi kos sekarang adalah mengukur laba suatu perioda
dengan mempertahankan kapital semula. Kapital diukur atas dasar kapasitas
operasi atau kemampuan untuk menyediakan barang dan jasa dengan kuantitas
yang sama dengan kapasitas atas kemampuan kapital sebelumnya. Akuntansi kos
sekarang menuntut agar semua sumber ekonomik (potensi jasa) yang dikonsumsi
atau keluar dari kesatuan usaha diganti dengan sumber ekonomik yang
mempunyai fungsi atau kemampuan yang sama atau lebih besar.
Dengan dikeluarkannya SFAS No. 89, FASB telah mengubah status
pelaporan informasi perubahan harga dari wajib menjadi anjuran. Secara
DAFTAR PUSTAKA
Suwardjono. 2008. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan.
Yogyakarta : BPFE