Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. DEFINISI
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi
sebagai respon terhadap supalai oksigen yang tidak adequate ke sel-sel
miokardium. Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke
rahang, atau ke daerah abdomen (Corwin, 2009)
Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat
serangan dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada
yang seringkali menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul
pada waktu pasien melakukan suatu aktivitas dan segera hilang bila pasien
menghentikan aktivitasnya (Mansjoer dkk, 2007).
Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak
enak yang berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang berkaitan yang
disebabkan oleh ischemia miokard tetapi tidak sampai terjadi nekrosis. Rasa
tidak enak tersebut sering kali digambarkan sebagai rasa tertekan, rasa
terjerat, rasa kemeng, rasa penuh, rasa terbakar, rasa bengkak dan rasa
seperti sakit gigi. Rasa tidak enak tersebut biasanya berkisar 1 15 menit di
daerah retrosternal, tetapi dapat juga menjalar ke rahang, leher, bahu,
punggung dan lengan kiri. Walaupun jarang, kadang-kadang juga menjalar
1
Merupakan
jenis
angina
yang
sangat
berbahaya
dan
dapat
juga
darah (anemia)
saat
sedang
mengalami
stress.
Jika
pada
jantung
mengalami
penambahan beban kerja, tetapi supplai oksigen yang diterima sedikit, maka
akan menyebabkan rasa sakit pada jantung. Oksigen sangatlah diperlukan
oleh sel miokard untuk dapat mempertahankan fungsinya. Oksigen yang
didapat dari proses koroner untuk sel miokard ini, telah terpakai sebanyak 70
- 80 %, sehingga wajar bila aliran koroner menjadi meningkat. Aliran darah
koroner terutama terjadi sewaktu diastole pada saat otot ventrikel dalam
keadaan istirahat.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pemakaian oksigen pada jantung, adalah
a. Denyut Jantung
penyakit
tromboemboli,
yang
merupakan
komplikasi
tersering
aterosklerosis.
Pada mulanya, suplai darah tersebut walaupun berkurang masih cukup
untuk memenuhi kebutuhan miokard pada waktu istirahat, tetapi tidak cukup
bila kebutuhan oksigen miokard meningkat seperti pada waktu pasien
melakukan aktivitaas fisik yang cukup berat. Pada saat beban kerja suatu
jaringan
meningkat,
kebutuhan
oksigennya
juga
meningkat.
Apabila
anaerob
pembentukan
untuk
energy
ini
memenuhi
sangat
kebutuhan
tidak
efisien
energinya.
dan
Proses
menyebabkan
nyeri
ang
berkaitan
dengan
angina
pectoris.
Apabila
dan
sel-sel
otot
kembali
keproses
fosforilasi
oksidatif
untuk
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Angina pectoris stabil.
Muncul ketika melakukan aktifitas berat
Biasanya dapat diperkirakan dan rasa nyeri yang muncul biasanya
sama dengan rasa nyeri yang datang sebelumnya
6
kali
atau
angina
stabil
dengan
angina
EKG: Deviasi segment ST depresi atau elevasi.
3. Angina variant.
Angina yang terjadi spontan umumnya waktu istirahat dan pada
waktu aktifitas ringan. Biasanya terjadi karena spasme arteri
koroner
EKG deviasi segment ST depresi atau elevasi yang timbul pada
waktu serangan yang kemudian normal setelah serangan selesai.
F. DATA PENUNJANG
Setiap penderita dengan gejala yang mengarah pada angina harus
dilakukan EKG 12 lead. Namun hasil EKG akan normal pada 50 % dari
penderita dengan angina pectoris. Depresi atau elevasi segmen ST
menguatkan kemungkinan adanya angina dan menunjukkan suatu ischemia
pada beban kerja yang rendah.
Diagnosa
Pemeriksaan EKG
Uji latihan fisik (Exercise stress testing dengan atau tanpa
pemeriksaan radionuclide)
Angiografi koroner.
Terapi
Menghilangkan faktor pemberat
9
mengakibatkan
tersebut
hingga
alphaadrenergik
kini
yang
iskemia
belum
miokard.
diketahui,
berlebihan
patogenesis
spasme
kemungkinan
(Histamin,
tonus
Katekolamin,
miokard
infark
dan
sampai
mencegah re-infark
Nitrogliserin: hasilnya
25%.
Disamping
masih
itu
kontroversi
aspirin
akan
dapat
tetapi
juga
dapat
digunakan
adalah
diltiazim
juga
menyebabkan
adalah
nifedipine,
nikardipin
angioplasty
yang
biasa
(PTCA)
atau
pasien
dengan
infark
miokard
akut
mencari
Bila
pasien
sebelumnya
pernah
mendapat
serangan
distres/rasa
tidak
enak
substernal
yang
tersamar
atau
pericarditis,
ruptur
m.
papillaris,
aneurisma
kurang
efektif
dibandingkan
Morphin
dan
dapat
C-antagonist
yang
sering
dipakai
bila
diduga
Beta Blocker
Menurunkan afterload penderita dengan hipertensi
Membantu sirkulasi dengan ABC
Mengurangi iskemia miokard dengan memperbaiki perfusi atau
aliran kolateral ditingkat kan sehingga persediaan 02 miokard
meningkat. .
Pengobatan dengan thrombolitik streptokinase, Tissue plasminogen
activator (Actylase) .
Calcium antagonist
Peningkatan perfusi koroner dengan ABC
Streptokinase intra vena memberi thrombolyse dalam 50% para
penderita bila diberikan dalam waktu 6 jam sesudah timbul gejala
infark. Dosis : 250.000 U dalam 10 Menit, diikuti dengan infus
dengan dosis antara 850.000 sampai 1.700.000 U selama 1 jam.
Sebaiknya diberikan Hydrocortison IV-l00 mg sebelum streptokinase
diberikan. Heparin diberikan 2 jam sesudah streptokinase infus
berakhir.
Actylase, recombinant human tissue-type plasminogen activator (rtPA). Actylase adalah suatu bahan thrombolitik yang unik dengan
teknologi DNA rekombinan dan dinyatakan sebagai bahan yang
mampu menghambat terjadinya oklusi pembuluh darah koroner
dengan cara menyebabkan lysisnya thrombus sebelum terjadi infark
jantung total. Bahan ini mempunyai sifat spesifik dimana tidak
14
4. Aritmia
Adalah
suatu
kelainan
ireguler
dari
denyut
jantung
yang
primer atau tidak. Secara umum penyebab dari kematian jantung lebih
dari 90% disebabkan oleh koroner (VT dan VF 60%), infark akut (15%),
iskemi akut (10%), spasme koroner (2-5%)
Terapi
Tidakan darurat yang dilakukan pada pasien yang selamat dari
jantung:
Langkah pertama, stabilisasi, resusitasi, nilai status neurologi, dan
lakukan ekstubasi
Langkah kedua, cari factor penyebab yang pada umumnya adalah
infark akut, hipokalemi, dan obat-obatan
Langkah ketiga, ketahui sttus jantung dengan tes exercise, talium
scan, ekokardiografi
Langkah ke empat, ketahui apakah terdapat VT/VF baik melalui
holter monitor maupun tes treadmill
Langkah kelima, lakukan salah satu terapi, implantable defibrillator,
CABG dengan atau tidak defibrillator, amiodaron atau mungkin juga
pemberian sotasol
H. PENATALAKSANAAN
Ada dua tujuan utama penatalaksanaan angina pectoris :
a. Mencegah terjadinya infark miokard dan nekrosis, dengan demikian
meningkatkan kuantitas hidup.
b. Mengurangi symptom dan frekwensi serta beratnya ischemia, dengan
demikian meningkatkan kualitas hidup.
Prinsip penatalaksanaan angina pectoris
adalah:
meningkatkan
16
menurunkan
kebutuhan
oksigen
miokard
dengan
cara
mengurangi
symptom
angina
pectoris,
disamping
juga
dan
sistemik.
Kalsium
antagonis
juga
menurunkan
17
b. Terapi
Antitrombolitik,
obatnya
adalah
heparin
dan
warfarin.
18
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primer
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain :
Airway
Lidah jatuh kebelakang
Benda asing/ darah pada rongga mulut
Adanya sekret
Breathing
pasien sesak nafas dan cepat letih
Pernafasan Kusmaul
Circulation
TD meningkat
Nadi kuat
Disritmia
Adanya peningkatan JVP
Capillary refill > 2 detik
Akral dingin
Disability
suara,
19
sedang
menaiki
tangga.
Aktivitas
ringan
seperti
mandi,
sakit dada hilang. Bila sakit dada berlangsung lebih dari 20 menit,
kemungkinan pasien mendapat serangan infark miokard akut dan
bukan disebabkan angina pektoris biasa. Pada pasien angina pektoris,
dapat pula timbul keluhan lain seperti sesak napas, perasaan lelah,
kadang-kadang sakit dada disertai keringat dingin. Dengan anamnese
yang baik dan teliti sudah dapat disimpulkan mengenai tinggi
rendahnya kemungkinan penderita tersebut menderita angina pectoris
stabil atau kemungkinan suatu angina pectoris tidak stabil. Setelah
semua deskriptif nyeri dada tersebut didapat, pemeriksa membuat
kesimpulan dari gabungan berbagai komponen tersebut. Kesimpulan
yang didapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu angina yang
tipikal, angina yang atipikal atau nyeri dada bukan karena jantung.
Angina termasuk tipikal bila : rasa tidak enak atau nyeri dirasakan
dibelakang sternum dengan kualitas dan lamanya yang khas, dipicu
oleh aktivitas atau stress emosional, mereda bila istirahat atau diberi
nitrogliserin.
Angina dikatakan atipikal bila hanya memenuhi 2 dari 3 kreteria diatas.
Nyeri dada dikatakan bukan berasal dari jantung bila tidak memenuhi
atau hanya memenuhi 1 dari tiga kreteria tersebut.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya normal pada penderita angina pectoris.
Tetapi pemeriksaan fisik yang dilakukan saat serangan angina dapat
memberikan informasi tambahan yang berguna. Adanya gallop, mur-mur
regurgitasi mitral, split S2 atau ronkhi basah basal yang kemudian
menghilang bila nyerinya mereda dapat menguatkan diagnosa PJK. Hal-hal
lain yangn bisa didapat dari pemeriksaan fisik adalah tanda-tanda adanya
factor resiko, misalnya tekanan darah tinggi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d. Iskemia miokardium
21
22
INTERVENSI
NO
1
DIAGNOSA
TUJUAN
(NOC)
INTERVENSI
(NIC)
Nyeri akut b.d. NOC:
Manajemen nyeri :
Iskemia
Tingkat nyeri
1.
Lakukan pegkajian nyeri
miokardium
Nyeri terkontrol
secara
komprehensif
Tingkat kenyamanan
termasuk
lokasi,
Setelah
dilakukan
asuhan karakteristik,
durasi,
keperawatan selama 1 x 24 jam, frekuensi, kualitas dan ontro
klien dapat :
presipitasi.
1.
Mengontrol nyeri, dengan
2.
Observasi
reaksi
indikator :
nonverbal
dari
Mengenal faktor-faktor penyebab ketidaknyamanan.
Mengenal onset nyeri
3.
Gunakan
teknik
Tindakan
pertolongan
non komunikasi terapeutik untuk
farmakologi
mengetahui
pengalaman
Menggunakan analgetik
nyeri klien sebelumnya.
Melaporkan gejala-gejala nyeri
4.
Kontrol ontro lingkungan
kepada tim kesehatan.
yang mempengaruhi nyeri
Nyeri terkontrol
suhu
ruangan,
2.
Menunjukkan tingkat nyeri, seperti
pencahayaan, kebisingan.
dengan indikator:
5.
Kurangi ontro presipitasi
Melaporkan nyeri
nyeri.
Frekuensi nyeri
6.
Pilih
dan
lakukan
Lamanya episode nyeri
penanganan
nyeri
Ekspresi nyeri; wajah
(farmakologis/non
Perubahan respirasi rate
farmakologis)..
Perubahan tekanan darah
7.
Ajarkan
teknik
non
Kehilangan nafsu makan
farmakologis
(relaksasi,
.
distraksi dll) untuk mengetasi
nyeri..
8.
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
9.
Evaluasi
tindakan
pengurang nyeri/ontrol nyeri.
10.
Kolaborasi dengan dokter
bila ada komplain tentang
pemberian analgetik tidak
berhasil.
11.
Monitor penerimaan klien
23
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Penurunan
NOC :
curah
jantung
Cardiac
Pump
Tidak
ada
penurunan
kesadaran
Administrasi analgetik :.
Cek program pemberian
analogetik; jenis, dosis, dan
frekuensi.
Cek riwayat alergi..
Tentukan
analgetik
pilihan, rute pemberian dan
dosis optimal.
Monitor TTV sebelum dan
sesudah
pemberian
analgetik.
Berikan analgetik tepat
waktu terutama saat nyeri
muncul.
Evaluasi
efektifitas
analgetik, tanda dan gejala
efek samping.
Cardiac Care
Evaluasi adanya nyeri dada
( intensitas,lokasi, durasi)
Catat
adanya
disritmia
jantung
Catat adanya tanda dan
gejala penurunan cardiac
putput
Monitor status kardiovaskuler
Monitor status pernafasan
yang
menandakan
gagal
jantung
Monitor abdomen sebagai
indicator penurunan perfusi
Monitor balance cairan
Monitor adanya perubahan
tekanan darah
Monitor
respon
pasien
terhadap efek pengobatan
antiaritmia
Atur periode latihan dan
24
sistolik)
Identifikasi penyebab
perubahan vital sign
dari
NIC :
Anxiety
Reduction
(penurunan kecemasan)
Gunakan
pendekatan
yang menenangkan
Nyatakan dengan jelas
harapan
terhadap
pelaku
pasien
Jelaskan semua prosedur
dan apa yang dirasakan
selama prosedur
Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan
mengurangi takut
Berikan informasi faktual
mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
Dorong keluarga untuk
menemani anak
Lakukan back / neck rub
Dengarkan dengan penuh
perhatian
Identifikasi
tingkat
kecemasan
Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik
relaksasi
Barikan
obat
untuk
mengurangi kecemasan
26
Kurang
pengetahuan v
tentang
v
penyakit
b/d
keterbatasan v
pengetahuan
penyakitnya,
tindakan
yang
dilakukan, obat
v
obatan
yang
diberikan,
komplikasi yang
v
mungkin muncul
dan perubahan
gaya hidup.
NOC :
Kowlwdge : disease process
Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
1.
Pasien dan keluarga menyatakan
pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program
pengobatan
2.
Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang
3.
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya.
NIC :
Teaching
:
disease
Process
Berikan penilaian tentang
tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang
spesifik
Jelaskan patofisiologi dari
penyakit dan bagaimana hal
ini
berhubungan
dengan
anatomi dan fisiologi, dengan
cara yang tepat.
Gambarkan tanda dan
gejala yang biasa muncul
pada penyakit, dengan cara
yang tepat
4.
Gambarkan
proses
penyakit, dengan cara yang
tepat
5.
Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengna cara yang
tepat
6.
Sediakan informasi pada
pasien
tentang
kondisi,
dengan cara yang tepat
7.
Hindari harapan yang
kosong
8.
Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi tentang
kemajuan
pasien
dengan
cara yang tepat
9.
Diskusikan
perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11.
Dukung
pasien
untuk
27
mengeksplorasi
atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12.
Eksplorasi kemungkinan
sumber
atau
dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang tepat
14.
Instruksikan
pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk
melaporkan
pada
pemberi
perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat
28
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta :
EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis,
edisi 6. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Finarga. 2010. Angina. Dimuat dalam http://finarga.blogspot.com/ (diakses
pada 11 Maret 2012)
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with
NIC Interventions and NOC Outcome. New Jersey : Horrisonburg.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT
Alumni
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
29