Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
I. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, keluhan utama,
pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
1. Identitas /biodata klien
Meliputi nama lengkap, tempat tanggal lahir, asal suku bangsa, nama orangtua, pekerjaan
orangtua, dan penghasilan.
2. Keluhan utama
Panas tinggi > 38c lebih dari 3 hari, pilek, batuk, sesak napas, sakit kepala, nyeri otot, sakit
tenggorokan
3. Riwayat penyakit sekarang
a. Suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang,/tidak ada.
b. Infeksi paru
c. Batuk dan pilek
d. Infeksi selaput mata
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kulit : Tidak terjadi infeksi pada sistem integumen
b. Mata : orang yang terkena flu burung sklera merah, adanya nyeri tekan, infeksi selaput
mata.
c. Mulut dan Lidah : Lidah kotor, mulutnya kurang bersih, mukosa bibir kering.
d. Pemeriksaaan penunjang : pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan
diagnosa yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat pula, pemeriksaan yang
perlu dilakukan pada orang yang mengalami flu burung, yaitu pemeriksaan laboratorium
dilakukan dengan pemeriksaaan darah.
II. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Bersihan jalan napas, b.d peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan,
tebal, sekresi kental akibat influenza.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan
napas oleh sekresi).
d. Observasi pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat tidur, duduk
pada sandaran tempat tidur
Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan
menggunakan gravitasi. Namun, pasien dengan distres berat akan mencari posisi yang paling
mudah untuk bernapas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dan lain-lain membantu
menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
e. Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu bantal yang
berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
f. Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.
Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan
menurunkan jebakan udara.
2.
normal (PCO2 : 35-45 mmHG, PO2 : 80-100 mmHG) dan tak ada gejala
pernapasan
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas
untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
c. Observasi/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar
bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya
hipoksemia.
d. Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
Rasional : Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran
gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
e. Palpasi fremitus
Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.
f. Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.
Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA memburuk
disertai bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan
hipoksemia.
g. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi aktivitas
pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut. Mungkinkan pasien
melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai toleransi individu.
Rasional : Selama distres pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat diselingi aktivitas
perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun, program latihan ditujukan untuk
meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan dapat
meningkatkan rasa sehat.
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnea dan anorexia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan peningkatan napsu makan
b. Mempertahankan/meningkatkan berat badan
Intervensi:
a. Observasi kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan.
Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
Rasional : Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum,
dan obat.
b. Auskultasi bunyi usus
Rasional : Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan
konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan,
pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
c. Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan
tisu.
Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap napsu makan
dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas.
d. Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi
kecil tapi sering.
Rasional : Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan
kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.
e. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
Rasional : Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas abdomen dan
gerakan diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea.
f. Hindari makanan yang sangat pedas atau sangat dingin.
Rasional : Suhu ekstrim dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.
g. Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan
evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. Catatan: Penurunan berat badan dapat berlanjut,
meskipun masukan adekuat sesuai teratasinya edema.
4. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d kehilangan cairan berlebihan, status
hipermetabolisme, demam, dehidrasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam, kekurangan volume
cairan dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
b.
c.
a.
b.
d.
e.