Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Sementara 9 lainnya masih menunggu pendanaan dengan kapasitas energi listrik yang dihasilkan 43
MW. Sisanya 9 masih pematangan kontrak dengan kapasitas 44 MW, dan 38 lain yang telah
memegang izin prinsip dengan kapasitas 226 MW. Semuanya tersebar di Pesisir Selatan, Solok,
Pasaman, Pasaman Barat, Tanah Datar, dan Solok Selatan, paparnya.
Heri menjelaskan, energi listrik yang dihasilkan nantinya akan dibeli oleh Perusahaan Listrik Negara
(PLN) dengan harga yang telah ditentukan. Di Sumatera Barat PLN memakai harga beli US$ 7-8 sen
per kWh.
Sebenarnya ada pengusaha PLTMH yang mengeluh terkait harga beli PLN yang dinilai rendah.
Padahal Kementerian ESDM melalui Permen ESDM 19 tahun 2015 telah menetapkan harga beli
listrik PLN US$ 9-12 sen. Tapi PLN juga mengeluarkan harga sendiri. Kita imbau investor untuk tidak
berkecil hati, karena kemungkinan ada penyesuaian, pintanya.
Dengan adanya 351 MW kapasitas PLTMH yang telah termanfaatkan, tersisa 749 MW potensi yang
belum tersentuh. Agar seluruh potensi terkelola, jelas Heri, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah
gencar melakukan promosi ke investor-invetor listrik dengan menjanjikan kemudahan perizinan dalam
menanamkan modalnya.
Sumber Berita: semangatnews.com
Share
Tweet
Share
Potensi PLTMH yang mencapai 1.000 MW tersebut adalah peluang emas bagi
Sumbar. Apalagi jika pembangkitnya dimiliki oleh BUMD dan arus listrik yang
dihasilkan bisa dijual ke PLN, tentu pendapatan dari perusahaan daerah tersebut
akan mengisi pundi-pundi daerah untuk kepentingan pembangunan infrastruktur dan
di sektor lainnya. Potensi listrik yang jauh lebih besar ketimbang kebutuhan listrik
Sumbar sekarang itu (450 MW) juga menjadi modal besar bagi Sumbar untuk
mengantisipasi pertumbuhan pembangunan di berbagai sektor, baik perdagangan,
perumahan, industri, pariwisata dan lainnya.
Potensi tersebut tentunya menjadi informasi yang menggembirakan bagi investor
yang akan menanamkan modalnya di Sumbar. Terutama investor yang usahanya
membutuhkan arus listrik berkapasitas besar. Sebab hingga saat ini, PLN Sumbar
masih kerepoton melayani permintaan sambungan listrik dalam kapasitas besar
untuk industri, mengingat pasokan listrik yang sangat terbatas di PLN Sumbar dan
juga di wilayah Sumatera Tengah pada umumnya.
Konsep PLTMH adalah konsep pengelolaan energi hijau, karena bahan bakarnya
tidak menggunakan fosil dan menghendaki terjaganya kehijauan alam sekitar.
Karena kehijauan lingkungan di sekitar PLTMH itulah yang dapat menjamin
kelangsungan operasional dan produksinya. Jika sungai-sungai yang dijadikan
untuk menghasilkan gaya grafitasi air untuk pemutar turbin semuanya sudah kering,
karena bukit-bukit dan hutan di sekitarnya sudah gundul, maka secara otomatis
PLTMH itu tak bisa lagi berproduksi. Oleh sebab itu pohon-pohon dan hutan-hutan di
sekitar sungai yang dijadikan PLTMH mesti selalu lestari dan terjaga kualitas
kesuburanya. Dengan begitu kualitas hidup manusia di sekitarnya juga akan tetap
baik bahkan bisa meningkat, karena produksi oksigen tetap tinggi dan sumber air
bersih dari alam tetap terjaga.
Persoalannya adalah, hingga sekarang masih minim investor yang tertarik
berinvestasi pada proyek PLTMH. Sebab, investasi PLTMH selain membutuhkan
keahlian khusus juga berisiko alam, termasuk persoalan lahan yang amat rumit di
tengah-tengah masyarakat Sumbar. Nyaris setiap ada investasi yang membutuhkan
lahan cukup luas dan juga menggunakan sumber air sungai muncul persoalan
sengketa tanah ulayat yang membingungkan investor.
Apalagi ketika banyak pihak yang menyatakan sebagai pihak yang paling berhak
atas sebuah lahan. Sengketa tanah ulayat teramat sulit ditemukan solusinya.
Sengketanya pun kadang sampai melalui peradilan dari daerah hingga pusat. Waktu
yang dihabiskan untuk menyelesaikan sengketa tanah ulayat tersebut bertahun-
tahun dan sering membutuhkan biaya dalam jumlah besar. Sementara pada sisi lain,
investor juga punya target dan dikejar deadline oleh bank atau lembaga penyandang
dana. Karena memakan waktu lama, maka dalam sejumlah kasus, investor pun
hengkang dan investasi jadi tidak menentu nasibnya.
Berikutnya, pemerintah daerah juga jangan gampang memberikan izin prinsip (IP)
PLTMH kepada pihak-pihak yang hanya sebagai calo investasi. Karena hal itu bisa
menjadi kecelakaan dalam penanaman modal. Modusnya, si calo mendapatkan IP
dari pemerintah daerah dengan harga murah, berikutnya melego IP itu dengan
harga tinggi ke investor yang hendak berinvestasi PLTMH. Karena IP dijual terlalu
mahal, akibatnya investor mundur teratur. Potensi listrik itu pun batal digarap dan
yang rugi adalah masyarakat dan daerah.