Você está na página 1de 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FARMASI ANALISIS II


SAMPEL CAMPURAN
(PARACETAMOL+KLORAMFENIKOL)
SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis

Oleh :
Kelompok 5 ( sampel no 7B )
Dameria Silaban ( 31112066 )
Desi Nur Alfi Yani ( 31112071)
Lisma Rahmawati ( 31112090)

FARMASI 3B

PRODI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2015

A.

B.

Tujuan
Dapat menentukan kadar parasetamol dan klofamfenikol dengan
menggunakan metode spektrofotometri Uv-Vis.
Dasar teori
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisis yang didasarkan pada

pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dengan detektor fototube. (Saputra, 2009). Spektrofotometri UV-Vis
melibatkan energi elektronik yang besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif
dibandingkan kualitatif (Widjaja dkk, 2008).
Pengukuran absorbansi atau transmitan dalam spektofotometri ultraviolet
dan daerah tampak digunakan untuk analisis kuantitatif dan kualitatif spesies
kimia. Spektrometri UV-Vis terutama digunakan untuk analisis kuantitatif. Bila
digunakan untuk analisis kualitatif, sifatnya sebagai data pendukung, karena profil
spektra UV-Vis suatu senyawa murni adalah karakteristik tetapi tidak spesifik.
Hukum yang digunakan dalam metode ini adalah hukum Lambert- Beer.
Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan
(larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya.
Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas
sinar yang diserap jika tidak ada spesies penyerap lainnya. Intensitas atau
kekuatan radiasi cahaya sebanding dengan jumlah foton yang melalui satu satuan
luas penampang per detik.
Kadar larutan campuran dua zat dapat ditentukan dengan metode
spektrofotometri tanpa harus dipisahkan terlebih dahulu. Kedua zat harus
memiliki panjang gelombang maksimum yang tidak berhimpit. Absorpsi larutan
sampel/campurannya pada panjang gelombang pengukuran merupakan jumlah
absorpsi dari masing-masing zat tunggalnya. Kadar masing-masing zat ditentukan
menggunakan metode simultan.

Struktur Parasetamol :

Parasetamol (asetaminofen) merupakan turunan senyawa sintetis dari paminofenol yang memberikan efek analgesia dan antipiretika. Senyawa ini
mempunyai nama kimia N-asetil-paminofenol atau p-asetamidofenol atau
4hidroksiasetanilid, bobot molekul 151,16. (FI Edisi III, hal. 481)
Sifat Zat Berkhasiat
Menurut Dirjen POM. (1995), sifat-sifat Parasetamol adalah sebagai berikut:
Sinonim
: 4-Hidroksiasetanilida
Berat Molekul
: 151.16
Rumus Empiris : C8H9NO2.
Sifat Fisika
Pemerian
: Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
Kelarutan
: larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N; mudah larut
dalam etanol.
Jarak lebur
: Antara 168 dan 172 .
Kloramfenikol dalam sediaan farmasi ada 2 bentuk yaitu :
Kloramfenikol base :
OH

OH

NH

O
N

Cl

Cl

BM : 323,1
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian
etanol (95%) p dan dalam 7 bagian propilenglikol-p, sukar larut dalam kloroform
dan dalam eter.
Kloramfenikol palmitat :

O
O
H

CH3

NO2

Cl
NH
Cl
H

OH

BM : 561,6
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut dalam 45 bagian etanol (95%) p,
dalam 6 bagian kloroform p, dan dalam 14 bagian eter p.
C.
Alat dan Bahan
1. Alat-alat :

Gelas kimia 250 ml


Gelas kimia 100 ml
Corong pisah
Gelas ukur 10 ml
Pipet tetes44
Kaca arloji

Tabung sentrifuga
Labu ukur 10mL, 25

mL, 50 mL, 100 ml


Pipet volume 5mL, 10
mL, 25mL

2. Bahan-bahan :

Sampel
Kloroform
HCl 5N
Air
NH4OH

Etanol
Lieberman
FeCl3
Pereaksi Nessler


D. Prosedur
1. Isolasi

Sampel di timbang
dan

dibagi 2 bagian

Pisahkan kedua fase, dan


pada fase kloroform
uapkan

dan kristal larutkan dengan


etanol ad 50 ml,
kemudian
diuji kualitatif

Tambahkan HCl 5
N sampai pH
ekstrim (1-2)

Larutkan sampel dengan


air

Terbentuk 2 fase ( fase


bawah kloroform, fase
bawah air)

ECC dengan
menggunakan
kloroform

Pada fase air tambahkan


NH4OH sampai pH 8,
kemudian ECCdengan
menggunakan kloroform

Fase kloroform diambil dan


diuapkan, Kristal yang terbentuk
di larutan dengan etanol ad 100
ml, lalu diuji kualitatif

2. Uji penetapan kadar dengan spektrofotometri UV-VIS

a. Pengenceran sampel

Sampel
ad 100 ml

Pipet 5 ml

add 10 ml

Pipet 1 ml

add 100 ml

200x
pengenceran

Uji
spektrofotometri


Pipet 2 ml

masukan ke

kuvet

E. Hasil Pengamatan dan Perhitungan


a.

Paracetamol

Kurva Standar Paracetamol

0.6
0.5

f(x) = 0.04x + 0.26


R = 0.98

0.4
0.3
Linear ()
0.2
0.1
0
0

Abs sampel pct = 0,363

Dengan pengenceran = 200x pengenceran

Perhitungan :

y = 0,080 x 0,045

0, 363 = 0,080 x 0,045

0,363+0,045 = 0,080x

X=

x = 5,1 ppm

X200 = 1020 ppm

1020 mg
x
=
=102 mg
1000 ml 100 ml

pct=

0,408
0,080

b. Kloramfenikol

102mg
x 100=20,4
500mg

Kurva Standar Kloramfenikol

0.6
0.5

f(x) = 0.04x + 0.26


R = 0.98

0.4
0.3

Linear ()

0.2
0.1
0
0

Abs sampel kloramfenikol = 0,499


Dengan pengenceran = 200x pengenceran

Perhitungan :
y = 0,044 x + 0,259
0,499 = 0,044 x + 0,259
0,499-0,259 = 0,044x
0,240
X = 0,044
x = 5,4545 ppm
X200 = 1090,90 ppm
1090,90 mg
x
=
=109,09 mg
1000 ml
100 ml

109,09mg
x 100=21,81
500 mg

pct=

F. Pembahasan

Praktikum kali ini yaitu menguji sampel campuran. Tujuan


dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui kadar
paracetamol

dan

kloramfenikol

dalam

sampel

campuran.

Kloramfenikol merupakan Hablur halus berbentuk jarum atau


lempeng memanjang; putih sampai putih kelabu atau putih
kekuningan; tidak berbau; rasa sangat pahit dalam larutan asam
lemah, mantap. Kelarutannya adalah larut dalam lebih kurang 400
bagian air, dalam 2,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 7 bagian
propilenglikol P; sukar larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Kloram fenikol memiliki struktur sebagai berikut.
OH

O
Cl

OH

NH
Cl

N+

O-

chloramphenicol

Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek

antipiretik. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Pemerian


dari parasetamol adalah putih kristal atau serbuk kristalin dengan kelarutan

sedikit larut dalam air dingin, larut dalam air panas, larut dalam etanol,
methanol, dimethil pormamide, etilendiklorid dan etil aseton, sedikit larut
dalam kloroform, eter dan praktis tidak larut dalam petroleum eter, benzen.

Sebelumnya parasetamol dan kloramfenikol dihasilkan dari

proses ECC yang terdapat 2 sampel campuran yaitu parasetamol dan


kloramfenikol yang terdiri dari 2 fase yaitu fase air dan fase kloroform fase
air yaitu Kloramfenikol sedangkan fase kloroform yaitu parasetamol
dikatakan parasetamol ada pada fase kloroform karena pada kloramfenikol
kelarutan dalam kloroform praktis tidak larut jadi parasetamol berada pada
fase kloroform dan dapat dilihat juga dari sifat kelarutannya. Setelah sampel
didapatkan masing-masing fase lalu diuapkan setelah itu di uji kualitatif
reaksi spesifik liberman hasil pada fase kloroforom parasetamol yang
diuapkan lalu dilarutkan dengan etanol ketika diuji liberman positif warna
sedikit ungu sedangkan uji nessler negatif reaksi spesifik pada kloram berarti
parasetamol benar-benar tertarik pada fase kloroform dan kloramfenikol
benar pada fase air yang ketika direaksikan spsfik pada uji nessler positif
bewarna coklat-orange dan diuji liberman barangkali parasetamol berada
pada fase air ketika diuji negatif pada fase air hal ini menandakan hasil yang
didapat benar-benar berada pada sifatnya. Reaksi liberman :
O

O
O

O
O

HO

O
H-O

CH3COOH

-H+

+
O

H2SO4 + CH3COOH

Terlebih dahulu dibuat larutan standar, setelah itu diukur

absorban masing-masing larutan pada spektrofotometer pada panjang


gelombang maksimal. Dari larutan standar ini diperoleh kurva baku, kurva
yang diperoleh dengan memplotkan nilai absorban dengan konsentrasi
larutan

standar

yang

bervariasi

menggunakan

panjang

gelombang

maksimum. Dilakukannya pengukuran panjang gelombang maksimal


disebabkan pada panjang gelombang maksimal memiliki kepekaan maksimal
karena terjadi perubahan absorbansi yang paling besar dan pada panjang
gelombang maksimal bentuk kurva absorbansi memenuhi hukum LambertBeer. Dan didapat panjang gelombang standar pada parasetamol yaitu 246
nm dalam etanol dan kloramfenikol yaitu 278 nm dalam aquadest. Panjang
gelombang analisis yang digunakan merupakan panjang gelombang yang
memberi puncak yang baik.

Berdasarkan strukturnya, dapat diketahui kloramfenikol

memiliki gugus kromofor sehingga kadarnya bisa ditetapkan dengan


spektrofotometri UV-Vis. Gugus kromofor ini adalah gugus atom yang
bertanggung jawab pada penyerapan cahaya yang merupakan gugus tidak
jenuh kovalen yang dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-VIS. Gugus
kromofor disini berupa benzen yang mempunyai ikatan rangkap terkonjungsi.
Kloramfenikol mempunyai sifat basa lemah, oleh sebab itu dapat di hidrolisis
dengan penambahan asam kuat, sehingga terbentuk gugus aromatis primer.

Warna secara komplementer Kloramfenikol tidak bewarna

dapat dijelaskan dari strukturnya dimana faktor yang mempengaruhi warna


adalah ikatan konjugasi atau gugus kromofor dimana gugus kromofor
merupakan semua gugus atau atom dalam senyawa oganik yang mampu
menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak. Semakin banyak ikatan
konjugasi maka senyawa tersebut semakin bewarna. Efek pelarut dapat

mempengaruhi transisi hal ini berkaitan dengan adanya perbedaan


kemampuan pelarut untuk mensolvasi antara keadaan dasar dengan keadaan
tereksitasi. Dan pelarut yang digunakan adalah larutan alkali.

Ikatan terkonjugasi berupa ikatan rangkap yang berselang-

seling dengan satu ikatan tunggal. Dalam orbital molekul dimana electron
(phi) mengalami delokalisasi lanjut dengan adanya ikatan terkonjugasi.
Adanya efek delokalisasi lanjut dengan adanya ikatan terkonjugasi. Adanya
efek delokalisasi ini akan menyebabkan penurunan tingkat energi.

Penentuan panjang gelombang dilakukan dengan absorbansi

standar dari parasetamol pada panjang gelombang UV yaitu 246 nm dalam


etanol dan kloramfenikol 278 nm dalam air. Dalam percobaan ini berprinsip
pada hukum Lambert-Beer, dimana hukum Lambert Beer hanya berlaku
untuk penggunaan cahaya yang monokromatis. Monokromatis terjadi ketika
sinar polikromatis dipisahkan dari sumber cahaya, jika tidak monokromatis
maka akan diperoleh 2 nilai absorbansi pada 2 panjang gelombang. Dalam
percobaan ini, dilakukan penentuan panjang gelombang maksimal sampel.
Sampel tersebut akan ditentukan panjang gelombang dengan melarutkannya
pada pelarut yang cocok, dengan konsentrasi tertentu, yang kemudian akan
diukur transmitannya dengan alat spektrofotometer berdasarkan besar
transmittan yang terbaca pada alat yang berasal dari proses penyinaran
sumber cahaya, monokromator yang melalui senyawa tersebut menuju
detektor dan diperkuat oleh amplifier sehingga dapat terbaca pada recorder
sebagai angka absorban.Parasetamol dalam strukturnya memiliki gugus
kromofor yang merupakan ikatan rangkap yang memiliki elektron phi dimana
elektron phi ini jika dikenai sinar radiasi elektromagnetik akan mudah
tereksitasi ke tingkt yang lebih tinggi yaitu menuju ke orbital phi bintang.
Selain gugus kromofor dari senyawa parasetamol, parasetamol memiliki
gugus ausokrom yang terikat langsung pada gugus kromofor. Gugus
ausokrom memiliki pasangan elektron bebas pada elektron n yang dapat
berinteraksi dengan elektron phi pada kromofor. Dengan demikian, gugus

ausokrom berperan dalam pengubahan/pergeseran panjang gelombang


maksimum dan intensitas serapan maksimum dari parasetamol. Gugus
ausokrom dari senyawa parasetamol yaitu :

HO

NH

CH3

Kemudian untuk larutan uji dilihat serapannya juga pada

kloramfenikol = 278 nm dan paracetamol = 246 nm sehingga didapatkan


absorbansi kloramfenikol yaitu 0,499 dan paracetamol 0,363 dengan faktor
pengenceran sebanyak 200x. Dihitung persamaan garis dan didapatkan x
kloramfenikol = 5,4545 ppm dan x paracetamol= 5,1 ppm dan setelah itu
dikalikan dengan faktor pengenceran, maka konsentrasi kloramfenikol dari
sampel yang didapat adalah 109,09 mg dan paracetamol adalah 102 mg.
Konsentrasi yang didapatkan dapat dicari kadarnya dan setelah dihitung
didapatkan kadar kloramfenikol dan paracetamol dalam sampel sebanyak
21,81% dan 20,4%.

G. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:


a. Penentuan kadar sampel campuran paracetamol dan kloramfenikol dapat
dilakukan dengan metode spektrofotometri UV-Vis
b. Kadar Kloramfenikol dan Paracetamol dengan nomor sampel 7B diperoleh
hasil 21,81% dan 20,4%.

H. DAFTAR PUSTAKA

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas

Indonesia : Jakarta
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Dasar. Gajah Mada

Universitas Press : Yogjakarta.


Harjadi,W. 1987. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia : Jakarta
Keenan,W. Kleinfelter. 1980. Kimia Untuk Universitas. Erlangga :

Jakarta
Shevla, G. 1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro.PT. Kalman Media Pustaka : Jakarta

Você também pode gostar