Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lanjut Usia merupakan manusia yang mengalami perubahan fisik dan psikologis
tertentu (Hutapea, 2011). Menurut World Health Organization (WHO), yang dimaksud
dengan lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang berumur 60-74 tahun, sedangkan
lansia tua adalah seseorang yang berumur 75-90 tahun, dan lansia sangat tua
berumur >90 tahun. Menurut Undang-Undang No 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia menetapkan, bahwa batasan umur lansia di Indonesia adalah 60 tahun ke atas
(Depsos RI, 2004). Dari berbagai definisi yang telah disebutkan, lansia dapat didefinisikan
sebagai manusia yang mengalami perubahan fisik dan psikologis akibat degeneratif yang
berusia lebih dari 60 tahun.
Penggolongan lansia menurut WHO meliputi middle age (45-59 tahun), elderly (6074 tahun), old (75-90 tahun), very old (di atas 90 tahun) (Nugroho, 2000). Peningkatan usia
harapan hidup berdampak terhadap peningkatan jumlah lansia yaitu usia 60 tahun ke atas
(Depkes RI, 2003). Pada tahun 2006 terdapat 19 juta jiwa lansia dengan usia harapan hidup
66,2 tahun, pada tahun 2009 terdapat 19.32 juta jiwa (8.37% dari total penduduk).
Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lansia mencapai 29 juta jiwa dengan usia harapan
hidup mencapai 71.1 tahun (Depsos RI, 2009). Biro Pusat Statistik (BPS) (2010) melaporkan
lanjut usia di DKI pada tahun 2009 berjumlah 693.465 jiwa (7.0% dari total penduduk). Di
Jakarta Utara pada tahun 2010 jumlah lanjut usia presentasinya 297.749 jiwa (24.7% dari
total penduduk) (Badan Pusat Statistik, 2010).
Dari Pusat data dan Informasi Kemenkes RI (2013) didapatkan setengah jumlah
lansia di dunia (400 juta jiwa) berada di Asia dan lebih tinggi pada negara yang sedang
berkembang daripada negara maju. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga
akan mengalami ledakan jumlah penduduk lansia, kelompok umur 0-14 dan 15-49
berdasarkan proyeksi 2010-2035 akan menurun. Sedangkan kelompok umur lansia (50-64
dan >65) berdasarkan proyeksi 2010-2035 terus meningkat. Sedangkan provinsi Jawa Timur
untuk kelompok umur >60 menduduki peringkat ke-2 dengan presentase (10,40%).
Kelompok lansia adalah kelompok paling rentan dan juga berisiko tinggi
dalam hal status kesehatan (Narapureddy, 2012). Proses penuaan menyebabkan beberapa
penurunan fungsi organ dan sistem organ yang mengarah pada peningkatan risiko
menderita beberapa penyakit. Penyakit atau gangguan yang menonjol pada kelomok lansia
adalah: gangguan pembuluh darah (dari hipertensi sampai stroke), gangguan metabolik
1
(Diabetes Meletus), gangguan Persendian (arthritis, encok dan terjatuh) dan gangguan
psikososial (kurang penyesuaian diri dan merasa tidak efektif lagi) (Menurut Bustan, 2006).
Berdasarkan hasil susenas tahun 2012, angka kesakitan penduduk lansia tahun 2012
sebesar 26,93%, artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 27 orang diantaranya
mengalami sakit. Jenis keluhan yang paling tinggi adalah jenis keluhan yang merupakan
efek dari penyakit kronis seperti asam urat, darah tinggi, rematik, darah rendah dan diabetes
(32,99%). Kemudian jenis keluhan yang juga banyak dialami lansia adalah batuk (17,81%)
dan pilek (11,57%).
Masalah kesehatan lansia sangat bervariasi, selain erat kaitannya dengan
degenaratif (menua) juga secara progresif. Menua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, Dengan begitu manusia secara progresif
akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi
metabolic dan struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif (seperti hipertensi,
aterosklorosis, diabetes meletus dan kanker) yang akan menyebabkan manusia
menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatic seperti stroke, infark
miokard, koma asidotik, metasis kanker dan sebagainya) (Darmojo, 2006).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Hipertensi
merupakan penyakit pembunuh nomor satu yang diderita oleh beberapa masyarakat baik di
negara berkembang ataupun negara maju. Menurut data dari World Health Organization
(WHO) tahun 2013 penyakit jantung iskemik dan stroke termasuk dalam peringkat satu dan
dua dari 10 penyebab utama kematian di dunia yaitu menyebabkan 7 juta (11,2%) dan 6,2
juta (10,6%) orang meninggal setiap tahunnya. Berdasarkan seluruh data yang telah
dikumpulkan dari WHO, pada tahun 2015 diperkirakan kematian akibat penyakit jantung dan
pembuluh darah meningkat menjadi 20 juta jiwa, kemudian akan tetap meningkat sampai
tahun 2030, diperkirakan 23,6 juta penduduk akan meninggal akibat penyakit jantung dan
pembuluh darah (WHO, 2013).
Asam urat merupakan hasil metabolism di dalam tubuh yang kadar tidak boleh
berlebih, setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuhnya, karena setiap metabolism
normal akan dihasilkan asam urat sedangkan pemicunya adalah factor makanan dan
senyawa lain yang banyak mengandung purin. Purin ditemukan pada semua makanan yang
mengandung protein. Sangatlah tidak mungkin untuk menyingkirkan semua makanan yang
mengandung protein, mengingat fungsi utama protein sebagai zat pembangun untuk tubuh.
Oleh karena itu, makanan untuk penderita gout diatur menjadi diet rendah purin. Diet rendah
2
purin juga membatasi lemak, karena lemak cenderung membatasi pengeluaran asam urat.
Apabila penderita asam urat tidak melakukan diet rendah purin, maka akan terjadi
penumpukan Kristal asam urat pada sendi bahkan bisa pada ginjal yang dapat
menyebabkan batu ginjal (Damayanti, 2012).
Menurut Nugroho (2006), gerontik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
lanjut usia dengan segala permasalahannya, baik dalam keadaan sehat maupun
sakit. Menurut para ahli, istilah yang paling menggambarkan keperawatan pada lansIa
adalah gerontological nursing karena lebih menekankan kepeada kesehatan ketimbang
penyakit. Menurut Kozier (1987), keperawatan gerontik adalah praktek perawatan yang
berkaitan dengan penyakit pada proses menua. Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan
gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada
pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.
Puskesmas Kedungkandang merupakan pelayanan kesehatan masyarakat yang
terletak di Kecamatan Kedungkandang dan merupakan tonggak upaya kesehatan promotif
dan preventif terhadap penyakit yang banyak dijumpai di komunitas. Salah satu daerah yang
menjadi cakupan wilayah kerja Puskesmas Kedungkandang adalah RW 5 keluarahan
Wonokoyo. Oleh karena itu, pada kesempatan profesi ini, kelompok 21 mahasiswa profesi
PSIK Universitas Brawijaya berupaya untuk memberikan asuhan atau kelolaan pada agregat
lansia dengan hipertensi dan asam urat di wilayah RW 5 kelurahan Wonokoyo dengan
harapan akan meningkatkan kualitas penatalaksanaan hipertensi dan asam urat serta
pencegahan terhadap komplikasi hipertensi dan asam urat.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan pada agregat lansia dengan di RW 5 kelurahan
Wonokoyo.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Membina hubungan dan bekerjasama dengan ketua RW, RT, kader dan
lansia yang ada di RW.5 Kelurahan Wonokoyo
b. Melakukan pengkajian pada 23 lansia di RW.5 Kelurahan Wonokoyo
c. Melakukan asuhan keperawatan melalui pendidikan kesehatan, latihan
akupresur dan kompres hangat pada lansia dengan hipertensi dan asam urat
di RW.5 Kelurahan Wonokoyo
d. Melakukan evaluasi pada pasien dengan hipertensi dan asam urat di RW.5
Kelurahan Wonokoyo
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi masyarakat
Lansia dan keluarganya yang berada di RW.5 Kelurahan Wonokoyomendapatkan
1.3.2
Universitas
Brawijaya
ini,
diharapkan
Puskesmas
dapat
laporan ini
Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mendapat
pengalaman
dan
ilmu
tentang
penatalaksanaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SINDROM GERIATRIK
1. TEORI PENUAAN
A. Pengertian Penuaan (aging)
Definisi aging menurut A4M (American Academy of Anti-Aging Medicine) adalah
kelemahan dan kegagalan fisik-mental yang berhubungan dengan aging normal
disebabkan oleh disfungsi fisiologik, dalam banyak kasus dapat diubah dengan
intervensi kedokteran yang tepat. Websters New World Dictionary mendefinisikan aging sebagai proses menjadi tua atau menunjukkan tanda-tanda
menjadi tua. Kenyataannya aging dapat dibagi menjadi dua konsep yang
berbeda, yaitu : usia kronologis dan usia biologis. Pada saat merayakan hari
4
mengganggu
meningkatkan
pemakaian
energi
tubuh
untuk
meningkatkan
kekebalan.
d. Pemakaian obat-obat/jamu yang tidak terkontrol pemakaiannya sehingga
menyebabkan turunnya hormon tubuh secara langsung atau tidak
langsung
melalui
mekanisme
umpan
balik
(hormonal
feedback
mechanism).
e. Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit.
2) Faktor diet/makanan. Jumlah nutrisi yang cukup, jenis, dan kualitas makanan
yang tidak menggunakan pengawet, pewarna, perasa dari bahan kimia
terlarang. Zat beracun dalam makanan dapat menimbulkan kerusakan
berbagai organ tubuh, antara lain organ hati.
3) Faktor genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya. Tetapi
faktor genetik ternyata dapat berubah karena infeksi virus, radiasi, dan zat
racun dalam makanan/minuman/kulit yang diserap oleh tubuh.
4) Faktor psikis
Faktor stres ini ternyata mampu memacu proses apoptosis di berbagai
organ/jaringan tubuh.
5) Faktor organik
Secara umum, faktor organik adalah : rendahnya kebugaran/fitness, pola
makan kurang sehat, penurunan GH dan IGF-I, penurunan testosteron,
6
penurunan
melatonin
secara
konstan
setelah
usia
30
tahun
dan
dan rambut akan berkurang pigmentasinya dan terjadi pula gangguan tidur,
peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi dan stress,
perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone
(LH).
2. GERIATRIC SYNDROME
A. Pengertian Geriatric Syndrome
Sindrom geriatri adalah serangkaian kondisi klinis pada orang tua yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan dikaitkan dengan kecacatan.
Tampilan klinis yang tidak khas sering membuat sindrom geriatri tidak
terdiagnosis.
Sindrom
geriatri
meliputi
gangguan
kognitif,
depresi,
inkontinensia,
intervensi
non-farmakologis
kurang
dimanfaatkan
oleh
praktisi
kesehatan.
PENYEBAB
Insomnia dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: sementara (tidak lebih dari
beberapa malam), akut (kurang dari 3-4 minggu), dan kronis (lebih dari 3-4
minggu). Insomnia sementara atau akut biasanya terjadi pada orang yang
tidak memiliki riwayat gangguan tidur dan sering berhubungan dengan
penyebab yang dapat diidentifikasi. Insomnia akut: (penyakit medis akut,
rumah sakitan, perubahan pada lingkungan tidur, obat-obatan, jet lag, dan
7
stresor psikososial akut atau berulang). Insomnia kronis atau jangka panjang
dapat dikaitkan dengan berbagai dasar kondisi medis, perilaku, dan
lingkungan dan berbagai obat-obatan. Dibawah ini akan disebutkan beberapa
hal yang menyebabkan imsomnia penyebab insomnia kronis:
1. Gangguan irama sirkadian:
Sindrom fase tidur lanjut
Sindrom fase tidur terlambat
- Apnea tidur (obstruktif, pusat, atau campuran)
- Sindrom tungkai resah
- Gangguan gerak ekstremitas periodik (mioklonus malam)
- REM, gangguan perilaku
2. Penyakit Fisik:
Nyeri: artritis, nyeri muskuloskeletal, kondisi menyakitkan lainnya. Jantung
pembuluh darah: gagal jantung, sesak napas malam hari, angina malam
hari.
Paru: penyakit paru obstruktif kronik, rinitis alergi (sumbatan hidung)
Gastrointestinal: penyakit refluks gastroesofageal, penyakit tukak lambung,
sembelit, diare, pruritus ani
Kemih: kencing malam dan retensi, pengosongan kandung kemih tidak
lengkap, inkontinensia.
Sistem saraf pusat: strok, penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer,
gangguan kejang Psikiatri penyakit: kecemasan, depresi, psikosis,
demensia, delirium Pruritus Henti haid (semburat panas)
3. Perilaku: tidur siang, penggunaan tempat tidur dini, menggunakan tempat
tidur untuk aktivitas lain (misalnya, membaca dan menonton televisi),
makan berat, kurang olahraga, dan gaya hidup bermalasan.
4. Lingkungan: suara, cahaya dan gangguan lainnya, suhu ekstrim, tempat
tidur tak nyaman, dan kurangnya pajanan sinar matahari.
5. Pengobatan: Stimulan sistem saraf pusat: sympathomimetics, kafein,
nikotin, antidepresan, amfetamin, efedrin, fenilpropanolamin, fenitoin.
DAMPAK GANGGUAN TIDUR
Gejala
khas
gangguan
tidur
pada
usia
lanjut
termasuk
kesulitan
mempertahankan tidur, bangun awal pagi, dan ngantuk di siang hari yang
berlebihan. Secara
fisik dan
mental penderita
insomnia
bisa
menjadi
tidur, penderita insomnia menjadi lebih tegang, cemas, dan khawatir tentang
masalah kesehatan, kematian, kerja, dan pribadi.
PENDEKATAN INSOMNIA
Pendekatan ke Pasien Usia Lanjut dengan Insomnia
Riwayat tidur:
- Pastikan bahwa pasien insomnia
- Identifikasi gejala (awitan, lamanya, pola, dan keparahan)
- Evaluasi pola tidur / terjaga 24-jam
- Tinjau buku harian tidur 1 sampai 2-minggu
Wawancara mitra tidur
- Periksa riwayat keluarga gangguan tidur
- Identifikasi penyebab
Gangguan tidur primer
- Penyakit medis
- Penyakit kejiwaan
- Perilaku
- Lingkungan
- Pengobatan
Evaluasi dampak pribadi dan sosial dari gangguan tidur:
- Pemeriksaan fisik menyeluruh
- Penyelidikan laboratorium yang tepat
- Pengobatan
Rujuk ke spesialis tidur jika perlu
Dalam mengambil riwayat medis dan pengobatan umum, dokter harus
mengidentifikasi kondisi dan obat-obatan yang diketahui terkait dengan
tidur terganggu.
dan
atau
obstruksi
anatomis
dapat
pula
menyebabkan
meningkatnya
tekanan
disebabkan
oleh
melemahnya
otot
dasar
panggul,
10
fungsional
merupakan
keadaan
seseorang
yang
dengan fungsi saluran kemih bagian bawah yang utuh tetapi ada faktor
lain, seperti gangguan kognitif berat yang menyebabkan pasien sulit
untuk mengidentifikasi perlunya urinasi (misalnya, demensia Alzheimer)
atau gangguan fisik yang menyebabkan pasien sulit atau tidak mungkin
menjangkau toilet untuk melakukan urinasi
5. Inkontinensia Refleks
Inkontinensia
refleks
merupakan
keadaan
di
mana
seseorang
kontraksi
independen
dan
refleks
detrusor
karena
Intoleransi Aktivitas
Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi secara fisiologis atau
psikologis pada seseorang untuk bertahan atau menyelesaikan aktivitas
sehari-hari yang dibutuhkan atau diinginkan.
Batas Karakteristik
- Sacara verbal melaporkan keletihan atau kelemahan
- Denyut jantung atau tekanan darah yang tidak normal terhadap aktivitas
- Rasa tidak nyaman atau dispnea setelah beraktivitas
- Perubahan elektrokardiografis yang menunjukkan adanya disritmia atau
iskemia
Faktor-faktor yang berhubungan
- Tirah baring dan imobilitasi
- Kelemahan secara umum
- Gaya hidup yang kurang gerak
- Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan
Imobilitas
Merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara
bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (misalnya trauma
tulang belakang, cedera otak berat)
Jenis Imobilitas
1. Imobilitas fisik = pembatasan pergerakan fisik dengan tujuan mencegah
komplikasi
2. Imobilitas Intelektual = Keterbatasan daya pikir akibat kerusakan otak
3. Imobilitas
Emosional
pembatasan
emosional
karena
adanya
tingkat
energi,
mempertahankan
mobilitas
dan
dan
saling
mengikis
satu
sama
lain.
Pada
kondisi
11.
kualitas jaringan
tulang yang
dapat
menimbulkan
kerapuhan
tulang.
batas
penelitian
didapatkan
bahwa
osteomalasi
mungkin
15
merupakan penyebab fraktur leher femur (20-30)% pada wanita dan 40%
pada pria.
4. Penyakit Paget Tulang
Keadaan yang ditandai dengan adanya kombinasi antara peningkatan
reabsorpsi dan deposisi tulang, sebagai akibatnya dapat terjadi deformitas dan
fraktur tulang. Semua bagian tulang dapat terkena namun paling sering terjadi
pada tulang tengkorak, tulang panjang, pelvis, sacrum dan vertebrae.
Epidemiologi. Penyakit ini sering didapati pada lansia usia 60 tahun sekitar (24)%, pada usia >85 tahun sekitar 10%. Penyakit ini memiliki kecendrungan
bersifat herediter.
5. Osteosarcoma
Osteosarcoma adalah keganasan primer kedua yang umum dari tulang
belakang multiple myeloma. Osteosarcoma menyumbang 20% dari keganasan
tulang primer. Ada preferensi untuk wilayah metaphyseal tulang panjang tabung.
50% kasus terjadi di sekitar lutut. Penghubung jaringan tumor ganas pada
diferensiasi sel neoplastik osteoblastik dan bentuk tulang tumoral.
Osteosarcoma merupakan penyakit keganasan yang dapat dijumpai pada
lansia yang dikaitkan dengan patologi tulang yang mendasarinya seperti
penyakit Paget, infark meduler, atau iradiasi. Sekitar 90% dari pasien dapat
mengalami operasi ekstremitas (penyelamatan), komplikasi, seperti infeksi,
melonggarkan prostetik, atau pengangkatan tumor lokal dapat menyebabkan
operasi lebih lanjut (amputasi).
Penyebab osteosarcoma tidak dikenal. Beberapa kelompok peneliti
sedang menyelidiki kanker sel induk dan potensinya menyebabkan tumor.
Hubungan antara osteosarcoma dan fluorida telah diteliti, tidak ada hubungan
yang jelas antara fluoridasi air dan kematian karena osteosarcoma.
6. Diabetes Melitus pada Lansia
Tubuh tak mampu memanfaatkan glukosa darah karena gangguan pada fungsi
pankreas sehingga terjadi defisiensi insulin. Jenisnya :
a. Tipe I
- Diabetes tergantung insulin
- Kelainan genetik
- Perlu insulin eksogen (defisien insulin absolut)
b. Tipe II
16
yang
sering:
gangguan
metabolik
(hipoksia,hiperkarbia,
pria,mendapat
obat
antipsikotik
atau
analgesik
narkotik,
duatiga kali sehari, ada yang dua kali seminggu. Pedoman untuk menentukan
seseorang menderita konstipasi adalah buang air besar kurang dari dua kali
seminggu, sulit mengeluarkan tinja, ada rasa nyeri serta masalah lain seperti
tinja disertai darah. Jika tak ada gejala itu, bukan konstipasi.
2.2 ASAM URAT
A. PENGERTIAN
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat
yang
nyeri
pada
tulang
sendi,
sangat
sering
ditemukan
pada
kaki
bagia
18
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma
lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para- artikuler
misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan
dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan
2.
3.
leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
Fagositosis
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya membram
4.
5.
6.
D.
Ujung jari. Kristal asam urat menyukai daerah yang bersuhu dingin seperti pada ujung
b.
c.
d.
e.
f.
g.
asam urat
Ginjal. 2/3 dari asam urat dibuang melalui ginjal. Bila terjadi gangguan pada ginjal maka
kristal asam urat dapat mengendap pada ginjal dengan akibat terjadinya batu ginjal dan
h.
F. Diagnosis
The American Rheumatism Association menetapkan kriteria diagnostik untuk gout sebagai
berikut :
a. Adanya kristal urat dalam cairan sendi
b. Thopus (Deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) terbukti mengandung
kristal urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan mikroskopik dengan sinar
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
terpolarisasi
Lebih dari sekali mengalami artritis akut
Terjadi peradangan secara maksimal dalam 1 hari
Oligoartritis, atau jumlah sendi yang meradang kurang dari 4 hari
Kemerahan disekitar sendi yang meradang
Sendi metatarsofalangeal pertama (ibu jari kaki terasa sakit dan bengkak)
Serangan unilateral pada sendi metatarsofalangeal pertama
Serangan unilateral pada sendi tarsal
Thopus (Deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) dari vertilago articular di
kapsula sendi
k. Hiperurisemia pada asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl
l. Pembengkakan sendi secara asimetris
m. Serangan artritis akut berhenti secara menyeluruh
Diagnostik gout ditetapkan bila ditemukan kriteria 1 dan-atau kriteria 2 dan atau 6 insiden
F
Fase akut.
Obat yang digunakan :
20
Golongan urikosurik
a. Probenasid, adalah jenis obat yang berfungsi menurunkan asam urat dalam serum.
b. Sulfinpirazon, merupakan dirivat pirazolon dosis 200-400 mg perhari
c. Azapropazon, dosisi sehari 4 X 300 mg.
d. Benzbromaron.
2. Inhibitor xantin (alopurinol).
Adalah suatu inhibitor oksidase poten, bekerja mencegah konversi hipoxantin menjadi
xantin, dan konversi xantin menjadi asam urat.
Diagnosis Keperawatan
3. Nyeri yang berhubungan dengan proses infeksi sendi
4. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan fungsi sendi
5. Kurang pengetahuan
Intervensi Keperawatan
Diagnosis Keperawatan Nyeri yang berhubungan dengan proses infeksi sendi
Tujuan Keperawatan Meredakan nyeri
Intervensi Keperawatan
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien
2. Jelaskan penyebab nyeri. 3.Dengan demikian pasien dapat mengontrol nyeri
a. 4.Anjurkan latihan relaksasi dengan menghirup udara dari hidung, tahan beberapa detik
dan hembuskan dari mulut dengan bibir terkatup
6. Alihkan perhatian pasien dengan memberi bahan bancaan, menonton tv, mendengarkan
radio
7. pasang bidai pada sendi yang inflamasi. Ini bertujuan menyokong atau mengimobilisasi
sendi, sehingga dapat mengurangi nyeri
8. kolaborasi dalam pemberian kodein untuk mengurangi nyeri
Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan fungsi sendi
Meningkatkan mobilitas fisik
1. Kaji tingkat mobilitas fisik, apakah sebagian atau total
2. Anjurkan latihan gerak sendi atau ROM secara teratur jika infeksi telah hilang atau nyeri
hilang
3. Ajarkan pasien untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara bertahap. Hal ini
dimaksudkan untuk memandirikan pasien dan meningkatkan keprcayaan diri
4. Dekatkan alat-alat yang diperlukan, sehingga mudah dijangkau oleh pasien
5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
6. Anjurkan kepada pasien untuk menggunakan alat bantu berjalan jika akan melakukan
aktivitas di luar tempat tidur
Kurang Pengetahuan tentang penyakit dan penangananya Meningkatkan pemahaman klien
tentang penyakit dan penanganannya
1.
1. Kaji tingkat pemahaman pasien dan keluarga akan penyakit dan perawatannya
2. Beri penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit dan perawatannya
21
3. Jelaskan program pengobatan yang akan dilakukan dan efek samping obat yang
mungkin timbul
4. Jelaskan pentingnya melakukan latihan gerak sendi (ROM)
5. Jelaskan pentingnya nutrisi dan cairan untuk mempercepat penyembuhan penyakitnya
6. Jelaskan waktu untuk perawatan tindak-lanjut
Gangguan rasa nyaman atau nyeri
Nyeri teratasi
1. Kaji intensitasi, letak dan tipe nyeri. Gunakan skala peningkatan nyeri
2. Pertahankan pasien dalam posisi nyaman, kaki tersangga dan sejajar
3. Tinggikan area yang sakit untuk mengurangi edema dan meningkatkan aliran darah balik
vena
4. Beri analgesik, antipirai/antigout dan antiinflamasi sesuai program. Observasi efek
5.
6.
7.
8.
9.
samping obat
Perbanyak asupan cairan sampai 2500 ml/hari
Pantau kadar asam urat serum
Jika terjadi serangan nyeri hindari menyentuh atau menggerakkan sendi
Beri kompres dingin
Hindari menggunakan sepatu sempit
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri persendian dan imobilitas
Mobilitas fisik dipertahankan
1. Tingkatkan aktivitas pasien jika nyeri telah berkurang
2. Ambulasi dengan bantuan. Gunakan walker atau tongkat
3. Lakukan latihan rentang gerak sendi (ROM) dengan hati-hati pada sendi yang sakit
4. Tingkatkan kembali ke aktivitas normal
Evaluasi Keperawatan
Setelah melakukan intervensi keperawatan, diharapkan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pencegahan
Belum ditemukan cara yang efektif, tapi usaha pencegahan asam urat umumnya adalah
menghindari segala sesuatu yang dapat menjadi pencetus serangan, misalnya latihan fisik
berlebihan, stres, dan makanan yang mengandung purin berlebihan seperti daging, jerohan,
bahkan ikan asin. Meskipun serangan berulang dapat dicegah dengan pemberian obat,
tetapi mengurangi konsumsi makanan berlemak dan alkohol dapat memperkecil
kemungkinan terjadinya serangan gout.
Kenalilah jenis makan yang kadar purinnya amat tinggi, sedang dan rendah. Dengan
demikian dapat mengontrol asupan semaksimal mungkin.
1. Kadar tinggi (150-180 mg/100gr)
Jerohan, dan saripati daging
2. Kadar sedang (50-150 mg/100gr)
Daging sapi, udang, kepiting, cumi, kerang, kacang-kacangan, kembang kol, bayam,
kangkung, asparagus dan jamur
3. Kadar rendah (dibawah 50mg/100gr)
Gula, telur dan susu
Komplikasi
Gangguan asam urat dapat menyebabkan komplikasi berbahaya, persendian menjadi rusak
sehingga pincang, peradangan tulang, kerusakan ligamen dan tendon (otot), batu ginjal
(kencing batu), dan gagal ginjal.
Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah untuk mengatasi gejala serangan akut(mendadak) asam urat,
mencegah kambuhnya kembali radang sendi dan pembentukan batu urat. Bagi penderita
ganguan asam urat, untukmenurunkan kadar asam urat dalam darah diberikan allopurinol
yang bekeja sebagi inhibitor menekan produksi asam urat. Atau urikosurik, misalnya
probenesid untuk membantu memepercepat pembuangan asam urat lewat ginjal. Diberikan
juga obat-obat untuk mengatasi radang dan rasa sakit yaitu analgesik dari golongan AINS
atau NSID seperti indometasin, ibuprofen, ketoprofen, atau diklofenak. Sedangkan untuk
pencegahan serangan berulang biasanya diberikan kolsisin.
a. Perawatan
b. Diet
c. Olahraga
23
Memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan sendi dan sangat berguna untuk
memperkecil resiko terjadinya kerusakan sendi akibat radang sendi selain itu
memberikan efek menghangatkan tubuh untuk mecegah terjadinya pengendapan
d. Aerobik
Untuk meningkatakan sistem pernafasan dan membantu membuang asam urat dari
peredaran darah.
e. Latiahan Peregangan
Bermanfaat untuk kelenturan otot dan sendi
f. Melindungi sendi
g. Kontrol stress
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Kadar asam urat serum meningkat.
2. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat.
3. Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat.
4. Analisis cairan sinovial dari sendi terinflamasi atau tofi menunjukan kristal urat
monosodium yang membuat diagnosis.
5. Sinar X sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi tulang dan perubahan sendi.
H. KOMPLIKASI
1. Nodulus reumatoid ekstrasinovialdapat terbentuk pada katup jantung atau pada paru,
mata, atau limpa. Funngsi pernapasan dan jantung dapat terganggu. Glukoma dapat
terjadi apabila nodulus yang menyumbat aliran keluar cairan okular terbentuk pada
mata.
2. Vasulitis (inflamasi sistem vaskuler) dapat menyebabkan trombosist dan infark.
3. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari, depresi dan stres
keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit.
2.3
1.
HIPERTENSI
Pengertian
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang
intermiten atau menetap.
Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
24
jenuh dan penuaan adalah faktor pendukung. Walaupun faktor genetik sepertinya sangat
berhubungan dengan hipertensi primer, tapi mekanisme pastinya masih belum diketahui.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal atau penyebab yang terindentifikasi lainya.
Hipertensi yang penyebabnya diketahui seperti hipertensi renovaskuler, feokromositoma,
sindrom cushing, aldosteronisme primer, dan obat-obatan, yaitu sekitar 2-10% dari
seluruh pasien hipertensi.
Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Pedoman Joint National Committee 7
Kategori
Optimal
Sistolik (mmHg)
115 atau kurang
Diastolik (mmHg)
75 atau kurang
Normal
Prehipertensi
Hipertensi stage I
Hipertensi stage II
< 120
120-139
140-159
160
< 80
80-89
90-99
100
Berdasarkan klasifikasi dari JNC-VI maka hipertensi pada usia lanjut dapat dibedakan:
Hipertensi sistolik saja (Isolated systolic hypertension), terdapat pada 6-12% penderita di
atas usia 60th, terutama pada wanita. Insioden meningkat seiring bertambahnya umur.
Hipertensi diastolic saja (Diastolic hypertension), terdapat antara 12-14% penderita di
atas usia 60th, terutama pada pria. Insidensi menurun seiring bertambahnya umur.
Hipertensi sistolik-diastolik: terdapat pada 6-8% penderita usia di atas 60 th, lebih banyak
pada wanita. Menningkat dengan bertambahnya umur.
3. Etiologi Hipertensi
Dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko hipertensi lain meliputi
diabetes ras riwayat keluarga jenis kelamin faktor gaya hidup seperti obesitas asupan garam
yang tinggi alkohol yang berlebihan.
Faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak dapat dikontrol,
antara lain:
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
Faktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti riwayat keluarga (genetik
kromosomal), umur (pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun), jenis kelamin pria atau
wanita pasca menopause.
a. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadarHigh Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang
tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya
proses
25
risiko
menderita
hipertensi.
Hal
ini
berhubungan
dengan
(WHO)
biasanya
dipertahankan
tetapi
mungkin
episodik.
Serangan
khas
berlangsung dari menit sampai jam dan berhubungan dengan sakit kepala, kecemasan,
palpitasi, keringat banyak, pucat, tremor, dan mual dan muntah. Tekanan darah meningkat,
dan angina atau edema paru akut dapat terjadi. Dalam aldosteronisme primer, pasien
mungkin memiliki kelemahan otot, poliuria, dan nokturia karena hipokalemia, hipertensi
maligna jarang terjadi. Hipertensi kronis sering menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri, yang
mungkin berhubungan dengan diastolik atau, dalam tahap akhir, disfungsi sistolik.
Penyebab keterlibatan serebral (1) stroke akibat trombosis atau (2) perdarahan kecil
atau besar dari microaneurysms menembus arteri intrakranial. Hipertensi ensefalopati
mungkin disebabkan oleh kongesti kapiler akut dan eksudasi dengan edema serebral.
Temuan biasanya reversibel jika perawatan yang memadai diberikan segera. Tidak ada
hubungan yang ketat tekanan darah diastolik dengan hipertensi ensefalopati, tetapi
biasanya melebihi 130 mm Hg.
Tabel 2.3 Gambaran klinis-manifestasi organ target yang berhubungan dengan
hipertensi darurat (Torre et al., 2009)
Organ Target
Manifestasi Klinis
Kejang
Cerebrovascular accident
Sakit kepala
Perdarahan intrakranial
Optalmologi
Penglihatan kabur
Diplopia
Perdarahan retina
Papilledema
Ginjal
Kardiovaskular
Hematologi
pembentukan plak
30
pada makanan karbohidrat yaitu : kentang, beras, singkong dan kacang hijau. Serat
kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar
mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu dan selanjutnya membuang
bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi
mengandung serat kasar yang cukup tinggi ( Mayo, 2005 ). Bahan makanan yang
dianjurkan dan tidak dianjurkan
Bahan
Dianjurkan
Tidak dianjurkan
makanan
Sumber
karbohidrat
trigu,
tapioka,
bahan
kue kering.
Sumber
Daging,
ayam
dan
protein hewani
kalengan,
telur
Sumber
protein nabati
dan
hasilnya
diolah
kacang
tanah,
dan
Sayuran
Semua
sayuran
sayuran
yang
tanpa
garam
dapur
natrium benzoat.
dengan
garam
seperti
sayuran
Semua
buahan
yang
dengan
garam
tanpa
buah
garam
buahan Buah
dapur
natrium benzoate
lain
ikatan
natrium,
32
tanpa
garam/unslated
Minuman
Bumbu
bumbu
Minuman
air putih.
cafein, alcohol
Semua
kering
bumbu
yang
bumbu Garam
tidak rendah
ringan,
coklat,
dapur
untuk
garam
1,
diet
baking
6. Berhenti merokok
Hal ini penting dalam manajemen keseluruhan dari pasien dengan hipertensi dalam
mengurangi risiko kardiovaskular. Dengan berhenti merokok tekanan darah akan turun
secara perlahan , disamping itu jika masih merokok maka obat yang dikonsumsi tidak
akan bekerja secar optimal dan dengan berhenti merokok efektifitas obat akan
meningkat ( Santoso, 2001 ).
7. Relaksasi otot progresif
Bedasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rustono et al, 2015. relaksasi progresif
yang dilakukan secara rutin selama 20 menit dalam 5 hari berturut-turut dapat
menurunkan tekanan darah, hal ini dapat disebabkan pembuluh darah didalam tubuh
dapat lebih elastis dan badan lebih rileks setelah dilakukan teknik relaksasi progresif
tersebut. Hasil penelitian ini
kurang lebih 30 mmHg dan diastole 10 mmhg sesudah dilakukan relaksasi progresif.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara relaksasi progresif
terhadap tingkat tekanan darah sistole dan diastole pada lanjut usia dengan nilai
p=0,017 dan p=0,001 (=0,05) yang berarti terdapat perbedaan tekana darah sebelum
dan sesudah relaksasi progresif. Jadi relaksasi progresif dapat di coba di lakukan
sebagai terapi pendamping obat-obatan yang telah ada karena dalam penelitian ini
sudah dibuktikan dapat di lakukan.Lansia dapat di latih secara berkelompok dan di
berikan booklet kepada keluarga serta menganjurkan dilakukan relaksasi progresif
setiap hari.
33
8. Manajemen Farmakologi
Menurut Muttaqin (2009), pengobatan farmakologi hipertensi terdiri dari:
1. Diuretik
Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering diresepkan untuk mengobati
hipertensi ringan. Dapat diberikan sendiri pada klien dengan hipertensi ringan atau
klien yang baru. Banyak obat antihipertensi dapat menyebabkan retensi cairan; karena
itu, sering kali diuretik diberi bersama antihipertensi.
2. Simpatolitik (menekan simpatetik)
Penghambat (adrenergik bekerja di sentral simpatolitik), penghambat adrenergik alfa,
dan
penghambat
adrenergik
beta,
juga
dianggap
sebagai
simpatolitik
dan
34
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA RW 05 KELURAHAN WONOKOYO
Asuhan keperawatan pada agregat lansia di RW 05 Kelurahan Wonokoyo dilakukan
dalam beberapa tahap asuhan keperawatan meliputi pengkajian awal dan penetapan
agregat asuhan, pembuatan instrumen, penetapan masalah agregat, pemprioritasan
masalah, perencanaan kegiatan, implementasi dan evaluasi. Berikut ini kami sampaikan
hasil penerapan asuhan keperawatan pada lansia di RW 05 Kelurahan Wonokoyo.
3.1 PENGKAJIAN
Demografi wilayah
Kelurahan wonokoyo RW 5 terletak di kecamatan kedungkandang kota malang, di RW 5
tersebut terdiri dari 3 RT. Kelurahan wonokoyo RW 5 sebagian besar areanya terdiri dari
ladang, dan pekebunan. Wilayah ini termasuk daerah dataran tinggi juga di kelilingi
pegunungan dan bukit-bukit. berdasarkan data survei sebagian besar masyarakat bertani,
masyarakat mayoritas beragama islam dan untuk berkomunikasi sehari-hari menggunakan
bahasa madura.
Data pengkajian kelompok lansia
Lansia di RW 5 di kelurahan wonokoyo ada 23 lansia yang terdiri dari 3 RT. RT 1 terdiri dari
6 lansia , RT 2 dari 13 lansia dan RT 3 terdiri dari 4 lansia.
Dibentuk tabel saja
RT
Jumlah
Lansia
lansia
jenis kelamin
Laki laki Perempuan
45-56
dst
(lansia
awal)
35
Lansia akhir
15
Manula
4
jumlah
23
Berdasarkan kategori yang telah di tentukan dapat diketahui bahwa warga yang
termasuk dalam lansia berjumlah 23 orang dari 3 RT yang telah di survey oleh karena itu
kami mengambil responden dengan teknik total sampling.
Data Umum
a.
Alamat
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa dari 23 lansia, 13 orang (57%) dari RT 2, 6
b.
36
Berdasarka data pekerjaan diatas dietahui bahwa dari 23 lansia 15 orang (65%)
petani, 7 (31%) ribu rumah tangga dan 1 orang (4%) kuli bangunan
d. Pendidikan
Berdasarkan data di atas di ketahui bahwa dari 23 orang lansia tidak sekolah
e. Minum kopi
Berdasarkan data di atas di ketahui bahwa dari 23 orang lansia, 11 orang (46%) minum kopi
dan 12 (54%) tidak minum kopi
f.
Merokok
Berdasarkan data di atas di ketahui bahwa dari 23 orang lansia, 8 orang (35%) lansia
merokok, dan 15 orang (60%) lansia tidak merokok
g. Sedang mengkonsumsi obat
37
Berdasarkan data di atas di ketahui bahwa dari 23 orang lansia, 11 orang (48%)
lansia tidak sedang mengkonsumsi obat, 11 orang (48%) lansia mengkonsumsi obat,
dan 1 orang (4%) lansia engkonsumsi obat alternatif
h. Gejala atau penyakit yang diderita
Berdasarkan data di atas di ketahui bahwa dari 23 orang lansia, 12 orang (52%)
nyeri sendi kaki, 8 orang (35%) hipertensi, 1 orang (5%) diabetes mellitus, 1 orang (4%)
batuk sesak nafas, 1 oranga (4%) gangguan penglihatan.
Data Khusus
a. Asam urat
Gejala yang dirasakan
Ya
tidak
Bengkak
71%
29%
58%
42%
38
Susah Tidur
67%
37%
Resiko jatuh
25%
75%
Skala nyeri
Berdasarkan data di atas di ketahui bahwa dari 12 orang lansia yang menderita
asam urat 5 orang(42%) mengalami nyeri sendi ringan, sedangkan 5 orang (41%)
mengalami nyeri sedang. 2 orang (17%) mengalami nyeri berat
b. Hipertensi
Gejala yang dirasakan
Ya
Tidak
Sakit kepala
75%
25%
Susah tidur
37%
65%
Telinga berdengung
65%
35%
Kaku leher
33%
67%
Pengkihatan kabur
75%
25%
Cepat lelah
37%
63%
palpitasi
Riwayat HT
100%
29%
71%
100%
100%
100%
100%
Riwayat stroke
25%
75%
39
Riwayat keluarga
meninggal krena HT
Cepat lelah
100%
37%
63%
WEB OF CAUTION
WEB of Caution (WOC) Kesehatan Lansia Di RW 5 Kelurahan Wonokoyo
23 orang
lansia
Sebanyak 100 % Lansia
tidak sekolah
Tingkat pendidikan
rendah terkait
kesehatan
Perilaku kesehatan
cenderung beresiko
Nyeri
kronis
Resiko
Jatuh
ANALISA DATA
Dari identifikasi masalah tersebut, maka analisa datanya yaitu :
No.
1
Analisa Data
DS :
a. Kader mengatakan masih
penyuluhan kesehatan yang
di adakan di RW 5 wonokoyo
b. Tingkat pendidikan lansia di
Etiologi
Lansia
dengan
pendidikan
Masalah
taraf Perilaku kesehatan
rendah cenderung beresiko
gagal
mencegah masalah
cenderung beresiko
wonokoyo rw 5 rendah
rendah
c. Kader mengatakan semakin
pemahaman, status
ekonomi
rendah,
merokok
41
sendi
terhambat
terganggu
aktivitas
pola
tidur
respon
perubahan aktivitas
c. Lansia mengatakan sering lelah
DO :
a. Sebanyak 8 orang lansia yang
menderita asam urat 36%
mengalami nyeri sendi ringan,
sedangkan 28% mengalami nyeri
sendi berat.
b. Usia >5tahun
42
43
tgl
Dx
Keperawatan
3-12017
Perilaku
kesehatan
cenderung
beresiko b.d
gagal
melakukan
tindakan
mencegah
masalah
kesehatan
ditandai
dengan
kurang
pemahaman,
status
ekonomi
rendah,
merokok
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
No. Indikator
Mengekspresikan
keinginan untuk berhenti
merokok
Mengidentifikasi
konsekuensi negatif dari
penggunaan rokok
Mengidentifikasi
hambatan untuk berhenti
merokok
Menyesuaikan strategi
berhenti merokok sesuai
ketentuan
Berhenti merokok
6. Sarankan untuk
menghindari tembakau
44
Menggunakan informasi
gizi pada label untuk
menentukan pilihan
5. Berikan informasi
mengenai kondisinya
Menghindari makanan
dan minuman yang tidak
diperbolehkan dalam diet
6. Identifikasi perubahan
mengenai kondisi fisik
pasien
Mengikuti rekomendasi
untuk jumlah makanan
per hari
7. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
dibutuhkan untuk
mencegah komplikasi di
masa depan
Menggunakan perilaku
yang menghindari resiko
Keseimbangan aktivitas
dan istirahat
Mempertahankan tidur
yang adekuat
Memperoleh pemeriksaan
rutin
Menghindari penggunaan
tembakau
tindakan untuk
mengontrol meminimalisir
gejala
9. Eksplorasi sumbersumber dukungan yang
ada
10. Edukasi mengenai tanda
gejala yang harus
dilaporkan kepada tenaga
kesehatan
11. Perkuat informasi yang
diberikan oleh tim
kesehatan yang lain
46
47
3-12017
Nyeri
kronis
Menggambarkan faktor
penyebab nyeri
Menggunakan tindakan
pencegahan nyeri
Menggunakan tindakan
pengurangan tanpa
analgesik
Menggunakan analgesik
yang dianjurkan
NIC: Akupresur
1
Nyeri terkontrol
Mengambil tindakan
1. Tentukan tingkat
kenyamanan psikologis
individu dengan
melakukan sentuhan
48
Memberikan pilihan
pilihan untuk
memanajemen nyeri
Memberikan informasi
tentang pembatasan
aktivitas
Informasi disediakan
untuk mengurangi nyeri
nyeri.
3. Gali pengetahuan dan
kepercayaan pasien
mengenai nyeri
4. Tentukan akibat dari
pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup
pasien (tidur, nafsu
makan, perasaan,
kenyamanan, performa
kerja)
5. Gali bersama pasien
faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri
6. Ajarkan prinsip-prinsip
menejemen nyeri
7. Ajarkan penggunaan
tehnik non farmakologi
(hipnosis, relaksasi,
musik, akupresur,
kompres hangat/dingin)
8. Lakukan kompres
hangat/dingin pada area
nyeri
50
51
Kegiatan (Strategi)
Tujuan
Sasaran
Memberikan pendidikan
Meningkatkan
Lansia
pengetahuan
lansia
Bentuk
Waktu/Tempat
Media
Ceramah
Rabu, 27
Leaflet
dan Tanya
Januari 2015
Kegiatan
Jawab
mengenai
Penanggung
Jawab
Pendanaan
Semua
Swadaya
mahasiswa
kelompok
Semua
Swadaya
mahasiswa
kelompok
Kantor
Kelurahan
hipertensi
Tulusrejo
Rabu, 3 Februari
2016 di
Posyandu
Leaflet
Lansia RW 3
Tulusrejo
2
Meningkatkan keterampilan
Meningkatkan
Kader
Pelatihan,
Rabu,27 Januari
Handout,
Semua
Swadaya
kemampuan
Role play,
2016
Buku
mahasiswa
kelompok
dan
Diskusi dan
keterampilan
Tanya jawab
dalam
pendokumentasian
penggunaan
menggunakan KMS
alat-alat
Posyandu Balita
RW 3 Tulusrejo
saku,
Alkes,
KMS
posyandu
52
serta
pendokumentasian
menggunakan
KMS
Posyandu
Kader
lansia
Rabu,3 Februari
2016
Rumah Bu
Alkes,
Semua
Swadaya
KMS,
mahasiswa
masyarakat
Timbanga
dan kader
n berat
posyandu
badan
Rustamaji
Meningkatkan
kesiapan
lansia dalam
Lansia
Praktik
Selasa-Sabtu,
Booklet,
Semua
Swadaya
relaksasi
26-30 Januari
alkes
mahasiswa
kelompok
otot
2016
meningkatkan
progresif,
manajemen
ceramah,
Rumah lnsia
yang
53
kesehatan diri
diskusi,
bersangkutan
Tanya jawab
54
1.7.1 5M Gerontologi
a. Man
Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk
masyarakat,
yang
bertugas
membantu
kelancaran
pelayanan
kesehatan.
IMPLEMENTASI
No.Dx
1.
Nama Kegiatan
Pelatihan KMS
Tanggal
Jumat 30
kepada kader
Desember
lansia
1,2
2016
Pelatihan kader
Sabtu, 31
lansia tentang
Desember
pengertian,
Implementasi
a. Menjelaskan tujuan pengisian KMS
b. Menjelaskan manfaat tujuan KMS
c. Mengajarkan menghitung IMT
2016
dan gejala,
penatalaksanaan
non farmakologi
dan farmokologi,
tentang penyakit
yang sering
dialami oleh
lansia
kader
dengan
pelatihan KMS
O: kader mengerti dengan tujuan ,manfaat,
dan IMT
A: P:kader bisa mengisi KMS secara mandiri
a. Peserta memahami definsi hipertensi, BPH, asam S: Kader mengatakan memahami tentang
penyebab, tanda
S:
Evaluasi
mengatakan senang
non
farmakologi
dan
asam urat, resiko jatuh, sesak nafas, nutrisi pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
gastritis, OA
penatalaksanaan
non
farmakologi
dan
Home visite
Selasa-
pada 24 lansia
Sabtu,
binaan
20-31
Desember
2016
c. Menanyakan
keluhan
yang
dirasakan
(pengkajian)
d. Menentukan masalah keperawatan
e. Memberikan
penyuluhan
tentang
klien
konsep
klien
koopieratif
dan
tampak
antusiaus
A: masalah teratasi
P:intervensi di lanjutkan oleh kader
komplikasi hipertensi.
Menjelaskan kepada lansia tentang nutrisi untuk
tentang
2.
Pemberian
pelatihan
mengurangi
nyeri dan
menurunkan
Selasa, 3
januari 2017
S:
-
tekanan darah
O:
-
rata 10mmHg
Skala nyeri berkurang 2 tingkat dari
awal
A: Masalah teratasi sebagian
P
Kompres hangat bisa
-
dilakukan
kompres
hangat
dan
akupresur
58
Evaluasi Sumatif
a. Pelatihan KMS kepada kader lansia
Berdasarkan hasil evaluasi, kader yang mengikuti pelatihan mengenai KMS
sebanyak 5 orang. Kader tampak sangat antusias mengikuti kegiatan pelatihan KMS.
Hal ini dapat dilihat dari 5 orang kader yang aktif bertanya saat sesi tanya jawab dan
diskusi dibuka. Kader mengatakan senang mendapatkan pelatihan ini. Melalui
pelatihan ini pula kader lansia menyatakan bahwa mereka mendapatkan banyak
pengetahuan mengenai pengisian KMS.
b. Penyuluhan Tentang Penyakit yang sering muncul pada lansia
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap kader lansia terdapat 2 orang kader yang
datang dari 5 kader yang menjadi kader posyandu lansia. Para kader posyandu
lansia sangat antusias mengikuti penyuluhan tentang penyakit tersebut. Dari 2 kader
posyandu lansia yang hadir , kedua kader tersebut dapat mengerti tentang penyakit
tersebut. Para kader posyandu mengatakan kegiatan penyuluhan kader ini sangat
bermanfaat untuk menabah pengetahuan mereka tentang penyakit yang sering
muncul pada lansia dan bisa mengajar pada lansia di desa mereka
c. Home Visite Pada Lansia Binaan
Berdasarkan evaluasi pada tingkat perilaku kesehatan cenderung beresiko
yang di lakukan pada 23 lansia binaan, diperoleh hasil tingkat perilaku beresiko klien
cenderung menurun terait hipertensi dan asam urat.
Sedangkat untuk evaluasi penerapan relaksasi otot progresif,ROM, diit
hipertensi dan asam urat yang telah dilakukan selama 2 kali dalam kurun waktu 2
hari diperoleh hasil bahwa dapat penurunan tekanan darah sebanyak 10 mmHg dan
nyeri berkurang.
Pada penerapan intervensi kompres hangat dan akkupressure taichong pada
lansia untuk mengurangi nyeri sendi dan penurunan hipertensi yang di lakukan
selama 1 hari di peroleh hasil terjadi penurunan rata-rata skal nyeri sebesar 2 dan
hipertensi 10mmHg.
59
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Akupressure taichong
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada 8 klien terkait pemberian terapi akkupressure
terhadap penurunan tekanan darah. Dari hasil penelitian tersebut responden mengalami
penurunan rata-rata 10 mmHg. Hal di dukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan di
rumah sakit Taiwan pada bulan Agustus 2012 hingga januari 2013 yang menunjukan bahwa
akupresur taichong dapat menurunkan tekanan darah. Penelitian tersebut menunjukan
bahwa tekanan sistole menurun 14,6 dan diastole 3,6. Selain itu penelitian yang dilakukan
zheng dkk 2014 menunjukan perbedaan kelompok antara yang diberi intervensi akupresur
dan yang tidak. Sehingga penurunan tekanan darah dapat significan.
4.2 Kompres hangat
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada 6 klien terkait kompres hangat terhadap
penurunan skala nyeri. Dari hasil penelitian tersebut responden mengalami penurunan nyeri
sebanyak 2 skala. Hal di dukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan Chandra (2015)
yang menunjukan penurunan nyeri sendi secara signifikan baik pada kelompok kontrol
maupun intervensi, tetapi pada kelompok intervensi penurunan nyeri sendi lebih
besar dibandingkan
kelompok
kontrol.
Kompres
hangat
merupakan
salah
satu
terapi modalitas dalam intervensi keperawatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
rasa nyaman pada lansia dengan nyeri sendi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan signifikan setelah
diberikan
kompres
hangat
terhadap
nyeri
sendi
lansia
(60-74
tahun).
Pada
60
Kegiatan
Penyuluhan
Tanggal
PJ
kesehatan
Ketua Kader
kesehatan
Ketua kader
sesama kader
2
Penyluhan
BAB V
61
ketrampilan
dan
pengetahuan
kader
terkait
pelaksanaan
posyandu lansia.
Hipertensi dan asam urat dapat terkontrol jika ada kemauan dari lansia sendiri untuk
rutin melakukan pola hidup sehat.
5.2 Saran
Posyandu Lansia diharapkan menjadi media pemantauan dan pemeliharaan
05 Kelurahan Wonokoyo
Kader senantiasa mengasah ketrampilan diri dalam perannya sebagai kader
Posyandu Lansia.
Kader dapat meningkatkan publikasi untuk memotivasi lansia untuk lebih aktif
diajarkan
Kader dapat menjalin hubungan aktif dengan lintas sector khususnya Puskesmas
62