Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Zainatul Mahsunah
Prodi/Kelas: Ahwal Syahsyiyah/ SA.D
E-mail: eina_girl96@yahoo.com
No Hp: 082227188731
Abstrak
Penulis mengambil judul tersebut dengan alasan bahwa berdasarkan
studi pendahuluan hukum perjanjian jual beli di pasar seperti pasar uang,
pasar tradisional, pasar modern, dan lainnya belum begitu diterapkan
ataupun dipraktekkan hukum perjanjian jual beli tersebut, yang mana jika
hukum tersebut belum begitu diterapkan maka akan terjadi wansprestasi
antara penjual sebagai pelaku usaha dan pembeli sebagai konsumen.
Didalam artikel ini penulis akan menjelaskan sedikit tentang peran hukum
perjanjian jual beli di pasar, hak dan kewajiban para pihak serta
bagaimana proses yang benar dalam perjanjian di pasar tesebut. Artikel ini
menghasilkan kesimpulan antara lain: Perjanjian adalah perikatan yang
dilakukan oleh pelaku ekonomi baik antar pelaku usaha maupun antara
pelaku usaha dengan konsumen. Sedangkan dalam Pasal 1457 Burgerlijk
Wetboek menyebutkan bahwa jual beli adalah suatu perjanjian dengan
mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk meyerahkan suatu
kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah
dijanjikan. Berdasarkan rumusan tersebut, maka dalam suatu transaksi
jual beli terkandung suatu perjanjian yang melahirkan hak dan kewajiban
bagi para pihak. Jadi, di pasar dalam jual beli harus menerapkan ketentuan
dalam hukum perjanjian seperti asas-asas yang harus dipenuhi oleh para
pihak tersebut agar jual beli di pasar tersebut tidak mengalami
wanprestasi.
Keywords: Perjanjian, Jual Beli, Pasar.
Pendahuluan
Salah satu bentuk hukum yang berperan nyata dan penting bagi
kehidupan
masyarakat
adalah
Hukum
Perjanjian.Hukum
perjanjian
menunjukkan
adanya
hubungan
antara
perikatan
dan
perjanjian.2
Dan dalam Pasal 1457 Burgerlijk Wetboek menyebutkan bahwa jual
beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan
dirinya untuk meyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk
membayar harga yang telah dijanjikan. Berdasarkan rumusan tersebut,
maka dalam suatu transaksi jual beli terkandung suatu perjanjian yang
melahirkan hak dan kewajiban bagi para pihak.
Para pihak yang mengadakan perjanjian disebut kreditur dan debitur,
dalam hal ini, kreditur berhak atas prestasi dan debitur berkewajiban
memenuhi prestasi. Debitur mempunyai kewajiban untuk membayar
utang, kewajiban debitur tersebut dapat pula disebut dengan schuld.
Disamping schuld debitur juga mempunyai kewajiban yang lain yaitu
untuk menjamin pelunasan utang debitur kepada kreditur dengan
menggunakan harta kekayaan guna membayar utang tersebut.
1 Martha Eri Safira, Hukum Ekonomi Di Indonesia (Ponorogo: CV. Nata Karya,2016),
83.
2 Ibid.,84
dua
pihak
(masing-masing
menyatakan
kesediaan
dan
satu
orang
lain
atau
lebih.
Sedangkan
menurut
Hukum
perjanjian
dilakukan
oleh
dua
pihak
yang
saling
perjanjian.Sebagai
contoh
dan
untuk
memudahkan
dalam
dua
pihak
yang
terkait.Misalnya
hubungan
antar
warisan,perjanjian
kontrak
kerja,perjanjian
perdamaian.
Di
Pasal 1320 KUH Perdata yang mengatakan bahwa, syarat sahnya sebuah
perjanjian adalah sebagai berikut :5
1. Kesepakatan para pihak dalam perjanjian
2. Kecakapan para pihak dalam perjanjian
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
Kesepakatan berarti adanya persesuaian kehendak dari para pihak
yang membuat perjanjian, sehingga dalam melakukan suatu perjanjian
tidak boleh ada pakasaan, kekhilapan dan penipuan (dwang, dwaling,
bedrog). Kecakapan hukum sebagai salah satu syarat sahnya perjanjian
maksudnya bahwa para pihak yang melakukan perjanjian harus telah
dewasa yaitu telah berusia 18 tahun atau telah menikah, sehat mentalnya
serta diperkenankan oleh undang-undang. Apabila orang yang belum
dewasa hendak melakukan sebuah perjanjian, maka dapat diwakili oleh
orang tua atau walinya sedangkan orang yang cacat mental dapat diwakili
oleh pengampu atau curatornya.
Suatu hal tertentu berhubungan dengan objek perjanjian, maksudnya
bahwa
objek
perjanjian
itu
harus
jelas,
dapat
ditentukan
dan
termaksud
harus
dilakukan
berdasarkan
itikad
baik.
Berdasarkan Pasal 1335 KUH Perdata, suatu perjanjian tanpa sebab tidak
mempunyai kekuatan. Sebab dalam hal ini adalah tujuan dibuatnya
sebuah perjanjian.
Kesepakatan para pihak dan kecakapan para pihak merupakan syarat
sahnya perjanjian yang bersifat subjektif. Apabila tidak tepenuhi, maka
5 Martha Eri Safira, Hukum Ekonomi Di Indonesia,87-88
perjanjian dapat dibatalkan artinya selama dan sepanjang para pihak tidak
membatalkan perjanjian, maka perjanjian masih tetap berlaku. Sedangkan
suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal merupakan syarat sahnya
perjanjian yang bersifat objektif. Apabila tidak terpenuhi, maka perjanjian
batal demi hukum artinya sejak semula dianggap tidak pernah ada
perjanjian.Pada kenyataannya, banyak perjanjian yang tidak memenuhi
syarat sahnya perjanjian secara keseluruhan, misalnya unsur kesepakatan
sebagai persesuaian kehendak dari para pihak yang membuat perjanjian
pada saat ini telah mengalami pergeseran dalam pelaksanaannya.
Didalam perjanjian agar suatu perjanjian jual beli tersebut sah maka
terdapat unsur-unsur yang harus di penuhi, yaitu:6
1. unsur esentialia, sebagai unsur pokok yang wajib ada dalam perjanjian,
seperti identitas para pihak yang harus dicantumkan dalam suatu
perjanjian, termasuk perjanjian yang dilakukan jual beli secara elektronik
2. unsur naturalia, merupakan unsur yang dianggap ada dalam perjanjian
walaupun tidak dituangkan secara tegas dalam perjanjian, seperti itikad
baik dari masing-masing pihak dalam perjanjian.
3. unsur accedentialia, yaitu unsur tambahan yang diberikan oleh para
pihak dalam perjanjian, seperti klausula tambahan yang berbunyi "barang
yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan".
Semua ketentuan perjanjian tersebut diatas dapat diterapkan pula
pada perjanjian yang dilakukan dipasar, seperti pasar tradisional, pasar
modal dan pasar yang lainnya. seperti perjanjian jual beli di pasar
tradisional, apabila ada perjanjian jual beli antara kreditur dengan debitur,
misalnya Return barang dimana kreditur dan debitur ada perjanjian
sebelumnya. Menurut Pasal 1457 KUH Perdata, jual beli adalah suatu
6 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,1994),
67.
pengertian
persetujuan
yang
kurang
jelas
atau
yang
penjual
memberi
pertanggungan
atau
jaminan
disamping
penyerahan
nyata
(Eitel
Jke
Levering),
agar
di
atas.
Karena
Pasal
1476
KUHPerdata
itu
sendiri
ada
Jika
para
pihak
tidak
menentukan
tempat
penyerahan
dalam
barang
belum
diserahkan kepada pembeli. Hal ini erat sekali hubungannya yang dijual
itu berupa suatu barang yang sudah ditentukan, maka barang ini sejak
saat pembeli adalah atas tanggung si pembeli, meskipun penyerahannya
belum dilakukan dan si penjual berhak menuntut harganya. Atas
pembebanan risiko yang demikian, tentu pantas untuk mensejajarkannya
dengan kemungkinan keuntungan yang akan diperoleh dari benda
tersebut sejak persetujuan jual-beli diadakan, adalah pantas menjadi hak
pembeli sekalipun barangnya belum diserahkan. Karena itu, semua hasil
atau buah yang timbul sebelum saat penyerahan harus dipelihara dan
diurus oleh penjual sebagaimana layaknya seorang bapak yang berbudi
baik.
2. Hak dan Kewajiban Pembeli
Adapun kewajiban pembeli adalah Kewajiban membayar harga (Pasal
1513 KUHPerdata) yang berbunyi : Kewajiban utama si pembeli ialah
membayar harga pembelian, pada waktu dan tempat sebagaimana
ditetapkan
menurut
persetujuan.
Kewajiban
membayar
harga
lain
pelaku
usaha/penjual
dilarang
memproduksi
dan/atau
tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto dan jumlah
dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket
barang tersebut.
3.
7.
8.
9.
10.
barang
dalam
bahasa
Indonesia
sesuai
ketentuan
perundang-
isi
kontrak,
pelaksanaan,
dan
persyaratannya.
d).
tidak
melanggar
hukum
(undang-undang),
kesusilaan
suatu
kontrak.
contoh,
jual
beli
tanah
merupakan
sebagai
kepastian
hukum.
Asas
ini
substansi
kontrak
yang
dibuat
oleh
para
pihak,
mengikat pihak-pihak
kesepakatannya.
Seseorang
hanya
mewakili
dirinya sendiri dan tidak dapat mewakili orang lain dalam membuat
kontrak. perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi
mereka yang membuatnya. Namun terdapat pengecualian, yaitu
seseorang dapat mengadakan perjanjian untuk kepentingan pihak
perjanjian.Sebagai
contoh
dan
untuk
memudahkan
dalam
dua
pihak
yang
terkait.Misalnya
hubungan
antar
warisan,perjanjian
kontrak
kerja,perjanjian
perdamaian.
Di
Asas
Asas
Asas
Asas
Asas
Kebebasan Berkontrak
Konsesualisme
Kepastian Hukum
Iktikad Baik
Kepribadian
DAFTAR PUSTAKA
Badrulzaman Darus, Aneka Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
1994.
Maerisa
Asri,
Panduan
Praktis
Membuat
Surat
perjanjian,
dalam