Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
flow cytometry terlihat trombosit pada PTI lebih aktif secara metabolic, yang
menjelaskan mengapa dengan jumlah trombosit yang sama, perdarahan lebih jarang
didapatkan pada PTI dibandingkan kegagalan sumsum tulang. Pemeriksaan
laboratorium sebaiknya dibatasi terutama saat terjadinya perdarahan dan jika secara
klinis ditemukan kelainan yang khas.
Perlu tidaknya aspirasi sumsum tulang secara rutin dilakukan pada anak
dengan dugaan PTI, masih menimbulkan perbedaan pendapat diantara para ahli.
Umumnya pemeriksaan ini dilakukan pada kasus yang meragukan, namun tidak pada
kasus-kasus dengan manifestasi klinis yang khsa. Beberapa ahli berpendapat bahwa
leukemia tidak pernah Nampak dengan trombositopeni saja, tapi tidak semua rumah
sakit berpengalaman dalam pemeriksaan hapusan darah anak. Pemeriksaan sumsum
tulang dianjurkan pada kasus-kasus yang tidak khas, misalnya:
-
anak
yang
berumur
kurang
dari
bulan,
kemungkinan
suatu
trombositopenia kongenital perlu disingkorkan. Anak yang lebih tua dan mereka
mengalami perjalanan menjadi kronik, perlu dipikirkkan adanya kelainan autoimun
yang lebih luas, serta perlu dicari adanya tanda-tanda dan atau gejala SLE atau
sindrom antifosfolipid.
Tatalaksana
Penatalaksanaan PTI pada anak meliputi tindakan suportif dan terapi
farmakologis. Tindakan suportif merupakan hal yang penting dalam penatalakasanaan
PTI pada anak, diantaranya membatasi aktifitas fisik, mencegah perdarahan akibat
trauma, menghindari obat yang dapat menekan produksi trombosit atau merubah
fungsinya, danyang penting juga adalah memberi pengertian pada pasien dan atau
orang tua tentang penyakitnya.
Pengobatan yang biasa diberikan pada anak dengan PTI meliputi kortikosteroid
perolal, immunoglobulin intravena (IVIG), dan yang terakhir,, anti-D untuk pasien
dengan rhesus D positif. Sebelum era IVIG, kortikosteroid peroral merupakan
pengobatan utama pada PTI karena dipercaya dapat menghambat penghancuran
trombosit dalam system retikuloendotelial dan mengurangi pembentukan antibody
terhadap trombosit serta mempunyai efek stabilisasi kapiler yang dapat mengurangi
perdarahan.
Dosis yang biasa digunakan pada IVIG adalah 0,4 gram/kgBB/hari selama 5
hari, namun penelitian terbaru menunjukkan lebih baik dan murah menggunakan
dosis yang lebih rendah yaitu dosis tunggal 0,8 gram/kgBB atau 0,25-0,5 gram/kgBB
selama 2 hari, dan memberikan efek samping yang lebih kecil pula.
Pengobatan dengan immunoglobulin D efektif pada anak dengan rhesus positif
dan memiiki keuntungan yaitu berupa suntikan tungggal dalam waktu singkakt.
Namun selain mahal, dilaporkan adanya hemolysis dan anemia yang memerlukan
transfuse darah setelah dilakukannya pengobatan ini. Terdapat beberapa penelitian
yang membandingkan kombinasi dari beberapapilihan pengobatan eliputi tanpa terapi,
prednisone oral, metilprednisolon dosis tinggi, IVIG, dan immunoglobulin anti D
intravena.
Studi prospektif acak yang dilaporkan oleh Blanchette, dkk (1994) pada 146
anak dengan PTI akut diteliti efek dari IVIG 1 g/kgBB/hari untuk dua dosis dan
0,8g/kgBB dosis tunggal, anti D 25 mg/kgBB/hari dua dosis disbanding prednisone 4
mg/kgBB/hari selama 7 hari. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk trombosit
>20.000/mm3 masing-masing adalah 3,, 1,5,4,dan 2,5 hari sedangkan untuk mencapai
trombosit >50.000 dibutukhan waktu 2,8; 3,4; 7; dan 5,5 hari pada keempat kelompok
pasien tersebut. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompk IVIG
dibandingkan anti-D antara kelompok prednisone dibandingkan anti-D.