Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
GLOBAL
Saat disinggung soal kehidupan pribadi, wanita yang ramah dan murah senyum itu pun tidak
keberatan. Puan mengaku dilema ketika mendapat protes dari anak-anaknya lantaran jarang
antar-jemput sekolah (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani menyatakan, pemerintah akan merumuskan
kembali kurikulum dan rasio perbandingan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan
politeknik dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Tujuannya, agar lulusan SMA dan
politeknik sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Selain itu, pemerintah memang tengah bertekad untuk menciptakan pekerja yang profesional
dan memiliki kompetensi mumpuni dalam menghadapi persaingan global saat ini.
"Selain masalah pendidikan umum, politeknik dan akademi serta sekolah kejuruan akan kita
tingkatkan kompetensinya. Ini supaya kita bisa menciptakan anak-anak Indonesia yang bisa
bekerja secara profesional dan berdaya saing, diakui standarnya oleh negara-negara lain,"
kata Puan usai memimpin Rapat Koordinasi Tingkat Menteri tentang Revitalisasi Pendidikan
Vokasional di Kantor Kementerian PMK, Jakarta, Kamis (23/6/2016).
Ia menjelaskan, pembicaraan untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi lulusan SMK dan
politeknik sebenarnya sudah berlangsung beberapa kali dengan melibatkan tiga kementerian
koordinator di lingkup Kabinet Kerja, yakni Menko Perekoniomian, Menko Maritim dan
Menko PMK."Sekarang kami targetkan semua halnya bisa berjalan secara efektif dalam 4-5
bulan ke depan," jelas Puan.Puan menuturkan, ada dua hal yang dilakukan dalam revitalisasi
pendidikan vokasional, yakni pendidikan dan pelatihan. Untuk pendidikan bisa dilakukan di
sekolah-sekolah SMK dan politeknik, sementara pelatihan berupa kursus atau training yang
sesuai dengan kebutuhan riil dunia usaha.
"Selain sekolah, sebenarnya lembaga pelatihan sudah dimiliki oleh pemerintah selama ini,"
ujar dia.
Namun, ke depan yang dibutuhkan adalah percepatannya dan bagaimana dunia usaha bisa
menyatu di dalamnya. Hal ini hanya bisa terjadi kalau kurikulum diubah atau disesuaikan dan
standar kompetensi serta disiapkan secara matang dan terencana.
Rapat tersebut dihadiri oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Anies Baswedan, dan Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri.
sekolah finlandia
Liputan6.com, Jakarta Gara-gara saran dari Profesor pendidikan di Harvard, Howard
Gardner, seorang sarjana Amerika, William Doyle menyekolahkan anaknya yang berumur
tujuh tahun di Sekolah dasar Joensuu, Finlandia. Dia akhirnya menyadari, pendidikan yang
efektif itu ternyata menyenangkan.
Doyle yang merupakan dosen di Universitas Eastern Finland, itu mengatakan pengalamannya
menjadi dosen di Finlandia sangat mengesankan. Di sana, sistem sekolahnya sangat santai
namun anak-anaknya bisa mencapai nilai tertinggi di dunia Barat.
Di Finlandia, anak-anak tidak menerima pelatihan akademis formal hingga usia tujuh tahun.
Sampai saat itu, banyak anak-anak belajar melalui lagu, bermain, dan melakukan
percakapan, ujarnya, seperti dilansir dari Smh, Sabtu (20/8/2016)..
Doyle juga mengatakan, sebagian besar anak-anak berjalan atau bersepeda ke sekolah, dari
yang usianya masih kecil hingga besar. Jam sekolah di Finlandia pun pendek dan PR yang
diberikan umumnya ringan. Lebih mengagumkannya lagi, di sana para siswa memiliki waktu
wajib 15 menit untuk beristirahat dan bermain di luar ruangan dalam setiap jam, setiap hari.
Udara segar, suasana alam, dan aktivitas fisik yang teratur inilah yang dianggap pemerintah
setempat sebagai bagian dari pembelajaran.
Suatu malam, saya menanyai apa yang anak saya lakukan hari itu. Ia mengatakan, guru-guru
di sekolahnya mengirim mereka ke hutan dengan peta dan kompas. Mereka meminta siswasiswanya untuk menemukan jalan keluar. Itu saja, katanya.
Bangsa Finlandia memang bukan tipe orang yang membuang-buang waktu atau uang. Tapi
dengan begitu, anak-anak bisa belajar melalui pengamatan langsung, atau kuis dengan cara
menyenangkan.
"Di kelas, anak-anak boleh bermain, tertawa dan melamun sepanjang hari."
Menurut Doyle, Finlandia memiliki "mantra" budaya yang berisi "biarkan anak-anak menjadi
anak-anak, pekerjaan anak-anak adalah bermain, dan anak-anak belajar dengan sangat baik
melalui permainan."
Bahkan salah satu siswa Cina yang belajar di Finlandia, mengatakan kepada saya bahwa di
sekolah-sekolah Cina, membuatnya merasa seperti berada di militer. Tapi di negara ini,
membuat ia merasa menjadi bagian dari sebuah keluarga yang sangat baik, katanya.
Di Finlandia, guru adalah profesional yang dikagumi selain dokter. Mungkin karena latar
belakang pendidikan dokter harus bergelar master atau pakar pendidikan serta penelitian.
Dalam pendidikannya, negara Finlandia melakukan:
1. Negara tersebut memberikan skala publik nasional yang berkualitas, sangat dihormati,
serta sangat profesional untuk guru-gurunya.
2. Ukuran kelas yang dapat dikelola.
3. Kurikulum yang kaya dan dapat dikembangkan.
4. Aktifitas fisik yang rutin.
5. Ujian ringan yang sudah terstandarisasi agar tidak terjadi stres dan membuang-buang
waktu.
6. Penilaian setiap hari oleh guru.
7. Atmosfer kelas yang aman, kolaborasi, dan hangat.
8. Menghormati dan menghargai setiap anak secara individual.
Bincang Seru Tentang E-learning dan Desain Grafis Animasi dengan Asfan Nurochim dan
Komunitas ID Coursera
Bagaimana perkembangan pendidikan jarak jauh melalui animasi?
Kembali lagi ke fokus saya, jadi pekerjaan keseharian saya memang bergerak di distance
learning, salah satu metode nya ya melalui animasi dan juga ada yang melalui gim, dan
perkembangannya sangat bagus sekali.
Industri kreatif khususnya grafis dan animasi, diprediksi bertumbuh cepat di
Indonesia. Apa yang harus dipelajari khususnya para pelajar dan mahasiswa, bagi yang
hendak terjun ke bidang ini?
Banyak sekali, intinya mereka harus open mind, berarti harus terbuka dengan berbagai
sesuatu dan segala informasi. Sekarang informasi juga sudah banyak sekali yang bisa mereka
pelajari, dan mereka harus bisa memfilter, mana yang sekiranya bagus buat mereka, mana
yang penting dan yang kurang penting. Kemudian harus bisa menemukan potensi diri, itu
lebih penting, dimana itu akan mereka pegang sampai mereka meniti karir nanti dan bisa
berkembang. Ya, itu yang sekiranya bisa dilakukan untuk mereka, apalagi yang sedang
mencari jati diri.
Sahabat Liputan6 dapat mengikuti diskusi tentang tema ini dengan mengeklik tautan ini.
Komunitas ID Courserians membahas berbagai tema menarik yang dapat diikuti
dengan mengeklik tautan ini.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.
Penulis : Estrin Vanadianti Lestari (Universitas Pancasila), Siti Nuraini Safitri (Universitas
Pancasila).
"Pendidikan menengah sedang ditargetkan 2030 seluruh dunia diharapkan anak-anak sudah
lulus SMA. Partisipasi Indonesia yang sekarang itu (SMP dan SMA) baru 76 persen," terang
dia.
"Berarti pekerjaan rumah kita untuk angkat ke lulusan SMP dan SMA. Pak Jokowi bagus
punya policy wajib belajar 12 tahun," sambung dia.
Ananto menyebut tak hanya kebijakan wajib belajar 12 tahun, Jokowi juga sudah berusaha
mengatasi masalah dana pendidikan dengan mengeluarkan Kartu Indonesia Pintar.
"Untuk infrastruktur, kita terus bangun Sekolah Garis Depan khususnya di remote area dan
guru-gurunya ada yang disiapkan untuk mengajar di daerah 3T (SM3T). Sayangnya,
Kemdikbud enggak urusin infrastruktur, tentu kami terus koordinasi," ucap Ananto.
"Lalu ICT (Information and Communications Technology), koneksi anak-anak kuncinya
dengan ICT. Untuk itu kami bertujuan layanan pendidikan ke depannya bisa berbasis ICT,"
tandasnya.
Indonesia merupakan negara pertama yang menjadi pilihan UNESCO untuk melaporkan
pendidikan global. Ketiga negara lainnya adalah Inggris, Rwanda, dan Kolumbia.
Hadir pula dalam acara ini Mendikbud Muhadjir Effendy, Direktur dan perwakilan UNESCO
Jakarta Dr Shahbaz Khan, Analis Kebijakan Senior Laporan GEM Dr Manos Antonius, dan
Kepala Biro Pelayanan Komunikasi dan Masyarakat Kemendikbud Asianto Sinambela.
Anak-anak di Kampung Kebon Cau dan Cibodas, Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin,
Kabupaten Bogor, ini terpaksa harus belajar dengan fasilitas dan infrastruktur seadanya
(Liputan6.com/Achmad Sudarno)
Liputan6.com, Bogor - Potret buram pendidikan nasional masih menyisakan cerita pilu.
Anak-anak sekolah di pelosok pedesaan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, harus menghadapi
kenyataan pahit. Sudah bertahun-tahun mereka belajar di teras rumah milik warga.
Itulah yang dialami anak-anak di Kampung Kebon Cau dan Cibodas, Desa Cipinang,
Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Anak-anak kelas SDN Cipinang 3 ini harus belajar
tanpa sarana dan prasarana memadai.
Tanpa meja, kursi, dan papan tulis. Pakaian lusuh, tak bersepatu, dan belajar saling
berhimpitan tanpa alas tikar menjadi pemandangan sehari-hari.
Berbekal semangat dan mimpi untuk meraih masa depan yang lebih cerah, anak-anak sekolah
di desa terpencil ini tetap semangat menimba ilmu.
"Kami mau bersekolah, kami semua mau pandai. Di sinilah kami sekolah, belajar menulis
dan membaca dari bapak ibu guru kami yang baik," tutur Wildan, siswa kelas jauh SD Negeri
Cipinang 3, saat berbincang beberapa waktu lalu.
Anak-anak di Kampung Kebon Cau dan Cibodas, Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin,
Kabupaten Bogor, ini terpaksa harus belajar dengan fasilitas dan infrastruktur seadanya
(Liputan6.com/Achmad Sudarno)
Wildan dan teman-temannya merupakan potret buram dari ribuan anak-anak di negeri ini
yang harus belajar dengan fasilitas seadanya. Meskipun harus belajar tanpa sarana dan
prasarana memadai, namun tak membuat semangat mereka surut memperjuangkan masa
depan. Bagi mereka, sekolah menjadi hari-hari yang sangat menyenangkan.
Sekolah tersebut didirikan atas inisiatif warga Kampung Kebon Cau, pada 2008 silam. Sebab,
lokasi sekolah induk SDN Cipinang 3 sangat jauh.
Untuk menjangkau ke sekolah induk yang berlokasi di Kampung Joglo, siswa dari Kampung
Kebon Cau harus berjalan menempuh jarak sekitar 4 kilometer menyusuri jalan berbatu dan
berlumpur.
"Saya kasihan. Saya rela sediakan teras rumah supaya mereka tetap bersekolah," ujar Mista,
Ketua RT setempat, juga pemilik rumah yang dijadikan tempat sekolah.
Warga setempat sudah sering mengajukan kepada Pemerintah Kabupaten Bogor agar
dibangun gedung sekolah kelas jauh. Akan tetapi, hingga saat ini belum juga direalisasikan.
"Harapan kami ada gedung sekolah supaya anak-anak bisa belajar dengan konsentrasi.
Apalagi musim hujan seperti sekarang, mereka kena cipratan air," harapnya.
Meskipun kondisi sekolah memperihatinkan, namun tiap tahun jumlah siswa yang menimba
ilmu di sekolah kelas jauh terus meningkat.
"Mungkin karena lokasi sekolah yang paling dekat cuma sekolah ini," ucapnya.
Siswa yang menimba ilmu di kelas jauh tersebut saat ini berjumlah sekitar 125 orang terdiri
dari kelas 1 hingga kelas 5, dengan diajar oleh tiga orang guru honorer. Mereka berasal dari
warga Kampung Kebon Cau dan Cibodas.
Anak-anak di Kampung Kebon Cau dan Cibodas, Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin,
Kabupaten Bogor, ini terpaksa harus belajar dengan fasilitas dan infrastruktur seadanya
(Liputan6.com/Achmad Sudarno)
"Untuk kelas 6 belajar di sekolah induk," kata Siti Kholipah, salah satu guru kelas jauh.
Minimnya fasilitas tak membuat anak-anak di wilayah ini putus asa. Bahkan, semangat anakanak mendorong para guru di sekolah kelas jauh itu untuk terus mengabdi.
"Anak-anak tak pernah mengeluh. Mereka tetap bersemangat belajar meski harus berimpitan
di teras. Ini yang membuat saya sangat tertegun," ujar dia.
Hidup Terisolir
Kampung Kebon Cau, sebuah kawasan pemukiman warga di Desa Cipinang, Kecamatan
Rumpin, Kabupaten Bogor. Dusun ini dihuni oleh sekitar 67 KK dari Komunitas Adat
Terpencil yang hidupnya dalam lingkaran kemiskinan.
Rata-rata warga kampung ini hidup sebagai penggali batu. Belum terbangunnya akses jalan
lintas desa membuat warga hidup terisolir. Satu-satunya akses menuju Kampung Kebon Cau
dan Kampung Cibodas dengan menyusuri jalan yang hanya bisa dilalui roda dua. Itu pun
kondisi jalan berbatu dan licin.
Jokowi: Benahi Pendidikan dan Kesehatan, Lakukan Perombakan Besar
mengumpulkan data siswa yang nantinya akan diberikan peluang lebih dalam jenjang karir.
perekrutan pegawai negeri yang dilakukan secara transparan dengan berbagai tes adalah salah
satu bukti bahwa tujuan program pendidikan adalah membentuk generasi cerdas pengisi
jajaran kursi di pemerintahan yang akan merubah Indonesia menjadi negara yang lebih baik.
Demikian share Contoh Artikel Tema Pendidikan. Jika anda bertanya apa ide pokok artikel
pendidikan diatas? Jawabannya adalah pentingnya pendidikan bagi semua orang. Terima
kasih, kalau salah mohon dikoreksi
Anda Boleh Mengkopi Paste Posting Kami, tapi kami mohon jangan keseluruhan apalagi
menggunakan Xml (feed) karena akan menghancurkan blog ini, mohon kerjasama dan saling
menghargai, silahkan tampilkan Link Sumber Dari:
Negara ini tidak main-main soal pendidikan, bahkan beberapa faktanya akan membuatmu
tercengang.
Liputan6.com, Jakarta Kemajuan suatu negara tidak akan bisa sepenuhnya terjamin
apabila pendidikan tidak dijadikan instrumen utama untuk mendongkraknya. Mengetahui
pentingnya peranan pendidikan dalam memajukan bangsa, setiap negara di dunia berarti
harus memprioritaskan penerapan sistem pendidikan dasar yang tepat dan efektif untuk
dijadikan pedoman anak bangsanya.
Sistem pendidikan dasar di setiap negara berbeda antar satu sama lain. Setiap negara
memiliki keunggulan tersendiri yang membuat cara mendidiknya lebih unik daripada yang
lain. Ada sejumlah komponen penting yang biasanya dijadikan tolak ukur perancangan suatu
sistem pendidikan.
Contohnya, bobot akademis, keterampilan berbahasa, penguasaan ilmu matematika, akses
mendapatkan informasi mendasar, jangka waktu yang wajib ditempuh, kemampuan literasi,
keandalan berinovasi dan masih banyak lagi.
Tentunya setiap negara memiliki pandangan masing-masing soal ini; ada yang lebih
mengutamakan bobot akademisnya, ada pula yang tidak terlalu mementingkan akademis
namun lebih pada ke pelatihan moralnya, dan sebagainya.
Meski semua negara bekerja keras menjadikan sistem pendidikan mereka yang terunggul
diantara lainnya, hanya segelintir saja yang berhasil masuk dalam kategori terbaik di dunia.
Lalu, negara manakah yang secara universal pendidikan dasarnya dinilai paling baik diantara
yang terbaik dunia itu?
Seperti dimuat di situs MBC Times, Selasa (29/11/2016), negara dengan pendidikan dasar
terbaik di dunia adalah Korea Selatan. Penilaian tersebut merupakan kesimpulan dari
sejumlah riset yang diulas oleh PBB sejak 2012 hingga sekarang.
Penilaiannya dilakukan berdasarkan tingkat kecerdasan murid, kejelasan teknik
pembelajaran, keterkaitan kuat dengan budaya, akuntabilitas dan keterlibatan murid dalam
kegiatan yang membuatnya lebih aktif di tengah masyarakat luas.
Selain mengemban status terbaik dari segi sistem pendidikannya, Korea Selatan juga
dipandang sebagai salah satu negara paling berdedikasi di dunia. Ini dibuktikan dengan
pengabdian murid-muridnya yang bersekolah selama tujuh hari seminggu dan sudah
mengerjakan pekerjaan rumah sejak usianya masih sangat muda.
Terlebih, pendidikan dasar di Korea Selatan juga mengajarkan pentingnya untuk guru
diperlakukan dengan hormat. Mereka tidak main-main soal menghargai kedudukan
seseorang, ibu atau bapak guru dianggap setara dengan seorang dokter atau pengacara di
negara-negara Barat.
Kemudian, penguasaan bahasa Inggris bisa dikatakan sangat baik, dengan kemampuan
mempraktekkan bahasanya tergolong cukup mahir. Orang Korea Selatan bahkan dinilai lebih
bagus berbahasa Inggrisnya dibandingkan orang Prancis.
Ratusan peserta mengikuti Ujian Nasional (UN) Paket A atau setara Sekolah Dasar (SD) yang
diselenggarakan Suku Dinas Pendidikan Wilayah (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)
Liputan6.com, Jakarta Akhirnya setelah sekian lama pergulatan di pemerintahan tentang
penyelenggaraan Ujian Nasional, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy,
memutuskan menghapus penyelenggaraan Ujian Nasional mulai tahun 2017 hingga
seterusnya. Perubahan ini membuat beberapa hal yang berkaitan dengan Ujian Nasional tidak
akan dirasakan lagi oleh para siswa siswi yang ada di seluruh Indonesia. Apa saja? Inilah
beberapa hal unik yang takkan dirasakan oleh siswa tingkat akhir.
Muhasabah
Tiap tahun, sebelum dilaksanakan Ujian Nasional setiap sekolah akan mengadakan
muhasabah atau malam renungan. Seluruh siswa akan dikumpulkan dalam satu ruangan
untuk berdoa dan introspeksi diri agar siap keesokan harinya. Tentunya ketika Ujian Nasional
ditiadakan, para siswa dan siswi tidak akan merasakan hal ini lagi.
Kedatangan Pejabat
Kedatangan pejabat kala meninjau Ujian Nasional juga tidak akan dirasakan para siswa
tingkat akhir saat ini. Biasanya pejabat ini datang beserta kepala polisi dan berbagai
rombongannya sehingga menimbuklan derap sepatu yang keras dan memecah konsentrasi
para peserta ujian. Bila Ujian Nasional tidak diadakan lagi, tentunya hal ini tidak akan
dilakukan lagi.
Jual Beli Kunci UN
Sudah mendarah daging bagi seluruh siswa yang mengikuti ujian akhir untuk membeli kunci
jawaban. Meski sekolah sudah melarang hal ini terjadi, tetap saja siswa mendapatkan caranya
memperoleh kunci jawaban dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Ketika Ujian
Nasional dihapuskan, tentu saja praktik ini akan seketika hilang.
1. Finladia
Negara satu ini sering menduduki peringkat teratas dalam pendidikan. Anak-anak di
Finlandia bisa sekolah dengan bahagia karena tidak mereka tidak pernah dibebani tugas
sekolah. Ada satu tes wajib sekolah pada usia 16 tahun.