Você está na página 1de 62

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lanjut Usia merupakan manusia yang mengalami perubahan fisik dan psikologis
tertentu (Hutapea, 2011). Menurut World Health Organization (WHO), yang dimaksud

dengan lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang berumur 60-74 tahun, sedangkan
lansia tua adalah seseorang yang berumur 75-90 tahun, dan lansia sangat tua
berumur >90 tahun. Menurut Undang-Undang No 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia menetapkan, bahwa batasan umur lansia di Indonesia adalah 60 tahun ke atas
(Depsos RI, 2004). Dari berbagai definisi yang telah disebutkan, lansia dapat didefinisikan
sebagai manusia yang mengalami perubahan fisik dan psikologis akibat degeneratif yang
berusia lebih dari 60 tahun.
Penggolongan lansia menurut WHO meliputi middle age (45-59 tahun), elderly (6074 tahun), old (75-90 tahun), very old (di atas 90 tahun) (Nugroho, 2000). Peningkatan usia
harapan hidup berdampak terhadap peningkatan jumlah lansia yaitu usia 60 tahun ke atas
(Depkes RI, 2003). Pada tahun 2006 terdapat 19 juta jiwa lansia dengan usia harapan hidup
66,2 tahun, pada tahun 2009 terdapat 19.32 juta jiwa (8.37% dari total penduduk).
Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lansia mencapai 29 juta jiwa dengan usia harapan
hidup mencapai 71.1 tahun (Depsos RI, 2009). Biro Pusat Statistik (BPS) (2010) melaporkan
lanjut usia di DKI pada tahun 2009 berjumlah 693.465 jiwa (7.0% dari total penduduk). Di
Jakarta Utara pada tahun 2010 jumlah lanjut usia presentasinya 297.749 jiwa (24.7% dari
total penduduk) (Badan Pusat Statistik, 2010).
Dari Pusat data dan Informasi Kemenkes RI (2013) didapatkan setengah jumlah
lansia di dunia (400 juta jiwa) berada di Asia dan lebih tinggi pada negara yang sedang
berkembang daripada negara maju. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga
akan mengalami ledakan jumlah penduduk lansia, kelompok umur 0-14 dan 15-49
berdasarkan proyeksi 2010-2035 akan menurun. Sedangkan kelompok umur lansia (50-64
dan >65) berdasarkan proyeksi 2010-2035 terus meningkat. Sedangkan provinsi Jawa Timur
untuk kelompok umur >60 menduduki peringkat ke-2 dengan presentase (10,40%).
Kelompok lansia adalah kelompok paling rentan dan juga berisiko tinggi
dalam hal status kesehatan (Narapureddy, 2012). Proses penuaan menyebabkan beberapa
penurunan fungsi organ dan sistem organ yang mengarah pada peningkatan risiko
menderita beberapa penyakit. Penyakit atau gangguan yang menonjol pada kelomok lansia
adalah: gangguan pembuluh darah (dari hipertensi sampai stroke), gangguan metabolik
1

(Diabetes Meletus), gangguan Persendian (arthritis, encok dan terjatuh) dan gangguan
psikososial (kurang penyesuaian diri dan merasa tidak efektif lagi) (Menurut Bustan, 2006).
Berdasarkan hasil susenas tahun 2012, angka kesakitan penduduk lansia tahun 2012
sebesar 26,93%, artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 27 orang diantaranya
mengalami sakit. Jenis keluhan yang paling tinggi adalah jenis keluhan yang merupakan
efek dari penyakit kronis seperti asam urat, darah tinggi, rematik, darah rendah dan diabetes
(32,99%). Kemudian jenis keluhan yang juga banyak dialami lansia adalah batuk (17,81%)
dan pilek (11,57%).
Masalah kesehatan lansia sangat bervariasi, selain erat kaitannya dengan
degenaratif (menua) juga secara progresif. Menua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, Dengan begitu manusia secara progresif
akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi
metabolic dan struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif (seperti hipertensi,
aterosklorosis, diabetes meletus dan kanker) yang akan menyebabkan manusia
menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatic seperti stroke, infark
miokard, koma asidotik, metasis kanker dan sebagainya) (Darmojo, 2006).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Hipertensi
merupakan penyakit pembunuh nomor satu yang diderita oleh beberapa masyarakat baik di
negara berkembang ataupun negara maju. Menurut data dari World Health Organization
(WHO) tahun 2013 penyakit jantung iskemik dan stroke termasuk dalam peringkat satu dan
dua dari 10 penyebab utama kematian di dunia yaitu menyebabkan 7 juta (11,2%) dan 6,2
juta (10,6%) orang meninggal setiap tahunnya. Berdasarkan seluruh data yang telah
dikumpulkan dari WHO, pada tahun 2015 diperkirakan kematian akibat penyakit jantung dan
pembuluh darah meningkat menjadi 20 juta jiwa, kemudian akan tetap meningkat sampai
tahun 2030, diperkirakan 23,6 juta penduduk akan meninggal akibat penyakit jantung dan
pembuluh darah (WHO, 2013).
Asam urat merupakan hasil metabolism di dalam tubuh yang kadar tidak boleh
berlebih, setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuhnya, karena setiap metabolism
normal akan dihasilkan asam urat sedangkan pemicunya adalah factor makanan dan
senyawa lain yang banyak mengandung purin. Purin ditemukan pada semua makanan yang
mengandung protein. Sangatlah tidak mungkin untuk menyingkirkan semua makanan yang
mengandung protein, mengingat fungsi utama protein sebagai zat pembangun untuk tubuh.
Oleh karena itu, makanan untuk penderita gout diatur menjadi diet rendah purin. Diet rendah
2

purin juga membatasi lemak, karena lemak cenderung membatasi pengeluaran asam urat.
Apabila penderita asam urat tidak melakukan diet rendah purin, maka akan terjadi
penumpukan Kristal asam urat pada sendi bahkan bisa pada ginjal yang dapat
menyebabkan batu ginjal (Damayanti, 2012).
Menurut Nugroho (2006), gerontik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
lanjut usia dengan segala permasalahannya, baik dalam keadaan sehat maupun
sakit. Menurut para ahli, istilah yang paling menggambarkan keperawatan pada lansIa
adalah gerontological nursing karena lebih menekankan kepeada kesehatan ketimbang
penyakit. Menurut Kozier (1987), keperawatan gerontik adalah praktek perawatan yang
berkaitan dengan penyakit pada proses menua. Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan
gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada
pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.
Puskesmas Kedungkandang merupakan pelayanan kesehatan masyarakat yang
terletak di Kecamatan Kedungkandang dan merupakan tonggak upaya kesehatan promotif
dan preventif terhadap penyakit yang banyak dijumpai di komunitas. Salah satu daerah yang
menjadi cakupan wilayah kerja Puskesmas Kedungkandang adalah RW 5 keluarahan
Wonokoyo. Oleh karena itu, pada kesempatan profesi ini, kelompok 21 mahasiswa profesi
PSIK Universitas Brawijaya berupaya untuk memberikan asuhan atau kelolaan pada agregat
lansia dengan hipertensi dan asam urat di wilayah RW 5 kelurahan Wonokoyo dengan
harapan akan meningkatkan kualitas penatalaksanaan hipertensi dan asam urat serta
pencegahan terhadap komplikasi hipertensi dan asam urat.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan pada agregat lansia dengan di RW 5 kelurahan
Wonokoyo.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Membina hubungan dan bekerjasama dengan ketua RW, RT, kader dan
lansia yang ada di RW.5 Kelurahan Wonokoyo
b. Melakukan pengkajian pada 23 lansia di RW.5 Kelurahan Wonokoyo
c. Melakukan asuhan keperawatan melalui pendidikan kesehatan, latihan
akupresur dan kompres hangat pada lansia dengan hipertensi dan asam urat
di RW.5 Kelurahan Wonokoyo
d. Melakukan evaluasi pada pasien dengan hipertensi dan asam urat di RW.5

Kelurahan Wonokoyo
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi masyarakat
Lansia dan keluarganya yang berada di RW.5 Kelurahan Wonokoyomendapatkan
1.3.2

informasi yang benar tentang penatalaksanaan kesehatan lanjut usia .


Bagi puskesmas
3

Melalui hasil asuhan keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa profesi


keperawatan

Universitas

Brawijaya

ini,

diharapkan

Puskesmas

dapat

mengembangkan program berdasarkan hasil evaluasi yang dilaukan pada


1.3.3

laporan ini
Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mendapat

pengalaman

dan

ilmu

tentang

penatalaksanaan

kesehatan lansia yang berbasis intervensi di kelompok lansia komunitas

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SINDROM GERIATRIK
1. TEORI PENUAAN
A. Pengertian Penuaan (aging)
Definisi aging menurut A4M (American Academy of Anti-Aging Medicine) adalah
kelemahan dan kegagalan fisik-mental yang berhubungan dengan aging normal
disebabkan oleh disfungsi fisiologik, dalam banyak kasus dapat diubah dengan
intervensi kedokteran yang tepat. Websters New World Dictionary mendefinisikan aging sebagai proses menjadi tua atau menunjukkan tanda-tanda
menjadi tua. Kenyataannya aging dapat dibagi menjadi dua konsep yang
berbeda, yaitu : usia kronologis dan usia biologis. Pada saat merayakan hari
4

ulang tahun (merayakan usia kronologis), kadang benar bahwa penampilan


sistem tubuh seseorang, dari fungsi mental hingga penampilan seksual sampai
kekuatan fisik, lebih baik atau lebih buruk dari yang diperkirakan jika
dibandingkan dengan orang yang seusianya (ini adalah contoh usia biologis)
(Goldman dan Klatz, 2007; Pangkahila, 2007).
B. Mekanisme Penuaan (aging)
Ada 4 teori pokok dari aging (Goldman dan Klatz, 2007), yaitu:
1) Teori wear and tear
Tubuh dan selnya mengalami kerusakan karena sering digunakan dan
disalahgunakan (overuse and abuse). Organ tubuh seperti hati, lambung,
ginjal, kulit, dan yang lainnya, menurun karena toksin di dalam makanan
dan lingkungan, konsumsi berlebihan lemak, gula, kafein, alcohol, dan
nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena stress fisik dan emosional.
Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di
tingkat sel.
2) Teori neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh.
Hormon dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh
hipotalamus, sebuah kelenjar yang terletak di otak. Hipotalamus
membentuk poros dengan hipofise dan organ tertentu yang kemudian
mengeluarkan hormonnya. Dengan bertambahnya usia tubuh memproduksi hormon dalam jumlah kecil, yang akhirnya

mengganggu

berbagai sistem tubuh.


3) Teori Kontrol Genetik
Teori ini fokus pada genetik memprogram sandi sepanjang DNA, dimana
kita dilahirkan dengan kode genetik yang unik, yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu. Dan penurunan genetik tersebut menentukan
seberapa cepat kita menjadi tua dan berapa lama kita hidup.
4) Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi
akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu.
Radikal bebas sendiri merupakan suatu molekul yang memilkiki elektron
yang tidak berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat reaktifitas tinggi,
karena kecenderungan menarik elektron dan dapat mengubah suatu
molekul menjadi suatu radikal oleh karena hilangnya atau bertambahnya
satu elektron pada pada molekul lain. Radikal bebas akan merusak
molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut sehingga
menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel.
Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah
DNA, lemak, dan protein (Suryohudoyo, 2000). Dengan bertambahnya
5

usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas semakin


mengambil peranan, sehingga mengganggu metabolisme sel, juga
merangsang mutasi sel, yang akhirnya membawa pada kanker dan
kematian. Selain itu radikal bebas juga merusak kolagen dan elastin,
suatu protein yang menjaga kulit tetap lembab, halus, fleksibel, dan
elastis. Jaringan tersebut akan menjadi rusak akibat paparan radikal
bebas, terutama pada daerah wajah, dimana mengakibatkan lekukan kulit
dan kerutan yang dalam akibat paparan yang lama oleh radikal bebas
(Goldman dan Klatz, 2007).
C. Faktor yang mempercepat penuaan (aging)
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo, 2003), yaitu:
1) Faktor lingkungan
a. Pencemaran linkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik, otomotif, dan rumah tangga) akan
mempercepat penuaan.
b. Pencemaran lingkungan berwujud suara bising. Dari berbagai penelitian
ternyata suara bising akan mampu meningkatkan kadar hormon prolaktin
dan mampu menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan tubuh.
c. Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
akan

meningkatkan

pemakaian

energi

tubuh

untuk

meningkatkan

kekebalan.
d. Pemakaian obat-obat/jamu yang tidak terkontrol pemakaiannya sehingga
menyebabkan turunnya hormon tubuh secara langsung atau tidak
langsung

melalui

mekanisme

umpan

balik

(hormonal

feedback

mechanism).
e. Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit.
2) Faktor diet/makanan. Jumlah nutrisi yang cukup, jenis, dan kualitas makanan
yang tidak menggunakan pengawet, pewarna, perasa dari bahan kimia
terlarang. Zat beracun dalam makanan dapat menimbulkan kerusakan
berbagai organ tubuh, antara lain organ hati.
3) Faktor genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya. Tetapi
faktor genetik ternyata dapat berubah karena infeksi virus, radiasi, dan zat
racun dalam makanan/minuman/kulit yang diserap oleh tubuh.
4) Faktor psikis
Faktor stres ini ternyata mampu memacu proses apoptosis di berbagai
organ/jaringan tubuh.
5) Faktor organik
Secara umum, faktor organik adalah : rendahnya kebugaran/fitness, pola
makan kurang sehat, penurunan GH dan IGF-I, penurunan testosteron,
6

penurunan

melatonin

secara

konstan

setelah

menyebabkan gangguan circandian clock (ritme

usia

30

tahun

dan

harian) selanjutnya kulit

dan rambut akan berkurang pigmentasinya dan terjadi pula gangguan tidur,
peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi dan stress,
perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone
(LH).
2. GERIATRIC SYNDROME
A. Pengertian Geriatric Syndrome
Sindrom geriatri adalah serangkaian kondisi klinis pada orang tua yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan dikaitkan dengan kecacatan.
Tampilan klinis yang tidak khas sering membuat sindrom geriatri tidak
terdiagnosis.
Sindrom

geriatri

meliputi

gangguan

kognitif,

depresi,

inkontinensia,

ketergantungan fungsional, dan jatuh. Sindrom ini dapat menyebabkan angka


morbiditas yang signifikan dan keadaan yang buruk pada usia tua yang lemah.
Sindrom ini biasanya melibatkan beberapa sistem organ. Sindrom geriatrik
mungkin memiliki kesamaan patofisiologi meskipun presentasi yang berbeda,dan
memerlukan intervensi dan strategi yang fokus terhadap faktor etiologi
(Panitaetal., 2011).
B. JENIS-JENIS GERIATRIC SYNDROME
1. Insomnia
Insomnia adalah masalah umum dalam akhir kehidupan. Masalah
tidur pada lansia sering keliru dianggap sebagai bagian normal dari
penuaan. Insomnia, gangguan tidur paling umum, adalah tidur kurang atau
tak menyegarkan meskipun waktu untuk tidur cukup. Terlepas dari kenyataan
bahwa lebih dari 50% dari usia lanjut dengan insomnia, biasanya tak-dikelola,
dan

intervensi

non-farmakologis

kurang

dimanfaatkan

oleh

praktisi

kesehatan.
PENYEBAB
Insomnia dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: sementara (tidak lebih dari
beberapa malam), akut (kurang dari 3-4 minggu), dan kronis (lebih dari 3-4
minggu). Insomnia sementara atau akut biasanya terjadi pada orang yang
tidak memiliki riwayat gangguan tidur dan sering berhubungan dengan
penyebab yang dapat diidentifikasi. Insomnia akut: (penyakit medis akut,
rumah sakitan, perubahan pada lingkungan tidur, obat-obatan, jet lag, dan
7

stresor psikososial akut atau berulang). Insomnia kronis atau jangka panjang
dapat dikaitkan dengan berbagai dasar kondisi medis, perilaku, dan
lingkungan dan berbagai obat-obatan. Dibawah ini akan disebutkan beberapa
hal yang menyebabkan imsomnia penyebab insomnia kronis:
1. Gangguan irama sirkadian:
Sindrom fase tidur lanjut
Sindrom fase tidur terlambat
- Apnea tidur (obstruktif, pusat, atau campuran)
- Sindrom tungkai resah
- Gangguan gerak ekstremitas periodik (mioklonus malam)
- REM, gangguan perilaku
2. Penyakit Fisik:
Nyeri: artritis, nyeri muskuloskeletal, kondisi menyakitkan lainnya. Jantung
pembuluh darah: gagal jantung, sesak napas malam hari, angina malam
hari.
Paru: penyakit paru obstruktif kronik, rinitis alergi (sumbatan hidung)
Gastrointestinal: penyakit refluks gastroesofageal, penyakit tukak lambung,
sembelit, diare, pruritus ani
Kemih: kencing malam dan retensi, pengosongan kandung kemih tidak
lengkap, inkontinensia.
Sistem saraf pusat: strok, penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer,
gangguan kejang Psikiatri penyakit: kecemasan, depresi, psikosis,
demensia, delirium Pruritus Henti haid (semburat panas)
3. Perilaku: tidur siang, penggunaan tempat tidur dini, menggunakan tempat
tidur untuk aktivitas lain (misalnya, membaca dan menonton televisi),
makan berat, kurang olahraga, dan gaya hidup bermalasan.
4. Lingkungan: suara, cahaya dan gangguan lainnya, suhu ekstrim, tempat
tidur tak nyaman, dan kurangnya pajanan sinar matahari.
5. Pengobatan: Stimulan sistem saraf pusat: sympathomimetics, kafein,
nikotin, antidepresan, amfetamin, efedrin, fenilpropanolamin, fenitoin.
DAMPAK GANGGUAN TIDUR
Gejala

khas

gangguan

tidur

pada

usia

lanjut

termasuk

kesulitan

mempertahankan tidur, bangun awal pagi, dan ngantuk di siang hari yang
berlebihan. Secara

fisik dan

mental penderita

insomnia

bisa

menjadi

kecapaian, cemas, dan mudah tersinggung. Sebagaimana pendekatan waktu

tidur, penderita insomnia menjadi lebih tegang, cemas, dan khawatir tentang
masalah kesehatan, kematian, kerja, dan pribadi.
PENDEKATAN INSOMNIA
Pendekatan ke Pasien Usia Lanjut dengan Insomnia
Riwayat tidur:
- Pastikan bahwa pasien insomnia
- Identifikasi gejala (awitan, lamanya, pola, dan keparahan)
- Evaluasi pola tidur / terjaga 24-jam
- Tinjau buku harian tidur 1 sampai 2-minggu
Wawancara mitra tidur
- Periksa riwayat keluarga gangguan tidur
- Identifikasi penyebab
Gangguan tidur primer
- Penyakit medis
- Penyakit kejiwaan
- Perilaku
- Lingkungan
- Pengobatan
Evaluasi dampak pribadi dan sosial dari gangguan tidur:
- Pemeriksaan fisik menyeluruh
- Penyelidikan laboratorium yang tepat
- Pengobatan
Rujuk ke spesialis tidur jika perlu
Dalam mengambil riwayat medis dan pengobatan umum, dokter harus
mengidentifikasi kondisi dan obat-obatan yang diketahui terkait dengan
tidur terganggu.

Efek perancu potensial dari obat, alkohol,

dan

penyalahgunaan zat harus dinilai pada semua pasien yang menyajikan


dengan masalah tidur. Insomnia bertepatan dengan pemasukan obat baru
harus dikaitkan dengan obat tersebut yang sampai dibuktikan lain.
Evaluasi lebih lanjut harus mencakup kondisi mental rinci dan pemeriksaan
kejiwaan, penyelidikan laboratorium termasuk fungsi tiroid, panel kimia
serum, studi jantung-paru jika diindikasikan, dan penilaian lingkungan tidur.
2. Inkontinensia Urin
JENIS INKONTINENSIA URIN
9

a. Inkontinensia Urin Akut Reversibel


Pasien delirium mungkin tidak sadar saat mengompol atau tak dapat pergi
ke toilet sehingga berkemih tidak pada tempatnya. Bila delirium teratasi
maka inkontinensia urin umumnya juga akan teratasi. Setiap kondisi yang
menghambat mobilisasi pasien dapat memicu timbulnya inkontinensia urin
fungsional atau memburuknya inkontinensia persisten, seperti fraktur
tulang pinggul, stroke, arthritis dan sebagainya. Resistensi urin karena
obat-obatan,

atau

obstruksi

anatomis

dapat

pula

menyebabkan

inkontinensia urin. Keadaan inflamasi pada vagina dan urethra (vaginitis


dan urethritis) mungkin akan memicu inkontinensia urin.
D : Delirium
R : Restriksi mobilitas, retensi urin
I : Infeksi, inflamasi, Impaksi
P : Poliuria, pharmasi
b. Inkontinensia Urin Persisten
Inkontinensia urin persisten dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara,
meliputi anatomi, patofisiologi dan klinis. Untuk kepentingan praktek klinis,
klasifikasi klinis lebih bermanfaat karena dapat membantu evaluasi dan
intervensi klinis. Kategori klinis meliputi :
1. Inkontinensia urin stress (stres inkontinence)
Tak terkendalinya aliran urin akibat

meningkatnya

tekanan

intraabdominal, seperti pada saat batuk, bersin atau berolah raga.


Umumnya

disebabkan

oleh

melemahnya

otot

dasar

panggul,

merupakan penyebab tersering inkontinensia urin pada lansia di bawah


75 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita tetapi mungkin terjadi pada
laki-laki akibat kerusakan pada sfingter urethra setelah pembedahan
transurethral dan radiasi. Pasien mengeluh mengeluarkan urin pada
saat tertawa, batuk, atau berdiri. Jumlah urin yang keluar dapat sedikit
atau banyak.
2. Inkontinensia urin urgensi (urgency inkontinence)
Keluarnya urin secara tak terkendali dikaitkan dengan sensasi keinginan
berkemih. Inkontinensia urin jenis ini umumnya dikaitkan dengan
kontraksi detrusor tak terkendali (detrusor overactivity). Masalahmasalah neurologis sering dikaitkan dengan inkontinensia urin urgensi
ini, meliputi stroke, penyakit Parkinson, demensia dan cedera medula
spinalis. Pasien mengeluh tak cukup waktu untuk sampai di toilet
setelah timbul keinginan untuk berkemih sehingga timbul peristiwa
inkontinensia urin. Inkontinensia tipe urgensi ini merupakan penyebab
tersering inkontinensia pada lansia di atas 75 tahun.
3. Inkontinensia urin luapan/overflow (overflow incontinence)

10

Tidak terkendalinya pengeluaran urin dikaitkan dengan distensi kandung


kemih yang berlebihan. Hal ini disebabkan oleh obstruksi anatomis,
seperti pembesaran prostat, faktor neurogenik pada diabetes melitus
atau sclerosis multiple, yang menyebabkan berkurang atau tidak
berkontraksinya kandung kemih, dan faktor-faktor obat-obatan. Pasien
umumnya mengeluh keluarnya sedikit urin tanpa adanya sensasi bahwa
kandung kemih sudah penuh.
4. Inkontinensia urin fungsional
Inkontinensia

fungsional

merupakan

keadaan

seseorang

yang

mengalami pengeluaran urin secara tanpa disadari dan tidak dapat


diperkirakan. Keadaan inkontinensia ini ditandai dengan tidak adanya
dorongan untuk berkemih, merasa bahwa kandung kemih penuh,
kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urin
(Hidayat,2006).

Inkontinensia fungsional merupakan inkontinensia

dengan fungsi saluran kemih bagian bawah yang utuh tetapi ada faktor
lain, seperti gangguan kognitif berat yang menyebabkan pasien sulit
untuk mengidentifikasi perlunya urinasi (misalnya, demensia Alzheimer)
atau gangguan fisik yang menyebabkan pasien sulit atau tidak mungkin
menjangkau toilet untuk melakukan urinasi
5. Inkontinensia Refleks
Inkontinensia

refleks

merupakan

keadaan

di

mana

seseorang

mengalami pengeluaran urin yang tidak dirasakan, terjadi pada interval


yang dapat diperkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah
tertentu. Inkontinensia tipe ini kemungkinan disebabkan oleh adanya
kerusakan neurologis (lesi medulla spinalis). Inkontinensia refleks
ditandai dengan tidak adanya dorongan untuk berkemih, merasa bahwa
kandung kemih penuh, dan kontraksi atau spasme kandung kemih tidak
dihambat pada interval teratur (Hidayat, 2006).
6. Inkontinensia Total
Inkontinensia total merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urin yang terus menerus dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan penyebab inkontinensia total antara lain: disfungsi
neorologis,

kontraksi

independen

dan

refleks

detrusor

karena

pembedahan, trauma atau penyakit yang mempengaruhi saraf medulla


spinalis, fistula, neuropati (Hidayat, 2006).
3. Gangguan Aktivitas
11

Intoleransi Aktivitas
Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi secara fisiologis atau
psikologis pada seseorang untuk bertahan atau menyelesaikan aktivitas
sehari-hari yang dibutuhkan atau diinginkan.
Batas Karakteristik
- Sacara verbal melaporkan keletihan atau kelemahan
- Denyut jantung atau tekanan darah yang tidak normal terhadap aktivitas
- Rasa tidak nyaman atau dispnea setelah beraktivitas
- Perubahan elektrokardiografis yang menunjukkan adanya disritmia atau
iskemia
Faktor-faktor yang berhubungan
- Tirah baring dan imobilitasi
- Kelemahan secara umum
- Gaya hidup yang kurang gerak
- Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan

Imobilitas
Merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara
bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (misalnya trauma
tulang belakang, cedera otak berat)
Jenis Imobilitas
1. Imobilitas fisik = pembatasan pergerakan fisik dengan tujuan mencegah
komplikasi
2. Imobilitas Intelektual = Keterbatasan daya pikir akibat kerusakan otak
3. Imobilitas

Emosional

pembatasan

emosional

karena

adanya

perubahan dalam menyesuaiakan diri (misalnya amputasi)


4. Imobilitas Sosial = Individu yg mengalami hambatan interaksi sosial dan
mempengaruhi perannya.
Penatalaksanaan
Pencegahan primer
Sebagai intervensi pencegahan primer, latihan adalah investasi seumur
hidup. Latihan sangat bermanfaat baik bagi lansia yang sehat maupun
untuk mereka yang mengalami masalah fisik atau mental yang kronis.
Latihan dan aktivitas fisik secara teratur dapat menunda proses
penuaan dan dihubungkan dengan perasaan sejahtera,memperpanjang
12

usia dan peningkatan fungsi kardiopulmonal. Aktivitas dan latihan dapat


meningkatkan

tingkat

energi,

mempertahankan

mobilitas

dan

meningkatkan kemampuan kardiovaskular dan pulmonal. Lansia


mengalami peningkatan status kesehatan yang signifikan dengan
aktivitas fisik tingkat rendah sampai rendah dalam waktu luangnya
ketika aktivitas-aktivitas ini dipraktikan secara teratur dan dengan durasi
dan intensitas yang sesuai. Sebagai suatu hasil dari latihan, sistem
kardiopulmonal memperoleh fungsinya secara keseluruhan, sistem
muskuloskeletal menujukkan fleksibilitas yang lebih besar, kebiasaan
nutrisi meningkat, dan upaya-upaya mengendalikan berat badan dapat
ditingkatkan. Manfaat dari latihan adalah pemeliharaan dan peningkatan
fungsi fisik, mental, emosional, dan sosial, yang dapat menghasilkan
rasa kecukupan terhadap diri sendiri dan kemandirian yang lebih besar.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan
pencegahan komplikasi, diagnosa keperawatan yang dihubungkan
dengan pencegahan sekunder adalah ganggua mobilitas fisik.
Pencegahan tersier
Upaya-upaya rehabilitatif untuk memaksimalkan mobilitas bagi lansia
melibatkan upaya multidisplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli
fisioterapi dan terapi okupasi, seorang ahli gizi, aktivis sosial dan
keluarga serta teman-teman.
D. Penyakit Degeneratif yang menyertai
1. Rheumatik (Rematik)
Rematik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga penurunan fungsi otot,
jika otot yang menderita tidak dilatih. Rematik merupakan suatu sindrom,
rematik dapat terungkap sebagai keluhan, dan ada tiga keluhan utama pada
sistem muskulokelet yaitu, nyeri, kekakuan dan kelemahan serta terdapat tiga
tanda utama yaitu, pembengkakan sendi, kelemahan otot, gangguan gerak.
a. Osteoartritis (OA)
OA merupakan penyebab utama terjadinya kecacatan karena rematik. OA
adalah kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang
timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi. Pada sendi,
suatu jaringan tulang rawan yang biasa disebut kartilago biasanya
menutup ujung-ujung tulang penyusun sendi. Suatu lapisan cairan yang
disebut cairan sinovial terletak di antara tulang-tulang tersebut dan
13

bertindak sebagai bahan pelumas yang mencegah ujung-ujung tulang


bergesekan

dan

saling

mengikis

satu

sama

lain.

Pada

kondisi

kekurangan cairan sinovial lapisan kartilago yang menutup ujung tulang


akan bergesekan satu sama lain. Gesekan tersebut akan membuat lapisan
tersebut semakin tipis dan menimbulkan rasa nyeri. Penyebab OA
beragam.
Etiologi :
1) Usia lebih dari 40 tahun
2) Jenis kelamin, wanita lebih sering
3) Suku bangsa
4) Genetic
5) Kegemukan dan penyakit metabolic
6) Cedera sendi , pekerjaan, dan olahraga
7) Kelainan pertumbuhan
8) Kepadatan tulang
Gout
Gout sering terjadi pria. Kriteria diagnostic arthritis gout sebagai berikut
a) Kristal Urat dalam cairan sendi
b) Tofus yang mengandung Kristal urat
c) Enam dari criteria berikut :
1. Lebih dari satu kali serangan arthritis akut
2. Inflamasi maksimal pada hari pertama
3. Artritis Monoartrikuler
4. Kemerahan sekitar sendi
5. Nyeri (Bengkak sendi metatarsofalangeal I)
6. Serangan unilateral pada sendi metatarsofalangeal I
7. Serangan unilateral pada sendi tarsal
8. Dugaan adanya tofus
9. Hiperurikemia
10.

Pembengkakan asimetri sendi pada foto rontgen

11.

Kista Subkortikal tanpa erosi pada foto rontgen

12.Kultur mikroorganisme cairan sendi selama serangan inflamasi sendi


negatif
2. Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa
massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan
14

kualitas jaringan

tulang yang

dapat

menimbulkan

kerapuhan

tulang.

Epidemiologi, sementara ini diperkirakan 1 dari 3 wanita dan 1 dari 12 pria di


atas usia 50 tahun di seluruh dunia mengidap osteoporosis. Osteoporosis
terbagi menjadi jenis yaitu Osteoporosis primer dan sekunder.Osteoporosis
primer sering menyerang wanita pasca menopause dan pada pria usia lanjut
dengan penyebab yang belum diketahui. Sedangkan osteoporosis sekunder
disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :
Cushing's disease
Hyperthyroidism
Hyperparathyroidism
Hypogonadism
Kelainan hepar
Kegagalan ginjal kronis
Kurang gerak
Kebiasaan minum alkohol
Pemakai obat-obatan/corticosteroid
Kelebihan kafein
Merokok
3. Osteomalasi
Osteomalasi adalah penyakit tulang metabolic yang ditandai dengan
terjadinya kekurangan klasifikasi matriks tulang yang normal prevalensi pada
lanjut usai adalah 3,7%. Penyakit ini desebabkan oleh kekurangan vitamin D
oleh berbagai sebab terutama, kekurangan sinar matahari, malabsorpsi,
gastrektomi, penyakit hati kronik, penyakit ginjal, dan obat-obatan.
Gambaran klinik penyakit ini, sebagai berikut penderita menderita nyeri
tulang, nyeri tekan tulang, kelemahan otot, dan sakit. Nyeri dan jatuh berkalikali dapat menyebabkan imobilitas. Nyeri pada tulang belakang sering
mengenai tulang dada, punggung, paha dan tungkai. Nyeri sering memburuk
jika dibarengi dengan stress. Kelemahan terutama mengenai otot proksimal
dan menyebabkan penderita sulit bangun dari kursi atau tempat tidurnya dan
kadang disertai dengan abnormalitas langakah yang lebar. Patah tulang yang
berbentuk fisura disebabkan oleh osteomalasia sering dijumpai terutama
mengenai

batas

penelitian

didapatkan

bahwa

osteomalasi

mungkin

15

merupakan penyebab fraktur leher femur (20-30)% pada wanita dan 40%
pada pria.
4. Penyakit Paget Tulang
Keadaan yang ditandai dengan adanya kombinasi antara peningkatan
reabsorpsi dan deposisi tulang, sebagai akibatnya dapat terjadi deformitas dan
fraktur tulang. Semua bagian tulang dapat terkena namun paling sering terjadi
pada tulang tengkorak, tulang panjang, pelvis, sacrum dan vertebrae.
Epidemiologi. Penyakit ini sering didapati pada lansia usia 60 tahun sekitar (24)%, pada usia >85 tahun sekitar 10%. Penyakit ini memiliki kecendrungan
bersifat herediter.
5. Osteosarcoma
Osteosarcoma adalah keganasan primer kedua yang umum dari tulang
belakang multiple myeloma. Osteosarcoma menyumbang 20% dari keganasan
tulang primer. Ada preferensi untuk wilayah metaphyseal tulang panjang tabung.
50% kasus terjadi di sekitar lutut. Penghubung jaringan tumor ganas pada
diferensiasi sel neoplastik osteoblastik dan bentuk tulang tumoral.
Osteosarcoma merupakan penyakit keganasan yang dapat dijumpai pada
lansia yang dikaitkan dengan patologi tulang yang mendasarinya seperti
penyakit Paget, infark meduler, atau iradiasi. Sekitar 90% dari pasien dapat
mengalami operasi ekstremitas (penyelamatan), komplikasi, seperti infeksi,
melonggarkan prostetik, atau pengangkatan tumor lokal dapat menyebabkan
operasi lebih lanjut (amputasi).
Penyebab osteosarcoma tidak dikenal. Beberapa kelompok peneliti
sedang menyelidiki kanker sel induk dan potensinya menyebabkan tumor.
Hubungan antara osteosarcoma dan fluorida telah diteliti, tidak ada hubungan
yang jelas antara fluoridasi air dan kematian karena osteosarcoma.
6. Diabetes Melitus pada Lansia
Tubuh tak mampu memanfaatkan glukosa darah karena gangguan pada fungsi
pankreas sehingga terjadi defisiensi insulin. Jenisnya :
a. Tipe I
- Diabetes tergantung insulin
- Kelainan genetik
- Perlu insulin eksogen (defisien insulin absolut)
b. Tipe II
16

- Diabetes tidak tergantung insulin


- insulin resistance (defisien relatif)
- Terapi dengan mengatur diet
Gejala Klasik DM
- Hiperglikemia (gula darah tinggi)
- Glukosuria (gula dalam air seni)
- Poliuria (banyak buang air kecil)
- Polifagia (banyak makan)
- Polidipsia (banyak minum)
- Ketoasidosis
7. Sindroma Delirium Akut
Sindrom dilirium akut (acut confusional state/ACS) adalah sindrom mental
organik yang ditandai denmgan gangguan kesadaran dan atensi serta
perubahan kognitif atau gangguan persepsi yang timbul dalam jangka pendek
Harus dicari faktor pencetus dan faktor risikonya
1. Pencetus

yang

sering:

gangguan

metabolik

(hipoksia,hiperkarbia,

hipo atatu hiperglikemia,hiponatremia,azotemia),infeksi(sepsis,pneumonia,


infeksi saluran kemih), penurunan cardiac output(dehidrasi, kehilangan
darah akut, infrak miokard akut, gagal jantung kongensif), strok (koteks
kecil), obat obatan (terutama antikolinergik), intoksikasi (lakohol,dll), hipo
atau hipertermia, lesi sistem familiar, impaksi fekal, dan retensi urin
2. Faktor risiko: riwayat gangguan kognitif, berusia lebih dari 80 tahun,
mengalami frktur saat masuk perawatan, infeksi yang simtomatik, jenis
kelamin

pria,mendapat

obat

antipsikotik

atau

analgesik

narkotik,

penggunaan pengikat,malnutrisi, penambahan 3 atau lebih obat, dan


pengguanaan kateter urin.
8. Konstipasi
Menurut situs National Institute on Aging, AS, konstipasi adalah suatu gejala,
bukan penyakit. Konstipasi didefinisikan sebagai frekuensi buang air besar
kurang dari normal dengan waktu yang lama serta kesulitan dan rasa sakit
dalam mengeluarkan tinja. Konstipasi memang lebih banyak dialami usia lanjut
dibanding usia muda. Di sisi lain orang usia lanjut sering terpancang dengan
kebiasaan buang air besar sejak masa kanak-kanak dan masa muda. Padahal,
seiring pertambahan usia, fungsi tubuh bisa menurun.
Namun, orang usia lanjut tidak perlu terlalu khawatir, belum ada batasan
mengenai periode normal dari buang air besar. Ada orang yang buang air besar
17

duatiga kali sehari, ada yang dua kali seminggu. Pedoman untuk menentukan
seseorang menderita konstipasi adalah buang air besar kurang dari dua kali
seminggu, sulit mengeluarkan tinja, ada rasa nyeri serta masalah lain seperti
tinja disertai darah. Jika tak ada gejala itu, bukan konstipasi.
2.2 ASAM URAT
A. PENGERTIAN
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat
yang

nyeri

pada

tulang

sendi,

sangat

sering

ditemukan

pada

kaki

bagia

atas,pergelangan dan kaki bagian tengah. (Muttaqin, Arif. 2008).


Gout merupakan kelompok keadaan hetero genous yang berhubungan dengan
defek genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia. (Brunner & Suddarth. 2001).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus, yaitu
artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria
sering mengenai usia pertengahan, sedangkann pada wanita biasanya mendekati masa
manopause. (Mansjoer Arif, 2001)
B. ETIOLOGI
Gout disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dalam pembentukan purin atau
ekresi asam urat yang kurang dari ginjal yang menyebakan hyperuricemia (Muttaqin,
Arif. 2008). Hyperuricemia pada penyakit ini disebabakan oleh :
1. Pembentukan asam urat yang berlebih.
Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih karana
penyakit lain, seperti leukimia.
2. Kurang asam urat melalui ginjal.
Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distal ginjal yang sehat.
Penyabab tidak diketahui
Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal, misalnya
glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik.
C. PATIFISIOLOGI
Menurut Corwin (2009) Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan
gout. Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat
dalam darah. Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara
berurutan.
1.

Presipitasi kristal monosodium urat.

18

Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma
lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para- artikuler
misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan
dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan
2.

merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal.


Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon

3.

leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
Fagositosis
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya membram

4.

vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.


Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen
antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan

5.
6.

membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.


Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan
sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.

D.

TANDA DAN GEJALA


Menurut Mansjoer Arif, (2001) Gout berkembang dalam 4 tahap :
a. Tahap Asimptomatik :
Pada tahap ini kadar asam urat dalam darah meningkat, tidak menimbulkan gejala.
b. Tahap Akut :
Serangan akut pertama datang tiba-tiba dan cepat memuncak, umumnya terjadi pada
tengah malam atau menjelang pagi. Serangan ini berupa rasa nyeri yang hebat pada
sendi yang terkena, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan perlahan-lahan akan
sembuh spontan dan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 14 hari.
c. Tahap Interkritikal :
Pada tahap ini penderita dapat kembali bergerak normal serta melakukan berbagai
aktivitas olahraga tanpa merasa sakit sama sekali. Kalau rasa nyeri pada serangan
pertama itu hilang bukan berarti penyakit sembuh total, biasanya beberapa tahun
kemudian akan ada serangan kedua. Namun ada juga serangan yang terjadi hanya
sekali sepanjang hidup, semua ini tergantung bagaimana sipenderita mengatasinya.
d. Tahap Kronik :
Tahap ini akan terjadi bila penyakit diabaikan sehingga menjadi akut. Frekuensi serangan
akan meningkat 4-5 kali setahun tanpa disertai masa bebas serangan. Masa sakit
menjadi lebih panjang bahkan kadang rasa nyerinya berlangsung terus-menerus disertai
bengkak dan kaku pada sendi yang sakit.

E. SASARAN UTAMA ASAM URAT


a.

Ujung jari. Kristal asam urat menyukai daerah yang bersuhu dingin seperti pada ujung

b.

jari tangan dan kaki


Ibu jari. Hampir 90% serangan pertama adalah pada ibu jari terutama pada kaki
19

c.
d.

Sendi lutut dan pergelangan kaki


Daun telinga. Kristal asam urat sering mengendap di daun telinga berupa benjolan putih

e.
f.

yang mirip jerawat


Retina mata. Pengendapan asam urat mengakibatkan gangguan penglihatan
Saluran cerna. Asupan makanan tinggi purin menjadi penyebab utama dari serangan

g.

asam urat
Ginjal. 2/3 dari asam urat dibuang melalui ginjal. Bila terjadi gangguan pada ginjal maka
kristal asam urat dapat mengendap pada ginjal dengan akibat terjadinya batu ginjal dan

h.

gangguan fungsi ginjal


Jantung. Kristal asam urat dapat mengendap pada jantung dengan akibat gangguan
fungsi jantung

F. Diagnosis
The American Rheumatism Association menetapkan kriteria diagnostik untuk gout sebagai
berikut :
a. Adanya kristal urat dalam cairan sendi
b. Thopus (Deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) terbukti mengandung
kristal urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan mikroskopik dengan sinar
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

terpolarisasi
Lebih dari sekali mengalami artritis akut
Terjadi peradangan secara maksimal dalam 1 hari
Oligoartritis, atau jumlah sendi yang meradang kurang dari 4 hari
Kemerahan disekitar sendi yang meradang
Sendi metatarsofalangeal pertama (ibu jari kaki terasa sakit dan bengkak)
Serangan unilateral pada sendi metatarsofalangeal pertama
Serangan unilateral pada sendi tarsal
Thopus (Deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) dari vertilago articular di

kapsula sendi
k. Hiperurisemia pada asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl
l. Pembengkakan sendi secara asimetris
m. Serangan artritis akut berhenti secara menyeluruh
Diagnostik gout ditetapkan bila ditemukan kriteria 1 dan-atau kriteria 2 dan atau 6 insiden
F

atau lebih dari kriteria 3.


PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan non medik.
a.

Diet rendah purin.


Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging kambing)

serta banyak minum.


b.
Tirah baring.
Merupakan suatu keharusan dan di teruskan sampai 24 jam setelah serangan
menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak.
Penatalaksanaan medik.
a.

Fase akut.
Obat yang digunakan :
20

1. Colchicine (0,6 mg)


2. Indometasin ( 50 mg 3 X sehari selama 4-7 hari)
3. Fenilbutazon.
b. Pengobatan jangka panjang terhadap hyperuricemia untuk mencegah komplikasi.
1.

Golongan urikosurik
a. Probenasid, adalah jenis obat yang berfungsi menurunkan asam urat dalam serum.
b. Sulfinpirazon, merupakan dirivat pirazolon dosis 200-400 mg perhari
c. Azapropazon, dosisi sehari 4 X 300 mg.
d. Benzbromaron.
2. Inhibitor xantin (alopurinol).
Adalah suatu inhibitor oksidase poten, bekerja mencegah konversi hipoxantin menjadi
xantin, dan konversi xantin menjadi asam urat.
Diagnosis Keperawatan
3. Nyeri yang berhubungan dengan proses infeksi sendi
4. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan fungsi sendi
5. Kurang pengetahuan
Intervensi Keperawatan
Diagnosis Keperawatan Nyeri yang berhubungan dengan proses infeksi sendi
Tujuan Keperawatan Meredakan nyeri
Intervensi Keperawatan
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien
2. Jelaskan penyebab nyeri. 3.Dengan demikian pasien dapat mengontrol nyeri
a. 4.Anjurkan latihan relaksasi dengan menghirup udara dari hidung, tahan beberapa detik
dan hembuskan dari mulut dengan bibir terkatup
6. Alihkan perhatian pasien dengan memberi bahan bancaan, menonton tv, mendengarkan
radio
7. pasang bidai pada sendi yang inflamasi. Ini bertujuan menyokong atau mengimobilisasi
sendi, sehingga dapat mengurangi nyeri
8. kolaborasi dalam pemberian kodein untuk mengurangi nyeri
Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan fungsi sendi
Meningkatkan mobilitas fisik
1. Kaji tingkat mobilitas fisik, apakah sebagian atau total
2. Anjurkan latihan gerak sendi atau ROM secara teratur jika infeksi telah hilang atau nyeri
hilang
3. Ajarkan pasien untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara bertahap. Hal ini
dimaksudkan untuk memandirikan pasien dan meningkatkan keprcayaan diri
4. Dekatkan alat-alat yang diperlukan, sehingga mudah dijangkau oleh pasien
5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
6. Anjurkan kepada pasien untuk menggunakan alat bantu berjalan jika akan melakukan
aktivitas di luar tempat tidur
Kurang Pengetahuan tentang penyakit dan penangananya Meningkatkan pemahaman klien
tentang penyakit dan penanganannya
1.
1. Kaji tingkat pemahaman pasien dan keluarga akan penyakit dan perawatannya
2. Beri penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit dan perawatannya

21

3. Jelaskan program pengobatan yang akan dilakukan dan efek samping obat yang
mungkin timbul
4. Jelaskan pentingnya melakukan latihan gerak sendi (ROM)
5. Jelaskan pentingnya nutrisi dan cairan untuk mempercepat penyembuhan penyakitnya
6. Jelaskan waktu untuk perawatan tindak-lanjut
Gangguan rasa nyaman atau nyeri
Nyeri teratasi
1. Kaji intensitasi, letak dan tipe nyeri. Gunakan skala peningkatan nyeri
2. Pertahankan pasien dalam posisi nyaman, kaki tersangga dan sejajar
3. Tinggikan area yang sakit untuk mengurangi edema dan meningkatkan aliran darah balik
vena
4. Beri analgesik, antipirai/antigout dan antiinflamasi sesuai program. Observasi efek
5.
6.
7.
8.
9.

samping obat
Perbanyak asupan cairan sampai 2500 ml/hari
Pantau kadar asam urat serum
Jika terjadi serangan nyeri hindari menyentuh atau menggerakkan sendi
Beri kompres dingin
Hindari menggunakan sepatu sempit

Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri persendian dan imobilitas
Mobilitas fisik dipertahankan
1. Tingkatkan aktivitas pasien jika nyeri telah berkurang
2. Ambulasi dengan bantuan. Gunakan walker atau tongkat
3. Lakukan latihan rentang gerak sendi (ROM) dengan hati-hati pada sendi yang sakit
4. Tingkatkan kembali ke aktivitas normal
Evaluasi Keperawatan
Setelah melakukan intervensi keperawatan, diharapkan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Nyeri berkurang atau hilang


Mengatakan nyeri berkurang
Nampak rileks dan tenang
Menunjukkan edema berkurang
Mobilitas fisik normal
Melakukan latihan rentang gerak sendi (ROM) secara adekuat
Melakukan ambulasi dengan walker atau tongkat tanpa rasa nyeri
Memahami program pengobatan dan perawatan penyakitnya

1. Mengekspresikan kesadaran dan pengetahuan tentang jadwal pengobatan dan efek


samping
2. Mengungkapkan pentingnya diet, aktivitas dan program latihan
3. Menepati jadwal kontrol ulang ke dokter
Penatalaksanaan
9. Pengobatan serangan akut dengan colchicine 0,6 mg (oral), colchine 1,0-3,0 mg (dalam
NaCL intravena), Phenilbutazone (Butazolidin), Indometachin (Indocin)
a. Sendi diistirahatkan
b. Kompres dingin
c. Diet rendah purin
d. Analgesik dan antipiretik
22

e. Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat menggunakan


probenecid (Benemid) 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone (anturane) pada pasien yang
tidak tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukkan asam urat dengan
Allopurinol (zyloprim) 100 mg 2x/hari.
f.

Komplikasi artritis pirai menyebabkan kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan


gagal ginjal kronis.

Pencegahan
Belum ditemukan cara yang efektif, tapi usaha pencegahan asam urat umumnya adalah
menghindari segala sesuatu yang dapat menjadi pencetus serangan, misalnya latihan fisik
berlebihan, stres, dan makanan yang mengandung purin berlebihan seperti daging, jerohan,
bahkan ikan asin. Meskipun serangan berulang dapat dicegah dengan pemberian obat,
tetapi mengurangi konsumsi makanan berlemak dan alkohol dapat memperkecil
kemungkinan terjadinya serangan gout.
Kenalilah jenis makan yang kadar purinnya amat tinggi, sedang dan rendah. Dengan
demikian dapat mengontrol asupan semaksimal mungkin.
1. Kadar tinggi (150-180 mg/100gr)
Jerohan, dan saripati daging
2. Kadar sedang (50-150 mg/100gr)
Daging sapi, udang, kepiting, cumi, kerang, kacang-kacangan, kembang kol, bayam,
kangkung, asparagus dan jamur
3. Kadar rendah (dibawah 50mg/100gr)
Gula, telur dan susu
Komplikasi
Gangguan asam urat dapat menyebabkan komplikasi berbahaya, persendian menjadi rusak
sehingga pincang, peradangan tulang, kerusakan ligamen dan tendon (otot), batu ginjal
(kencing batu), dan gagal ginjal.
Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah untuk mengatasi gejala serangan akut(mendadak) asam urat,
mencegah kambuhnya kembali radang sendi dan pembentukan batu urat. Bagi penderita
ganguan asam urat, untukmenurunkan kadar asam urat dalam darah diberikan allopurinol
yang bekeja sebagi inhibitor menekan produksi asam urat. Atau urikosurik, misalnya
probenesid untuk membantu memepercepat pembuangan asam urat lewat ginjal. Diberikan
juga obat-obat untuk mengatasi radang dan rasa sakit yaitu analgesik dari golongan AINS
atau NSID seperti indometasin, ibuprofen, ketoprofen, atau diklofenak. Sedangkan untuk
pencegahan serangan berulang biasanya diberikan kolsisin.
a. Perawatan
b. Diet
c. Olahraga

23

Memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan sendi dan sangat berguna untuk
memperkecil resiko terjadinya kerusakan sendi akibat radang sendi selain itu
memberikan efek menghangatkan tubuh untuk mecegah terjadinya pengendapan
d. Aerobik
Untuk meningkatakan sistem pernafasan dan membantu membuang asam urat dari
peredaran darah.
e. Latiahan Peregangan
Bermanfaat untuk kelenturan otot dan sendi
f. Melindungi sendi
g. Kontrol stress
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Kadar asam urat serum meningkat.
2. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat.
3. Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat.
4. Analisis cairan sinovial dari sendi terinflamasi atau tofi menunjukan kristal urat
monosodium yang membuat diagnosis.
5. Sinar X sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi tulang dan perubahan sendi.
H. KOMPLIKASI
1. Nodulus reumatoid ekstrasinovialdapat terbentuk pada katup jantung atau pada paru,
mata, atau limpa. Funngsi pernapasan dan jantung dapat terganggu. Glukoma dapat
terjadi apabila nodulus yang menyumbat aliran keluar cairan okular terbentuk pada
mata.
2. Vasulitis (inflamasi sistem vaskuler) dapat menyebabkan trombosist dan infark.
3. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari, depresi dan stres
keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit.
2.3
1.

HIPERTENSI
Pengertian
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang
intermiten atau menetap.
Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan

tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001).Menurut WHO ( 1978), tekanan darah sama


dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Pada Populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 1996).
2. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi :
1. Hipertensi primer atau esensial
Penyebab pasti masih belum diketahui. Jenis ini adalah yang terbanyak, yaitu sekitar 9095% dari seluruh pasien hipertensi. Riwayat keluarga,obesitas,diit tinggi natrium,lemak

24

jenuh dan penuaan adalah faktor pendukung. Walaupun faktor genetik sepertinya sangat
berhubungan dengan hipertensi primer, tapi mekanisme pastinya masih belum diketahui.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal atau penyebab yang terindentifikasi lainya.
Hipertensi yang penyebabnya diketahui seperti hipertensi renovaskuler, feokromositoma,
sindrom cushing, aldosteronisme primer, dan obat-obatan, yaitu sekitar 2-10% dari
seluruh pasien hipertensi.
Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Pedoman Joint National Committee 7
Kategori
Optimal

Sistolik (mmHg)
115 atau kurang

Diastolik (mmHg)
75 atau kurang

Normal
Prehipertensi
Hipertensi stage I
Hipertensi stage II

< 120
120-139
140-159
160

< 80
80-89
90-99
100

Berdasarkan klasifikasi dari JNC-VI maka hipertensi pada usia lanjut dapat dibedakan:
Hipertensi sistolik saja (Isolated systolic hypertension), terdapat pada 6-12% penderita di
atas usia 60th, terutama pada wanita. Insioden meningkat seiring bertambahnya umur.
Hipertensi diastolic saja (Diastolic hypertension), terdapat antara 12-14% penderita di
atas usia 60th, terutama pada pria. Insidensi menurun seiring bertambahnya umur.
Hipertensi sistolik-diastolik: terdapat pada 6-8% penderita usia di atas 60 th, lebih banyak
pada wanita. Menningkat dengan bertambahnya umur.

3. Etiologi Hipertensi
Dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko hipertensi lain meliputi
diabetes ras riwayat keluarga jenis kelamin faktor gaya hidup seperti obesitas asupan garam
yang tinggi alkohol yang berlebihan.
Faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak dapat dikontrol,
antara lain:
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
Faktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti riwayat keluarga (genetik
kromosomal), umur (pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun), jenis kelamin pria atau
wanita pasca menopause.
a. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadarHigh Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang
tinggi merupakan faktor pelindung dalam

mencegah terjadinya

proses
25

aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya


imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon
estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara
alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil
penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis
kelamin wanita sekitar 56,5%.Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila
terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah
umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering
dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause.
b. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang
yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang
berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus.
Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu
dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan
kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. hipertensi sering terjadi pada
usia pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan hormon sesudah menopause. Hanns Peter (2009) mengemukakan
bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari
keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari
berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi
semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.
c. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akanmenyebabkan keluarga itu
mempunyai

risiko

menderita

hipertensi.

Hal

ini

berhubungan

dengan

peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium


terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko
dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi.
b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:
1. Obesitas
Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi penurunan
kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan
meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia dapat
memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh
26

darah, hipertensi. Indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan


tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang
yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 2030% memiliki berat badan lebih.
2. Kurang Olahraga.
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular,
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang
akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung
sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang
lebih berat karena adanya kondisi tertentu Kurangnya aktivitas fisik menaikan
risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk.
Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat
dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi,
semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan
yang mendesak arteri.
3. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.
4. Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization

(WHO)

merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko


terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih
dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi
natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke
luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume
cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
5. Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan
organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol
berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi.
6. Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75
200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan
tekanan darah 5 -10 mmHg.
7. Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak
27

menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah


menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di
masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini
dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat
yang tinggal di kota. Menurut Anggraini (2009) mengatakan stres akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga
akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini dapat berhubungan
dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
4. Tanda Gejala Hipertensi
Hipertensi primer sedang atau berat sebagian besar tanpa gejala selama bertahuntahun sehingga sering disebut dengan silent killer. Gejala yang paling sering, sakit kepala,
juga sangat spesifik. Sakit kepala suboccipital, terjadi di awal pagi dan mereda pada siang
hari, dikatakan karakteristik, tetapi setiap jenis sakit kepala dapat terjadi. Hipertensi
dipercepat dikaitkan dengan mengantuk, kebingungan, gangguan penglihatan, mual dan
muntah (hipertensi ensefalopati). Selain gejala tersebut gejala lainnya seperti pusing,
kelelalahan atau jika hipertensi sudah berlangsung hipertensi menahun akan muncul gejala
mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan kabur. Tidak jarang pula, pasien sering
mengalami penurunan kesadaran/pingsan bahkan koma.
Hipertensi pada pasien dengan pheochromocytomas yang mengeluarkan dominasi
norepinephrine

biasanya

dipertahankan

tetapi

mungkin

episodik.

Serangan

khas

berlangsung dari menit sampai jam dan berhubungan dengan sakit kepala, kecemasan,
palpitasi, keringat banyak, pucat, tremor, dan mual dan muntah. Tekanan darah meningkat,
dan angina atau edema paru akut dapat terjadi. Dalam aldosteronisme primer, pasien
mungkin memiliki kelemahan otot, poliuria, dan nokturia karena hipokalemia, hipertensi
maligna jarang terjadi. Hipertensi kronis sering menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri, yang
mungkin berhubungan dengan diastolik atau, dalam tahap akhir, disfungsi sistolik.
Penyebab keterlibatan serebral (1) stroke akibat trombosis atau (2) perdarahan kecil
atau besar dari microaneurysms menembus arteri intrakranial. Hipertensi ensefalopati
mungkin disebabkan oleh kongesti kapiler akut dan eksudasi dengan edema serebral.
Temuan biasanya reversibel jika perawatan yang memadai diberikan segera. Tidak ada
hubungan yang ketat tekanan darah diastolik dengan hipertensi ensefalopati, tetapi
biasanya melebihi 130 mm Hg.
Tabel 2.3 Gambaran klinis-manifestasi organ target yang berhubungan dengan
hipertensi darurat (Torre et al., 2009)
Organ Target

Manifestasi Klinis

Sistem Saraf Pusat

Perubahan status mental


28

Kejang
Cerebrovascular accident
Sakit kepala
Perdarahan intrakranial
Optalmologi

Penglihatan kabur
Diplopia
Perdarahan retina
Papilledema

Ginjal

GGA dan hematuria

Kardiovaskular

Angina (nyeri dada)


Congestive heart failure
Pulmonary edema
Aortic dissection

Hematologi

Microangioplasthic hemolytic anemia

6. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi


a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan factor factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
c. Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi
efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya

pembentukan plak

ateromatosa ( efek kardiovaskuler )


g. Pemeriksaan tiroid.
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab ).
i. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
j. Asam urat
29

Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.


k. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal /
ureter.
m. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung.
n. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati.
o. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
7. Manajemen Non Farmakologi
Managemen non farmakologi (modifikasi gaya hidup terapeutik) memainkan peranan
penting dalam managemen hipertensi. Ini mungkin satu-satunya pengobatan yang
diperlukan dalam tahap satu hipertensi. Sayangnya data dari studi cross-sectional
menunjukkan bahwa pengobatan non-farmakologis untuk pasien dengan hipertensi
masih belum memadai. Beberapa manajemen non farmakologi dalam mengontrol
tekanan darah antara lain :
1. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan adalah yang paling menguntungkan bagi pasien yang
mempunyai lebih dari 10% kelebihan berat badan. BMI yang ideal untuk orang Asia
sekitar 18,5-23,5 kg/m2. Target praktis untuk pasien kelebihan berat badan adalah
pengurangan minimum 5% berat badan. Namun penurunan berat badan sebesar 4,5
kg secara signifikan mengurangi TD.
2. Mengurangi Konsumsi Sodium
Pengaruh pembatasan natrium dalam hipertensi dapat bervariasi. Subyek lansia lebih
sensitif terhadap asupan natrium. Rata-rata, pengurangan 4 mmHg sistolik dan
diastolik 2 mmHg dicapai dengan pembatasan natrium. Konsumsi <100 mmol natrium
atau 6g natrium klorida sehari dianjurkan (setara dengan <1/4 sendok teh garam atau
3 sendok teh monosodium glutamat).
3. Menghindari konsumsi alkohol berlebihan
Alkohol memiliki efek akut dalam meningkatkan TD. Saran standar untuk membatasi
asupan tidak lebih dari 21 unit untuk pria dan 14 unit untuk wanita per minggu (1 unit
setara dengan 1/2 gelas bir atau 100 ml anggur atau 20ml wiski). Pasien hipertensi
yang menjadi peminum berat lebih cenderung memiliki hipertensi resisten terhadap
obat. Satu-satunya cara untuk mengurangi TD pasien efektifnya adalah dengan

30

mengurangi atau menghentikan konsumsi alkohol. Mengurangi alkohol dapat


menurunkan tekanan sistolik 10 mmhg dan diastolik 7 mmhg.
4. Olahraga secara teratur
Jenis latihan aerobik lebih efektif daripada latihan yang melibatkan pelatihan
resistensi, (misalnya angkat besi). Saran umum kesehatan jantung olahraga ringan,
seperti jalan cepat selama 30-60 menit setidaknya 3 kali seminggu.
5. Pengaturan diet
Diet yang kaya buah-buahan, sayuran dan produk susu dengan penurunan lemak
jenuh dan jumlah lemak dapat menurunkan TD (11/6 mmHg pada penderita hipertensi
dan 4/2 mmHg pada pasien dengan TD normal). Jenis diet ini juga memiliki efek
menguntungkan pada keseluruhan kesehatan jantung. Modifikasi diet atau pengaturan
diet sangat penting pada klien hipertensi, tujuan utama dari pengaturan diet hipertensi
adalah mengatur tentang makanan sehat yang dapat mengontrol tekanan darah tinggi
dan mengurangi penyakiit kardiovaskuler. Secara garis besar, ada empat macam diet
untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan keadaan tekana darah, yakni :
diet rendah garam, diet rendah kolestrol, lemak terbatas serta tinggi serat, dan rendah
kalori bila kelebihan berat baadan (Astawan, 2002). Diet rendah garam diberikan
kepada pasien dengan edema atau asites serta hipertensi. Tujuan diet rendah garam
adalah untuk menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah edema dan penyakit
jantung (lemah jantung). Adapun yang disebut rendah garam bukan hanya membatasi
konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi makanan rendah sodium atau natrium
(Na).Oleh karena itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam melakukan diet
rendah garam adalah komposisi makanan yang harus mengandung cukup zat zat
gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan natrium
(Gunawan, 2001). Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue,
baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet makanan atau natrium
benzoat (Biasanya terdapat didalam saos, kecap, selai, jelly), makanan yang dibuat
dari mentega serta obat yang mengandung natrium (obat sakit kepala). Bagi penderita
hipertensi, biasakan penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.
( Hayens, 2003 ). Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh terdapat
tiga bagian lemak yaitu: kolestrol, trigeserida, dan fospolipid. Tubuh memperoleh
kolestrol dari makanan sehari hari dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat
berbahaya jika dikonsumsi lebih banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh,
peningkatan kolestrol dapat terjadi karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan
yang mengandung kolestrol tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 50 %
dari setiap makanan (Amir, 2002 ). Diet tinggi serat sangat penting pada penderita
hipertensi, serat terdiri dari dua jenis yaitu serat kasar (Crude fiber) dan serat kasar
banyak terdapat pada sayuran dan buahbuahan, sedangkan serat makanan terdapat
31

pada makanan karbohidrat yaitu : kentang, beras, singkong dan kacang hijau. Serat
kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar
mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu dan selanjutnya membuang
bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi
mengandung serat kasar yang cukup tinggi ( Mayo, 2005 ). Bahan makanan yang
dianjurkan dan tidak dianjurkan
Bahan

Dianjurkan

Tidak dianjurkan

makanan
Sumber

Beras, kentang, singkong, Makanan yang diolah dari

karbohidrat

trigu,

tapioka,

hankwe, sumber hidrat penambahan

gula,makanan yang diolah garam dapur, baking powder


dari

bahan

makanan atau soda kue seperti roti,

tersebut tanpa garam dapur biscuit, mi, bihun, makaroni,


dan soda.

kue kering.

Sumber

Daging,

ayam

dan

ikan Otak, ginjal, lidah, sardin,

protein hewani

maksimal 100 gram sehari, daging berlemak, ikan asin,


telur maksimal 1 butir sehari, makanan

kalengan,

telur

susu maksimal 200 gram asin, daging asap, sosis,


sehari

ham, bacon, dendeng, abon,


keju, kornet, ebi, dan udang
kering

Sumber

Semua kacang kacang dan Keju,

protein nabati

dan

hasilnya

diolah

kacang

tanah,

dan

dan semua kacang kacangan,

dimasak tanpa garam dapur

yang dimasak dengan garam


atau bahan natrium lainnya.

Sayuran

Semua

sayuran

sayuran

yang

tanpa

garam

segar, Sayuran yang dimasak dan


diawetkan diawetkan

dapur

natrium benzoat.

dengan

garam

dan dapur dan ikatan natrium


lainnya,

seperti

sayuran

dalam kaleng, sawi asin,


asinan dan acar.
Buah
buahan

Semua

buahan

yang

segar, buah yang diawetkan diawetkan

dengan

garam

tanpa

buah
garam

buahan Buah

dapur

natrium benzoate

dan dapur dengan garam dapur


dan

lain

ikatan

natrium,

32

seperti buah dalam kaleng.


Lemak

Minyak goring, margarin, dan Margarin dan mentega biasa


mentega

tanpa

garam/unslated
Minuman

Bumbu
bumbu

Teh, jus buah, jus sayuran,

Minuman

air putih.

cafein, alcohol

Semua
kering

bumbu
yang

bumbu Garam
tidak rendah

ringan,

coklat,

dapur

untuk

garam

1,

diet

baking

mengandung garam dapur powder, soda kue, vetsinm


dan sumber natrium lain.

dan bumbu bumbu yang


mengandung garam dapur
seperti kecap, terasi, kaldu
balok, kaldu bubuk, saus
tomat, petis, dan tauco.

6. Berhenti merokok
Hal ini penting dalam manajemen keseluruhan dari pasien dengan hipertensi dalam
mengurangi risiko kardiovaskular. Dengan berhenti merokok tekanan darah akan turun
secara perlahan , disamping itu jika masih merokok maka obat yang dikonsumsi tidak
akan bekerja secar optimal dan dengan berhenti merokok efektifitas obat akan
meningkat ( Santoso, 2001 ).
7. Relaksasi otot progresif
Bedasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rustono et al, 2015. relaksasi progresif
yang dilakukan secara rutin selama 20 menit dalam 5 hari berturut-turut dapat
menurunkan tekanan darah, hal ini dapat disebabkan pembuluh darah didalam tubuh
dapat lebih elastis dan badan lebih rileks setelah dilakukan teknik relaksasi progresif
tersebut. Hasil penelitian ini

menunjukkan ada penurunan tekanan darah sistole

kurang lebih 30 mmHg dan diastole 10 mmhg sesudah dilakukan relaksasi progresif.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara relaksasi progresif
terhadap tingkat tekanan darah sistole dan diastole pada lanjut usia dengan nilai
p=0,017 dan p=0,001 (=0,05) yang berarti terdapat perbedaan tekana darah sebelum
dan sesudah relaksasi progresif. Jadi relaksasi progresif dapat di coba di lakukan
sebagai terapi pendamping obat-obatan yang telah ada karena dalam penelitian ini
sudah dibuktikan dapat di lakukan.Lansia dapat di latih secara berkelompok dan di
berikan booklet kepada keluarga serta menganjurkan dilakukan relaksasi progresif
setiap hari.

33

8. Manajemen Farmakologi
Menurut Muttaqin (2009), pengobatan farmakologi hipertensi terdiri dari:
1. Diuretik
Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering diresepkan untuk mengobati
hipertensi ringan. Dapat diberikan sendiri pada klien dengan hipertensi ringan atau
klien yang baru. Banyak obat antihipertensi dapat menyebabkan retensi cairan; karena
itu, sering kali diuretik diberi bersama antihipertensi.
2. Simpatolitik (menekan simpatetik)
Penghambat (adrenergik bekerja di sentral simpatolitik), penghambat adrenergik alfa,
dan

penghambat

adrenergik

beta,

juga

dianggap

sebagai

simpatolitik

dan

menghambat reseptor beta.


3. Vasodilator arteriol yang berkerja langsung
Vasodilator yang bekerja langsung adalah obat tahap III yang bekerja merelaksasikan
otot-otot polos pembuluh darah, terutama arteri, sehingga menyebabkan vasodilatasi.
Dengan terjadinya vasodilatasi, tekanan darah akan turun dan natrium serta air
tertahan sehingga terjadi edema perifer.
4. Antagonis angiotensin (ACE inhibitor)
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEi) menghambat secara kompetitif
pembentukan angiotensin II dari prekursor angiotensin I yang inaktif, yang terdapat
pada darah, pembuluh darah, ginjal, jantung, kelenjar adrenal dan otak. Angiotensin II
merupakan vasokonstriktor kuat yang memacu penglepasan aldosteron dan aktivitas
simpatis sentral dan perifer. Penghambatan pembentukan angiotensin II ini akan
menurunkan tekanan darah. Jika sistem angiotensinreninaldosteron teraktivasi
(misalnya pada keadaan penurunan sodium, atau pada terapi diuretik) efek
antihipertensi ACEi akan lebih besar.
5. Penghambat saluran kalsium (blocker calcium antagonis)
Blokir jalur kalsium akan memperlambat gerakan kalsium ke dalam sel-sel pembuluh
darah jantung dan darah, karena kalsium menyebabkan kontraksi jantung kuat, maka
obat ini mudah membuat kontraksi jantung dan mengendurkan pembuluh darah.

34

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA RW 05 KELURAHAN WONOKOYO
Asuhan keperawatan pada agregat lansia di RW 05 Kelurahan Wonokoyo dilakukan
dalam beberapa tahap asuhan keperawatan meliputi pengkajian awal dan penetapan
agregat asuhan, pembuatan instrumen, penetapan masalah agregat, pemprioritasan
masalah, perencanaan kegiatan, implementasi dan evaluasi. Berikut ini kami sampaikan
hasil penerapan asuhan keperawatan pada lansia di RW 05 Kelurahan Wonokoyo.
3.1 PENGKAJIAN
Demografi wilayah
Kelurahan wonokoyo RW 5 terletak di kecamatan kedungkandang kota malang, di RW 5
tersebut terdiri dari 3 RT. Kelurahan wonokoyo RW 5 sebagian besar areanya terdiri dari
ladang, dan pekebunan. Wilayah ini termasuk daerah dataran tinggi juga di kelilingi
pegunungan dan bukit-bukit. berdasarkan data survei sebagian besar masyarakat bertani,
masyarakat mayoritas beragama islam dan untuk berkomunikasi sehari-hari menggunakan
bahasa madura.
Data pengkajian kelompok lansia
Lansia di RW 5 di kelurahan wonokoyo ada 23 lansia yang terdiri dari 3 RT. RT 1 terdiri dari
6 lansia , RT 2 dari 13 lansia dan RT 3 terdiri dari 4 lansia.
Dibentuk tabel saja
RT

Jumlah

Lansia

berdasarkan Lansia berdasarkan usia

lansia

jenis kelamin
Laki laki Perempuan

45-56

dst

(lansia
awal)

Posyandu lansia di RW 5 wonokoyo


posyandu lansia biasanya diadakan 1 bulan sekali, pada minggu pertama awal bulan. Setiap
hari selasa. Kader lansia yang berada di RW 5 terdiri dari 5 kader lansia. Yang memiliki
tugas masing-masing. Sebelum diadakannya posyandu lansia kader memberitahu lansia
bahwa besok akan di adakan posyandu. Kegiatan posyandu biasanya terdiri dari

35

pemeriksaan kesehatan, dan pemberian obat-obatan oleh petugas kesehatan puskesmas


kedung kandang. Petugas biasanya terdiri dari dua orang.
Dari data wawancara kader didapatkan data bahwa . (lansia berkurang datangnya,
dst)
katagori lansia menurut DEPKES tahun 2009
lansia awal: 46 - 56
lansia akhir: 56 65
Manula: 65 keatas
Lansia awal
4

Lansia akhir
15

Manula
4

jumlah
23

Berdasarkan kategori yang telah di tentukan dapat diketahui bahwa warga yang
termasuk dalam lansia berjumlah 23 orang dari 3 RT yang telah di survey oleh karena itu
kami mengambil responden dengan teknik total sampling.
Data Umum
a.

Alamat

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa dari 23 lansia, 13 orang (57%) dari RT 2, 6
b.

orang (26%) dari RT 1, dan 4 (17%) dari RT 3


Jenis kelamin

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa 23 lansia sebanyak 18 orang (78%)


berjenis kelamin perempuan, dan sebanyak 5 (22%) orang berjenis kelamin laki-laki
c. Pekerjaan

36

Berdasarka data pekerjaan diatas dietahui bahwa dari 23 lansia 15 orang (65%)
petani, 7 (31%) ribu rumah tangga dan 1 orang (4%) kuli bangunan
d. Pendidikan

Berdasarkan data di atas di ketahui bahwa dari 23 orang lansia tidak sekolah
e. Minum kopi

Berdasarkan data di atas di ketahui bahwa dari 23 orang lansia, 11 orang (46%) minum kopi
dan 12 (54%) tidak minum kopi
f.

Merokok

Berdasarkan data di atas di ketahui bahwa dari 23 orang lansia, 8 orang (35%) lansia
merokok, dan 15 orang (60%) lansia tidak merokok
g. Sedang mengkonsumsi obat
37

Berdasarkan data di atas di ketahui bahwa dari 23 orang lansia, 11 orang (48%)
lansia tidak sedang mengkonsumsi obat, 11 orang (48%) lansia mengkonsumsi obat,
dan 1 orang (4%) lansia engkonsumsi obat alternatif
h. Gejala atau penyakit yang diderita

Berdasarkan data di atas di ketahui bahwa dari 23 orang lansia, 12 orang (52%)
nyeri sendi kaki, 8 orang (35%) hipertensi, 1 orang (5%) diabetes mellitus, 1 orang (4%)
batuk sesak nafas, 1 oranga (4%) gangguan penglihatan.
Data Khusus
a. Asam urat
Gejala yang dirasakan

Ya

tidak

Bengkak

71%

29%

Kulit terasa Paas

58%

42%
38

Susah Tidur

67%

37%

Resiko jatuh

25%

75%

Skala nyeri

Berdasarkan data di atas di ketahui bahwa dari 12 orang lansia yang menderita
asam urat 5 orang(42%) mengalami nyeri sendi ringan, sedangkan 5 orang (41%)
mengalami nyeri sedang. 2 orang (17%) mengalami nyeri berat
b. Hipertensi
Gejala yang dirasakan

Ya

Tidak

Sakit kepala

75%

25%

Susah tidur

37%

65%

Telinga berdengung

65%

35%

Kaku leher

33%

67%

Pengkihatan kabur

75%

25%

Cepat lelah

37%

63%

palpitasi
Riwayat HT

100%
29%

71%

Riwayat perdarahan saat


HT

100%

Memiliki penyakit ginjal


karena HT

100%

Mual saat Hipertensi

100%

Memiliki penyakit jantung

100%

Riwayat stroke

25%

75%

39

Riwayat keluarga
meninggal krena HT
Cepat lelah

100%
37%

63%

WEB OF CAUTION
WEB of Caution (WOC) Kesehatan Lansia Di RW 5 Kelurahan Wonokoyo
23 orang
lansia
Sebanyak 100 % Lansia
tidak sekolah
Tingkat pendidikan
rendah terkait
kesehatan
Perilaku kesehatan
cenderung beresiko
Nyeri
kronis
Resiko
Jatuh

Taraf pendidikan lansia di desa wonokoyo rw


5 rendah
Sebanyak 65% lansia mengatakan sering
merokok dan 52% minum kopi
Sebanyak 12 orang (52%) nyeri sendi kaki, 8
orang (35%) hipertensi, 1 orang (5%) diabetes
mellitus, 1 orang (4%) batuk sesak nafas, 1
oranga (4%) gangguan penglihatan.

Sebanyak 12 orang lansia yang menderita

asam urat. 5 orang(42%) mengalami nyeri


sendi ringan, 5 orang (41%) mengalami nyeri
sedang. 2 orang (17%) mengalami nyeri
berat
40

ANALISA DATA
Dari identifikasi masalah tersebut, maka analisa datanya yaitu :
No.
1

Analisa Data
DS :
a. Kader mengatakan masih
penyuluhan kesehatan yang
di adakan di RW 5 wonokoyo
b. Tingkat pendidikan lansia di

Etiologi
Lansia

dengan

pendidikan

Masalah
taraf Perilaku kesehatan
rendah cenderung beresiko

kurangnnya pemahaman b.d

gagal

kesehatan minum kopi, melakukan tindakan


merokokketidakoptimala

mencegah masalah

sehingga tingkat kesadaran

n pemeliharaan kesehatan kesehatan ditandai


kurang
bagi lansi perilaku dengan

kesehatan masyarakat di san

cenderung beresiko

wonokoyo rw 5 rendah

rendah
c. Kader mengatakan semakin

pemahaman, status
ekonomi

rendah,

merokok

lama lansia yang datang ke

41

posyandu semakin sedikit


d. Kader mengatakan bahwa
lansia di desa wonokoyo rw 5
jarang kontrol ke puskesmas
DO :
a. 40% lansia merokok
b. 46% lansia sering minum
kopi
DS :

Lansia linu-linu pada Nyeri kronis

a. Beberapa lansia mengatakan linulinu


b. Lansia mengatakan mengalami
perubahan siklus tidur dan

sendi
terhambat
terganggu

aktivitas

pola

tidur

respon

inflamasi nyeri kronis

perubahan aktivitas
c. Lansia mengatakan sering lelah
DO :
a. Sebanyak 8 orang lansia yang
menderita asam urat 36%
mengalami nyeri sendi ringan,
sedangkan 28% mengalami nyeri
sendi berat.
b. Usia >5tahun

Adapun prioritas diagnosanya adalah :


1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d gagal melakukan tindakan mencegah
masalah kesehatan ditandai dengan kurang pemahaman, status ekonomi rendah,
merokok
2. Nyeri kronis b.d usia lebih dari 50 tahun

42

43

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No

tgl

Dx
Keperawatan

3-12017

Perilaku
kesehatan
cenderung
beresiko b.d
gagal
melakukan
tindakan
mencegah
masalah
kesehatan
ditandai
dengan
kurang
pemahaman,
status
ekonomi
rendah,
merokok

Tujuan

Kriteria Hasil

Intervensi

NOC: Perilaku Berhenti Merokok

NIC: Bantuan Penghentian


Merokok

No. Indikator

1. Catat status merokok


saat ini dan riwayat
merokok

Mengekspresikan
keinginan untuk berhenti
merokok

Mengidentifikasi
konsekuensi negatif dari
penggunaan rokok

Mengidentifikasi
hambatan untuk berhenti
merokok

Menyesuaikan strategi
berhenti merokok sesuai
ketentuan

4. Bantu pasien untuk


termotivasi dalam rangka
tinggalkan rokok

Berhenti merokok

Komitmen tanpa rokok

5. Bantu memilih metode


terbaik untuk berhenti
merokok ketika pasien
siap

2. Tentukan kesiapan pasien


untuk belajar berhenti
merokok
3. Bantu identifikasi alasan
untuk berhenti dan
hambatan untuk berhenti

6. Sarankan untuk
menghindari tembakau

NOC: Perilaku Patuh : Diet yang Disarankan


No. Indikator

44

Menggunakan informasi
gizi pada label untuk
menentukan pilihan

Memilih porsi sesuai


dengan diet yang
ditentukan

Memakan makanan yang


sesuai dengan diet yang
ditentukan

NIC: Pengajaran: Proses


Penyakit

Memilih makanan dan


cairan yang sesuai
dengan diet yang
disarankan

1. Kaji tingkat pengetahuan


pasien terkait dengan
proses penyakit yang
spesifik
2. Review pengetahuan
pasien mengenai
kondisinya
3. Kenali mengenai pasien
mengenai kondisinya
4. Jelaskan mengenai
proses penyakit
mengenai kebutuhan

Meminum minuman yang


sesuai dengan diet yang
ditentukan

5. Berikan informasi
mengenai kondisinya

Menghindari makanan
dan minuman yang tidak
diperbolehkan dalam diet

6. Identifikasi perubahan
mengenai kondisi fisik
pasien

Mengikuti rekomendasi
untuk jumlah makanan
per hari

7. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
dibutuhkan untuk
mencegah komplikasi di
masa depan

NOC: Perilaku Promosi Kesehatan


No. Indikator

8. Edukasi pasien mengenai


45

Menggunakan perilaku
yang menghindari resiko

Keseimbangan aktivitas
dan istirahat

Mempertahankan tidur
yang adekuat

Memperoleh pemeriksaan
rutin

Menghindari penggunaan
tembakau

Mengikuti diet sehat

tindakan untuk
mengontrol meminimalisir
gejala
9. Eksplorasi sumbersumber dukungan yang
ada
10. Edukasi mengenai tanda
gejala yang harus
dilaporkan kepada tenaga
kesehatan
11. Perkuat informasi yang
diberikan oleh tim
kesehatan yang lain

NIC: Pendidikan Kesehatan


1. Tagetkan pada sasaran
yang beresiko tinggi dan
rentan usia yang akan
mendapatkan manfaat
besar dari pendidikan
kesehatan
2. Identifikasi faktor
internal/eksternal yang
dapat meningkatkan atau
mengurangi motivasi

46

untuk berprilaku sehat


3. Tentukan pengetahuan
kesehatan dan gaya
hidup prilaku saat ini pada
individu, keluarga atau
kelompok sasaran
4. Kembangkan materi
pendidikan tertulis yang
tersedia dan sesuai
audien sasaran
5. Tekankan pentingya pola
makan yang sehat tidur,
berolahraga dan lain-lain
bagi individu, keluarga
dan kelompok

47

3-12017

Nyeri

kronis

b.d usia lebih


dari 50 tahun

NOC: Kontrol Nyeri


No. Indikator
1

Mengenali kapan nyeri


terjadi

Menggambarkan faktor
penyebab nyeri

Menggunakan tindakan
pencegahan nyeri

Menggunakan tindakan
pengurangan tanpa
analgesik

Menggunakan analgesik
yang dianjurkan

Melaporkan nyeri yang


terkontrol

NIC: Akupresur
1

2. Tentukan jenis akupresur


yang dapat diaplikasikan
3. Untuk penanganan
terhadap individu tertentu
4. Tentukan hasil yang
diharapkan
5. Ruju pada buku teks
akupresur untuk dapat
menyesuaikan etiologi,
lokasi dan gejal pada titik
tekan yang tepat setelah
pelatihan tingkat lanjut
mengenai teknik
akupresur

NOC: Kepuasan Klien: Manajemen Nyeri


No. Indikator
1

Nyeri terkontrol

Tingkat nyeri dipantau


secara reguler

Mengambil tindakan

1. Tentukan tingkat
kenyamanan psikologis
individu dengan
melakukan sentuhan

6. Tentukan titik tekan untuk


menstimulasi, tergantung
hasil yang diharapkan
7. Jelaskan pada individu
bahwa akan mencari area
yang lunak

48

untuk mengurangi nyeri


4

Memberikan pilihan
pilihan untuk
memanajemen nyeri

Memberikan informasi
tentang pembatasan
aktivitas

Informasi disediakan
untuk mengurangi nyeri

8. Priksa secara mendalam


dengan ibu jari atau buku
jari untuk area yang
memiliki sensitifitas
tekanan yang tinggi pada
lokasi umum dari area
titik tekan
9. Rekomendasikan teknik
relaksasi profresif dan
atau latihan peregangan
10. Ajarkan keluarga untuk
bisa melakukan
penanganan akupresur
11. Dokumentasikan tindakan
dan respon individu
terhadap akupresur
NIC: Menejemen nyeri
1. Lakukan pengajian
komprehensif yang
meliputi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus
2. Gunakan komunikasi
terapi terapeutik untuk
mengetahui pengalamn
49

nyeri.
3. Gali pengetahuan dan
kepercayaan pasien
mengenai nyeri
4. Tentukan akibat dari
pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup
pasien (tidur, nafsu
makan, perasaan,
kenyamanan, performa
kerja)
5. Gali bersama pasien
faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri
6. Ajarkan prinsip-prinsip
menejemen nyeri
7. Ajarkan penggunaan
tehnik non farmakologi
(hipnosis, relaksasi,
musik, akupresur,
kompres hangat/dingin)
8. Lakukan kompres
hangat/dingin pada area
nyeri

50

51

1.7 Plan Of Action (POA)


No
1

Kegiatan (Strategi)

Tujuan

Sasaran

Memberikan pendidikan

Meningkatkan

Lansia

kesehatan terkait konsep

pengetahuan

hipertensi kepada lansia

lansia

Bentuk

Waktu/Tempat

Media

Ceramah

Rabu, 27

Leaflet

dan Tanya

Januari 2015

Kegiatan

Jawab

mengenai

Penanggung
Jawab

Pendanaan

Semua

Swadaya

mahasiswa

kelompok

Semua

Swadaya

mahasiswa

kelompok

Kantor
Kelurahan

hipertensi

Tulusrejo

Rabu, 3 Februari
2016 di
Posyandu

Leaflet

Lansia RW 3
Tulusrejo
2

Meningkatkan keterampilan

Meningkatkan

Kader

Pelatihan,

Rabu,27 Januari

Handout,

Semua

Swadaya

kader dengan memberikan

kemampuan

Role play,

2016

Buku

mahasiswa

kelompok

pelatihan penggunaan alat-

dan

Diskusi dan

alat posyandu (mengukur

keterampilan

Tanya jawab

tekanan darah) serta

dalam

pendokumentasian

penggunaan

menggunakan KMS

alat-alat

Posyandu Balita
RW 3 Tulusrejo

saku,
Alkes,
KMS

posyandu
52

serta
pendokumentasian
menggunakan
KMS

Posyandu

Launching Posyandu Lansia


RW 3 Tulusrejo

Kader

lansia
Rabu,3 Februari
2016
Rumah Bu

Alkes,

Semua

Swadaya

KMS,

mahasiswa

masyarakat

Timbanga

dan kader

n berat

posyandu

badan

Rustamaji

Home visite ke lansia binaan

Meningkatkan

dan lansia resume

kesiapan
lansia dalam

Lansia

Praktik

Selasa-Sabtu,

Booklet,

Semua

Swadaya

relaksasi

26-30 Januari

alkes

mahasiswa

kelompok

otot

2016

meningkatkan

progresif,

manajemen

ceramah,

Rumah lnsia
yang
53

kesehatan diri

diskusi,

bersangkutan

Tanya jawab

54

1.7.1 5M Gerontologi
a. Man
Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk
masyarakat,

yang

bertugas

membantu

kelancaran

pelayanan

kesehatan.

Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Padahal


ada beberapa macam kader bisa dibentuk sesuai dengan keperluan menggerakkan
partisipasi masyarakat atau sasarannya dalam program pelayanan kesehatan tetapi
kader posyandu lansia belum terbentuk, oleh karena itu direncanakan akan di
lakukan perekrutan saat ada perkumpulan PKK dengan cara suka rela akan tetapi
jika tidak ada yang suka rela menawarkan diri maka akan di tunjuk orang sebanyak
sekitar 12 orang secara acak oleh PJ pokja.
b. Money
Dana sangat diperlukan untuk membentuk dan mengembangkan posyandu lansia
serta untuk menjalankan posyandu lansia. Sumber pendanaan di RW 3 adalah dari
iuran warga per bulan sebanyak Rp.100.000 dan juga dari sumbangan suka rela dari
warga setempat.
c. Market
Menurut wawancara yang di lakukan kepada ketua RW 3 di dapatkan jumlah lansia
sebanyak kurang lebih 50 orang dengan menggunakan rumus slovin didapatkan
sample sebanyak 45 orang dengan demikian jumlah warga yang akan di berikan
quisoner untuk mengetahuai keadaan umum warga yaitu sebanyak 45 orang yang di
pilih secara acak. Promosi kepada lansia untuk datang ke posyandu lansia dapat di
lakukan dengan membuat pengumuman pada saat perkumpulan PKK, pada saat
pengajian, pada saat tahlilan dll serta dapat pula secara langsung mengajak lansia
untuk datang ke posyandu lansia tersebut.
d. Method
Posyandu lansia / kelompok usia lanjut adalah merupakan suatu bentuk pelayanan
kesehatan bersumber daya masyarakat atau /UKBM yang dibentuk oleh masyarakat
berdasarkan inisiatif dan kebutuhan itu sendiri khususnya pada penduduk usia lanjut.
Pengertian usia lanjut adalah mereka yang telah berusia 60 tahun keatas.
e. Material
Sarana dan prasarana pendukung yang diperlukan dalam kegiatan posyandu lansia
ini yaitu Meja, timbangan, alat tulis, pengukur tinggi badan, Stetoschope,
Sphygmomanometer, KMS , Obat-obatan Sederhana. Sementara alat untuk
posyandu hanya tersedia 1 buah tensi digital sedangkan yang lain belum tersedia.
Untuk itu kader perlu bekerja sama dengan puskesmas untuk menyiapkan alat-alat
tersebut karena tanpa alat-alat tersebut posyandu lansia tidak dapat berjalan.
55

IMPLEMENTASI
No.Dx
1.

Nama Kegiatan
Pelatihan KMS

Tanggal
Jumat 30

kepada kader

Desember

lansia

1,2

2016

Pelatihan kader

Sabtu, 31

lansia tentang

Desember

pengertian,

Implementasi
a. Menjelaskan tujuan pengisian KMS
b. Menjelaskan manfaat tujuan KMS
c. Mengajarkan menghitung IMT

2016

urat, resiko jatuh, sesak nafas, nutrisi gastritis, OA


b. Peserta memahami penyebab hipertensi, BPH,
gastritis, OA
c. Peserta memahami tanda dan gejala hipertensi,

dan gejala,
penatalaksanaan

BPH, asam urat, resiko jatuh, sesak nafas, nutrisi

non farmakologi

gastritis, OA Peserta memahami pencegahan dan

dan farmokologi,

penatalaksanaan farmokologi dan non farmakologi

tentang penyakit

hipertensi, BPH, asam urat, resiko jatuh, sesak

yang sering

nafas, nutrisi gastritis, OA


d. Peserta memahami komplikasi hipertensi, BPH,

dialami oleh
lansia

kader

dengan

pelatihan KMS
O: kader mengerti dengan tujuan ,manfaat,

dan IMT
A: P:kader bisa mengisi KMS secara mandiri
a. Peserta memahami definsi hipertensi, BPH, asam S: Kader mengatakan memahami tentang

asam urat, resiko jatuh, sesak nafas, nutrisi

penyebab, tanda

S:

Evaluasi
mengatakan senang

pengertian, penyebab, tanda dan gejala,


penatalaksanaan

non

farmakologi

dan

farmokologi, tentang penyakit yang sering


dialami oleh lansia
O: kader sangat antusias dengan pelatihan
tentang pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, penatalaksanaan non farmakologi
dan farmokologi, tentang penyakit yang
sering dialami oleh lansia
A: maslah teratasi
P: Kader bisa memberikan penyuluhan

asam urat, resiko jatuh, sesak nafas, nutrisi pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
gastritis, OA

penatalaksanaan

non

farmakologi

dan

farmokologi, tentang penyakit yang sering


dialami oleh lansia, secara mandiri
1,2

Home visite

Selasa-

pada 24 lansia

Sabtu,

a. Menjelaskan tujuan pertemuan


b. Menetapkan kontrak waktu

S: sebagian besar lansia mengatakan


nyeri di area persendian kaki dan
56

binaan

20-31
Desember
2016

c. Menanyakan

keluhan

yang

dirasakan

(pengkajian)
d. Menentukan masalah keperawatan
e. Memberikan
penyuluhan
tentang

klien

mengeluh pusing berkurang


O:

konsep

klien

koopieratif

dan

tampak

antusiaus
A: masalah teratasi
P:intervensi di lanjutkan oleh kader

hipertensi dan asam urat, meliputi definisi, etiologi,


tanda gejala, penatalaksanaan, pencegahan dan
f.

komplikasi hipertensi.
Menjelaskan kepada lansia tentang nutrisi untuk

penderita hipertensi dan diet Asam Urat


g. Memberkan pendidikan kesehatan

tentang

relaksasi otot progresif, meliputi definisi, manfaat


dan indikasi.
h. Mengajarkan lansia cara melakukan relaksasi otot
i.

progresif dan ROM.


Memotivasi lansia untuk menerapkan pola hidup
sehat melalui manajemen diet, relaksasi otot

progresif dan ROM.


j. Monitoring latihan otot progresif dan ROM.
k. Mengevaluasi penerapan diet DASH, relaksasi

2.

Pemberian
pelatihan
mengurangi
nyeri dan
menurunkan

Selasa, 3
januari 2017

otot progresif dan ROM.


l. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
m. Melakukan terminasi
a. Menjelaskan tujuan pertemuan tentang pemberian
pelatihan mengurangi nyeri (kompres hangat) dan
menurunkan tekanan darah (taichong)
b. Mengkaji tingkat nyeri dan tekanan darah lansia di
Posyandu
c. Memberikan pelatihan tentang kompres hangat

S:
-

pasien mengatakan bahwa nyeri

yang di rasakannnya berkurang


Pasien mengatakan mengerti manfaat
dari akupresure taichong dan kompres
hangat
57

tekanan darah

untuk mengurangi nyeri dan akupresur taichong


untuk menurunkan tekanan darah
d. Diskusi tanya jawab dengan warga tentang
pelatihan yang telah diberikan
e. Melakukan terminasi kepada yang menghadiri

O:
-

Pasien tampak kooperatif


Tekanan darah pasien menurun rata-

rata 10mmHg
Skala nyeri berkurang 2 tingkat dari

awal
A: Masalah teratasi sebagian
P
Kompres hangat bisa
-

dilakukan

secara mandiri oleh klien


Kader dapat membantu klien untuk
melakukan

kompres

hangat

dan

akupresur

58

Evaluasi Sumatif
a. Pelatihan KMS kepada kader lansia
Berdasarkan hasil evaluasi, kader yang mengikuti pelatihan mengenai KMS
sebanyak 5 orang. Kader tampak sangat antusias mengikuti kegiatan pelatihan KMS.
Hal ini dapat dilihat dari 5 orang kader yang aktif bertanya saat sesi tanya jawab dan
diskusi dibuka. Kader mengatakan senang mendapatkan pelatihan ini. Melalui
pelatihan ini pula kader lansia menyatakan bahwa mereka mendapatkan banyak
pengetahuan mengenai pengisian KMS.
b. Penyuluhan Tentang Penyakit yang sering muncul pada lansia
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap kader lansia terdapat 2 orang kader yang
datang dari 5 kader yang menjadi kader posyandu lansia. Para kader posyandu
lansia sangat antusias mengikuti penyuluhan tentang penyakit tersebut. Dari 2 kader
posyandu lansia yang hadir , kedua kader tersebut dapat mengerti tentang penyakit
tersebut. Para kader posyandu mengatakan kegiatan penyuluhan kader ini sangat
bermanfaat untuk menabah pengetahuan mereka tentang penyakit yang sering
muncul pada lansia dan bisa mengajar pada lansia di desa mereka
c. Home Visite Pada Lansia Binaan
Berdasarkan evaluasi pada tingkat perilaku kesehatan cenderung beresiko
yang di lakukan pada 23 lansia binaan, diperoleh hasil tingkat perilaku beresiko klien
cenderung menurun terait hipertensi dan asam urat.
Sedangkat untuk evaluasi penerapan relaksasi otot progresif,ROM, diit
hipertensi dan asam urat yang telah dilakukan selama 2 kali dalam kurun waktu 2
hari diperoleh hasil bahwa dapat penurunan tekanan darah sebanyak 10 mmHg dan
nyeri berkurang.
Pada penerapan intervensi kompres hangat dan akkupressure taichong pada
lansia untuk mengurangi nyeri sendi dan penurunan hipertensi yang di lakukan
selama 1 hari di peroleh hasil terjadi penurunan rata-rata skal nyeri sebesar 2 dan
hipertensi 10mmHg.

59

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Akupressure taichong
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada 8 klien terkait pemberian terapi akkupressure
terhadap penurunan tekanan darah. Dari hasil penelitian tersebut responden mengalami
penurunan rata-rata 10 mmHg. Hal di dukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan di
rumah sakit Taiwan pada bulan Agustus 2012 hingga januari 2013 yang menunjukan bahwa
akupresur taichong dapat menurunkan tekanan darah. Penelitian tersebut menunjukan
bahwa tekanan sistole menurun 14,6 dan diastole 3,6. Selain itu penelitian yang dilakukan
zheng dkk 2014 menunjukan perbedaan kelompok antara yang diberi intervensi akupresur
dan yang tidak. Sehingga penurunan tekanan darah dapat significan.
4.2 Kompres hangat
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada 6 klien terkait kompres hangat terhadap
penurunan skala nyeri. Dari hasil penelitian tersebut responden mengalami penurunan nyeri
sebanyak 2 skala. Hal di dukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan Chandra (2015)
yang menunjukan penurunan nyeri sendi secara signifikan baik pada kelompok kontrol
maupun intervensi, tetapi pada kelompok intervensi penurunan nyeri sendi lebih
besar dibandingkan

kelompok

kontrol.

Kompres

hangat

merupakan

salah

satu

terapi modalitas dalam intervensi keperawatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
rasa nyaman pada lansia dengan nyeri sendi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan signifikan setelah
diberikan

kompres

hangat

terhadap

nyeri

sendi

lansia

(60-74

tahun).

Pada

neuromuscular terapi panas meningkatkan ambang nyeri dan meningkatkan kecepatan


konduksi saraf. Pada sendi dan jaringan ikat dapat meningkatkan ekstensibilitas tendon
dan menurunkan kekauan sendi. Hasil penelitian tersebut membuktikan kompres hangat
dapat mengurangi nyeri sendi dalam menurunkan skala nyeri sendi pada lansia.
Kompres hangat pada penderita nyeri sendi berfungsi untuk mengatasi atau mengurangi
nyeri yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah sehingga panas dapat meredakan
iskemia dengan menurunkan kontraksi otot dan melancarkan pembuluh darah sehingga
dapat meredakan nyeri dengan mengurangi ketegangan serta meningkatkan aliran darah
di daerah persendian dengan menurunkan viskositas cairan sinovial dan meningkatkan
distensibilitas jaringan. (Ropyanto,2015)

60

RTL (Rencana Tindak Lanjut)


no

Kegiatan

Penyuluhan

Tanggal

PJ

kesehatan

terhadap 10 Januari 2017

Ketua Kader

kesehatan

terhadap 7 Februari 2017

Ketua kader

sesama kader
2

Penyluhan

lansia yang ada di desa Wonokoyo

BAB V
61

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Hipertensi dan asam urat merupakan penyakit kronis yang memerlukan pengobatan
terus-menerus sehingga diperlukan dukungan dari berbagai pihak, yaitu:
o Keluarga untuk menjadi pengawas minum obat dan mengingatkan klien untuk
o

latihan relaksasi otot progresif dan ROM.


Kader posyandu untuk memotivasi lansia agar rutin mengontrol tekanan darah

dan asam urat di posyandu lansia.


Petugas Puskesmas dalam mendampingi dan memberikan pelatihan untuk
meningkatkan

ketrampilan

dan

pengetahuan

kader

terkait

pelaksanaan

posyandu lansia.
Hipertensi dan asam urat dapat terkontrol jika ada kemauan dari lansia sendiri untuk
rutin melakukan pola hidup sehat.
5.2 Saran
Posyandu Lansia diharapkan menjadi media pemantauan dan pemeliharaan

kesehatan diri lansia


Lansia diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan Posyandu Lansia di RW.

05 Kelurahan Wonokoyo
Kader senantiasa mengasah ketrampilan diri dalam perannya sebagai kader

Posyandu Lansia.
Kader dapat meningkatkan publikasi untuk memotivasi lansia untuk lebih aktif

menghadiri kegiatan Posyandu Lansia.


Kader dapat menerapkan pendokumentasian menggunakan KMS lansia yang sudah

diajarkan
Kader dapat menjalin hubungan aktif dengan lintas sector khususnya Puskesmas

dan perangkat desa untuk mengoptimalkan keberadaan Posyandu Lansia.


Puskesmas dapat melakukan pembinaan secara berkala bagi para kader untuk
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor dalam kaitannya dengan

tugas dan perannya sebagai kader Posyandu Lansia.


Puskesmas dapat memberikan informasi kesehatan melalui penyuluhan kesehatan
dengan topik-topik khusus yang berbeda pada setiap kegiatan Posyandu bagi lansia
yang mengunjungi Posyandu Lansia.

62

Você também pode gostar