Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
NIM : 15242878
NIM : 15242879
NIM : 15242880
1. Latar Belakang
Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, adalah komponen utama
lingkungan hidup dan wadah berbagai aktifitas manusia, merupakan modal dasar
yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan. Kebutuhan tanah terus
meningkat
sejalan
dengan
pertumbuhan
penduduk
dan
perkembangan
tercapainya
kesejahteraan
dan
kebahagiaan
bagi
yang
Dalam pelaksanaan RTRW, fungsi kawasan dalam RTRW tidak selalu dapat
memenuhi sasaran pembangunan sebagaimana diharapkan, karena adanya beberapa
kendala antara lain :
1. RTRW disusun diatas bidang-bidang tanah yang telah digunakan dan dikuasai
masyarakat.
2. Rendahnya pengetahuan masyarakat akan RTRW tentang tujuan, sasaran,
manfaat dan pentingnya RTRW akibat kurangnya penyuluhan untuk dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat.
3. Belum adanya tindakan pengendalian yang efektif terhadap pelaksanaan RTRW.
Untuk mengatasi kendala dalam pemanfaatan dan pengendalian RTRW
diperlukan instrument untuk pelaksanaannya, yang di dalam ketentuan :
UU No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria,
mengamatkan bahwa tanah mempunyai fungsi sosial, sehingga dalam
penggunaan
dan
pemanfaatannya
perlu
memperhatikan
kepentingan
dengan RTRW, dengan tetap menjamin kepastian hukum bagi masyarakat yang
mempunyai hubungan hukum dengan tanah.
Dalam rangka mewujudkan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan
tanah yang sejalan dengan fungsi kawasan maka dilaksanakan Penyelengaraan
Penatagunaan Tanah
perimbangan
antara
ketersediaan
dan
kebutuhan
penguasaan,
(b)
(c)
menurut kenyataan penguasaan (subyek tanah) dan penggunaannnya (obyek tanah) saat
sekarang dengan dengan rencana kebutuhan tanah di masa depan menurut fungsi
kebijakan
pertanahan
dalam
menyelesaikan
permasalahan
serta kegiatan manusia pada masa lampau dan masa kini, sejauh tanda-tanda
pengenal tersebut memberikan pengaruh murad atas penggunaan lahan oleh
manusia pada masa kini dan masa mendatang (Notohadiprawiro, 1999).
Sedangkan Chalupin F Stuart dan Edward J Keiser (1979) memberikan
pengertian lahan pada dua skala yang berbeda yaiu lahan pada wilayah skala luas
dan pada konteks skala urban. Dalam lingkup wilayah yang luas, lahan adalah
resource (sumber) diperolehnya bahan mentah yang dibutuhkan untuk menunjang
keberlangsungan kehidupan manusia dan kegiatannya. Dalam konteks resource use
lahan diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori, yaitu pertambangan, pertanian,
pengembalaan dan perhutanan.
Arsyad (1989) membagi penggunaan lahan kedalam dua jenis penggunaan
utama
Peraturan
Tanah,
salah
Pemerintah
satu
Nomor
kegiatan
16
yang
Tahun
2004
diselenggarakan
tentang
dalam
lain, agar penggunaan dan pemanfaatan bidang tanahnya sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah. Adapun pola penyesuaian yang dimaksud berisikan arahan
kegiatan dan langkah-langkah yang perlu dilaksanakan bagi pemegang hak atas
tanah atau kuasanya untuk menggunakan dan memanfaatkan tanah sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah.
Penyesuaian tersebut dilaksanakan dengan mempertimbangkan:
a) Kebijakan penatagunaan tanah;
b) Hak-hak masyarakat pemilik tanah;
c) Investasi pembangunan prasarana dan sarana;
d) Evaluasi tanah.
Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan hasil analisis kesesuaian
penggunaan lahan. Kesesuaian penggunaan lahan terhadap Rencana Tata Ruang
Wilayah adalah perbandingan antara arahan kawasan menurut tata ruang dengan
kondisi eksisting penggunaan lahan saat ini (Andrianto, dkk; 2008). Beberapa
literatur menggunakan istilah penyimpangan penggunaan lahan sebagai padanan
ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan rencana penggunaan lahan. Restina
(2009)
dalam
tesisnya,
menemukan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
1. Hierarki Klasifikasi.
Pendekatan ini pada prinsipnya adalah melakukan klasifikasi jenis-jenis
penggunaan tanah dengan menggunakan metode "Hierarki" dimana jenis-jenis
suatu objek analisa yang relatif memiliki kesamaan dikelompokkan dalam satu
kelas yang lebih tinggi. Sebagai contoh apabila dalam peta penggunaan tanah
ditemui jenis penggunaan tanah tegalan, sayur mayur, sawah 1 kali panen, sawah
dua kali panen dapat dikelompokkan ke dalam satu kelas penggunaan tanah yang
hirarkinya lebih tinggi yakni pertanian lahan basah.
Atas dasar sistem klasifikasi ini, maka apabila ditemui perbedaan dari klasifikasi
jenis penggunaan tanah dan rencana fungsi kawasan, maka langkah yang dilakukan
adalah dengan mempertimbangkan hierarki klasifikasi yang lebih tinggi dari jenisjenis objek analisa kesesuaian tadi.
menyatakan
terdapat
tiga
hal
yang
mempengaruhi
keberhasilan
peta, yang membagi seluruh wilayah dalam fungsi-fungsi kawasan, yang dapat
direvisi setiap lima tahun sekali.
Dalam rangka mewujudkan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan
tanah yang sejalan dengan fungsi kawasan maka dilaksanakan Penyelengaraan
Penatagunaan Tanah
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, dkk, 2008, Jurnal Pembangunan dan Wilayah & Kota, Planogi Undip,
Semarang.
Arsyad, Sitanala, 1989, Konservasi Tanah Dan Air, Institut Pertanian Bogor :
Bogor.
Chapin, F.Stuart Jr and Edward J. Kaiser, 1979, Urban Land Use Planning,
University of Illinois Press : London.
Dilang, Merisa, 2008, Implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW): Studi
Kasus Indikasi Program Pembangunan Kutai Barat Provinsi Kalimantan
Timur, Tesis tidak diterbitkan, Program Studi Magister Perencanaan Kota
dan Daerah, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono, 1999, Tanah Dan Lingkungan, Direktorat Jenderal
Pendidikan. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.
Restina, N. 2009, Evaluasi Penggunaan lahan Eksisting dan Arahan Penyusunan
Rencana Tata Ruang Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat, Tesis tidak
diterbitkan, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rustiadi, dkk, 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Yayasan Obor
Indonesia : Jakarta.
Suharyono, 2000, Kesesuaian Penggunaan Lahan Terhadap Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan : Studi Kasus Kawasan Sekitar Ring Road Desa
Maguwoharjo Yogyakarta, Tesis tidak diterbitkan. Program Studi