Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
jahat, perampok, koruptor, oportunis, pragmatis dan penjilat? Mengapa ada orang
munafik, musyrik, pluralis, liberal juga sekuler? Jawabannya sudah ada pada hadist di
atas. Semua bermuara pada lingkungan yang berpengaruh kuat. Lingkungan terdekat
adalah keluarga, orangtua. Lalu, lingkungan pergaulan kita sehari-hari. Lingkungan juga
bisa dipengaruhi adat istiadat peninggalan nenek moyang yang seringkali teramat sulit
untuk ditinggalkan.
Kita bisa belajar dari sirah perjuangan Rasulullah betapa susahnya mengislamkan
penduduk Makkah waktu itu. Mereka, masyarakat jahiliyah Quraisy belum bisa lepas
dari keyakinan-keyakinan lokal yang dibudayakan turun-menurun. Penyembahan
mereka pada tuhan yang banyak susah ditinggalkan dan diganti menuju penyembahan
hanya pada Yang Maha Esa, Allah SWT. Budaya jahiliyah yang dilakukan masyarakat
Makkah saat itu juga tak mudah untuk disingkirkan. Mabuk-mabukan, berjudi, main
perempuan dan membunuhi anak perempuan sudah teramat biasa sehingga dianggap
wajar oleh mereka. Ketika Rasulullah menyeru hendak memberantas itu semua,
timbullah perlawanan.
Hingga seorang Abu Thalib, paman yang sangat mencintai Rasulullah SAW, tak kuasa
menolak budaya jahiliyah Quraisy yang dibawanya hingga sakaratul maut menjemput.
Wahai Paman, ucapkanlah Laa Ilaaha Ilallaah maka engkau akan selamat, bujuk Rasul
sesaat menjelang kematian paman yang dikenal selalu membela dan melindungi
perjuangannya itu. Sayangnya, saat nyawa masih tertahan di kerongkongan, hanya satu
kalimat yang diucapkannya. Tetap pada agama Abdul Muthalib, tetap pada millah
nenek moyang kita.... ujar Abu Thalib mengakhiri hidupnya tetap dalam keadaan tak
beriman.
Padahal Allah SWT tegas-tegas melarang untuk mengikuti segala macam adat istiadat
dan budaya yang hanya menjerumuskan kita pada api neraka. FirmanNya:
Jika dikatakan pada mereka, 'Ikutilah apa-apa yang telah diturunkan Allah', mereka
menjawab, ' Tetapi kami mengikuti apa yang telah dilakukan oleh nenek moyang kami'.
'Apakah mereka akan mengikuti juga) walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui sesuatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk? (QS. Al Baqarah: 170)
Dan apakah mereka akan mengikuti bapak-bapak mereka, walaupun syetan menyeru
mereka ke dalam siksa api neraka yang menyala-nyala? (QS. Luqman: 21)
Label jahiliyah yang disematkan pada waktu itu bukanlah identik pada sifat kebodohan,
keterbelakangan atau pun ketertinggalan secara lahiriah. Namun, jahiliyah lebih
dimaknai sebagai sikap penolakan kebenaran yang berasal dari Allah SWT yang
disyiarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Hal ini dapat dibuktikan salah satunya pada
pribadi Abu Jahl, Bapaknya orang-orang jahiliyah. Nama aslinya adalah 'Amr ibn Hisyam.
Dakwahkampusbooks
Ia dikenal juga dengan nama Abul Hakam. Al Hakam berarti seorang yang berada dalam
lingkaran pemerintahan (hukumah) kota Makkah. Juga seorang yang memiliki banyak
hikmah kebijakan (hakiim) dan atau orang yang memiliki kekuasaan untuk menentukan
hukum (al haakim). Pada kenyataannya, Abu Jahl alias 'Amr ibn Hisyam adalah seorang
yang pandai bacatulis, ahli sastra, hartawan dan dikenal cerdas lagi terpandang di antara
kaumnya.
Sejarah rupanya berulang. Saat kini, kita hidup juga di jaman jahiliyah. Meski semua
nampak serba canggih dan modern, namun tak sedikit yang menolak kebenaran Islam.
Tak semua ditolak memang, tapi sebagian-sebagian.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasu-rasul-Nya, dan
bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya,
dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap
sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan
(tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir) merekalah orang-orang yang kafir
sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan
yang menghinakan. (QS al-Nisa': 150-151).
Pernikahan sesama muslim diatur dengan syariat Islam melalui Kantor Urusan Agama,
namun mengapa lokalisasi perzinahan juga masih diakomodir oleh pemerintah? Di saat
para pejabat negara diambil sumpah jabatannya dengan menggunakan al Quran di atas
kepalanya sebagai simbol ketaatan, tapi mengapa justru aturan-aturan yang dibuatnya
tak pernah memperdulikan al Quran sama sekali bahkan terkesan mencampakkannya?
Jika kita disarankan untuk jangan lupa berzakat dan bersedekah, tapi mengapa riba dan
segala perangkatnya (bank konvensional, pola kredit ribawi dan lainnya) masih tetap
digunakan? Banyak sekali anjuran agar akhlak kita disesuaikan dengan yang
ditauladankan Nabi SAW namun mengapa dalam berpolitik kita tak mencontoh Rasul,
malahan mengikuti sistem demokrasi yang tak pernah sekali pun dicontohkan Rasul?
Bukan hanya itu, ketika nasionalisme dianggap sebagai warisan dari para pendiri bangsa
ini yang notabene juga muslim, maka sebagian dari kita pun kemudian beralasan untuk
tetap mempertahankannya. Hak asasi manusia, liberalisasi, hermeneutika, budaya
permisif, hedonis semuanya serba jahiliyah. Berhala-berhala jaman modern tak lagi
berbentuk Latta dan Uzza namun berubah ujud menjadi Harta, Tahta dan Wanita. Berapa
banyak yang menyembah harta kekayaan, sehingga ia rela mengorbankan segalanya,
menghalalkan segala cara. Hawa nafsu pun dijadikannya sesembahan.
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
sesembahannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmuNya? Dan Allah telah
mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan penutup di atas
Dakwahkampusbooks
Uqdatul Kubro
Manusia adalah mahluk yang dikarunia keistimewaan oleh Allah, yang itu tidak
diberikan kepada makhluk lainnya yakni akal. Dengan akal itulah manusia dapat berfikir.
Ketika manusia dewasa ia mulai mempertanyakan tentang keberadaan dirinya di dunia
ini. Ia mulai berpikir tentang beberapa pertanyaan mendasar yang harus ia jawab.
Jawaban tersebut akan menjadi landasan dalam kehidupannya. Selama masalah ini
belum terjawab, selama itu pula manusia hidup tanpa tujuan yang jelas dan tidak akan
Dakwahkampusbooks
berjalan di dunia ini dengan tenang. Karena sifatnya yang demikian beberapa pertanyaan
pokok dan mendasar itu sering disebut sebagai 'Uqdatul Kubro' (masalah/simpul yang
sangat besar).
Pertanyaan mendasar tersebut berupa:
* Dari manakah manusia dan kehidupan ini ?
* Untuk apa manusia dan kehidupan ini ada ?
* Akan ke mana manusia dan kehidupan setelah ini ?
Bila pertanyaan ini terjawab maka seseorang akan memiliki landasan kehidupan
sekaligus tuntunan dan tujuan kehidupannya, -- terlepas dari jawabannya benar atau
salah. Manusia akan berjalan di dunia ini dengan 'landasan' tersebut, berekonomi dan
berbudaya berdasar 'landasan' itu, bahkan ia akan mengajak orang dan kaum lain agar
mengikuti 'landasan' tersebut.
Jika seseorang atau suatu kaum yang menyelesaikan 'uqdatul kubra' dengan jawaban
'kehidupan dunia ini ada dengan sendirinya, manusia berasal dari tanah materi dan
kelak akan kembali lagi menjadi materi/benda, sehingga manusia hidup untuk mencari
kebahagiaan materi selama ia mampu hidup, maka mereka akan hidup dengan aturan
yang dibuatnya sendiri, dengan standar baik-buruk yang ia kehendaki. Mereka akan
bertingkah laku, berbudaya, berekonomi dan berpolitik untuk mencapai kebahagiaan
material, selama mereka mampu hidup. Orang dan kaum seperti ini tidak meyakini
adanya hal ghaib (malaikat, akhirat, pahala-dosa dsb). Yang mereka percayai hanyalah
segala materi yang dapat dirasakan oleh panca indra belaka.
Selain itu ada orang atau suatu kaum yang menjawab di balik alam dan kehidupan ini
ada Sang Pencipta, yang mengadakan seluruh alam, termasuk dirinya, memberi
tugas/amanah kehidupan pada manusia dan kelak ada kehidupan lain setelah dunia ini,
yang akan menghisab seluruh perbuatannya di dunia, maka mereka akan hidup,
berekonomi, berbudaya, berpolitik dan berinteraksi dengan kaum lain, berdasarkan
aturan Penciptanya. Standar baik-buruk berdasarkan aturan Sang Pencipta, dan
sekaligus menjadi standar amal yang harus ia pertanggungjawabkan di hadapan Sang
Pencipta.
Demikianlah gambaran ringkas tentang 'landasan kehidupan' seseorang/suatu
kaum, yang sekaligus merupakan jawaban ' uqdatul kubro' manusia. Tetapi
bagaimanakah jawaban yang benar terhadap masalah ini?
Pemecahan yang Benar 'Uqdatul Kubro'
Dengan berbagai usaha berfikir, manusia mencoba mencari jawaban atas pertanyaan
Dakwahkampusbooks
mendasar tersebut melalui segala hal yang dapat dijangkau oleh akalnya. Karena segala
hal yang dapat dijangkau akal manusia, tidak lepas dari (1) alam semesta (al kaun ), (2)
manusia (al insan) dan (3) kehidupan (al hayaah), maka ketiga hal inilah yang dijadikan
obyek/media berpikir untuk mencari jawaban yang dimaksud.
Pemecahan yang benar terhadap masalah ini tidak akan terbentuk kecuali dengan
pemikiran yang mustanir (jernih) dan menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan
kehidupan serta hubungan ketiganya dengan kehidupan sebelum dan sesudah
kehidupan dunia ini. Islam telah memberi jawaban melalui proses berpikir yang jernih,
menyeluruh, benar, sesuai dengan akal, menentramkan jiwa dan sesuai dengan fitrah
manusia. Proses pencarian keshahihan dari 'uqdatul qubra' itu adalah sebagai berikut:
1. Proses keimanan terhadap Al Kholiq (Sang Pencipta)
Islam menjawab bahwa di balik alam semesta, manusia dan kehidupan ini ada Al
Kholiq (Sang Pencipta), yang mengadakan semua itu dari tidak ada menjadi ada. Al
Kholiq itu bersifat wajibul wujud (wajib/pasti adanya). Ia pun bukan mahluk karena
sifatnya sebagai Sang Pencipta memastikan bahwa diri-Nya bukanlah makhluk.
Bukti bahwa segala sesuatu itu mengharuskan adanya Pencipta dapat dibuktikan
sebagai berikut. Bahwasanya segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh akal terbagi
dalam tiga unsur, yaitu manusia, alam semesta dan kehidupan. Ketiga unsur ini bersifat
terbatas dan bersifat lemah, serba kurang dan saling membutuhkan kepada yang lain.
Misalnya manusia, ia merasa terbatas sifatnya karena tumbuh dan berkembang
tergantung terhadap segala sesuatu yang lain, sampai suatu batas yang tidak dapat
dilampauinya lagi. Oleh karena itu jelas ia bersifat terbatas, mulai dari 'ketiadaannya'
sampai batas waktu yang tidak bisa dilampauinya lagi. Begitu pula halnya dengan
kehidupan (nyawa), ia bersifat terbatas pula, sebab penampakan/perwujudannya
bersifat individual semata. Dan apa yang kita saksikan selalu menunjukkan bahwa
kehidupan itu ada lalu berhenti pada satu individu itu saja. Jadi jelas kehidupan itu
bersifat terbatas. Demikian pula halnya dengan alam semesta. Iapun bersifat terbatas.
Himpunan dari benda-benda terbatas dengan sendirinya terbatas pula sifatnya. Jadi
alam semesta itupun bersifat terbatas. Kini jelaslah bahwa manusia, kehidupan dan
alam semesta, ketiganya bersifat terbatas (termasuk memiliki batas awal dan akhir
keberadaannya).
Jika sesuatu itu bersifat terbatas, akan didapati bahwa segala hal tersebut tidak azali
(tidak berawal dan tidak berakhir). Sebab apabila ia azali, bagaimana mungkin ia bersifat
terbatas? Tidak boleh tidak, keberadaan semua yang terbatas ini membutuhkan adanya
'sesuatu yang lain'. Dan 'sesuatu yang lain' inilah yang dinamakan Al Kholiq, yang
menciptakan manusia, kehidupan dan alam semesta. Dalam menentukan sifat Al Kholiq
(Pencipta) paling tidak ada tiga kemungkinan.
Dakwahkampusbooks
Pertama, Ia diciptakan oleh yang lain. Dengan pemikiran aqliyah yang jernih dan
mendalam, akan dipahami bahwa kemungkinan ini adalah kemungkinan yang salah
(tidak dapat diterima oleh akal). Sebab jika Ia diciptakan oleh yang lain maka Ia adalah
makhluk dan bersifat terbatas, yaitu butuh kepada yang lain untuk mengadakannya.
Kedua, Ia menciptakan diri-Nya sendiri. Kemungkinan kedua ini pun juga bathil. Karena
jika demikian adanya, maka ia akan menjadi makhluk dan Khaliq pada saat yang
bersamaan. Jelas ini tidak dapat diterima oleh akal.
Ketiga, Ia bersifat azali dan wajibul wujud dan mutlak adanya. Jika dua kemungkinan di
atas dinyatakan bathil, maka hanya tinggal satu kemungkinan lagi yakni Al Kholiq itu
tidak boleh tidak harus bersifat azali dan wajibul wujud serta mutlak adanya. Dialah
Allah SWT. Inilah cara berfikir dalam menentukan sifat sang kholik yang shohih.
Sesungguhnya bagi setiap orang yang mempunyai akal hanya dengan perantaraan
wujud benda-benda yang dapat diinderanya, ia dapat memahami bahwa dibalik bendabenda itu terdapat Pencipta yang telah menciptakannya. Dengan memahami bahwa
semua benda-benda tadi bersifat serba kurang, sangat lemah dan saling membutuhkan
kepada yang lain, maka semua hanyalah makhluk. Karenanya untuk membuktikan
adanya Al Khaliq yang Maha Pengatur, sebenarnya cukup hanya dengan mengamati
segala sesuatu yang ada di alam semesta, kehidupan, dan di dalam diri manusia itu
sendiri.
Karena itu kita jumpai bahwa Al Qur'an senantiasa mengajak manusia untuk
mengamati segala apa yang ada di sekelilingnya dan apa yang berhubungan dengannya,
agar dapat membuktikan adanya Allah SWT. Sebab dengan mengamati benda-benda
akan memberikan suatu pemahaman yang meyakinkan manusia tentang adanya Allah
yang Maha Pencipta lagi Maha Pengatur secara pasti tanpa ada keraguan. Banyak ayat Al
quran yang berbicara berkenaan dengan hal ini, antara lain firman Allah :
Serta firman-Nya yang lain seperti QS Al Ghasiyah: 17-20, juga QS Ath Thariq: 5-7,
atau juga firman-Nya berikut yang artinya :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa
yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Ia hidupkan bumi sesudah
matinya (kering) dan Ia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan dan pengisaran air dan
awan yang dikendalikan antar langit dan bumi. Sesungguhnya pada semua itu terdapat
tanda-tanda (Keesaan dan Kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS Al
Baqarah: 164)
Masih banyak lagi ayat yang sejenis yang mengajak manusia untuk memperhatikan
benda-benda alam, serta melihat apa yang ada disekelilingnya untuk dijadikan petunjuk
atas adanya Sang Pencipta yang Maha Pengatur. Dengan demikian imannya kepada Allah
SWT menjadi mantap, yang berakar dari akal dan bukti nyata.
Inilah jawaban shohih secara ringkas, tentang keberadaan Al Kholiq dibalik manusia,
alam semesta dan kehidupan.
Penciptaan
Sebelum dunia
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang yang berakal. (QS Ali Imran: 190)
ADA PENCIPTA
Dibangkitkan
Setelah mati
Saat di dunia
ADA SAAT
PEMBALASAN
SETELAH MATI
IBADAH
Juga firman-Nya:
Perintah/larangan
Hisab
setiap manusia. Akan tetapi iman yang fithri ini hanya muncul dari perasaan hati yang
ikhlas belaka. Keimanan semacam ini tidak bisa dianggap aman. Sebab perasaan hati
semacam ini sering menambah-nambah terhadap apa yang diimani dengan sesuatu
yang realistis. Bahkan mengkhayalkannya dengan sifat-sifat tertentu yang lazim
terhadap apa yang ia imani sehingga dapat menjerumuskan ke arah kesesatan.
Penyembahan berhala dan khurafat (cerita bohong), tak lain tak bukan akibat salahnya
perasaan hati. Maka dari itu Islam tidak membiarkan perasaan hati ini sebagai satusatunya jalan menuju iman.
Islam menegaskan penggunaan akal bersama-sama dengan perasaan hati dan
mewajibkan atas setiap muslim untuk menggunakan akalnya dalam beriman kepada
Allah SWT serta melarang bertaqlid (ikut-ikutan) dalam masalah aqidah. Untuk itulah
Islam telah menjadikan akal sebagai timbangan dalam beriman kepada Allah.
Sebagaimana firman Allah SWT :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (QS Ali Imran: 190)
Oleh karena itu, wajib bagi setiap muslim membangun keimananya betul-betul
muncul dari proses berfikir, meneliti, memperhatikan serta bertahkim pada akalnya
dalam beriman kepada Allah SWT secara mutlak.
Batas akal dalam memahami sang Khaliq
Kendati Islam mewajibkan atas manusia untuk menggunakan akalnya dalam beriman
kepada Allah SWT, namun tidak mungkin akal manusia bisa memahami apa yang ada di
luar jangkauan indranya. Hal ini karena sifat dan kekuatan akal manusia terbatas,
sehingga pemahamannya pun terbatas.
Oleh karena itu, akal tidak mampu untuk memahami Dzat Allah dan hakekat-Nya,
sebab Allah berada di luar ketiga unsur pokok alami yang dapat diindera manusia (alam
semesta, manusia dan kehidupan). Hanya saja tidak dapat dikatakan : Bagaimana
mungkin orang dapat beriman kepada adanya Allah SWT, sedang akalnya sendiri tidak
mampu memahami Dzat Allah?. Memang tidak bisa dikatakan demikian, sebab pada
hakekatnya iman itu adalah percaya akan adanya (wujud/keberadaan-Nya) Allah, di
mana wujud Allah ini dapat dipahami melalui keberadaan makhluk-makhluk-Nya, yaitu
alam semesta, manusia dan kehidupan. Ketiganya ini berada dalam batas-batas yang
Dakwahkampusbooks
Dakwahkampusbooks
10
terhadap putusan yang engkau berikan dan mereka menerima (pasrah) dengan
sepenuhnya. (QS An Nisa: 65)
Dirikanlah shalat..
sebenarnya sama saja kufur terhadap ayat:
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS Al
Baqarah: 275)
Atau terhadap ayat:
Kebangkitan Manusia
Bangkitnya manusia tergantung dari landasan kehidupan (aqidah)nya, yang
merupakan jawaban atas pertanyaan mendasar tentang kehidupan ini. Karenanya umat
harus diarahkan kepada aqidah yang benar, sehingga memiliki pandangan hidup yang
benar dan mendorongnya berbuat sesuai dengan aturan yang muncul dari aqidah yang
benar tadi. 'Pemahaman aqidah' ini selalu ada dalam diri suatu manusia, umat atau
kaum; karenanya, untuk mengubah keadaan suatu kaum agar bangkit, aqidah inilah
yang harus diubah terlebih dahulu. Allah SWT berfirman :
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah 'keadaan' suatu kaum sebelum kaum itu
sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka. (QS Ar Ra'd: 11)
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri potonglah tangan keduanya.
(QS Al Maidah: 38)
Atau ayat :
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan (hewan yang
disembelih atas nama selain Allah. (QS Al Maidah: 3)
Dengan demikian, iman terhadap syari'at sebenarnya tidak berhenti pada akal
semata, tetapi juga harus ada penyerahan mutlak terhadap segala yang datang dari sisiNya, sebagaimana firman-Nya :
Maka demi Rabb-mu mereka itu (pada hakekatnya) tidak beriman sebelum mereka
menjadikan kamu (Muhammad) sebagai hakim (pemutus) terhadap perkara yang
mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa di hati mereka suatu keberatan
Dakwahkampusbooks
11
Satu-satunya jalan perubahan aqidah dengan membentuk pemikiran yang benar dan
jernih tentang aqidah yang shohih yang melandasi kehidupan dan kebangkitannya. Hal
ini dapat dengan menyampaikan (kepada manusia-peny) pemikiran yang benar tentang
pemecahan simpul pada 'masalah besar' (Uqdatul Kubro') dalam diri manusia. Apabila
masalah besar ini telah teruraikan, maka terurai pula masalah yang lainnya, sebab hanya
merupakan bagian atau cabang dari masalah besar tadi. Oleh karena itu bagi mereka
yang menghendaki kebangkitan dan kehidupan berada diatas jalan yang mulia, harus
terlebih dahulu memecahkan masalah besar ini dengan pemecahan yang benar, yakni
dengan aqidah yang benar.
Islam telah menangani 'masalah besar' ini. Dipecahkannya untuk manusia dengan
pemecahan yang sesuai dengan fithrah, memuaskan akal serta memberikan ketenangan
jiwa. Oleh sebab itu Islam dibangun diatas satu dasar yaitu aqidah, yang mengatakan
bahwasanya dibalik alam semesta, manusia dan kehidupan terdapat Sang Pencipta (Al
Khaliq) yang telah menciptakan ketiganya, dan yang telah menciptakan pula segala
sesuatu yang lainnya. Dialah Allah SWT. Aqidah yang mengatakan bahwasanya Pencipta
ini telah menciptakan segala sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Ia bersifat wajibul
wujud (wajib adanya), Ia bukan makhluk, karena sifat-Nya sebagai Pencipta memastikan
bahwa diri-Nya bukan makhluk, serta memastikan pula bahwa ia mutlak adanya. Segala
sesuatu menyandarkan wujudnya kepada diri-Nya, sedangkan Ia tidak bersandar kepada
sesuatu apapun.
Dakwahkampusbooks
12
merupakan hal yang mutlak diperlukan. Jika pemuasan ini dibiarkan berjalan tanpa
aturan akan menjadi pemuasan yang salah, berlebihan serta menyebabkan malapetaka
bagi manusia. Karena itu harus ada aturan yang mengatur gharizah dan kebutuhankebutuhan jasmani ini. Tetapi aturan ini tidak boleh datang dari pihak manusia, sebab
pemahamannya dalam mengatur gharizah dan kebutuhan jasmani selalu menjadi obyek
(sasaran) kekeliruan, perselisihan dan keterpengaruhan oleh lingkungan yang
didiaminya. Maka dari itu aturan tersebut harus datang dari Allah SWT, yang untuk dapat
sampai ke tangan manusia, haruslah melalui seorang rasul.
3. Proses Keimanan terhadap Al Qur'an Kalamullah
Adapun bukti yang sangat mudah bahwa Al Qur'an itu datang dari Allah SWT,
dapat dilihat dari kenyataan/fakta bahwa Al Qur'an itu sebuah kitab berbahasa arab yang
dibawa oleh Rasulullah SAW. Karena fakta tersebut, maka dalam upaya menentukan dari
mana asal Al Qur'an itu, dapat kita buktikan dengan tiga kemungkinan dan hanya tiga
kemungkinan itu, tidak ada kemungkinan yang lain. Ketiga kemungkinan tersebut
adalah:
Pertama, ia merupakan karangan bangsa Arab.
Kemungkinan yang pertama ini, orang yang mengatakan bahwa Al Qur'an
merupakan karangan bangsa Arab adalah suatu kemungkinan yang bathil. Sebab Al
Qur'an sendiri menantang mereka (bangsa Arab) untuk membuat karya yang
serupa. Sebagaimana tertera dalam firman-Nya:
Katakanlah: 'Kalau benar yang kamu katakan maka coba datangkan sebuah
surat yang menyamainya. (QS Yunus: 38)
Bangsa Arab telah berusaha untuk menghasilkan karya yang serupa, akan tetapi
mereka tidak juga berhasil. Jadi, jelas Al Qur'an bukan berasal dari perkataan orang
Arab, karena ketidakmampuan mereka untuk menghasilkan karya yang serupa.
Dakwahkampusbooks
13
14
Arab.
Ketiga, ia berasal dari Allah semata, sebagaimana pernyataan pembawanya.
Setelah kedua kemungkinan tersebut terbantahkan, kini hanya tinggal satu
kemungkinan yaitu bahwa Al Qur'an itu adalah kalamullah. Kemungkinan inilah yang
shahih di antara tiga kemungkinan yang ada. Kemungkinan ini sekaligus
membuktikan bahwa Muhammad SAW adalah Rasulullah karena tidak ada yang
membawa syariat dan mukjizat kecuali seorang nabi dan rasul. Sedangkan yang
membawa syariat (Al Qur'an) tersebut tidak lain adalah Muhammad SAW.
Demikian uraian-uraian singkat namun jelas dan tegas tentang dalil aqli untuk
beriman kepada (wujudnya) Allah, kepada kebenaran kerasulan Muhammad SAW dan
kepada Al Qur'an, bahwasanya Al Qur'an merupakan kalam Allah.
Konsekuensi Iman Kepada Allah, Rasulullah SAW, dan Al Qur'an
Jadi iman kepada (wujud) Allah itu datang dari akal dan memang harus datang dari
jalan seperti ini. Ini pula yang menjadi dasar kuat untuk beriman terhadap hal-hal yang
ghaib dan segala hal yang dikabarkan oleh Allah SWT. Sebab jika kita telah beriman
kepada Allah SWT, yang memiliki sifat-sifat ketuhanan itu, maka wajib pula bagi kita
untuk beriman terhadap apa saja yang dikabarkan oleh-Nya. Baik hal itu dapat dicerna
oleh akal maupun tidak, karena semua itu dikabarkan oleh Allah SWT.
Dari sini kita wajib beriman kepada hari kebangkitan dan pengumpulan (ba'ats),
surga dan neraka, hisab dan siksa, juga beriman akan adanya malaikat, jin dan syaithan,
serta apa saja yang telah diterangkan Al Qur'an dan hadist qath'i. Iman seperti ini
walaupun didapat dengan jalan 'mengutip' (naql) dan mendengar (sama'), akan tetapi
pada dasarnya telah terbukti oleh akal. Jadi aqidah seorang muslim itu harus bersandar
kepada akal atau pada sesuatu yang telah terbukti dasarnya oleh akal. Apa saja yang tidak
terbukti oleh kedua jalan tadi, yaitu akal serta nash Al Qur'an dan hadist qath'i
(mutawatir), haram baginya untuk meyakininya. Sebab aqidah tidak boleh diambil
kecuali dengan kepastian (keyakinan).
Oleh karena itu kita wajib beriman kepada kehidupan sebelum dunia, yaitu adanya
Allah SWT dan proses penciptaan oleh-Nya; serta beriman kepada kehidupan setelah
dunia yaitu hari akhirat. Perintah-perintah Allah itu merupakan tali penghubung (shilah )
antara kehidupan dunia dengan kehidupan sebelum dunia, yaitu hubungan penciptaan
(shilatul khalq); dan sekaligus menjadi tali penghubung kehidupan dunia dengan
kehidupan sesudah dunia (shilatul muhasabah). Dan pastilah hal ihwal manusia terikat
Dakwahkampusbooks
15
oleh tali penghubung ini. Karenanya manusia wajib berjalan dalam kehidupan ini sesuai
dengan peraturan Allah dan wajib beri'tiqad bahwa ia diciptakan oleh Allah, dan akan
dihisab di hari kiamat atas segala perbuatannya di dunia.
Dengan demikian telah terbentuklah pemikiran yang jernih tentang apa yang ada di
balik kehidupan, alam semesta dan manusia. Telah terbentuk pula pemikiran yang jernih
tentang alam sebelum dan alam sesudah dunia. Dan bahwasanya terdapat 'tali
penghubung' antara dunia dengan kedua alam tersebut. Dengan demikian telah
terurailah 'masalah besar' itu secara pasti kebenarannya dengan Aqidah Islamiyah.
Apabila manusia telah berhasil memecahkan hal tadi ia dapat beralih memikirkan
kehidupan dunia serta mewujudkan pemahaman yang benar (terhadap dunia), yang
dihasilkan dari pemikiran dasar tersebut. Pemecahan itu pula yang menjadi dasar bagi
berdirinya suatu prinsip ideologis kehidupan (mabda') yang membentuk jalan menuju
kebangkitan suatu kaum. Mabda' itu pula yang akan menjadi dasar bagi tumbuh
kembangnya peradaban (hadloroh) suatu kaum. Juga menjadi dasar bagi peraturanperaturan hidupnya, dan juga menjadi dasar untuk mendirikan negaranya. Dengan
demikian dasar bagi berdirinya Islam, baik secara fikroh (ide dasar) maupun thoriqoh
(pola operasional/metode pelaksanaan) adalah Aqidah Islam itu sendiri.
Allah SWT berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada Kitab yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya dan kepada Kitab yang
diturunkan sebelumnya. Dan siapa saja yang mengingkari Allah dan Malaikat-Nya dan
Kitab-Kitab-Nya dan Rasul-Rasul-Nya dan hari akhir maka ia telah sesat sejauh-jauhnya
kesesatan. (QS An Nisa: 136)
Apabila semua ini (Iman kepada Allah, dst tadi) telah terbukti kebenarannya, maka
wajib pula beriman kepada Syari'at Islam (sebagaimana terhadap Aqidah Islam). Karena
seluruh syariat ini tercantum dalam Al Qur'an dan telah dibawa oleh Rasulullah SAW.
Apabila tidak beriman maka ia kufur. Seorang yang ingkar terhadap hukum-hukum syara'
secara keseluruhan atau sebagian, dapat menyebabkan ia menjadi kufur. Baik hukumhukum itu berkaitan dengan ibadah, muamalah, uqubat (sanksi), ataupun math'umat
Dakwahkampusbooks
16
BAB II
Mabda Islam
Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhan (kaffah) dan janganlah kamu mengikuti langkah setan. Sesungguhnya
setan itu musuhmu yang paling nyata (QS. Al Baqarah: 208)
Jika kita amati perubahan yang terjadi di berbagai belahan dunia, tidak terlepas dari
perbedaan tingkat pemikiran manusia saat itu. Konflik antar manusia, antar suku, antar
bangsa atau antar agama adalah hal yang wajar terjadi dilihat dari keragaman pemikiran
dalam masyarakat. Namun, dari berbagai perubahan yang terjadi, perbedaan
ideologilah yang nampak banyak mempengaruhi perubahan tersebut. Terjadinya perang
dingin antara blok barat (kapitalis) dan blok timur (sosialis/komunis) yang melibatkan
sejumlah negara selama bertahun-tahun menunjukkan bukti tersebut.
Dengan berakhirnya perang dingin, kini ideologi kapitalis yang dimotori Amerika
Serikat berusaha menjadikan ideologinya sebagai landasan berfikir bagi semua negara
di dunia. Hal ini dilatarbelakangi oleh 'keyakinan' bahwa ideologi kapitalis bersifat
universal seperti yang digambarkan oleh Samuel P Huntington dalam tesisnya. Amerika
Serikat lewat berbagai media komunikasi yang dikuasainya berusaha
mempropagandakan ide-ide kapitalis ke seluruh dunia seperti pluralisme, HAM,
demokrasi, perdagangan bebas dan ide-ide kufur lainnya. Wajarlah bila hampir semua
konflik atau perubahan tidak luput dari perhatian dan keikutsertaan Amerika Serikat.
Bila negara-negara tersebut tidak memenuhi keinginannya, maka AS pun tak segansegan memberikan sanksi, baik secara ekonomi ataupun secara militer.
Kesombongan AS dengan kapitalisnya, bukan berarti tanpa perlawanan. Di beberapa
negara mayoritas Islam seperti Iran, Irak, Malaysia, Libya dan juga di Indonesia mulai
bangkit orang-orang yang menentang kesombongan AS. Demikian juga di negara-negara
sisa komunis seperti Kuba, RRC dan Korea Utara. Kampanye anti Amerika juga
dilancarkan oleh sejumlah LSM di berbagai negara. Dari sini, tampak jelas bahwa
persaingan ideologi telah melahirkan suatu konflik yang berkepanjangan, apalagi setiap
pengemban ideologi akan berusaha untuk mempertahankan dan menyebarkan
ideologinya ke seluruh penjuru dunia.
Selain kedua ideologi tersebut, masih ada sebuah ideologi lagi yang pernah
menguasai dunia, yaitu ideologi Islam. Sebagai sebuah ideologi, Islam pernah jaya
selama belasan abad sejak masa Rasulullah SAW hingga keruntuhan Daulah Khilafah
Turki Utsmani th 1924. Sejak runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani hingga awal abad
kedua puluh satu ini, ideologi Islam tidak pernah lagi diterapkan secara kaffah. Bahkan
umat Islam sendiri banyak yang tidak mengetahui bahwa agamanya adalah sebuah
Dakwahkampusbooks
17
Dakwahkampusbooks
18
Dan kami turunkan kepada kamu kitab ini untuk menerangkan semua perkara. (QS
An Nahl: 89)
juga firman-Nya:
Hari ini telah Aku sempurnakan agama kamu dan telah Aku cukupkan nikmatKu
untukmu, serta Aku ridlai Islam sebagai agama bagimu.(QS Al Maidah: 3)
Dari nash tersebut, jelas bahwa Islam telah sempurna sehingga pastilah tidak ada
satu hal pun yang tidak diatur oleh Islam. Dari masalah yang sangat sederhana seperti
memindahkan duri dari tengah jalan sampai masalah yang sangat kompleks seperti
pemerintahan, Islam mengaturnya.
Namun demikian, penjelasan yang menerangkan segala urusan tersebut secara
umumnya dinyatakan dalam bentuk amarat (tanda-tanda umum) serta tanda-tanda
yang perlu penggalian hukum untuk menguraikannya. Orang yang bertugas untuk
menggali hukum-hukum tersebut dan menyampaikannya kepada umat haruslah
seorang mujtahid. Agar hasil ijtihad dari mujtahid itu benar maka syarat-syarat ijtihad
seperti pendalaman bahasa Arab, ilmu hadits, ilmu Al Qur'an, dan tsaqofah Islam yang
lainnya mutlak diperlukan bagi seorang mujtahid. Adanya mujtahid untuk melakukan
ijtihad merupakan fardlu kifayah. Sehingga, tidak boleh dalam suatu kurun waktu tidak
ada orang yang melakukan ijtihad untuk disampaikan kepada umat.
Dari uraian di atas nampak bahwa syari'at Islam adalah syari'at yang lengkap yang
mengatur seluruh urusan manusia seperti ibadah, ekonomi, sosial, politik,
pemerintahan, pendidikan dan yang lainnya. Namun semua hukum-hukum Islam
tersebut hanya akan sempurna dilaksanakan umat Islam tatkala segala perangkat yang
melaksanakannya ada. Dalam hal ini adanya Daulah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Bila
sekarang tidak ada sistem tersebut maka kewajiban kaum musliminlah untuk
mengadakan sistem tersebut sehingga segala hukum-hukum Islam dapat diterapkan
dengan sempurna. Sebab bagi orang yang beriman, Allah SWT telah memerintahkan
untuk masuk ke dalam Islam secara keseluruhan dan tidak boleh melaksanakannya
sebagian-sebagian. Allah berfirman:
19
Mereka akhirnya memandang Islam sama dengan agama-agama lain di dunia. Padahal
agama-agama tersebut tidak memiliki konsep politik yang mengatur masalah
kehidupan. Maka tatkala umat keliru dalam memahami Islam tersebut maka umat pun
akan keliru dalam menerapkan Islam dalam masyarakat. Demikian juga ketika ada
masalah yang muncul dalam masyarakat dan karena tidak ada yang sanggup berijtihad
sehingga masalah tersebut tidak bisa dipecahkan, maka umat pun memandang Islam
tidak lengkap. Akhirnya mereka beralih kepada ideologi selain Islam untuk pemecahan
masalah tersebut. Mereka pun akhirnya mencampur adukkan Islam dengan ideologi lain
seperti demokrasi Islam dan sosialisme Islam.
Aqidah Islam sesungguhnya telah memerintahkan setiap individu untuk
menyembah hanya kepada Allah semata (QS Adz Dzariyat: 56). Penyembahan tersebut
harus dilakukan secara keseluruhan dan dilaksanakan sebagaimana yang telah
diperintahkan dan dicontohkan Rasulullah SAW. Penyembahan itu pula tidak hanya
ditunjukkan pada satu bentuk saja semisal akhlak (tingkah laku), namun juga ditujukan
pada semua aspek kehidupan, semua urusan masyarakat dan pemerintahan.
Secara umum sistem Islam mengatur setidaknya tiga hal. Pertama, hukum-hukum
yang berkenaan dengan individu dan Al Khaliq, yakni Allah SWT (hablum minallah)
seperti ibadah yang meliputi shalat, puasa, zakat, haji dan jihad. Kedua, mengatur
hubungan satu individu dengan dirinya sendiri (hablum minannafsi) seperti hukum
berpakaian, makan, minum, dan termasuk diantaranya akhlak. Ketiga, mengatur
hubungan individu dengan individu yang lainnya dalam masyarakat (hablum minannasi)
seperti urusan niaga, pendidikan, sosial, pemerintahan , politik dan hukum-hukum yang
lainnya.
Bila semua hubungan itu diatur merujuk pada sistem Islam, artinya orang Islam telah
melaksanakan kehidupan berdasarkan aqidah Islam yang benar (ideologi Islam). Selain
itu akan nampaklah bahwa memang Islam lebih unggul dibanding agama atau ideologi
yang lainnya. Realitas sejarah telah menunjukkan bagaimana tingginya peradaban Islam
dibanding peradaban yang lainnya saat itu. Umat Islam kala itu pun pantas disebut umat
terbaik sebagaimana tercantum dalam Al Qur'an surat Ali Imran ayat 110.
Secara umum kita mengenal tiga ideologi besar dunia. Mereka adalah
Kapitalis/Liberalisme, Sosialisme dan Islam. Kapitalisme dan Sosialisme sampai saat ini
masih diemban oleh beberapa Negara dan beberapa LSM. Sedangkan untuk Islam
sampai saat ini masih diemban oleh individu/partai dan belum diemban oleh Negara
sejak runtuhnya Daulah Khilafah Turki Utsmani pada 3 Maret 1924. Namun demikian
Insya Allah Daulah Khilafah Islamiyah yang akan kembali melanjutkan Islam akan segera
berdiri.
Sejak kelahirannya, setiap ideologi mempunyai kekhasannya masing-masing, baik
dari ide ataupun dari metode operasionalnya. Tentang perbandingan ketiga ideologi ini
secara garis besar bisa dilihat pada tabel-tabel berikut ini.
Dakwahkampusbooks
20
No
Fikrah/Ide
Aqidah Aqliyah
Perihal
Ideologi/Mabda
ISLAM
Thariqah/metod
Metode penerapan Ideologi
Ikatan perbuatan
7.
8.
Meraih sebanyakbanyak
materi (berupa pangkat,
kedudukan, pujian dll.)
9.
Mendewakan kebebasan
pribadi demi meraih
kebahagiaan yang mereka
definisikan
Perihal
Sumber
Islam
Kapitalisme
Masyarakat merupakan
kumpulan dan kesatuan
manusia, alam dan
interaksinya dengan alam
Wahyu Allah SWT kepada Buatan akal manusia yang Buatan akal manusia yang
Rasulullah SAW
memang terbatas
memang terbatas
Sekularisme; memisahkan Materialisme dan evolusi,
agama dari kehidupan
menolak keberadaan agama
masyarakat dan negara
Tidak sesuai. Sebab, disatu
sisi mengakui keberadaan
Tuhan namun pada saat
yang sama manusialah
yang dianggap layak dan
tidak punya kekurangan
untuk menetapkan aturan.
Manusia
Manusia
Dakwahkampusbooks
21
Mendewakan kebebasan
pribadi demi meraih
kebahagiaan yang mereka
definisikan
Masyarakat merupakan
Masyarakat merupakan
kumpulan individu yang
kumpulan individumemiliiki perasaan dan
individu.
pemikiran yang satu serta
diatur oleh hukum yang sama.
Sosialisme-Komunisme
La ilaha illallah;
menyatukan antara
hukum Allah SWT dengan
kehidupan
Kesesuaian dengan fitrah Sesuai. Islam menetapkan
(dalam hal ini adanya
manusia itu lemah. Oleh
manusia yang lemah dan sebab itu, segala aturan
perlu pencipta yang Maha apa pun harus berasal dari
Mengatur)
Allah SWT lewat wahyuNya.
Sosialisme-Komunisme
Fokus
Khilafah Islamiyah
Hukum-hukum Islam
Kapitalisme
Rukun Iman
Ide tentang hukum
ibadah, sos-masy,
hukum
ekonomi,
pemerintahan,
,
pendidikan, pengadilan
dan akhlaq pengadilan
akhlaq
Islam
Dakwahkampusbooks
Halal - haram
Manfaat kekinian
Atas dasar ketaqwaan individu, Terserah individu
kontrol masyarakat dan
penerapan dari masyarakat
22
BAB III
Dakwah dan Perubahan Sosial
Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan ummat (kelompok) yang
mengajak kepada kebajikan (Islam), memerintahkan kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS
Ali Imran: 104)
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan hubungan manusia dengan manusia
lainnya. Sehingga individu dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
masyarakat. Tidak ada satu pun agama atau ideologi lain yang memiliki aturan semacam
itu apalagi menandinginya. Rasulullah SAW telah menjelaskan hubungan individu
dengan masyarakat ini melalui sabdanya:
Perumpamaan orang yang menjaga dan menerapkan batas (peraturan) Allah
adalah laksana kelompok penumpang kapal yang mengundi tempat duduk mereka.
Sebagian mereka mendapat tempat di bagian atas, dan sebagian lain di bagian bawah,
jika mereka membutuhkan air, maka harus berjalan melewati bagian atas kapal. Maka
merekapun berujar, bagaimana jika kami lobangi saja bagian bawah kapal ini (untuk
mendapatkan air), toh hal itu tidak menyakiti orang yang berada di bagian atas. Jika
kalian biarkan mereka berbuat menuruti keinginan mereka itu, maka binasalah mereka,
dan seluruh penumpang kapal itu. Tetapi jika kalian cegah mereka, maka selamatlah
mereka dan seluruh penumpang yang lain. (HR Bukhari)
Beliau juga menjelaskan bagaimana keterpaduan individu dan masyarakat, dimana
individu berbuat untuk kemaslahatan masyarakat dan masyarakat berbuat untuk
menjaga individu. Sabda Beliau SAW:
Perumpamaan orang-orang muslim, bagaimana kasih sayang dan tolong
menolong terjalin antar mereka, adalah laksana satu tubuh. Jika satu bagian merintih
merasakan sakit, maka seluruh bagian tubuh akan bereaksi membantunya, dengan
berjaga (tidak tidur) dan bereaksi meningkatkan panas badan (demam). (HR Muslim)
Oleh karena itu Islam mewajibkan setiap pemeluknya untuk bertanggung jawab
terhadap saudaranya dan segenap umat manusia pada setiap waktu dan keadaan. Sama
sekali tidak ada tempat bagi orang yang egois atau individualis. Rasulullah SAW
bersabda:
Siapa saja yang bangun pagi hari dan ia hanya memperhatikan masalah dunianya,
maka orang tersebut tidak berguna apa-apa disisi Allah; dan barangsiapa yang tidak
memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia tidak termasuk golongan mereka. (HR
Thabrani dari Abu Dzar Al Ghifari)
Dakwahkampusbooks
23
Apabila secara jernih kita melihat kondisi kaum muslimin di seluruh dunia saat ini,
maka akan kita dapati ternyata setelah Daulah Khilafah runtuh pada tahun 1924 kaum
muslimin berada dalam keterpurukan di berbagai bidang kehidupan. Mulai dari
terpecah belahnya kaum muslimin oleh sekat-sekat nasionalisme, terancamnya aqidah
kaum muslimin oleh serangan misionaris agama kristen, diterapkannya sistem
demokrasi kufur di kancah kehidupan, pola hidup barat yang sudah mengakar di negerinegeri kaum muslimin, sehingga tidak ada satupun negeri kaum muslimin yang
menerapkan Islam sebagai sebuah Ideologi. Semua ini berpangkal pada rendahnya taraf
berpikir kaum muslimin yang teramat parah.
Problematika Umat Islam Kekinian
Kondisi umat Islam kekinian masih diliputi derita. Imperialisme, kemiskinan,
kebodohan, ketertinggalan dan sederet permasalahan lainnya belum juga terselesaikan.
Di negeri Indonesia ini saja misalnya, sebagai negeri yang berpenduduk muslim terbesar
di dunia, krisis multidimensi yang sejak beberapa tahun ke belakang melanda kita
nampaknya masih akan terus dirasakan. Bagaikan benang kusut, berbagai masalah itu
membelit, sehingga tidak dapat diketahui mana ujung pangkalnya, dan mana yang lebih
dahulu harus diuraikan dan diselesaikan, karena lilitan masalah itu terjadi hampir di
semua segi kehidupan. Begitu juga yang dirasakan oleh umat Islam di Asia Tengah seperti
Chechnya, di Eropa seperti Albania dan Bosnia Herzegovina, Sudan (Afrika), Iraq,
Afghanistan dan Palestina (Asia Barat), Malaysia, Pattani, dan Filipina (Asia Tenggara),
Bangladesh, Pakistan dan India (Asia Selatan), serta negeri-negeri Islam yang lain yang
tengah mengalami kondisi yang tak jauh berbeda.
Jika kita amati, negeri-negeri Islam saat ini tidak memiliki kedaulatan penuh
untuk menentukan kehidupan mereka. Intervensi negara-negara adikuasa terutama
Amerika Serikat sangat kental dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh
para penguasa negeri-negeri tersebut. Imperialime klasik berbentuk penjajahan fisik
memang tidak lagi populer, tetapi sesungguhnya umat Islam masih menjadi obyek
imperalisme gaya baru yang lebih halus dan mematikan berupa penjajahan politis
dan dominasi ekonomi melalui PBB, IMF, WTO dan berbagai lembaga internasional
lainnya.
Secara ekonomi, kebanyakan negeri-negeri kaum muslimin tergolong sebagai
negara miskin. Kenyataan ini sebenarnya sangat mengherankan. Sebab negara-negara
yang bergelimang dengan kemiskinan dan penderitaan itu sebenaranya adalah negaranegara yang sumber daya alamnya sangat melimpah. Indonesia, misalnya, negara yang
sangat terkenal dengan kesuburannnya, dan berbagai tambang minyak, emas, tembaga,
Dakwahkampusbooks
24
25
26
(4). Terorisme
Terorisme menjadi topik paling hangat dibahas media massa di seluruh dunia.
Pasca peledakan gedung WTC 11 September 2001, isu terorisme memang telah
menjadi isu global. Media massa Barat - yang kemudian diikuti oleh media massa
lainnya - mempunyai andil dalam membangun opini bahwa aktivitas terorisme
berkaitan dengan perjuangan Islam, yaitu melawan penjajahan AS dan sekutunya di
negeri-negeri Muslim, khususnya di Irak dan Afganistan. Aksi terorisme yang sangat
kejam itu diopinikan sebagai aktivitas kelompok Islam atau bahkan aktivitas kaum
Dakwahkampusbooks
27
28
hanyalah sebuah propaganda untuk memecah belah kaum muslimin. Selain itu
kalimat tersebut bertentangan dengan sabda Rasulullah, yaitu : Bukanlah
golonganku orang yang menyeru kepada ashobiyah, bukanlah golonganku orang
yang berjuang untuk ashobiyah dan bukan golonganku orang yang mati dalam
memperjuangkan ashobiyah. (HR Muslim)
Ashobiyah yang dimaksud adalah perasaan fanatisme golongan termasuk ke
dalamnya kesukuan dan nasionalisme. Ashobiyah inilah yang telah memecah belah
kaum muslimin.
(6). HAM dan Demokrasi
Di sisi aqidah, kaum muslimin juga banyak terpesona oleh ide-ide yang
bertentangan dengan Islam. Tanpa ragu ide-ide demokrasi dan HAM dianut dan
diperjuangkan sebagai pemecah berbagai problematika hidup. Padahal ide-ide
tersebut justru menjadi sumber masalah di negeri-negeri mereka. Dengan alasan
demokrasi dan HAM, kaum muslimin ikut-ikutan memperjuangkan kebebasan
bertingkah laku, kebebasan beragama dan kebebasan berpendapat. Dari ide-ide
ini munculah derivatnya berupa ide permisivisme (keserbabolehan),. termasuk
memperbolehkan bertingkah laku apa saja asalkan tidak mengganggu orang lain.
Akhirnya judi, minuman keras, pergaulan bebas dan freesex muncul di mana-mana
dengan alasan hal itu tidak mengganggu orang lain. Akhirnya muncu bencana baru
berupa AIDS yang hingga saat ini belum ditemukan obatnya.
(7). Pengrusakan Martabat Wanita
Di barat, wanita bukanlah seorang sosok yang berperan sangat mulia untuk
mendidik generasi mendatang yang berkualitas. Mereka mengganggap wanita
sebagai sebuah barang dan bisa jadi sebuah komoditi yang bisa dirasakan oleh siapa
saja. Aurat wanita diumbar di mana-mana. Media massa tidak henti-hentinya
menayangkan gambar wanita telanjang maupun sedikit tidak telanjang untuk
melariskan dagangan. Model wanita karier berkembang dimana-mana. Kuno dan
haram sepertinya ketika harus memakan gaji suami. Sehingga akhirnya tugasnya yang
mulia sebagai pendidik generasi masa depan yang berkualitas ditinggalkan.
menentukan arah perjuangannya. Seluruh potensi dan kekuatan umat pun harus
dikerahkan menyelesaikan masalah utama tersebut. Tanpa memahami dan membatasi
masalah tersebut, maka arah perjuangan umat pasti tidak akan terarah dan berakhir
dengan kesia-siaan.
Dengan membatasi masalah utama umat Islam ini pula, maka menjadi jelaslah
tujuan yang diupayakan oleh seluruh pengemban dakwah Islam, baik dalam bentuk
kutlah-kutlah (kelompok dakwah), jama'ah-jama'ah, atau pun partai-partai politik (al
hizbu as siyaasi).
Setelah melakukan pengkajian secara mendalam terhadap Islam dan kondisi
umat Islam saat ini, maka dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya al qadliyyah al
mashiriyyah umat Islam saat ini adalah bagaimana memberlakukan kembali hukum
yang diturunkan Allah SWT secara totalitas. Caranya, dengan menegakkan kembali
sistem Khilafah Islamiyyah dan mengangkat seorang khalifah yang dibaiat atas dasar
Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Dialah yang akan mengusir negara kafir imperialis dari
negeri-negeri muslim, menggusur perundang-undangan kufur untuk kemudian
menggantinya dan merealisasikan hukum-hukum Islam, menyatukan negeri-negeri
Islam di dalam naungan khilafah, serta mengemban risalah Islam ke seluruh dunia
melalui dakwah dan jihad.
Minimal ada dua alasan mengapa berlakunya hukum-hukum Islam dalam
kehidupan individu, masyarakat, dan negara ini dapat dikategorikan sebagai al
qadliyyah al mashiriyyah bagi umat Islam.
Pertama, Allah SWT telah mewajibkan umat Islam untuk menerapkan Islam
secara totalitas. Dan hal itu hanya bisa dilakukan dengan tegaknya Daulah Khilafah
Islamiyyah. Ada pun dasar pemikiran tentang wajibnya memberlakukan hukum-hukum
Islam dan menegakkan daulah adalah sebagai berikut:
Dakwahkampusbooks
Dakwahkampusbooks
Al Qadliyyah al Mashiriyyah
29
30
Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah" (QS. AL Hasyr: 7)
Dalalah (penunjukan) ayat ini bersifat qath'iy dalalah (pasti penunjukkannya),
yakni menunjukkan kewajiban terikat dengan hukum-hukum syara'. Allah
memerintahkan kaum muslimin agar melaksanakan apa-apa yang dibawa atau
diperintahkan Rasulullah, baik yang berupa perintah wajib, sunnah, maupun mubah,
serta mengharuskan mereka meninggalkan segala yang dilarang, baik yang haram
maupun yang makruh. Dan Allah juga memerintahkan untuk mencegah apa yang
dilarang bagi mereka. Maka seluruh manusia wajib terikat dengan setiap seruan yang
dibawa Rasulullah. Sedangkan perintah dalam ayat tersebut menunjukkan wajib apabila
dikaitkan dengan qarinah (indikasi) ayat lainnya. Seperti, firman Allah SWT:
"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya (Rasul) takut akan ditimpa
fitnah atau ditimpa azab yang pedih" (An Nur: 63).
Pada ayat ini, Allah SWT memberikan ancaman kepada siapa saja yang
menyimpang dari perintah Rasulullah akan diberikan iqaab (sanksi) berupa
ditimpakannya fitnah atau adzab yang pedih di akhirat. Ini menunjukkan bahwa mentaati
syariat yang dibawa Rasulullah (Islam) itu bersifat jazim (tegas/pasti), yakni memberikan
implikasi hukum wajib. Dengan demikian lafadz dan pada QS Al Hasyr : 7 itu bersifat
wajib.
Indikasi lain yang menunjukkan bahwa wajib bagi setiap muslim untuk
mengambil hukum syara' dan terikat dengannya adalah firman Allah SWT:
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu sebagai hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang
kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya" ( An Nisa 65)
Ayat ini menafikan (meniadakan) iman seseorang yang tidak merujuk kepada
Rasulullah SAW atau hukum syara'. Sebab bertahkim kepada Rasulullah berarti juga
bertahkim kepada hukum syara'. Pengertian tersebut bisa disimpulkan demikian karena
Rasulullah SAW tidak memutuskan hukum apapun berdasarkan undang-undang yang
berlaku menurut adat dan kebiasaan masyarakat, ataupun mitos nenek moyang mereka.
Akan tetapi Rasulullah SAW diperintahkan untuk mengadili dan memutuskan mereka
dengan hukum syara' semata yang berasal dari Allah SWT, seperti yang ditegaskan dalam
firman-Nya:
"Dan handaklah kamu memutuskan hukum di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhatihatilah dengan tipu daya mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari
sebagian apa yang diturunkan Allah SWT kepadamu" (QS Al Maidah: 49).
Dakwahkampusbooks
31
Dakwahkampusbooks
32
maka mereka itu adalah orang-orang yang dzalim (Al Maidah 45).
"Barang siapa yang tidak memutuskan hukum menurut apa yang diturnkan Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang fasik " (Al Maidah: 47).
Ada pun negeri-negeri Islam --sebuah kondisi yang amat disayangkan-semuanya memberlakukan perundang-undangan dan hukum kufur, kecuali hanya
sebagian saja hukum-hukum Islam, seperti hukum nikah, talak, rujuk, cara memberi
nafkah, waris, perwalian, atau pun sengketa tentang anak. Hanya hukum-hukum
semacam inilah yang mereka serahkan pelaksanaannya kepada pengadilan khusus, yang
diberi istilah sebagai pengadilan agama.
Jika ini yang terjadi, maka jelaslah masalah utama (al qadliyyah al mashiriyyah)
umat Islam sejak runtuhnya daulah khilafah Islamiyyah di Turki adalah kembali
diterapkannya Islam dalam bernegara dan bermasyarakat, yaitu dengan jalan
menegakkan kembali sistem khilafah dan membaiat seorang khalifah yang akan
memberlakukan kitabullah dan sunnah Rasul-Nya, menyatukan negeri-negeri Islam
menjadi satu negara, dan mengemban risalah Islam keseluruh dunia.
Mengapa masalah tersebut dianggap sebagai masalah utama? Karena syara'
telah mewajibkan seluruh kaum muslimin untuk mengamalkan hukum-hukum Islam
secara totalitas dan direalisasikan secara nyata dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Bahkan Islam telah menjadikan ketentuan sikap terhadap masalah utama ini
sebagai masalah antara hidup dan mati. Hadits yang diriwayatkan oleh Ubadah bin
Shamit ra dan hadits Auf bin Malik di atas menunjukkan bahwa kaum muslimin harus
menggusur bahkan memerangi para penguasa dalam daulah Islamiyyah yang
menghentikan penerapan hukum Islam, dan justru memberlakukan hukum-hukum
kufur.
Rasulullah SAW juga menegaskan betapa pentingnya keberadaan khilafah bagi
kaum muslimin. Siapa saja di antara mereka yang mati sedangkan khilafah tidak tegak,
mereka diancam dengan ancaman yang sangat menakutkan, yakni mati jahiliyyah.
Rasulullah SAW bersabda:
Barang siapa yang melepaskan tangannya dari ketaatan kepada Allah, niscaya
dia akan menemui Allah di hari Kiamat dengan tanpa alasan. Dan barang siapa yang
mati sementara di lehernya tidak ada baiat (kepada khalifah) maka dia mati dalam
keadaan mati jahiliyyah (HR Muslim).
Kewajiban mendirikan khilafah tidak sebagaimana kewajiban-kewajiban
lainnya. Sebab, lenyapnya daulah Islamiyyah berarti terlantarnya lebih dari tiga per
empat syariat Islam. Hukum-hukum Islam yang mengatur persoalan pemerintahan,
ekonomi, sosial, pendidikan, hubungan luar negeri, jihad, hudud, jinayat, ta'zir,
mukholafat, dan sebagainya tidak bisa diterapkan.
Dakwahkampusbooks
33
34
akan terjadi jika sistem khilafah masih tegak. Karena Daulah Khilafah Islamiyyah bukan
sekadar sistem pemerintahan, tetapi juga berfungsi sebagai al haaris (penjaga) aqidah, al
munaffidz (pelaksana) syariah, al muqiim (penegak) agama, al muwahhid (penyatu)
barisan kaum muslimin, al haamiy (penjaga) negeri-negeri kaum muslimin, darah, harta,
dan cita-cita mereka, serta yang yang akan mengemban risalah Islam ke seluruh dunia
dan memimpin umat dalam berjihad fisabilillah.
Wujud Kepedulian dan Tanggungjawab
Sungguh tidak cukup hanya dengan mengelus dada atau mengeluarkan air mata,
menyaksikan realitas buruk di depan mata. Karena bagaimana mungkin seseorang dapat
tegak berdiri di hadapan Allah SWT apabila ditanya tentang keterdiamannya ketika
hukum-hukum Allah dicampakkan, ketika Islam tidak dijadikan sebagai pemutus perkara
di tengah-tengah kehidupan, ketika Islam terasing di pojok-pojok sempit kehidupan
sebatas etika, moral dan spiritual, yang bermuara pada tidak adanya kehidupan yang
Islami.
Umat membutuhkan orang-orang yang mau dan mampu membawa umat kembali
menuju kemuliaan dan ketinggiannya dengan jalan meningkatkan taraf berpikir umat
dengan pemikiran Islami. Sehingga bukan mustahil masa kejayaan Islam seperti pada
masa Rasulullah SAW, para shahabat, Khulafaur Rasyidin dan para kekhalifahan
sesudahnya akan terulang kembali.
Sebagaimana firman Allah SWT:
pernah ditundukkan oleh pasukan kaum muslimin. Sementara, kota Roma belum
pernah ditundukkan. Insya Allah, suatu saat terjadi dan kejayaan Islam tinggal
menunggu waktunya saja.
Oleh sebab itu, orang yang memiliki rasa tanggung jawab dan peduli terhadap diri,
keluarga, dan umatnya serta mengharapkan keridhaan Rabbnya, akan berusaha sekuat
tenaga melakukan perubahan ke arah Islam. Berkaitan dengan ini Allah SWT
mensyariatkan aktivitas --yang dikenal dengan istilah dakwah-- yang merupakan salah
satu bagian syariat Islam. Dengan dakwah, Islam bisa kembali tersebar ke seluruh
penjuru dunia, dipeluk, dipahami dan diamalkan oleh manusia dari berbagai suku dan
bangsa.
Dakwah, suatu Kewajiban
Dakwah menurut makna bahasa adalah seruan. Sedangkan menurut makna syara',
dakwah adalah seruan kepada orang lain agar mengambil yang khoir (Islam), melakukan
kema'rufan dan mencegah kemunkaran. Atau juga dapat didefinisikan dengan upaya
untuk merubah manusia baik perasaan, pemikiran, maupun tingkah lakunya-- dari
jahiliyah ke Islam, atau dari yang sudah Islam menjadi lebih kuat lagi Islamnya. Terhadap
masalah dakwah ini Allah SWT berfirman:
Serulah manusia ke jalan Rabbmu (Allah) dengan jalan hikmah (hujjah) dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik (QS An Nahl:
125)
Dan Allah SWT telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu
dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh pasti menjadikan mereka
berkuasa di muka bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum
mereka berkuasa (QS An Nur: 55)
Juga para sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah SAW:Ya Rasulullah, kota
manakah yang akan lebih dahulu ditundukkan, kota Konstantinopel ataukah kota
Roma? Rasulullah SAW menjawab:Kota Heraklius (Konstantinopel) yang akan
ditundukkan terlebih dahulu. (HR Ahmad dan Ad Darmi)
Sejarah mencatat bahwa kota Konstantinopel --sekarang Istambul, Turki -- sudah
Dakwahkampusbooks
35
Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi
penolong bagi sebagian yang lainnya. Mereka menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat
Dakwahkampusbooks
36
kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah dan sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS At Taubah: 71)
Dari ayat-ayat itu, jelas bahwa dakwah hukumnya wajib karena Allah berjanji akan
memberi rahmat kepada orang yang berdakwah. Hal ini merupakan indikasi (qarinah)
yang menunjukkan ketegasan perintah tersebut. Demikian pula qarinah yang tegas itu
terlihat pada sabda Rasulullah SAW:
Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sungguh kalian (memiliki dua
pilihan, yaitu) benar-benar memerintah berbuat ma'ruf dan melarang berbuat munkar,
ataukah Allah akan mendatangkan siksa dari sisi-Nya yang akan menimpa kalian.
Kemudian setelah itu kalian berdo'a, maka do'a itu tidak akan dikabulkan. (HR
Tirmidzi)
Dakwahkampusbooks
Dakwahkampusbooks
37
38
membeku seperti es tatkala menyaksikan perang saudara antara Arab Saudi dengan Iraq
yang notabene keduanya adalah kaum muslimin. Sebaliknya masyarakat Paris adalah
masyarakat yang bermoral rendah tetapi mereka bangkit. Termasuk masyarakat
Amerika dan Eropa yang gaya hidupnya bebas dan tidak terikat oleh etika-etika moral
tetapi mereka mampu menguasai dunia. Sungguh kebangkitan ternyata tidak
ditentukan oleh itu semua.
Rahasia kebangkitan adalah kebangkitan taraf berfikir. Dari berfikir hewani
yang sekedar berfikir untuk hidup-, meningkat menjadi berfikir manusiawi -yang
berusaha memperjuangkan kemuliaan manusia dengan ideologi tertentu. Berfikir
ideologis inilah yang telah menghantarkan umat Islam dahulu mampu menguasai dunia,
meski hanya berkendaraan kuda dan unta. Sebab teknologi hanya sarana yang akan
berubah mengikuti perubahan dunia. Sedangkan mabda' tidak akan berubah terutama
mabda' Islam. Ia tetaplah mabda' dan tetap layak menguasai dunia. Menjadi semakin
jelas bagi kita bahwa hanya dengan menjadikan Islam sebagai mabda' maka kaum
muslimin akan bangkit, bergerak dan menyelesaikan berbagai persoalannya.
Tugas para pengemban dakwah ke depan adalah menyadarkan umat untuk
bersama-sama bangkit dan menggunakan seluruh potensi serta kekuatan yang dimiliki
sehingga mampu menyelesaikan seluruh problematika umat sekaligus
menghancurluluhkan kaum kair imperialis yang selama ini memusuhi Islam dan kaum
muslimin.
Wujud kepedulian
dan tanggung jawab
Hal tersebut tentu saja menjadi tugas berat bagi para pengemban dakwah.
Beberapa hal yang dapat menjadi bekal pengemban dakwah dalam menjalani
perjuangaannya dipaparkan sebagai berikut:
1. Membentuk pemikiran ideologis . Artinya, pengemban dakwah harus
memahami Islam sebagai sebuah ideologi, yang terdiri dari akidah dan syariat,
yang berfungsi untuk memecahkan seluruh problematika hidup manusia.
Pengemban dakwah harus yakin bahwa Islam merupakan aturan hidup yang
sempurna, yang tidak lagi membutuhkan pengurangan atau penambahan dari
aturan-aturan lain di luar Islam.
2. Tidak berpikir pragmatis. Artinya, pengemban dakwah tidak boleh terjebak oleh
kepentingan-kepentingan sesaat atau jangka pendek dalam mengambil sikap
dan keputusan. Setiap sikap dan keputusan harus diambil berdasarkan
pertimbangan ideologi Islam. Misalnya, ketika terjadi krisis ekonomi,
penyelesaiannya bukan dengan mengundang IMF, tetapi harus ditelusuri akar
permasalahannya, lalu dipecahkan dengan mengacu pada ideologi Islam yang
memiliki konsep tersendiri dalam bidang ekonomi.
Dakwahkampusbooks
39
Dakwahkampusbooks
40
BAB IV
AL KHILAFAH
"Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kalian kepada Allah dan taatlah kalian
kepada Rasul-Nya dan ulil amri di antara kalian." (QS. An-Nisaa` [4]: 59)
Khilafah adalah kepemimpinan, imamah, biasa juga disebut kekhalifahan. Ia merupakan
satu bentuk pemerintahan Islam. Pemimpin pemerintahannya dinamakan khalifah.
Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslim di dunia. Khilafah
bertanggung jawab menerapkan hukum Islam, dan menyampaikan risalah Islam ke
seluruh muka bumi. Khilafah terkadang juga disebut Imamah; dua kata ini mengandung
pengertian yang sama dan banyak digunakan dalam hadits-hadits shahih.
Sistem pemerintahan Khilafah tidak sama dengan sistem manapun yang sekarang ada di
Dunia Islam. Meskipun banyak pengamat dan sejarawan berupaya menginterpretasikan
Khilafah menurut kerangka politik yang ada sekarang, tetap saja hal itu tidak berhasil,
karena memang Khilafah adalah sistem politik yang khas.
Khilafah sama sekali berbeda dengan sistem Republik yang kini secara luas dipraktekkan
di Dunia Islam. Sistem Republik didasarkan pada demokrasi, dimana kedaulatan berada
pada tangan rakyat. Ini berarti, rakyat memiliki hak untuk membuat hukum dan
konstitusi. Di dalam Islam, kedaulatan berada di tangan syariat. Tidak ada satu orang pun
dalam sistem Khilafah, bahkan termasuk Khalifahnya sendiri, yang boleh melegislasi
hukum yang bersumber dari pikirannya sendiri.
Khalifah adalah kepala negara dalam sistem Khilafah. Dia bukanlah raja, melainkan
seorang pemimpin terpilih yang mendapat otoritas kepemimpinan dari kaum Muslim,
yang secara ikhlas memberikannya berdasarkan kontrak politik yang khas, yaitu bai'at.
Tanpa bai'at, seseorang tidak bisa menjadi kepala negara. Ini sangat berbeda dengan
konsep raja atau dictator, yang menerapkan kekuasaan dengan cara paksa dan
kekerasan. Contohnya bisa dilihat pada para raja dan diktator di Dunia Islam saat ini, yang
menahan dan menyiksa kaum Muslim, serta menjarah kekayaan dan sumber daya milik
umat.
Sebagian kalangan menyamakan Khalifah dengan Paus, seolah-olah Khalifah adalah
Pemimpin Spiritual kaum Muslim yang sempurna dan ditunjuk oleh Tuhan. Ini tidak
tepat, karena Khalifah bukanlah pendeta. Jabatan yang diembannya merupakan jabatan
eksekutif dalam pemerintahan Islam. Dia tidak sempurna dan tetap berpotensi
melakukan kesalahan. Itu sebabnya dalam sistem Islam banyak sarana check and balance
untuk memastikan agar Khalifah dan jajaran pemerintahannya tetap akuntabel.
Dalil wajibnya Khilafah
Di dalam al-Quran memang tidak terdapat istilah Khilafah yang berarti negara. Tetapi di
dalam al-Quran terdapat ayat yang menunjukkan wajibnya umat memiliki
pemerintahan/negara (ulil amri) dan wajibnya menerapkan hukum dengan hukumDakwahkampusbooks
41
42
dia akan menemui Allah di Hari Kiamat dengan tanpa alasan. Dan barangsiapa mati
sedangkan di lehernya tak ada bai'ah (kepada Khalifah) maka dia mati dalam keadaan
mati jahiliyah." [HR. Muslim].
bahawa orang yang memisahkan diri dari Khilafah akan mati jahiliyah. Jelas ini
menegaskan bahawa mendirikan pemerintahan bagi kaum muslimin statusnya adalah
wajib.
Nabi SAW mewajibkan adanya bai'at pada leher setiap muslim dan mensifati orang yang
mati dalam keadaan tidak berbai'at seperti matinya orang-orang jahiliyyah. Padahal
bai'at hanya dapat diberikan kepada Khalifah, bukan kepada yang lain. Jadi hadis ini
menunjukkan kewajiban mengangkat seorang Khalifah, yang dengannya dapat terwujud
bai'at di leher setiap muslim. Sebab bai'at baru ada di leher kaum muslimin kalau ada
Khalifah/Imam yang memimpin Khilafah.
Rasulullah SAW bersabda pula : "Barangsiapa membai'at seorang Imam (Khalifah), lalu
memberikan genggaman tangannya dan menyerahkan buah hatinya, hendaklah ia
mentaatinya semaksimal mungkin. Dan jika datang orang lain hendak mencabut
kekuasaannya, penggallah leher orang itu." (HR. Muslim)
Rasulullah SAW bersabda: "Bahawasanya Imam itu bagaikan perisai, dari belakangnya
umat berperang dan dengannya umat berlindung." [HR. Muslim]
Rasulullah SAW bersabda: "Dahulu para nabi yang mengurus Bani Israil. Bila wafat
seorang nabi diutuslah nabi berikutnya, tetapi tidak ada lagi nabi setelahku. Akan ada
para Khalifah dan jumlahnya akan banyak." Para Sahabat bertanya,'Apa yang engkau
perintahkan kepada kami? Nabi menjawab,'Penuhilah bai'at yang pertama dan yang
pertama itu saja. Penuhilah hak-hak mereka. Allah akan meminta pertanggungjawaban
terhadap apa yang menjadi kewajiban mereka." (HR. Muslim)
Dalam hadis ini Rasululah SAW telah memerintahkan kaum muslimin untuk mentaati
para Khalifah dan memerangi orang-orang yang merebut kekuasaan mereka. Perintah
Rasulullah ini bererti perintah untuk mengangkat seorang Khalifah dan memelihara
kekhilafahannya dengan cara memerangi orang-orang yang merebut kekuasaannya.
Semua ini merupakan penjelasan tentang wajibnya keberadaan penguasa kaum
muslimin, iaitu Imam atau Khalifah. Sebab kalau tidak wajib, nescaya tidak mungkin Nabi
SAW memberikan perintah yang begitu tegas untuk memelihara eksistensinya, iaitu
perintah untuk memerangi orang yang akan merebut kekuasaan Khalifah.
Dengan demikian jelaslah, dalil-dalil As Sunnah ini telah menunjukkan wajibnya Khalifah
bagi kaum muslimin.
Rasulullah SAW bersabda: "Bila seseorang melihat sesuatu yang tidak disukai dari
amirnya (pemimpinnya), maka bersabarlah. Sebab barangsiapa memisahkan diri dari
penguasa (pemerintahan Islam) walau sejengkal saja lalu ia mati, maka matinya adalah
mati jahiliyah." (HR. Muslim)
Sebagai sumber hukum Islam ketiga, Ijma' Sahabat menunjukkan bahawa mengangkat
seorang Khalifah sebagai pemimpin pengganti Rasulullah SAW hukumnya wajib. Mereka
telah sepakat mengangkat Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman
bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, ridlwanullah 'alaihim.
Hadis pertama dan kedua merupakan pemberitahuan (ikhbar) dari Rasulullah SAW
bahawa seorang Khalifah adalah laksana perisai, dan bahawa akan ada penguasapenguasa yang memerintah kaum muslimin. Pernyataan Rasulullah SAW bahawa
seorang Imam itu laksana perisai menunjukkan pemberitahuan tentang adanya faedahfaedah keberadaan seorang Imam, dan ini merupakan suatu tuntutan (thalab). Sebab,
setiap pemberitahuan yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya, apabila mengandung
celaan (adz dzamm) maka yang dimaksud adalah tuntutan untuk meninggalkan (thalab
at tarki), atau merupakan larangan (an nahy); dan apabila mengandung pujian (al madhu) maka yang dimaksud adalah tuntutan untuk melakukan perbuatan (thalab al fi'li).
Dan kalau pelaksanaan perbuatan yang dituntut itu menyebabkan tegaknya hukum
syara' atau jika ditinggalkan mengakibatkan terabaikannya hukum syara', maka tuntutan
untuk melaksanakan perbuatan itu bererti bersifat pasti (fardu). Jadi hadis pertama dan
kedua ini menunjukkan wajibnya Khilafah, sebab tanpa Khilafah banyak hukum syara'
akan terabaikan.
43
Demikian pula bahawa seluruh Sahabat selama hidup mereka telah bersepakat
Dakwahkampusbooks
44
zakat kepada Khalifah. Sebab, ia tidak menjumpai seorang (miskin) pun yang berhak
menerima bagian zakat. Yahya ibn Sa'id pernah ditugaskan memungut zakat di Afrika
oleh Umar ibn Abdul Aziz (99-101 H/717-120 M). Ia pun tidak bisa menjumpai satu
orang miskin pun di Afrika. Gubernur Basrah, Hamid ibn Abdurrahman, sesuai arahan
Umar bin Abdul Aziz, membelanjakan kas negara berlimpah untuk gaji pegawai dan
anggaran rutin, membantu mereka yang dililit utang dan membantu mereka yang ingin
menikah. Uang yang masih banyak di kas negara pun dijadikan sebagai pinjaman modal
bagi warga non-Muslim agar bisa mengolah tanahnya, dan pengembaliannya setelah dua
tahun atau lebih.
Sebagai gambaran kemakmuran pada masa Abbasiyah, Philip K. Hitti menyatakan
bahwa al-Mansur membangun Baghdad mulai tahun 762 Mmenurut as-Suyuthi tahun
141 Hselama 4 tahun dengan menggunakan tenaga lebih dari 100.000 orang baik
insinyur, arsitek, pekerja ahli hingga pekerja biasa dan menghabiskan total biaya
4.883.000 dirham. Menurut M. Kurdi Ali, al-Mansur juga membangun sejumlah
jembatan, kanal dan berbagai bendungan, tersebar merata di wilayah Khilafah.
Abu Ubaid menuturkan, pada masa Umar ibn al-Khaththab (13-23 H/634-644 M), di
provinsi Yaman, tiap tahun Mu'adz ibn Jabal mengirimkan separuh bahkan seluruh hasil
Meski pembangunan begitu gencar, saat al-Mansur meninggal (159 H/775 M ) keuangan
negara masih surplus sebesar 600 juta dirham dan 14 juta dinar. Saat Harun ar-Rasyid
meninggal (194 H/809 M), di kas ada 900 juta. Saat al-Muktafi meninggal (296 H/908
M), kas negara surplus 100 juta dinar. Dari sisi pemasukan negara, Ibn Khaldun mencatat
pada masa al-Makmun sebesar 332 juta dirham; Ibn Qudamah mencatat, pada masa alMu'tashim sebesar 388,3 juta dirham setahun. Pada masa inilah dibangun kota
Samarasingkatan dari sarra man ra'a (Memuaskan Mata Orang yang
Memandangnya). Adapun Ibn Khurdazbeh mencatat, pemasukan negara pada
pertengahan abad ke-3 H sebesar 299,3 juta dirham.
Dari sisi pembangunan terdapat begitu banyak catatan proyek pembangunan yang
dijalankan. Hal itu tentu berdampak positif dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Khilafah Umayah di antaranya fokus pada pembuatan saluran air dan jaringan irigasi,
penggalian sungai dan kanal, pembangunan bendungan dan penciptaan lahan produktif
dari lahan mati yang ada. Muawiyah telah memulai proyek penghijauan Hijaz. Khalifah
al-Walid ibn Abdul Malik banyak membangun masjid, membuka berbagai rumah sakit,
asrama orang-orang cacat, dan memberikan bantuan pembiayaan pada usaha
pembangunan. Daerah rawa al-Bata'ih di Irak antara Basrah dan Kufah pun disulap
menjadi lahan produktif dengan biaya 3 juta dirham (jumlah yang cukup besar saat itu)
dan dibagikan kepada rakyat. Khalifah Hisyam menggali sumber-sumber air di sepanjang
perjalanan Makkah. Ia juga mendirikan Rasafa, tempat peristirahatan bagi pekerja dan
musafir.
Jaringan irigasi itu tetap dipelihara dan diperluas oleh Khilafah Abbasiyah. Istri Harun arRasyid turut membiayai pembangunan saluran air di Makkah yang lalu dinamakan
dengan namanya, mata air Zubaidah. Bahkan Khilafah Abbasiyah membentuk Direktorat
Irigasi (Diwn al-M'i) dengan pegawai ribuan orang. Khilafah Abbasiyah juga fokus
pada industrialisasi. Ribuan pabrik dibangun pada masa itu dan tersebar di berbagai
wilayah negara. Damaskus terkenal dengan pabrik bajanya. Tripoli, Kairo, Maroko dan
Spanyol terkenal dengan galangan kapalnya. Moshul terkenal sebagai pusat industri
Dakwahkampusbooks
Dakwahkampusbooks
Tidak hanya kalangan Ahlus Sunnah saja yang mewajibkan Khilafah, bahkan seluruh
kalangan Ahlus Sunnah dan Syiah 'termasuk Khawarij dan Mu'tazilah' tanpa kecuali
bersepakat tentang wajibnya mengangkat seorang Khalifah. Kalau pun ada segelintir
orang yang tidak mewajibkan Khilafah, maka pendapatnya itu tidak perlu ditolak, kerana
bertentangan dengan nas-nas syara' yang telah jelas.
Imam Asy Syaukani dalam Nailul Authar jilid 8 hal. 265 menyatakan: "Menurut golongan
Syiah, minoriti Mu'tazilah, dan Asy A'riyah, (Khilafah) adalah wajib menurut syara'." Ibnu
Hazm dalam Al Fashl fil Milal Wal Ahwa' Wan Nihal juz 4 hal. 87 mengatakan: "Telah
sepakat seluruh Ahlus Sunnah, seluruh Murji`ah, seluruh Syi'ah, dan seluruh Khawarij,
mengenai wajibnya Imamah (Khilafah)."
Bahwa Khilafah adalah sebuah ketentuan hukum Islam yang wajib bukan haram apalagi
bid'ah - dapat kitab temukan dalam khazanah Tsaqafah Islamiyah yang sangat kaya.
Sejarah kegemilangan Khilafah
Allah menegaskan bahwa Islam akan mendatangkan rahmat bagi seluruh alam (QS alAnbiya' [21]: 107). Allah pun menjamin keberkahan hidup masyarakat akan terealisasi
jika masyarakat beriman dan bertakwa (QS al-A'raf [7]: 96), yaitu dengan menerapkan
syariah Islam secara total dan formal.
Pernahkah fakta normatif kesejahteraan dan keberkahan hidup itu terwujud secara real di
tengah-tengah kaum Muslim? Pertanyaan itu penting untuk dijawab, karena jika tidak
pernah terwujud dalam 1300 tahun lebih sejarah kaum Muslim, sementara Khilafah Islam
diterapkan, maka orang sulit percaya bahwa sistem Islam akan mampu mewujudkannya
pada masa datang. Berikut adalah beberapa catatan sejarah akan hal itu.
45
46
tembaga. Menurut Svend Dahl, abad ke-8 M pada masa Harun ar-Rasyid, pabrik kertas
sudah berdiri di Baghdad dan beberapa kota lainnya. Pada abad ke-10 M pabrik kertas itu
sudah menyebar di Mesir.
Sultan Abdul Hamid II pada 1900 M berhasil membangun jaringan kereta api Hijaz dari
Damaskus ke Madinah dan dari Aqaba ke Ma'an. Beliau juga membangun jaringan fax
antara Yaman, Hijaz, Syiria, Irak dan Turki; lalu dihubungkan dengan jaringan fax India
dan Iran. Semua itu diselesaikan hanya dalam dua tahun. Ini adalah potensi besar bagi
kemajuan perekonomian, karena infrasruktur transportasi dan komunikasi sangat vital
bagi kemajuan perekonomian.
Dalam dunia pendidikan, Khalifah Umar ibn al-Khaththab menggaji tiga orang guru yang
mengajar anak-anak di Madinah 15 dinar (63,75 gram emas murni). M. Sharif
menerangkan, pendidikan di Dunia Islam berkembang secepat kilat. Tidak ada satu
kampung tanpa ada masjid, sekolah dasar dan menengah yang pertumbuhannya seiring
pertumbuhan masjid. Prof. Ballasteros dan Prof. Ribera menerangkan bahwa sekolahsekolah disediakan dekat sekali dengan semua anak-anak. Untuk mahasiswa disediakan
berbagai sekolah tinggi, akademi dan universitas beserta para guru besarnya.
Bahkan telah diketahui secara umum, dunia pendidikan, sains, teknologi dan pemikiran,
pada masa Abbasiyah telah berkembang sangat maju. Sekolah dari tingkat dasar hingga
universitas dan berbagai fasilitas pendidikan, sains, teknologi dan pemikiran dibangun
secara modern dan disediakan sebagai fasilitas gratis untuk masyarakat. Di antara yang
terkenal adalah universitas yang didirikan oleh al-Makmun dan perpustakaan Bait alHikmahnya, yang dilengkapi observatorium; Universitas Nizhamiyah yang didirikan
oleh Nizham al-Muluk wazir Sultan Alp Arsalan pada 1065 atau 1067 M; Madrasah
Mustanshiriyah yang didirikan oleh Khalifah al-Mustanshir (1226 1242 M) di Baghdad
yang bebas biaya dengan fasilitas perpustakaan dan laboratorium dan fasilitas lainnya.
Mahasiswanya dijamin kehidupannya dan masih diberi beasiswa satu dinar (4,25 g
emas)/orang/bulan. Tidak boleh dilupakan adalah universitas Nuriah di Damaskus yang
dirikan oleh Sultan Nuruddin Muhammad Zanki, dengan fasilitas lengkap. Perpustakaan
pun menyebar di berbagai kota. Yang terkenal adalah perpustakaan Bait al-Hikmah di
Baghdad, perpustakaan Darul Hikmah di Kaero dengan koleksi 1,6 juta buku,
perpustakaan di Tripoli (2 juta lebih), perpustakaan al-Hakim (720 ribu judul lebih), 20
perpustakaan di Andalusia, perpustakaan Cordova (400 ribu judul lebih), perpustakaan
Madrasah Fadliliyah (100 ribu) dan 6500 di antaranya tentang engginering dan astronomi
di samping dua buah globe untuk Bathlimus dan Abul Hasan as-Sufi, sepuluh
perpustakaan di Khurasan (masing-masing 12 ribu), perpustakaan Khizanatul Hakam atsTsani (400 ribu) dan masih banyak lagi.3 Wajar jika kemudian lahir ribuan ilmuwan,
pioner dan penemu di berbagai bidang keilmuan dan terwujud kemajuan sains, teknologi
dan pemikiran. Yang mengesankan, semua itu mempengaruhi renaissance Eropa. Hal itu
seperti yang diakui oleh Philip K. Hitti, Prof. Ballasteros, Prof. Ribera, Svend Dahl, Sigrid
Hunke, Lothrop Stoddard, Lucas H. Grollenberg dan cendekiawan Barat lainnya.4
Tentang realisasi keadilan tanpa ada diskriminasi, Prof Brelvi menyatakan, Pemerintah
Abbasiyah sangat terbuka, seperti pemerintahan negara-negara modern di dunia saat ini,
Dakwahkampusbooks
47
yang belum mampu melebihinya. Semua kantor pemerintahannya terbuka untuk rakyat
Muslim dan non-Muslim secara sama.
Al-Baladzuri melaporkan, keadilan Islam oleh kaum Muslim telah membuat rakyat Hims
dan wilayah Syam umumnya lebih memilih hidup di bawah Khilafah. Keadilan itu pula
yang membuat kaum Kristen Koptik malah membantu pasukan Amru bin al-'Ash dalam
pembebasan (futht) Mesir atas pemerintahan Bizantium yang Kristen. Karena keadilan
itu pula Qadhi an-Najiy memvonis pasukan kaum Muslim yang sudah menaklukkan
Samarqand tidak sesuai proseduryaitu tanpa menyerukan Islam dan jizyah terlebih
dulu, yang lalu diprotes oleh penduduknyaharus keluar dan memulainya lagi sesuai
prosedur. Hal itu membuat penduduk Samarqand justru memilih hidup di bawah
Khilafah.
Keadilan Khilafah pulalah yang membuat kaum Yahudi Spanyol memilih tinggal di
wilayah Khilafah setelah inkuisisi oleh Ratu Isabella. Hal yang sama juga membuat
orang-orang Rusia memilih tinggal di wilayah Khilafah pasca Revolusi Bolchevik.
Masih banyak sekali catatan sejarah tentang kesejahteraan, kemakmuran, kemajuan,
keberkahan dan kerahmatan yang sudah pernah diwujudkan oleh generasi kaum Muslim
terdahulu.
Lalu bagaimana dengan kondisi dunia sekarang? Faktanya, sistem Kapitalisme hanya
berhasil dalam mewujudkan kemajuan materi, sains dan teknologi. Sebaliknya,
Kapitalisme pun berhasil meruntuhkan dan menghancurkan nilai-nilai moral, spiritual,
kemanusiaan, keadilan, dan nilai-nilai luhur lainnya. Kapitalisme justru berhasil
menciptakan malapetaka dan kesengsaraan, dekadensi moral, kekosongan spiritual,
penindasan, penjajahan dan perbudakan. Karenanya, tuntutan kemanusiaan
meniscayakan diterapkannya ideologi dan sistem yang bisa menjadi solusi, yang tidak
lain adalah syariah dan Khilafah Islamiyah. Semua catatan kegemilangan di atastentu
bukan demi romantismebisa membuat kita, kaum Muslim, percaya diri bahwa ke
depan, dengan menerapkan sistem Islam dalam wadah Khilafah, kita akan mampu
mewujudkan hal yang sama, bahkan lebih. Apalagi Rasul saw. telah memberikan
bisyrah:
Akan ada pada akhir umatku seorang khalifah yang memberikan harta secara
berlimpah dan tidak terhitung banyaknya. (HR Muslim)
Abu Said menuturkan, bahwa Rasul saw. juga pernah bersabda:
, :
Sungguh, di antara para pemimpin kalian ada seorang pemimpin yang memberikan
harta secara berlimpah yang tidak terhitung, seseorang mendatanginya dan
meminta harta kepadanya. Lalu pemimpin itu berkata, Ambillah! Kemudian
orang itu menghamparkan pakaiannya dan pemimpin itu mencurahkan (harta/uang)
di atasnyaOrang itu mengambilnya, lalu pergi. (HR Ibnu Katsir dalam alDakwahkampusbooks
48
BAB V
Kewajiban Dakwah secara Jamaah
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalannya dalam barisan
yang teratur seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh.
( QS Ash Shaff: 4)
Jika kita melihat kondisi kaum muslimin dan Islam saat ini, akan kita dapati bahwa Islam
tidak lagi menjadi sebuah tubuh yang utuh apalagi sempurna. Jangankan untuk menjadi
rahmatan lil alamin, untuk menjadi rahmatan lil muslimin pun sangat sulit dilihat
faktanya. Banyak di antara kaum muslimin di berbagai belahan dunia saat ini dalam
keadaan menderita, baik karena bencana alam, peperangan maupun ketertindasan.
Bahkan banyak di antaranya berada pada deretan negara miskin.
Untuk mewujudkan Islam sebagai sebuah rahmatan lil alamin, tidak bisa tidak Islam
harus dilaksanakan secara kaffah. Ini merupakan suatu kewajiban. Allah SWT berfirman:
Dan masuklah kalian ke dalam Islam secara kaffah. Kekaffahan Islam hanya akan
terjadi apabila semua obyek dikenai hukum, yaitu individu yang bertaqwa, masyarakat
yang islami sebagai kontrol sosial pelaksanaan syariat Islam serta negara yang
melaksanakan dan melindungi penerapan syariat Islam ada.
Pada saat ini, penerapan hukum Islam terhadap ketiga obyek di atas tidak terlaksana
dengan sempurna, terlebih lagi dalam hal ini negara yang menerapkan Islam. Untuk
itulah dakwah menjadi sebuah kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap Muslim.
Untuk mendakwahi seorang individu, hanya dengan seorang pengemban dakwah
saja sudah cukup. Namun untuk mendakwahi sebuah masyarakat apalagi untuk
mewujudkan sebuah negara yang menerapkan syariat Islam, sangat tidak mungkin
apabila hanya dilaksanakan seorang diri. Tidak bisa tidak haruslah dilakukan dengan cara
berjamaah. Sebuah kaidah syara' menyebutkan apabila suatu kewajiban tidak
terlaksana tanpa adanya sesuatu, maka sesuatu itu wajib adanya. Demikian juga
perwujudan syariat Islam tidak akan bisa kaffah tanpa adanya jamaah dakwah, maka
keberadaan jamaah dakwah adalah wajib.
Dakwahkampusbooks
49
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan
dan mencegah kepada kemunkaran. Dan merekalah orang-orang yang beruntung. (QS
Ali Imron: 104)
Ayat tersebut mengisyaratkan tentang sebuah kewajiban adanya kelompok atau
jamaah yang berdakwah untuk menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah kepada
yang munkar. Lafadz ummah pada ayat di atas, tidak membatasi jumlah jamaah atau
kelompok atau gerakan Islam, walaupun ayat tersebut menyebutkan agar kaum
muslimin membentuk suatu jamaah yang melaksanakan tugas dakwah.
Seandainya telah terbentuk sebuah jamaah, maka kewajiban tersebut tidak lagi
dibebankan kepada yang lain. Dengan demikian apabila telah terbentuk sebuah jamaah,
maka tujuan dari ayat tersebut sudah terlaksana sehingga tidak ada kewajiban untuk
membentuk yang lain. Jika ternyata muncul jamaah yang kedua, maka pembentukan itu
pada dasarnya hukumnya adalah mubah. Dengan demikian, adanya suatu jamaah yang
ber-amar ma'ruf nahi munkar adalah sebuah fardlu kifayah.
Namun selama ini fardlu kifayah hanya dipahami sebagai sebuah kewajiban yang
apabila telah dilaksanakan oleh seseorang atau suatu kelompok, maka fardlu itu telah
gugur. Padahal fardlu kifayah hanya akan gugur sebagai sebuah fardlu yakni apabila
sesuatu yang dibebankan tersebut sudah dilaksanakan dengan tuntas atau sempurna.
Jika kewajiban yang dibebankan tersebut belum tuntas dilaksanakan, maka seluruh
umat Islam tetap terbebani fardlu tersebut hingga fardlu itu sempurna dilaksanakan.
Demikian juga beban untuk mewujudkan terlaksananya syariat Islam mulai dari
individu hingga negara. Beban ini tidak akan hilang hingga terwujudnya sebuah institusi
negara yang menerapkan Islam serta memelihara dan melindungi pelaksanaan syariat
Islam, baik oleh individu maupun negara.
50
Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tidaklah orang sesat itu akan
Dakwahkampusbooks
51
52
53
ekonomi, sosial dan sebagainya; melihat yang menjadi pembinaan utama adalah aqidah
dan akhlak. Dengan demikian tentu kedua macam jamaah dakwah ini cukup kesulitan
ketika harus menegakkan masyarakat Islam secara kaffah.
Adapun kelompok dakwah yang ketiga adalah kerlompok dakwah yang konsen
terhadap perbaikan masyarakat. Dari pemahamannya terhadap definisi masyarakat
yang merupakan sekumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai
perasaan, pemikiran dan peraturan yang sama, kelompok ini memandang kerusakan di
masyarakat terjadi akibat adanya kerusakan perasaan, pemikiran dan peraturan yang
ada di masyarakat. Sehingga ketika ingin memperbaiki masyarakat yang dilakukan
adalah memperbaiki pemikiran dan perasaan masyarakat dengan pemikiran dan
perasaan Islam serta sistem yang mengatur interaksi dalam masyarakat itu.
Pada intinya tujuan dari kelompok ketiga ini adalah berusaha mewujudkan
kehidupan Islam kembali dengan penerapan sistem Islam yang akan melindungi dan
memelihara pelaksanaan hukum Islam yang berada di tengah-tengah masyarakat,
sehingga masyarakat dapat berubah secara totalitas.
Untuk mengubah secara totalitas tersebut, haruslah melalui metode yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah, bagaimana beliau dengan para sahabat menegakkan
masyarakat Islam. Dengan demikian metode atau strategi dakwah yang harus dilakukan
meliputi:
(1)
Dakwahkampusbooks
54
55
BAB VI
Pengantar Tata Pergaulan dalam Islam
Sistem sosial kemasyarakatan (Nidzam Al Ijtima'i) adalah sistem yang mengatur
hubungan pria dan wanita dan sebaliknya serta mengatur hubungan yang timbul di
antara mereka karena pertemuan tersebut.
Saat ini, sering kita saksikan bahwa wanita tidak lagi memiliki sifat seperti seharusnya
wanita. Di televisi maupun media-media cetak, wanita dipampang dengan
menampakkan auratnya seolah mereka adalah pelaris barang dagangan. Wanita sudah
seperti komoditi yang diperdagangkan. Bahkan sering kali barang yang tidak ada
hubungannya sama sekali dengan wanita berusaha dihubung-hubungkan. Wanita yang
mengumbar aurat di mana-mana, sudah merupakan hal yang biasa. Bahkan model
wanita karier, di mana wanita bekerja di luar rumah hingga meninggalkan tugas
utamanya sebagai ibu rumah tangga adalah hal yang dianggap modern. Dan dianggap
kuno jika seorang wanita tidak bekerja dan memakan gaji suaminya saja.
Selain hal tersebut, di sisi lain pergaulan bebas antara pria dan wanita sudah mulai
merebak. Hubungan intim maupun hidup serumah tanpa ikatan perkawinan, terutama
penduduk kota besar dan selebritis adalah hal yang biasa dan bahkan menjadi suatu
kebutuhan. Akhirnya, manusia yang pada fitrahnya adalah tinggi, sudah tidak ada
bedanya lagi dengan binatang.
Islam telah mengatur bagaimana sosial kemasyarakatan harus berjalan. Dalam
Islam, tugas utama wanita adalah mengurus rumah tangga serta menjaga kehormatan
diri, keluarga maupun suami. Hal ini dipandang sangat remeh dan kuno oleh kapitalis
dan bahkan malah dipandang merendahkan wanita. Padahal sebenarnya tugas
pengurusan rumah tangga ini adalah tugas yang sangat mulia dan berat. Karena di sini
kader-kader unggul akan dicetak. Dan proses pencetakan kader yang unggul ini
bukanlah merupakan sesuatu yang mudah dan remeh. Karena jika terjadi kesalahan
mendidik (walaupun kecil-peny)berarti telah menyia-nyiakan kader. Dalam kapitalis hal
ini justeru dipandang rendah. Sehingga banyak perempuan yang meninggalkan tugas
utamanya, hanya sekedar untuk menjadi wanita karier sehingga urusan rumah
tangganya diserahkan kepada pembantu rumah tangga. Walhasil, yang terjadi adalah
keberantakan di dalam rumah tangga.
Dalam hak dan kewajiban sebagai warga negara, pria dan wanita mempunyai
kedudukan yang sama. Wanita berhak memiliki barang- barang individu sebagaimana
pria. Apabila wanita bersalah wanita juga akan terkena hukuman sebagaimana pria.
Bahkan dalam struktur kenegaraan, wanita diperbolehkan menduduki posisi tertentu,
Dakwahkampusbooks
56
misalnya menjadi anggota majelis umat. Namun ada beberapa posisi yang memang tidak
diperbolehkan untuk wanita yaitu Al hakim (Khalifah maupun wakil dan pembantunya,
wali/gubernur, ketua qadli dan amil), atau tugas-tugas lain yang berkenaan dengan
pemerintahan seperti qadli madzalim.
Dalam masalah hukum asal, wanita dan pria adalah terpisah. Dengan demikian
apabila tidak ada suatu keperluan yang dibenarkan oleh syara', maka hukumnya akan
kembali ke asalnya yaitu terpisah.
Dalam hal lingkungan kehidupan, Islam mengaturnya dengan pemisahan antara
kehidupan umum dan kehidupan khusus. Kehidupan umum adalah suatu tempat di
mana tidak perlu adanya izin ketika seseorang, siapapun orangnya ingin memasuki
tempat tersebut. Sedangkan kehidupan khusus adalah suatu tempat di mana ketika
seseorang memasuki tempat tersebut harus mendapatkan izin dari yang mempunyai
tempat tersebut. Dasar dari peraturan ini adalah firman Allah SWT:
Wahai orang-orang yang beriman, kamu jangan memasuki rumah orang lain,
sehingga kamu mendapatkan izin dan kamu mengucapkan salam kepada penghuninya.
(QS An Nur: 27)
Tempat Umum
Sebagaimana definisi dari tempat umum, maka di tempat ini setiap orang
diperbolehkan memasukinya tanpa perlu memperoleh izin seseorang. Tempat umum
yang dimaksud sebagai contohnya adalah sekolah/kampus, pasar, jalan dan
supermarket. Hanya saja pertemuan baik yang tanpa adanya interaksi (ijtima') maupun
dengan interaksi (ikhtilath) tetap diatur oleh Islam. Kondisi ijtima' hanya diperbolehkan
jika hal tersebut tidak dilakukan dengan berkhalwat (berdua-duaan) misalnya ditempat
yang sepi antara pria dan wanita yang bukan mahrom. Ikhtilath pun pada dasarnya boleh
dilakukan dengan syarat bahwa apa yang dibicarakan bukanlah sebuah hal yang
diharamkan serta tidak dilakukan dengan berkhalwat. Pada tempat umum ini baik pria
maupun wanita harus dalam kondisi tertutup auratnya.
Dakwahkampusbooks
57
Tempat Khusus
Tempat khusus adalah suatu tempat di mana ketika seseorang ingin memasukinya,
maka orang itu harus meminta izin terlebih dahulu kepada penghuninya. Contoh dari
tempat khusus adalah rumah dan mobil pribadi. Pada tempat khusus ini pertemuan
antara pria dan wanita hanya diperbolehkan apabila pihak wanita ditemani oleh
beberapa orang yang diperbolehkan. Ketika terjadi ikhtilath pun apa yang dibicarakan
terbatas pada apa yang diperbolehkan oleh syara'. Adapun yang terkategori orang yang
boleh menemani wanita dalam tempat khusus tersebut telah diterangkan dalam Al
Qur'an, yaitu:
Dakwahkampusbooks
58
Dakwahkampusbooks
59
Dakwahkampusbooks
60