Você está na página 1de 32

TEORI PEGAS

Definisi Pegas
Pegas merupakan

elemen

elastis

dimana

pegas

tersebut

dapat

terdeformasi pada waktu pembebebanan dengan menyimpan energi, bila beban


dilepaskan

pegas

akan

kembali

seperti

sebelum

terbebani.

Pegas dikatakan elemen mesin flexibel yang digunakan untuk memberikan gaya,
torsi, dan juga untuk menyimpan atau melepaskan energi. Energi disimpan
pada benda padat dalam bentuk twist, stretch, atau kompresi. Energi di-recover
dari sifat elastis material yang telah terdistorsi. Pegas haruslah memiliki
kemampuan untuk mengalami defleksi elastis yang besar. Beban yang bekerja
pada pegas dapat berbentuk gaya tarik, gaya tekan, atau torsi (twist force).
Pegas umumnya beroperasi dengan high working stresses dan beban yang
bervariasi secara terus menerus. Beberapa contoh spesifik aplikasi pegas adalah :
1. Untuk menyimpan

dan mengembalikan

energi potensial, seperti

misalnya pada gun recoil mechanism.


2. untuk memberikan gaya dengan nilai tertentu, seperti misalnya pada
relief valve.
3. untuk meredam getaran dan beban kejut, seperti pada automobil.
4. untuk indikator/kontrol beban, contohnya pada timbangan.
5. untuk mengembalikan komponen pada posisi semula, contonya pada
brake pedal.
Klasifikasi Pegas
Pegas dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis fungsi dan beban yang
bekerja yaitu pegas tarik, pegas tekan, pegas torsi, dan pegas penyimpan energi.
Tetapi klasifikasi yang lebih umum adalah diberdasarkan bentuk fisiknya.
Klasifikasi berdasarkan bentuk fisik adalah:
1. Wire form spring (helical compression, helical tension, helical
torsion, custom form).
2. Spring washers (curved, wave, finger, belleville).
3. Flat spring (cantilever, simply supported beam).

4. Flat wound spring (motor spring, volute, constant force spring).


Pegas helical compression dapat memiliki bentuk yang sangat
bervariasi. Gambar 1(a) menunjukkan beberapa bentuk pegas helix tekan.
Bentuk yang standar memiliki diameter coil, pitch, dan spring rate yang
konstan. Picth dapat dibuat bervariasi sehingga spring rate-nya juga bervariasi.
Penampang kawat umumnya bulat, tetapi juga ada yang berpenampang segi
empat. Pegas konis biasanya memiliki spring rate yang non-linear, meningkat
jika defleksi bertambah besar. Hal ini disebabkan bagian diameter coil yang
kecil memiliki tahanan yang lebih besar terhadap defleksi, dan coil yang
lebih besar akan terdefleksi lebih dulu. Kelebihan pegas konis adalah dalam hal
tinggi pegas, dimana tingginya dapat dibuat hanya sebesar diameter

kawat.

Bentuk barrel dan hourglass terutama digunakan untuk mengubah frekuensi


pribadi pegas standar.

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 1. Wire form spring: (a) Helical compression spring, (b)


Helical extension spring, (c) drawbar spring, (d) torsion spring

Pegas helix tarik perlu

memiliki pengait (hook) pada setiap ujungnya

sebagai tempat untuk pemasangan beban. Bagian hook akan mengalami tegangan
yang relatif lebih besar dibandingkan bagian coil, sehingga kegagalan umumnya
terjadi pada bagian ini. Kegagalan pada bagian hook ini sangat berbahaya karena
segala sesuatu yang ditahan pegas akan terlepas. Salah satu metoda untuk mengatasi
kegagalan hook adalah dengan menggunakan pegas tekan untuk menahan beban
tarik seperti ditunjukkan pada gambar 1(c). Pegas wire form juga dapat untuk
memberikan/menahan beban torsi seperti pada gambar 1(d). Pegas tipe ini banyak
digunakan pada mekanisme garage door counter balance, alat penangkap tikus,
dan lain-lain.
Spring washer dapat memiliki bentuk yang sangat bervariasi, tetapi lima
tipe yang banyak digunakan ditunjukkan pada gambar 2(a). Spring washer hanya
mampu menyediakan beban tekan aksial. Pegas jenis ini memiliki defleksi yang
relatif kecil, dan mampu memberikan beban yang ringan. Volute spring, seperti
pada

gambar

2(b) mampu memberikan beban tekan tetapi ada gesekan dan

histerisis yang cukup signifikan.


Beam
menggunakan

spring

dapat

memiliki

bentuk

yang

bevariasi,

dengan

prinsip kantilever atau simply supported. Spring rate dapat

dikontrol dari bentuk dan panjang beam. Pegas beam mampu memberikan atau
menahan beban yang relatif besar, tetapi dengan defleksi yang terbatas.

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 2. Spring washer dan flat spring : (a) lima tipe spring washer, (b) Volute
spring, (c) Beam Spring, (d) Power spring
Power spring seperti ditunjukkan pada gambar 2(d) sering juga disebut
pegas motor atau clock spring. Fungsi utamanya adalah menyimpan energi dan

menyediakan twist. Contoh aplikasinya adalah pada windup clock, mainan anakanak. Tipe yang kedua disebut dengan constant force spring. Kelebihan pegas ini
adalah defleksinya atau stroke yang sangat besar dengan gaya tarik yang hampir
konstan.
3.3. Material Pegas
Material pegas yang ideal adalah material yang memiliki kekuatan
ultimate yang tinggi, kekuatan yield yang tinggi, dan modulus elastisitas atau
modulus geser yang rendah

untuk

menyediakan

kemampuan

penyimpanan

energi yang maksimum.


Parameter loss coefficient, v yang menyatakan fraksi energi yang
didisipasikan

pada siklus stress-strain juga merupakan faktor penting dalam

pemilihan material. Material pegas yang baik haruslah memiliki sifat loss
coefficient yang rendah, kekuatan fatigue tinggi, ductility tinggi, ketahanan tinggi
serta harus tahan creep.
Pegas dapat dibuat dari berbagai jenis bahan sesuai pemakaiannya. Bahan
baja dengan penampang lingkaran adalah yang paling banyak dipakai. Bahan-bahan
pegas terlihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Jenis Material Penyusun Pegas

PERHITUNGAN PEGAS

Gambar 3. Jenis- jenis pegas


Perhitungan Pegas helik (tekan/ tarik)

Gambar 4. Pegas Tekan


Panjang Rapat (Solid length of the spring):
LS= n d
Dimana : n = jumlah koil lilitan
d = diameter kawat
Panjang Bebas (Free length of the spring)
LF= n d + mak + (n 1) x 1 mm
Dalam kasus ini, jarak antara dua kumparan yang berdekatan diambil 1 mm.
Indek pegas (C)

Didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara diameter pegas dengan


diameter kawat, persamaan matematikanya adalah :
Indek pegas (C) =
Dimana : D = diameter lilitan / pegas
Spring rate (k)
Didefinisikan sebagai sebagai beban yang diperlukan per unit defleksi pegas,
persamaan matematikanya adalah :
k=
Dimana : W = Beban

= Defleksi dari pegas

Pitch (p)
Didefinisikan sebagai jarak aksial antara kumparan yang berdekatan pada
daerah yang tidak terkompresi, persamaan matematikanya adalah :
Pitch (p) =
Atau dapat dicari dengan cara :
Pitch of The Coil (p) =
Tegangan pada pegas helik :

Gambar 5. Pegas Helik


D = Mean diameter of spring coil
d = Diameter of the spring wire
n = Number of active coil
G = Modulus of rigidity for the spring material
W = Axial load on the spring
= Maximum shear stress induced in the wire
C = Spring index = D/d

P = Pitch of the coils


= Deflection of the spring, as a result of an axial load W
Bila tarikan atau kompresi bekerja pada pegas ulir, besarnya momen puntir T
(kg.mm) adalah tetap untuk seluruh penampang kawat yang bekerja. Untuk diameter
lilitan rata-rata (diukur pada sumbu kawat) D (mm), berdasarkan kesetimbangan
momen besar momen puntir tersebut adalah:
T = W.
Jika diameter kawat adalah d(mm), maka besarnya momen puntir kawat yang
berkorelasi dengan tegangan geser akibat torsi 1 (kg/mm2) adalah:
x d3

Torsi = 1 x
Sehingga:
1 =

3x

1 =

Sedangkan tegangan geser langsung akibat beban W adalah :


2 =
2 =

Sehingga, tegangan geser maksimum yang terjadi di permukaan dalam lilitan pegas
ulir adalah :

Ks = shear stress factor =

( tegangan hanya mempertimbangkan pembebanan langsung)

(tegangan dengan mempertimbangkan efek lengkungan dan pembebanan )


D =

diameter pegas rata-rata

d =

diameter of the spring wire

n =

jumlah lilitan aktif

G =

modulus kekakuan

W =

Beban aksial

C =

Spring index = D/d

tegangan geser

K =

faktor Wahl

Contoh Permasalahan:
1. Sebuah kumparan pegas kompresi yang terbuat dari baja paduan adalah memiliki
spesifikasi sebagai berikut:
diameter koil = 50 mm; diameter kawat = 5 mm; Jumlah koil aktif = 20. Jika
spring dikenakan ke beban aksial dari 500 N; hitung tegangan geser maksimum
(abaikan pengaruh kelengkungan).
Penyelesaian:
Dik: D = 50 mm; d = 5 mm; n = 20; W = 500 N
Jawab:
Shear stress factor, adalah:

Sehingga, tegangan geser maksimum (mengabaikan pengaruh kelengkungan


kawat), adalah:

2.

Sebuah pegas helik terbuat dari kawat dengan diameter 6 mm dan memiliki
diameter luar dari 75 mm. Jika tegangan geser diperbolehkan 350 MPa dan
modulus kekakuan 84 kN/mm2, tentukan beban aksial dan defleksi per koil
pegas.
Dik: d = 6 mm; D0 = 75 mm; = 350 Mpa = 350 N/mm 2; G = 84 kN/ mm2 =
84x103 N/mm2.
Penyelesaian:
Dapat dicari diameter pegas
d = 6 mm, D = D0 d = 75 6 = 69 mm

a) mengabaikan efek lengkungan:

Tegangan geser maksimum pada kawat adalah:

Kita ketahui persamaan defleksi adalah:

Sehingga besarnya defleksi per koil pegas adalah :

b) Mempertimbangkan efek lengkungan


Kita ketahui besarnya Wahls stress factor adalah:

Tegangan geser maksimum pada kawat adalah :

Kita ketahui persamaan defleksi adalah :

Sehingga besarnya defleksi per koil pegas adalah:

3. Rancanglah pegas yang digunakan untuk mengukur beban 0 sampai 1000 N,

dimana defleksi pegas 80 mm. Pegas akan dimasukkan ke dalam casing


berukuran diameter 25 mm. Perkiraan jumlah koil adalah 30. Modulus kekakuan
adalah 85 kN/mm2. Hitunglah juga tegangan geser maksimum.
Penyelesaian:
Diketahui:
W = 1000 N; = 80 mm; n = 30; G = 85 kN/mm2 = 85 x 103 N/mm2.
Agar pegas dapat masuk kedalam casing, maka diameter pegas < diameter casing.
Kita ketahui persamaan defleksi adalah:

Selanjutnya, kita asumsikan jika besarnya d = 4 mm, maka:


C3 = 28,3d = 28,3 x 4 = 113,2 atau C = 4,84
D = C.d = 4,84 x 4 = 19,36 mm
Untuk mencari diameter luar pegas, dicari melalui persamaan :

Sehingga,
D0 = D + d = 19,36 + 4 = 23,36 mm

Besarnya D0 lebih kecil daripada diameter casing, sehingga asumsi diameter


coil sebesar 4 mm telah benar.
Selanjutnya besarnya tegangan geser maksimum adalah :
Wahls stress factor,

Sehingga, tegangan geser maksimum

Perhitungan Pegas Torsi Helik

Gambar 6. Pegas torsi helik


4.2.1. Tegangan lentur dapat dicari dengan persamaan :

Dimana :

M = momen lentur = W x y
d = diameter kawat
K = Faktor Wahl =

4.2.2. Sudut defleksi :

Keterangan: L

= panjang kawat

n = jumlah lilitan

Defleksi

Jika pegas berbentuk kotak , dimana lebar = b dan tebal = t, maka :

Dimana Wahls stress factor,

Dalam kasus pegas terbuat dari kawat persegi dengan tiap sisi sama dengan b,
kemudian mengganti t = b, persamaan diatas menjadi :

Contoh permasalahan :
1.

Sebuah pegas torsi helik memiliki diameter 60 mm terbuat dari kawat


berdiameter 6 mm. Jika torsi sebesar 6 Nm diterapkan pada pegas, tentukan
tegangan lentur dan sudut defleksi (derajat) dari pegas. Jika diketahui indeks
pegas adalah 10 dan modulus elastisitas untuk material pegas adalah 200
kN/mm2. Jumlah koil efektif sebesar 5,5.
Penyelesaian:

Diketahui:
D = 60 mm; d = 6 mm; M = 6 Nm = 6000 Nmm; C= 10; E= 200 kN/mm 2 = 200 x
103 kN/mm2 ; n = 5,5.
Jawab :
Wahls stress factor,

Tegangan lentur :

Sudut defleksi (dalam derajat)

Perhitungan Pegas Plat Spiral


Pegas plat spiral terdiri dari bahan tipis, panjang dan merupakan material
elastis seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 7.5. Sering digunakan dalam jam dan
produk yang membutuhkan sebagai media untuk menyimpan energi.

Gambar 7. Pegas Plat Spiral


Analisis Pegas Plat Spiral
W = Beban tarik ujung pegas
y

= Jarak pusat gravitasi ke titik A

= panjang plat pegas

= lebar plat

= tebal plat

= momen inersia =

= modulus permukaan =

Ketika ujung pegas A ditarik oleh gaya W, maka momen lentur pada pegas :
M=Wxy
Momen lentur terbesar terjadi pada pegas di B yang berada pada jarak maksimum dari
beban tarik W.

Tegangan lentur maksimum pada material pegas :

Dengan asumsi bahwa kedua ujung pegas dijepit, sudut defleksi (dalam radian) dari
pegas adalah :

Sehingga defleksinya adalah :

Energi yang tersimpan dalam pegas :

Contoh permasalahan
1.

Sebuah pegas terbuat dari plat dengan lebar 6 mm dan tebal 0,25 mm. Panjang
plat adalah 2,5 meter. Dengan asumsi tegangan maksimum 800 MPa terjadi pada
titik momen lentur terbesar. Jika E = 200 kN/mm2, hitunglah momen lentur,
jumlah putaran pegas, dan energi regangan yang tersimpan pada pegas.
Penyelesaian:
Diketahui:
b = 6 mm; t = 0,25 mm; l = 2,5 m = 2500 mm; b = 800 MP =800 N/mm2 ;
E = 200 kN/mm2 = 200 x 103 N/mm2.
Jawab :
Momen lentur pada pegas :
Jika M = Momen lentur pada pegas, dan kita ketahui bahwa tegangan lentur
maksimum pada material pegas (b) :

Jumlah putaran pegas :


Kita tahu bahwa sudut defleksi pegas,

Karena satu putaran pegas sama dengan


2 radian, maka jumlah putaran untuk
pegas adalah = 40/2 = 6,36 putaran
Energi regangan yang tersimpan pada
pegas adalah
= M = x 25 x 40 = 500 Nmm
Gambar 8. Pegas pelat spiral
Pegas Daun
Pegas ini biasanya dibuat dari plat baja yang memiliki ketebalan 3-6 mm.
susunan pegas daun terdiri atas 3-10 lembar plat yang diikat menjadi satu
menggunakan baut atau klem pada bagian tengahnya. Pada ujung plat terpanjang
dibentuk mata pegas untuk pemasangannya. Sementara itu bagian belakang dari plat
baja paling atas dihubungkan dengan kerangka menggunakan ayunan yang dapat
bergerak bebas saat panjang pegas berubah-ubah karena pengaruh perubahan beban.

Gambar 9. pegas daun


Pemasangan pegas daun : yaitu pegas daun dipasang diatas poros roda
belakang dan pegas daun dipasang dibawah poros roda belakang. Kebanyakan pegas
daun dipasang tepat ditengah-tengah panjang pegas tersebut sehingga bagian depan
dan belakang sama panjang. Tetapi ada juga pemasangan pegas daun yang tidak tepat
ditengah, yaitu bagian depan lebih pendek dari bagian belakang. Getaran yang timbul
ketika kendaraan direm atau meluncur dapat dikurangi. Pada kendaraan-kendaraan
yang berat seperti truk dan bus, pegas daun mengalami beda tekanan pada saat kosong
dan berisi muatan penuh. Untuk memenuhi beban saat pengangkutan pada kendaraan

berat biasanya menggunakan pegas ganda, yaitu pegas primer dan sekunder. Saat
kendaraan berat tidak menerima beban berat maka yang digunakan saat itu pegas
primer, sedangkan saat diberi beban berat maka pegas primer dan sekunder akan
bekerja bersama-sama.
Analisis Pegas Daun
Pada kasus plat tunggal, salah satu ujungnya dijepit dan ujung lainnya
diberikan beban W seperti ditunjukkan pada Gambar dibawah. Plat ini dapat
digunakan sebagai pegas datar.

Gambar 10. Pegas Daun


Keterangan:
t = Tebal pelat,
b = Lebar pelat, dan
L = Panjang pelat atau jarak dari beban W ke ujung kantilever.
Momen lentur maksimum pada titik A, adalah:
M = W. L
Modulus permukaan :

Tegangan lentur pegas :

Defleksi maksimum untuk kantilever dengan beban terkonsentrasi pada ujung bebas
adalah :

Jika pegas bukan tipe kantilever tetapi seperti balok tumpuan sederhana
(untuk konstruksi dimana pegas ditumpu pada kedua ujungnya), dengan panjang 2L
dan beban di tengah 2W, seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 11. Pegas Daun Dua Tumpuan


maka :
a) Momen bending maksimum di tengah :
M=WxL
b) Modulus permukaan:
Z = b t2 / 6
c) Tegangan bending maksimum:

Defleksi maksimum balok sederhana berada ditengah, yaitu :

Dari atas kita melihat bahwa pegas seperti pegas mobil dengan panjang 2L di pusat
dan diberikan beban 2W, dapat diperlakukan sebagai kantilever ganda.

Selanjutnya jika plat kantilever dipasang seperti ditunjukkan pada Gambar. 8, maka
persamaan (i) dan (ii) dapat ditulis sebagai :

Gambar 12. Pegas dengan Plat Jamak


Hubungan di atas memberikan tegangan dan defleksi pegas daun seragam.
Ada

dua

kondisi

susunan

pegas,

yaitu

susunan

pegas

triangular

menyamping/mendatar seperti ditunjukkan pada gambar 4.11(a), dan susunan pegas


triangular yang lebarnya seragam dimana ditempatkan satu di bawah yang lain
(susunan menurun / vertikal), seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.11(b).

Gambar 13. Susunan Pegas


Maka persamaan pegas triangular:

Dengan pengaturan di atas pegas menjadi kompak sehingga ruang yang


ditempati oleh pegas dapat berkurang. Kita lihat dari persamaan (iv) dan (vi) bahwa
untuk defleksi yang sama, tegangan pada pegas susunan penuh (rata) lebih besar 50%
dari pegas sususan triangular dengan asumsi bahwa setiap unsur pegas adalah elastis.
Jika F dan G digunakan untuk menunjukkan perbandingan pegas daun susunan penuh
dan pegas daun susunan triangular, maka :

Pengembangan dari persamaan di atas diperoleh tegangan lentur maksimum :

Keterangan:
W = beban total = WG + WF

WG = beban yang dikenakan pada susunan bertingkat


WF = beban yang dikenakan pada susunan rata
nF = jumlah plat yang tersusun rata
nG = jumlah plat yang tersusun betingkat
Konstruksi susunan pegas daun pada mobil :
Sebuah pegas daun umum digunakan dalam mobil adalah bentuk semielips
seperti ditunjukkan pada Gambar 12. Hal ini dibangun dari sejumlah pelat (dikenal
sebagai daun). Daun biasanya diberikan kelengkungan awal atau melengkung. Daun
disatukan dengan menggunakan band atau baut. Band dapat memberikan efek yang
kaku dan memperkuat.

Gambar 14. Kontruksi Pegas Daun


Seperti telah disampaikan didepan bahwa tegangan pada susunan rata lebih
besar 50% dari susunan bertingkat, sehingga konstruksi pegas daun hal tersebut tidak
diijinkan. Untuk itu harus disamakan tegangannya dengan cara sebagai berikut :
a) Ketebalan plat pegas pada susunan penuh dibuat lebih tipis dari susunan
bertingkat;
b) Radius kelengkungan pegas pada susunan penuh dibuat lebih besar dari
susunan bertingkat, kemudian disatukan.

Gambar 15. Menyamakan Tegangan


Pertimbangkan bahwa dalam kondisi beban maksimum, tegangan semua
daun sama. Kemudian pada beban maksimum, defleksi total susunan daun bertingkat
akan melebihi defleksi total susunan daun rata.
Cara diatas dapat diformulasikan sebagai berikut:

Dimana C adalah selisih.


Karena tegangan dibuat sama, maka :

Persamaan diatas jika dimasukan dalam persamaan (1) diperoleh :

Beban Wb yang dipakai untuk merapatkan pegas daun :

Tegangan akhir dari pegas daun :

Panjang Pegas Daun


Panjang Terpendek =

+ panjang tidak efektif

Panjang Selanjutnya =

x 2 + panjang tidak efektif

Panjang ke (n-1) =
Panjang efektif

x (n-1) + panjang tidak efektif


= 2L
= 2L1 l

Panjang tidak efektif = jarak antar U pengikat = l


Panjang busur pegas = 2L1
n = jumlah total pegas
t = tebal pegas daun
Contoh permasalahan
1.

Sebuah pegas truk memiliki 12 daun, dua di antaranya adalah daun yang tersusun
rata. Panjang busur pegas 1,05 m dan panjang tidak efektifnya 85 mm. Beban
pusat 5,4 kN dengan tegangan yang diizinkan 280 MPa. Tentukan ketebalan dan
lebar pegas daun serta defleksi pegas. Perbandingan tebal total dan lebar pegas
adalah 3.
Penyelesaian:
Diketahui:
n = 12; nF = 2; 2L1 = 1.05 m = 1050 mm; l = 85 mm; 2W = 5,4 kN = 5400 N atau
W = 2700 N; F = 280 Mpa = 280 N/mm2
Panjang efektif:

2L

= 2L1 l = 1050 85 = 965 mm

= 482,5 mm

2W

= 5,4 KN = 5400 N

= 2700 N

Karena mengingat bahwa rasio dari total kedalaman pegas (n t) dan lebar pegas
(b) adalah 3, maka:

Dengan asumsi bahwa daun awalnya tidak memiliki tegangan, sehingga tegangan
maksimum atau tegangan lentur untuk panjang penuh daun (F) adalah:

Dan tebal plat diambil 10 mm dan lebarnya b = 4x10 = 40 mm, maka:


Defleksi pegas :

PENGERTIAN HUKUM HOOKE DAN ELASTISITAS


Hukum Hooke dan elastisitas merupakan dua istilah yang saling berkaitan. Untuk
memahami arti kata elastisitas, banyak orang menganalogikan istilah tersebut dengan
benda-benda yang terbuat dari karet, meskipun pada dasarnya tidak semua benda
dengan bahan dasar karet bersifat elastis. Kita ambil dua contoh karet gelang dan
peren karet. Jika karet gelang tersebut ditarik, maka panjangnya akan terus bertambah
sampai batas tertentu. Kemudian, apabila tarikan dilepaskan panjang karet gelang
akan kembali seperti semula. Berbeda halnya dengan permen karet, Jika ditarik
panjangnya akan terus bertambah sampai batas tertentu tapi apabila tarikan dilepaskan
panjang permen karet tidak akan kembali seperti semula. Hal ini dapat terjadi karena
karet gelang bersifat elastis sedangkan permen karet bersifat plastis. Namun, apabila
karet gelang ditarik terus menerus adakalanya bentuk kareng gelang tidak kembali
seperti semula yang artinya sifat elastisnya telah hilang. Sehingga diperlu tingkat
kejelian yang tinggi untuk menggolongkan mana benda yang bersifat elastis dan
plastis.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk
kembali ke bentuk awal setelah gaya pada benda tersebut dihilangkan. Keadaan

dimana suatu benda tidak dapat lagi kembali ke bentuk semula akibat gaya yang
diberikan terhadap benda terlalu besar disebut sebagai batas elastis. Sedangkan
hukum Hooke merupakan gagasan yang diperkenalkan oleh Robert Hooke yang
menyelidiki hubungan antar gaya yang bekerja pada sebuah pegas/benda elastis
lainnya agar benda tersebut bisa kembali ke bentuk semua atau tidak melampaui batas
elastisitasnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Hukum Hooke mengkaji jumlah gaya
maksimum yang dapat diberikan pada sebuah benda yang sifatnya elastis (seringnya
pegas) agar tidak melwati batas elastisnya dan menghilangkan sifat elastis benda
tersebut.

Gambar 16. Pegas

KONSEP HUKUM HOOKE DAN ELASTISITAS


Bunyi Hukum Hooke ialah Jika gaya tarik yang diberikan pada sebuah pegas tidak
melampaui batas elastis bahan maka pertambahan panjang pegas berbanding
lurus/sebanding dengan gaya tariknya.
Jika gaya yang diberikan melampaui batas elastisitas, maka benda tidak dapat kembali
ke bentuk semula dan apabila gaya yang diberikan jumlahnya terus bertambah maka
benda dapat rusak. Dengan kata lain, hukum Hooke hanya berlaku hingga batas
elastisitas.
Dari gagasan tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep hukum Hooke ini
menjelaskan mengenai hubungan antara gaya yang diberikan pada sebuah pegas
ditinjau dari pertambahan panjang yang dialami oleh pegas tersebut. Besarnya
perbandingan antara gaya dengan pertambahan panjang pegas adalah konstan.
Fenomena ini dapat lebih mudah dipahami dengan memperhatikan gambar grafik
berikut ini.

Gambar 17. Grafik pegas

Gambar 1, menjelaskan bahwasanya jika pegas ditarik ke kanan maka pegas


akan meregang dan bertambah panjang. Jika gaya tarik yang diberikan pada pegas
tidak terlalu besar, maka pertambahan panjang pegas sebanding dengan besarnya gaya
tarik. Dengan kata lain, semakin besar gaya tarik, semakin besar pertambahan panjang
pegas.
Pada Gambar 2, digambarkan bahwa kemiringan grafik sama besar yang
menunjukkan perbandingan besar gaya tarik terhadap pertambahan panjang pegas
bernilai konstan. Hal ini menggambarkan sifat kekakuan dari sebuah pegas yang
dikenal sebagai ketetapan pegas. Secara matematis hukum Hooke dapat dituliskan
sebagai berikut.

Keterangan:
F = Gaya luar yang diberikan (N)
k = Konstanta pegas (N/m)
x = Pertanbahan panjang pegas dari posisi normalnya (m)
BESARAN DAN RUMUS DALAM HUKUM HOOKE DAN ELASTISITAS
1. Tegangan
Tegangan merupakan keadaan dimana sebuah benda mengalami pertambahan panjang
ketika sebuah benda diberi gaya pada salah satu ujungnya sedangkan ujung lainnya
ditahan. Contohnya, misal seutas kawat dengan luas penampang x m2, dengan panjang
mula-mula x meter ditarik dengan gaya sebesar N pada salah satu ujungnya
sedangkan pada ujung yang lain ditahan maka kawat akan mengalami pertambahan
panjang sebesar x meter. Fenomena ini mengambarkan suatu tegangan yang mana
dalam fisika disimbolkan dengan dan secara matematis dapat ditulis seperti berikut
ini.

Keterangan:
F = Gaya (N)
A = Luas penampang (m2)
= Tegangan (N/ m2 atau Pa)
2. Regangan
Regangan merupakan perbandingan antara pertambahan panjang kawat dalam x
meter dengan panjang awal kawat dalam x meter. Regangan dapat terjadi
dikarenakan gaya yang diberikan pada benda ataupun kawat tersebut dihilangkan,
sehingga kawat kembali ke bentuk awal.
Hubungan ini secara matematis dapat dituliskan seperti dibawah ini.

Keterangan:
e = Regangan
L = Pertambahan panjang (m)
Lo = Panjang mula-mula (m)
Sesuai dengan persamaan di atas, regangan (e) tidak memiliki satuan dikarenakan
pertambahan panjang (L) dan panjang awal (Lo) adalah besaran dengan satuan
yang sama
3. Modulus Elastisitas (Modulus Young)
Dalam fisika, modulus elastisitas disimbolkan dengan E. Modulus elastisitas
menggambarkan perbandingan antara tegangan dengan regangan yang dialami bahan.
Dengan kata lain, modulus elastis sebanding dengan tegangan dan berbanding terbalik
regangan.

Keterangan:
E = Modulus elastisitas (N/m)
e = Regangan
= Tegangan (N/ m2 atau Pa)
4. Mampatan
Mampatan merupakan suatu keadaan yang hampir serupa dengan regangan.
Perbedaannya terletak pada arah perpindahan molekul benda setelah diberi gaya.
Berbeda halnya pada regangan dimana molekul benda akan terdorong keluar setelah
diberi gaya. Pada mampatan, setelah diberi gaya, molekul benda akan terdorong ke
dalam (memampat).
5. Hubungan Antara Gaya Tarik dan Modulus Elastisitas

Jika ditulis secara matematis, hubungan antara gaya tarik dan modulus elastisitas
meliputi:

Keterangan:
F = Gaya (N)
E = Modulus elastisitas (N/m)
e = Regangan
= Tegangan (N/ m2 atau Pa)
A = Luas penampang (m2)
E = Modulus elastisitas (N/m)
L = Pertambahan panjang (m)
Lo = Panjang mula-mula (m)
6. Hukum Hooke
Hukum Hooke menyatakan bahwa jika gaya tari tidak melampaui batas elastis
pegas, maka pertambahan panjang pegas berbanding lurus dengan gaya tariknya.
Secara matematis ditulis sebagai berikut.

Keterangan:
F = Gaya luar yang diberikan (N)
k = Konstanta pegas (N/m)
x = Pertanbahan panjang pegas dari posisi normalnya (m)
Hukum Hooke untuk Susuna Pegas
6a. Susunan Seri
Apabila dua buah pegas yang memiliki tetapan pegas yang sama dirangkaikan secara
seri, maka panjang pegas menjadi 2x. Oleh karena itu, persamaan pegasnya yaitu:

Keterangan:
Ks = Persamaan pegas
k = Konstanta pegas (N/m)
Sedangkan persamaan untuk n pegas yang tetapannya dan disusun seri ditulis seperti
berikut ini.

Keterangan:
n = Jumlah pegas
6b. Susunan Paralel
Apabila pegas disusun secara paralel, panjang pegas akan tetap seperti semula,
sedangkan luas penampangnya menjadi lebih 2x dari semula jika pegas disusun 2
buah. Adapun persamaan pegas untuk dua pegas yang disusun secara paralel, yaitu:

Keterangan:
Kp = Persamaan pegas susunan paralel
k = Konstanta pegas (N/m)
Sedangkan persamaan untuk n pegas yang tetapannya sama dan disusun secara
paralel, akan dihasilkan pegas yang lebih kuat karena tetapan pegasnya menjadi lebih
besar. Persamaan pegasnya dapat ditulis sebagai berikut.

Keterangan:
n = Jumlah pegas
D. APLIKASI HUKUM HOOKE
Dalam pengaplikasian hukum Hooke sangat berkaitanerat dengan benda benda
yang prinsip kerjanya menggunakan pegas dan yang bersifat elastis. Prinsip hukum
Hooke telah diterapkan pada beberapa benda-benda berikut ini.

Mikroskop yang berfungsi untuk melihat jasad-jasad renik yang sangat kecil
yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang

Teleskop yang berfungsi untuk melihat benda-beda yang letaknya jauh agar
tampak dekat, seperti benda luar angkasa

Alat pengukur percepatan gravitasi bumi

Jam yang menggunakan peer sebagaipengatur waktu

Jam kasa atau kronometer yang dimanfaatkan untuk menentukan garis atau
kedudukan kapal yang berada di laut

Sambungan tongkat-tongkat persneling kendaraan baik sepeda motor maupun


mobil

Ayunan pegas

Beberapa benda yang telah disebutkan diatas memiliki peranan penting dalam
kehidupan manusia. Dengan kata lain, gagasan Hooke memberi dampak
positif terhadap kualitas hidup maunsia.

RINGKASAN
Pengertian pegas, macam pegas, dan fungsi pegas
Pegas merupakan elemen elastis dimana pegas tersebut dapat terdeformasi pada
waktu pembebebanan dengan menyimpan energi, bila beban dilepaskan pegas akan
kembali seperti sebelum terbebani.
MACAM PEGAS :
Berdasarkan jenis beban yang diterima : pegas tekan, pegas tarik, pegas puntir
Berdasarkan coraknya : pegas ulir, pegas volut, pegas daun, pegas piring, pegas
cincin, pegas batang puntir, pegas spiral, pegas karet.
FUNGSI PEGAS:
1.) Menympan Energi > contoh : penggerak jam, drum penggulung, mainan anak2,
pengarah balik katup dan batang pengendali
2.) Mlunakkan Kejutan > untuk melunakkan tumbukan antara lain sebagai pegas
roda, gandar, dan pegas kejut pada kendaraan bermotor.
3.) Pendistribusian Gaya > contohnya pada pembebenan roda dari kendaraan dan
landasan mesin
4.) Elemen Ayun > contohnya sebagai pegas pemberat, pembalik atau penghentian
ayunan
5.) Pembatas Gaya > seperti penggunaan pada mesin pres
6.) Pengukur > pengukur seperti pada timbangan

Contoh dan Aplikasi Gaya Pegas Sehari-hari


Gaya pegas sangat luas sekali aplikasi dan manfaatnya di kehidupan sehari-hari. Lihat
pulpen yang setiap hari sobat gunakan untuk menulis di sekolah, sebagian ada yang
menggunakan pegas untuk menarik keluar masuk mata (ujung) pulpen. Contoh
lainnya seperti pada mainan anak-anak seperti pistol-pistolan, sistem rem pada sepeda
motor terutama yang tromol, jam, suspensi (shockbreaker), dan masih banyak lagi.
Rangkaian Pegas
Sama seperti hambatan, pegas juga bisa dirangkai (rangkaian pegas). Bentuk
rangkaian pegas akan menentuka nilai konstanta pegas total yang akhirnya akan
menentukan nilai dari gaya pegas.
1. Rangkaian Pegas Seri
Jika rangkaian seri makan konstanta pegas totalnya adalah
jika ada n pegas identik (konstanta k) maka rumus Konstanta
totalnya tinggal Ks = K/n
2. Rangkaian Pegas Pararel
Jika rangkaian pegas pararel maka total konstantanya sama dengan jumlah seluruh
konstanta pegas yang disusun pararel
Ks = K1 + K2 + + Kn
Hukum Hooke pada Pegas
Gaya menyebabkan benda bergerak atau berubah bentuk dalam beberapa cara.
Hukum ketiga Newton menyatakan bahwa untuk setiap gaya, ada sebuah gaya lain
yang sama dan berlawanan. Hal ini berlaku untuk pegas, yang menyimpan dan
menggunakan energi mekanik untuk melakukan usaha.
Pegas merupakan benda yang elastis, yang berarti setelah mereka berubah
bentuk (ketika mereka sedang regangkan atau dikompresi), mereka kembali ke bentuk
aslinya. Pegas banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari kita. Pegas bisa
digunakan dalam pena, kasur, trampolin, dan menyerap kejutan pada sepeda motor
dan mobil kita.
Menurut Hukum Ketiga Newton tentang Gerak, semakin sulit menarik pegas,
semakin sulit pula menariknya kembali. Pegas mematuhi Hukum Hooke, ditemukan
oleh Robert Hooke pada abad ke-17. Hukum Hooke dijelaskan oleh:

F =-kx
Dimana F adalah gaya yang bekerja pada pegas dalam Newton (N),
k adalah konstanta pegas, dalam Newton per meter (N / m),
x adalah perpindahan pegas dari posisi kesetimbangan.
Konstanta pegas, k, merupakan perwakilan dari bagaimana kekakuan pegas.
Pegas yang kaku (lebih sulit untuk meregangkan) memiliki konstanta pegas
yang lebih tinggi.
Perpindahan dari sebuah benda adalah pengukuran jarak yang menjelaskan bahwa
perubahan dari normal, atau keseimbangan, posisi.

Hukum Hooke adalah representasi dari deformasi elastis linear. Elastis berarti bahwa
pegas akan kembali ke bentuk aslinya setelah gaya luar (massa) dihilangkan. Linear
menggambarkan hubungan antara gaya dan perpindahan. Fakta bahwa konstanta
pegas adalah konstan (itu adalah sifat dari pegas itu sendiri), menunjukkan bahwa
hubungan yang linear.

Hukum Hooke berfungsi dengan benar, bagian-bagian dari persamaan harus


dalam satuan yang benar. Tanpa satuan yang konsisten, persamaan tidak berarti. Anda
dapat mengatur gaya gravitasi yang diberikan oleh massa pada pegas adalah sama
dengan gaya yang diberikan oleh pegas karena Hukum Ketiga Newton tentang Gerak,
yang menyatakan bahwa gaya datang berpasangan. Setiap gaya memiliki gaya yang
sama dan berlawanan.

Sumber

https://brainly.co.id/tugas/1626746

http://ilmualam.net/hukum-hooke-padapegas.html
http://rumushitung.com/2013/04/06/gaya-pegasfisika/
http://www.softilmu.com/2015/12/PengertianKonsep-Rumus- Besaran-Aplikasi-Hukum-HookeAdalah.html#

Você também pode gostar