Você está na página 1de 16

BAB I

TINJAUAN TEORITIS
A.

Defenisi
Istilah autis berasal dari kata autos yang berarti diri sendiri dan isme berarti aliran. Jadi
autisme adalah suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri (Purwati, 2007).
Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada bayi atau anak yang ditandai dengan
adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan
interaksi sosial. Gangguan autis adalah salah satu perkembangan pervasif berawal sebelum usia
2,5 tahun (Devision, 2006).

B.

Etiologi
Autisme dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di bawah ini adalah faktor faktor yang
menyebabkan terjadinya autis menurut Kurniasih (2002) diantaranya yaitu:

1.

Faktor Genetik
Faktor pada anak autis, dimungkinkan penyebabnya adanya kelainan kromosom yang disebutkan
syndrome fragile x (ditemukan pada 5-20% penyandang autis).

2.

Faktor Cacat (kelainan pada bayi)


Disini penyebab autis dapat dikarenakan adanya kelainan pada otak anak, yang berhubungan
dengan jumlah sel syaraf, baik itu selama kehamilan ataupun setelah persalinan, kemudian juga
disebabkan adanya Kongenital Rubella, Herpes Simplex Enchepalitis, dan Cytomegalovirus
Infection.

3.

Faktor Kelahiran dan Persalinan


Proses kehamilan ibu juga salah satu faktor yang cukup berperan dalam timbulnya gangguan
autis, seperti komplikasi saat kehamilan dan persalinan. Seperti adanya pendarahan yang disertai
terhisapnya cairan ketuban yang bercampur feces, dan obat-obatan ke dalam janin, ditambah
dengan adanya keracunan seperti logam berat timah, arsen, ataupun merkuri yang bisa saja
berasal dari polusi udara, air bahkan makanan.

C.

Patofisiologi
Penyebab pasti dari autisme belum diketahui. Yang pasti diketahui adalah bahwa
penyebab dari autisme bukanlah salah asuh dari orang tua, beberapa penelitian membuktikan
bahwa beberapa penyebab autisme adalah ketidakseimbangan biokimia, faktor genetic dan
gangguan imunitas tubuh. Beberapa kasus yang tidak biasa disebabkan oleh infeksi virus
(TORCH), penyakit- penyakit lainnya seperti fenilketonuria (penyakit kekurangan enzim), dan
sindrom X (kelainan kromosom).
Menurut Lumbantobing (2000), penyebab autisme dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
1.

Faktor keluarga dan psikologi

Respon anak-anak terhadap stressor dari keluarga dan lingkungan.


2.

Kelainan organ-organ biologi dan neurologi (saraf)

Berhubungan dengan kerusakan organ dan saraf yang menyebabkan gangguan fungsi-fungsinya,
sehingga menimbulkan keadaan autisme pada penderita
3.

Faktor genetik

Pada hasil penelitian ditemukan bahwa 2 - 4% dari saudara kandung juga menderita penyakit
yang sama.
4.

Faktor kekebalan tubuh

D.

Manisfestasi Klinik

1.

Di bidang komunikasi :
a.

Perkembangan bahasa anak autis lambat atau sama sekali tidak ada. Anak nampak
seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara lalu kemudian hilang kemampuan
bicara.

b.

Terkadang kata kata yang digunakan tidak sesuai artinya.

c.

Mengoceh tanpa arti secara berulang ulang, dengan bahasa yang tidak dimengerti
orang lain.

d.

Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi. Senang meniru atau membeo
(Echolalia).

e.

Bila senang meniru, dapat menghafal kata kata atau nyanyian yang didengar tanpa
mengerti artinya.

f.

Sebagian dari anak autis tidak berbicara (bukan kata kata) atau sedikit berbicara
(kurang verbal) sampai usia dewasa.

g.

Senang menarik narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang dia inginkan,
misalnya bila ingin meminta sesuatu.

2.

Di bidang interaksi sosial :


a.

Anak autis lebih suka menyendiri

b.

Anak tidak melakukan kontak mata dengan orang lain atau menghindari tatapan muka
atau mata dengan orang lain.

c.

Tidak tertarik untuk bermain bersama dengan teman, baik yang sebaya maupun yang
lebih tua dari umurnya.

d.
3.

Bila diajak bermain, anak autis itu tidak mau dan menjauh.

Di bidang sensoris :
a.

Anak autis tidak peka terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.

b.

Anak autis bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.

c.

Anak autis senang mencium cium, menjilat mainan atau benda benda yang ada
disekitarnya. Tidak peka terhadap rasa sakit dan rasa takut.

4.

Di bidang pola bermain :


a.

Anak autis tidak bermain seperti anak anak pada umumnya.

b.

Anak autis tida suka bermain dengan anak atau teman sebayanya.

c.

Tidak memiliki kreativitas dan tidak memiliki imajinasi.

d.

Tidak bermain sesuai fungsinya, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya diputar putar.

e.

Senang terhadap benda benda yang berputar seperti kipas angin, roda sepeda, dan
sejenisnya.

f.

Sangat lekat dengan benda benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana
mana.

5.

Di bidang perilaku :
a.

Anak autis dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif (hiperaktif) dan berperilaku
berkekurangan (hipoaktif).

b.

Memperlihatkan perilaku stimulasi diri atau merangsang diri sendiri seperti bergoyang
goyang, mengepakkan tangan seperti burung.
3

c.

Berputar putar mendekatkan mata ke pesawat televisi, lari atau berjalan dengan bolak
balik, dan melakukan gerakan yang diulang ulang.

6.

d.

Tidak suka terhadap perubahan.

e.

Duduk bengong dengan tatapan kosong.

Di bidang emosi :
a.

Anak autis sering marah marah tanpa alasan yang jelas, tertawa tawa dan

b.

Dapat mengamuk tak terkendali jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya.

c.

Kadang agresif dan merusak.

d.

Kadang kadang menyakiti dirinya sendiri.

e.

Tidak memiliki empati dan tidak mengerti perasaan orang lain yang ada disekitarnya
atau didekatnya.

E.

Klasifikasi
Berdasarkan waktu munculnya gangguan, Kurniasih (2002) membagi autisme menjadi
dua yaitu:
1.

Autisme sejak bayi (Autisme Infantil)


Anak sudah menunjukkan perbedaan-perbedaan dibandingkan dengan anak non autistik, dan
biasanya baru bisa terdeteksi sekitar usia bayi 6 bulan.

2.

Autisme Regresif
Ditandai dengan regresif (kemudian kembali) perkembangan kemampuan yang sebelumnya
jadi hilang. Yang awalnya sudah sempat menunjukkan perkembangan ini berhenti. Kontak
mata yang tadinya sudah bagus, lenyap. Dan jika awalnya sudah bisa mulai mengucapkan
beberapa patah kata, hilang kemampuan bicaranya. (Kurniasih, 2002).
Sedangkan

Yatim,

Faisal

Yatim

(dalam

buku

karangan

purwati,

2007)

mengelompokkan autisme menjadi :


a.

Autisme Persepsi
Autisme ini dianggap sebagai autisme asli dan disebut autisme internal karena kelainan sudah
timbul sebelum lahir

b.

Autisme Reaksi
Autisme ini biasanya mulai terlihat pada anak anak usia lebih besar (6 7 tahun) sebelum
anak memasuki tahap berfikir logis. Tetapi bisa juga terjadi sejak usia minggu minggu
4

pertama. Penderita autisme reaktif ini bisa membuat gerakan gerakan tertentu berulang
ulang dan kadang kadang disertai kejang kejang.
F.

Faktor Resiko
Karena

penyebab

Autis

adalah

multifaktorial

sehingga

banyak

faktor

yang

mempengaruhi.Sehingga banyak teori penyebab yang telah diajukan oleh banyak ahli. Hal ini
yang menyulitkan untuk memastikan secara tajam faktor resiko gangguan autis. Faktor resiko
disusun oleh para ahli berdasarkan banyak teori penyebab autris yang telah berkembang.
Terdapat beberapa hal dan keadaan yang membuat resiko anak menjadi autis lebih besar. Dengan
diketahui resiko tersebut tentunya dapat dilakukan tindakan untuk mencegah dan melakukan
intervensi sejak dini pada anak yang beresiko. Adapun beberapa resiko tersebut dapat
diikelompokkan dalam beberapa periode, seperti periode kehamilan, persalinan dan periode usia
bayi
1. PERIODE KEHAMILAN
Perkembangan janin dalam kehamilan sangat banyak yang mempengaruhinya.
Pertumbuhan dan perkembangan otak atau sistem susunan saraf otak sangat pesat terjadi
pada periode ini, sehingga segala sesuatu gangguan atau gangguan pada ibu tentunya
sangat berpengaruh. Gangguan pada otak inilah nantinya akan mempengaruhi
perkembangan dan perilaku anak kelak nantinya, termasuk resiko terjadinya autisme
2. PERIODE PERSALINAN
Persalinan adalah periode yang paling menentukan dalam kehidupan bayi selanjutnya.
Beberapa komplikasi yang timbul selama periode ini sangat menentukan kondisi bayi
yang akan dilahirkan. Bila terjadi gangguan dalam persalinan maka yang paling
berbahaya adalah hambatan aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh bayi
termasuk otak. Organ otak adalah organ yang paling sensitif dan peka terhadap gangguan
ini, kalau otak terganggu maka sangat mempengaruhi kualitas hidup anak baik dalam
perkembangan dan perilaku anak nantinya. Gangguan persalinan yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya autism adalah : pemotongan tali pusat terlalu cepat,
Asfiksia pada bayi (nilai APGAR SCORE rendah < 6 ), komplikasi selama persalinan,
lamanya persalinan, letak presentasi bayi saat lahir dan erat lahir rendah ( < 2500 gram)

3. PERIODE USIA BAYI


Dalam kehidupan awal di usia bayi, beberapa kondisi awal atau gangguan yang terjadi
dapat mengakibatkan gangguan pada optak yang akhirnya dapat beresiko untuk
terjadinya gangguan autism. Kondisi atau gangguan yang beresiko untuk terjadinya
autism adalah prematuritas, alergi makanan, kegagalan kenaikan berat badan, kelainan
bawaan : kelainan jantung bawaan, kelainan genetik, kelainan metabolik, gangguan
pencernaan : sering muntah, kolik, sulit buang air besar, sering buang air besar dan
gangguan neurologI/saraf : trauma kepala, kejang, otot atipikal, kelemahan otot.
G.

Penatalaksanaan
Terapi yang dilakukan untuk anak dengan autisme
1)

Applied Behavioral Analysis (ABA)


ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain
khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus
pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias
diukur kemajuannya . Saat ini terapi ini lah yang paling banyak dipakai di Indonesia.

2)

Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa.
Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau
kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang , namun mereka tidak mampu untuk memakai
bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain.
Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.

3)

Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus.
Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang
benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain
sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot2
halusnya dengan benar.

4)

Terapi Fisik

Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik
mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.
Kadang2 tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya
kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk
menguatkan otot2nya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5)

Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi
dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan
berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terapis
sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan temanteman sebaya dan mengajari cara2nya.

6)

Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar
bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan
interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknikteknik tertentu.

7)

Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami
mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang
hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk.
Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut
dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak
tersebut untuk memperbaiki perilakunya,

8)

Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai
terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat
perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya.
Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan
ketrampilan yang lebih spesifik.

9)

Terapi Visual

Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal
inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui
gambar-gambar, misalnya dengan metode . Dan PECS ( Picture Exchange
Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan
ketrampilan komunikasi.
10) Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat
Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih
melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya
gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu
anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua
hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan.
Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang
komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).
Tatalaksana autis dibagi menjadi 2 bagian
1.

Edukasi kepada keluarga


Keluarga memerankan peran yang penting dalam membantu perkembangan anak, karena
orang tua adalah orang terdekat mereka yang dapat membantu untuk belajar berkomunikasi,
berperilaku terhadap lingkungan dan orang sekitar, intinya keluarga adalah jendela bagi
penderita untuk masuk ke dunia luar, walaupun diakui hal ini bukanlah hal yang mudah.

2.

Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obatan pada penderita autisme harus dibawah pengawasan dokter.
Penggunaan obat-obatan ini diberikan jika dicurigai terdapat kerusakan di otak yang
mengganggu pusat emosi dari penderita, yang seringkali menimbulkan gangguan emosi
mendadak, agresifitas, hiperaktif dan stereotipik. Beberapa obat yang diberikan adalah
Haloperidol (antipsikotik), fenfluramin, naltrexone (antiopiat), clompramin (mengurangi
kejang dan perilaku agresif)

BAB II
.
I.

Asuhan Keperawatan

Pengkajian
a.

Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, No. MR

b.

Riwayat Kesehatan

Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)


Pada kehamilan ibu pertumbuhan dan perkembangan otak janin terganggu. Gangguan
pada otak inilah nantinya akan mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak kelak
nantinya, termasuk resiko terjadinya autisme Gangguan pada otak inilah nantinya
akan mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak kelak nantinya, termasuk
resiko terjadinya autisme. Gangguan persalinan yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya autism adalah : pemotongan tali pusat terlalu cepat, Asfiksia pada bayi
(nilai APGAR SCORE rendah < 6 ), komplikasi selama persalinan, lamanya
persalinan, letak presentasi bayi saat lahir dan erat lahir rendah ( < 2500 gram)

Riwayat Kesehatan Sekarang (RKK)


Anak dengan autis biasanya sulit bergabung dengan anak-anak yang lain, tertawa atau
cekikikan tidak pada tempatnya, menghindari kontak mata atau hanya sedikit
melakukan kontak mata, menunjukkan ketidakpekaan terhadap nyeri, lebih senang
menyendiri, menarik diri dari pergaulan, tidak membentuk hubungan pribadi yang
terbuka, jarang memainkan permainan khayalan, memutar benda, terpaku pada benda
tertentu, sangat tergantung kepada benda yang sudah dikenalnya dengan baik, secara
fisik terlalu.

Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)


Dilihat dari faktor keluarga apakah keluarga ada yang menderita autisme.

c.

Psikososial

Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua

Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem

Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek

Perilaku menstimulasi diri

Pola tidur tidak teratur


9

d.

Permainan stereotip

Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain

Tantrum yang sering

Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan

Kemampuan bertutur kata menurun

Menolak mengonsumsi makanan yang tidak halus

Neurologis

Respons yang tidak sesuai dengan stimulus

Refleks mengisap buruk

Tidak mampu menangis ketika lapar

e.

II.

Gastrointestinal

Penurunan nafsu makan

Penurunan berat badan

Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa yang muncul
1.

Hambatan komunikasi berhubungan dengan kebingungan terhadap stimulus

2.

Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan rawat
inap di rumah sakit

3.

Resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan gangguan

III. Intervensi
Diagnosa I
Hambatan komunikasi yang berhubungan dengan kebingungan terhadap stimulus
Hasil yang diharapkan :
Anak mengomunikasikan kebutuhannya dengan menggunakan kata-kata atau gerakan tubuh
yang sederhana dan konkret.
1.

Intervensi
Ketika berkomunikasi dengan anak,
1.

Rasional
Kalimat yang sederhana dan diulang-

bicaralah dengan kalimat singkat ulang mungkin merupakan satu-satunya


yang terdiri atas satu hingga tiga kata, cara berkomunikasi karena anak yang
dan ulangi perintah sesuai yang autistik
10

mungkin

tidak

mampu

diperlukan. Minta anak untuk melihat mengembangkan

tahap

pikiran

kepada anda ketika anda berbicara operasional yang konkret. Kontak mata
dan pantau bahasa tubuhnya dengan langsung
cermat.

mendorong

anak

berkonsentrasi pada pembicaraan serta


menghubungkan pembicaraan dengan
bahasa

dan

komunikasi.

Karena

artikulasi anak yang tidak jelas, bahasa


tubuh dapat menjadi satu-satunya cara
baginya

untuk

pengenalan
2.

atau

mengomunikasikan
pemahamannya

terhadap isi pembicaraan


Gunakan irama, musik, dan gerakan
2.
Gerakan fisik dan suara membantu
tubuh

untuk

membantu anak mengenali integritas tubuh serta

perkembangan komunikasi sampai batasan-batasannya


anak dapat memahami bahasa
3.

mendoronnya terpisah dari objek dan

Bantu anak mengenali hubungan


3.

orang lain
Memahami konsep penyebab dan

antara sebab dan akibat dengan cara efek


menyebutkan
khusus

dan

perasaannya

membantu

anak

membangun

yang kemampuan untuk terpisah dari objek

mengidentifikasi serta orang lain dan mendorongnya

penyebab stimulus bagi mereka


4.

sehingga

mengekpresikan

kebutuhan

serta

perasaannya melalui kata-kata


Ketika berkomunikasi dengan anak,
4.
Biasanya anak austik tidak mampu
bedakan kenyataan dengan fantasi, membedakan antara realitas dan fantasi,
dalam pernyataan yang singkat dan dan gagal untuk mengenali nyeri atau
jelas

sensasi lain serta peristiwa hidup


dengan

cara

yang

bermakna.

Menekankan perbedaan antara realitas


dan

fantasi

mengekpresikan
perasaannya.

11

membantu

anak

kebutuhan

serta

Diagnosa II
Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan rawat inap di RS.
Hasil yang diharapkan
Anak memperlihatkan penurunan kecenderungan melakukan kekerasan atau perilaku merusak
diri sendiri, yang ditandai oleh frekuensi tantrum dan sikap agresi atau destruktif bekurang, serta
peningkatan kemampuan mengatasi frustasi

1.

Intervensi
Sediakan lingkungan kondusif dan
1.
sebanyak

mungkin

Rasional
Anak yang austik dapat berkembang

rutinitas melalui lingkungan yang kondusif dan

sepanjang periode perawatan di RS

rutinitas, dan biasanya tidak dapat


beradaptasi terhadap perubahan dalam
hidup

mereka.

Mempertahankan

program yang teratur dapat mencegah


perasaan frustasi, yang dapat menuntun
2.

Lakukan

intervensi

keperawatan
2.

pada ledakan kekerasan


Sesi yang singkat

dan

sering

dalam sesingkat dan sering. Dekati memungkinkan anak mudah mengenal


anak dengan sikap lembut, bersahabat perawat serta lingkungan rumah sakit.
dan jelaskan apa yang anda akan Mempertahankan sikap tenang, ramah
lakukan dengan kalimat yang jelas, dan mendemontrasikan prosedur pada
dan sederhana. Apabila dibutuhkan, orang

tua,

dapat

membantu

anak

demontrasikan prosedur kepada orang menerima intervensi sebagai tindakan


tua.
3.

Gunakan

yang
restrain

fisik

tidak

mengancam,

dapat

mencegah perilaku destruktif


selama
3.
Restrain fisik dapat mencegah anak

prosedur ketika membutuhkannya, dari tindakan mencederai diri sendiri.


untuk memastikan keamanan anak Biarkan anak terlibat dalam perilaku
dan untuk mengalihkan amarah dan yang
frustasinya,

misalnya

tidak

terlalu

membahayakan,

untuk misalnya membanding bantal, perilaku

mencagah anak dari membenturkan semacam


kepalanya ke dinding berulang-ulang, menyalurkan
12

ini

memungkinkan
amarahnya,

serta

restrain badan anak pada bagian mengekpresikan

frustasinya

dengan

atasnya, tetapi memperbolehkan anak cara yang aman


untuk memukul bantal
4.
Gunakan teknik modifikasi perilaku
4.

Pemberian imbalan dan hukuman

yang tepat untuk menghargai perilaku dapat membantu mengubah perilaku


positif dan menghukum perilaku yang anak dan mencegah episode kekerasan
negatif. Misalnya, hargai perilaku
yang positif dengan cara memberi
anak

makanan

atau

mainan

kesukaannya, beri hukuman untuk


perilaku yang negatif dengan cara
mencabut hak istimewanya
5.
Ketika anak berperilaku destruktif,
5.
tanyakan

apakah

menyampaikan
apakah

ia

ia

sesuatu,

ingin

Setiap peningkatan perilaku agresif

mencoba menunjukkan perasaan stres meningkat,


misalnya kemungkinan muncul dari kebutuhan

sesuatu

untuk untuk mengomunikasikan sesuatu.

dimakan atau diminum atau apakah ia


perlu pergi ke kamar mandi

Diagnosa III
Resiko perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan gangguan
13

Hasil yang diharapkan


Orang tua mendemontrasikan keterampilan peran menjadi orang tua yang tepat yang ditandai
oleh ungkapan kekhawatiran mereka tentang kondisi anak dan mencari nasihat serta bantuan
1.

Intervensi
Anjurkan
orang
tua
mengekpresikan

Rasional
Membiarkan
orang

untuk
1.

perasaan

dan mengekpresikan

kekhawatiran mereka

perasaan

tua
dan

kekhawatiran mereka tentang kondisi


kronis

anak

membantu

mereka

beradaptasi terhadap frustasi dengan


lebih
2.

baik,

suatu

kondisi

yang

tampaknya cenderung meningkat


Rujuk orang tua ke kelompok
2.
Kelompok
pendukung
pendukung autisme setempat dan memperbolehkan orang tua menemui
kesekolah khusus jika diperlukan

orang tua dari anak yang menderita


autisme untuk berbagi informasi dan

3.

Anjurkan

orang

tua

mengikuti konseling (bila ada)

memberikan dukungan emosioanl


untuk
3.
Kontak dengan kelompok swabantu
membantu

orang

tua

memperoleh

informasi tentang masa terkini, dan


perkembangan
dengan autisme

BAB III
PENUTUP

14

yang

berhubungan

A.

Kesimpulan
Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada bayi atau anak yang ditandai dengan
adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan
interaksi sosial. Gangguan autis adalah salah satu perkembangan pervasif berawal sebelum usia
2,5 tahun (Devision, 2006).
Autisme dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di bawah ini adalah faktor faktor yang
menyebabkan terjadinya autis menurut Kurniasih (2002) diantaranya yaitu : Faktor Genetik,
Faktor Cacat (kelainan pada bayi), Faktor Kelahiran dan Persalinan

B.

Saran
Besar harapan kelompok agar makalah ini dapat dijadikan salah satu panduan
memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan autisme

DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Aris, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta
15

Safaria, T. 2005. Autisme Pemahaman Baru untuk Hidup Bermakna bagi Orang Tua.
Yogyakarta: Graha Ilmu
https://www.scribd.com/doc/97175113/ASKEP-AUTIS

16

Você também pode gostar