Você está na página 1de 22

LAPORAN KASUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Umum Ilmu Kesehatan Anak di


RSUD Tugurejo Semarang

Pembimbing :
dr. Agus Saptanto, Sp.A
Disusun oleh :
1. Widya Rahmawati

H2A012024

2. Zaky Prasetya U.

H2A012051

3. Takul Usman

H2A012029

4. Inggit Azzahra H.

H2A012033

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2016

BAB II
STATUS PASIEN
I.

IDENTITAS
Nama Pasien
Usia
No. CM
Tanggal Masuk RS
Nama Ayah
Usia
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Alamat
Nama Ibu
Usia
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Alamat

II.

: An.K
: 6 th
:: 27 april 2016
: Tn.A
: 35 th
: SMA
: supir
: Semarang
: Ny.W
: 30 th
: SMA
:Ibu rumah tangga
: semarang

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan orang tua pasien pada
tanggal 29 april 2016 pukul 08.30 WIB di Bangsal Melati.
1. Keluhan Utama
Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Onset
Pasien merasakan demam sejak lima hari yang lalu.
Kronologis
HMRS tanggal 27 april 2016 tiba-tiba pasien demam. Demam
seluruh tubuh, pasien merasakan demam sudah sejak tanggal 25

april. Demam dirasakan sepanjang hari.


Kulitas
Demam dirasakan seluruh tubuh, sepanjang hari, demam dirasakan

cukup tinggi tetapi tidak timbul menggigil.


Kuantitas
Faktor pendorong
Selama panas pasien sudah dikompres dan sudah diperiksakan,
pasien diberi obat penurun panas (paracetamol). Pada saat pasien
dikasih obat panasnya menurun tetapi setelah efek obat habis

panas pasien kembali tinggi. Panas pasien turun tidak sampaai


normal ketika diberi obat.
Gejala penyerta
Pasien juga mengeluhkan batuk, batuk berdahak dan warna putih.
Pasien mengeluhkan mual dan muntah. Muntah tiga kali sehari,
muntahan berisi makanan. Pasien juga mengeluhkan nyeri ketika
menelan makanan dan badannya terasal lemas.
Gejala flu(-), batuk (+), nyeri tenggorokkan (+), nyeri telan(+),
pusing (-), nyeri retroorbital(+), nyeri dada(-), sesak nafas(-),
nyeri perut(-), kembung(-), mual (+), muntah (+) muntah sehari
tiga kali muntah berisi makanan, diare (-), frekuensi BAB satu
kali sehari, BAB darah (-), BAB cair (-), frekuensi miksi lima kali
sehari, nyeri kencing (-), hematuria (-), anuri(-), oliguria(-), gejala
kejang (-), nyeri sendi (-), nyeri otot(+), tangan dan kaki terasa
dingin (-), ruam pada kulit (-), epsitaksis(-), BB anak terlihat
menurun (-).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat demam
: diakui
- Riwayat typhoid
: diakui
- Riwayat diare
: disangkal
- Riwayat kejang
: disangkal
- Riwayat asma
: disangkal
- Riwayat flek
: disangkal
- Riwayat bronkitis
: disangkal
- Riwayat alergi
: disangkal
- Riwayat flu dan batuk : diakui
- Riwayat tonsilitis
: diakui
4. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat kejang
: disangkal
- Riwayat alergi
: disangkal
- Riwayat asma
: disangkal
- Riwayat hipertensi
: disangkal
- Riwayat diabetes
: disangkal
- Riwayat tonsilitis
: diakui (kakak pasien)
- Riwayat DBD
: diakui (tetangga)
5. Data Khusus
a. Riwayat Prenatal (kehamilan)

ANC 4 kali di bidan, imunisasi TT 2x, keluhan saat hamil tidak ada,
ibu pasien hanya mengkonsumsi obat dari bidan.
b. Riwayat Natal (Persalinan)
Pasien merupakan anak kedua, lahir normal di bidan, BBL3000 gram,
lahir spontan langsung menangis, cacat bawaan tidak ada.
Anak pertama usia 11 tahun, lahir normal di bidan dengan BBL 3500
gram.
c. Riwayat Post Natal (Pasca Persalinan)
Ibu melakukan pemeriksaan post natal pada usia 1 minggu.
d. Riwayat Imunisasi
Jenis Imunisasi
Frekuensi
BCG
1x
HEPATITIS B
3x
POLIO
4x
DPT
3x
CAMPAK
1x
Kesan: imunisasi dasar lengkap

Waktu pemberian
2 bulan
0,2,4 bulan
0,2,4,6 bulan
2,4,6 bulan
9 bulan

e. Riwayat Makan dan Minum


Pasien mendapatkan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan. Pasien
mendapatkan susu fomula sejak usia 6 bulan. Saat berusia 6 bulan
pasien mendapatkan bubur, sekarang pasien sudah mendapatkan menu
makan keluarga. Pasien jarang mengkonsumsi sayur sayuran. Nafsu
mkan pasien cenderung menurun saat sakit.
f. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
Perkembangan
Perkembangan yang dicapai
Usia perkembangan
merangkak
5 bulan
Bejalan
8 bulan
Memakai baju
24 bulan
Bicara bisa dimengerti
4 tahun
Kesan : perkembangan sesuai usia
Pertumbuhan (usia 6 tahun )
BB : 19 Kg
TB : 110 cm
BB/U
: normal (95%)
TB/U
: normal ( 95%)
BB/TB
: normal (94%)
Kesan
: pertumbuhan sesuai umur
g. Riwayat Lingkungan dan Sosial Ekonomi

Pasien tinggal dengan kedua orang tuanya dan 1 saudara laki-laki.


Sumber air meggunakan air PAM. Orangtua pasien hanya sebagai
supir.
III.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 29 april 2016 di Bangsal Melati
pukul 08.30 WIB.
1. Keadaan Umum : tampak sakit
2. Kesadaran
: Compos mentis
3. Vital sign
:
a. Frekuensi Nadi : 92 x/menit reguler
b. Frekuensi Napas : 21 x/menit reguler
c. Suhu
: 37,80C (axiller)
4. Status Generalisata
:
a. Kulit : turgor kulit normal, ikterik (-), sianosis (-), ruam kulit (-)
b. Kepala : kesan mesocephal
c. Mata :nrocos (-), konjungtivitis (-), conjungtiva anemis (-/-),
d.
e.
f.
g.
h.

sklera ikterik (-/-), reflek cahaya(+/+)


Telinga : diacharge (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-)
Hidung : napas cuping hidung (-/-), discharge (-/-)
Mulut
: sianosis (-), kering (-), Lidah kotor (+),
Tenggorok
: Tonsil T2 T2, faring hiperemis (+),
Leher
: Pembesaran KGB (-/-), otot bantu napas (-/-)

5. Status Internus
a. Thorax

:
Cor

Pulmo

Inspeksi: ictus cordis tak terlihat


Palpasi: ictus cordis teraba tapi

kuat angkat
Perkusi:
Batas atas

jantung:

parasternal sinistra.
Pinggang jantung:

ICS

tak

II lin.

thorax
-

pergerakan

dinding

simetris,

dinamis

statis

simetris, retraksi dinding dada (-).


Palpasi
:
ICS
tidak
melebar, massa (-), taktil fremitus (+)

ICS

III

lin.

parasternal sinistra.
Batas kanan bawah: ICS V lin.
sternalis dex.
Batas kiri bawah: ICS V 1cm medial

Inspeksi

Normal
Perkusi

paru
Auskultasi : SDV (+/+), wheezing

: sonor diseluruh lapang

(-/-), ronkhi (-/-)

LMCS
Kesan: konfigurasi jantung normal
Auskultasi : BJ I, II murni, reguler,
bising jantung (-)

b. Abdomen

c. ekstremitas

- Inspeksi: perut datar


- Auskultasi : bising usus (+)
- Perkusi: tympani seluruh lapang
abdomen
- Palpasi: hepar dan lien tak teraba

IV.

- Akral dingin

: (-)

- Capillary refill

: < 2

- oedem

: (-)

- sianosis

: (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil laboratorium tanggal 27 april 2016
Jenis
Darah rutin
Hemoglobin
leukosit
hematokrit
Trombosit

Hasil

Nilai normal

13,2
4,6
40
92

10,5 -12,9
5,0-14,5
35 - 43
150 - 400

Hasil Laboratorium tanggal 29 april 2016


Jenis
Darah rutin
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
Eosinofil absolute
Basofil absolute
Netrofil absolute
Limfosit absolute
Monosit absolute
Eosinofil
Basofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Widal
s.typhi H
s.typhi O
Feses
Tidak dilakukan
Elektrolit
Tidak dilakukan
V.

Negatif
Negatif

Hasil

Nilai normal

4,71
4,04
13,20
39,2
134
81,20
26,20
31,30
0,40
0,03
0,61
4,52
0,49
0,00
1,30
40,80
48,00
12,30

5,0-14,5
3,6-5,2
10,5 -12,9
35 - 43
150 - 400
74 - 106
21 33
28 - 32
0,045 0, 44
0 0,2
1,8 8
0,9 5,2
0,16 - 1
0,45-0,77
01
50 70
20 70
1-6
negatif
negatif

RESUME
Dari anamnesis didapatkan :
Demam tinggi sejak 4 hari yang lalu. Demam dirasakan diseluruh tubuh.
Demam dirasakan sepanjang hari. Pasien juga mengeluhkan nyeri ketika
menelan makanan dan badannya terasal lemas. Pasien tidak kejang, diare (-),
nyeri perut(-), sesak nafas (-), nyeri sendi (-), nyeri otot(+), nyeri
retroorbital(+), BAB dan BAK (N). Riwayat imunisasi pasien lengkap.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
KU : tampak sakit. HR : 92 x/menit, RR : 21 x/menit, t : 37,8 0C. Status
gizi kesan normal. Ruam kulit(-), nyeri gastrocnemius(-), pemeriksaan
thorax(N), Abdomen(N), extremmitas (N). Dari hasil pemeriksaan penunjang

(laboratorium)

didapatkan trombositopenia (134.000), salmonella(-),

elektrolit(tidak dilakukan), dan feses (tidak dilakukan).


VI.

DAFTAR MASALAH
1.
2.
3.
4.

Masalah aktif
Demam
Mual muntah
Batuk berdahak
Trombositopenia

Masalah pasif
1. tonsilitis

VII.

DIAGNOSIS BANDING
DHF
Demam typhoid
Malaria

VIII.

DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis klinis
: demam berdarah dengue
Diagnosis petumbuhan : Pertumbuhan sesuai umur
Diagnosis perkembangan
: Perkembangan sesuai umur
Diagnosisi imunisasi
: Imunisasi dasar lengkap
Diagnosis sosial
: Ekonomi kurang

IX.

X.

INITIAL PLANT
Monitoring
: monitoring keadaan umum dan tanda tanda vital
Terapi farmakologis :
Paracetamol 15-20 mg/kgbb perkali pemberian
Infus ringer laktat 20 TPM
PROGNOSIS
a. Ad Sanam
: Dubia Ad Bonam
b. Ad Vitam
: Dubia Ad Bonam
c. Ad Fungsionam : Dubia Ad Bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Demam Berdarah Dengue
A. Pendahuluan
Penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue
(DBD) adalah salah satu bentuk klinis dari penyakit akibat infeksi dengan virus
dengue pada manusia. Sedangkan manifestasi klinis dari infeksi virus dengue
dapat berupa Dengue Fever (DF) dan Dengue Haemoragic Fever (DHF).
DHF merupakan penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi
perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang menyebabkan
kematian.
B. Etiologi
Virus dengue penyebab DBD termasuk famili Flaviviridae, yang
berukuran kecil sekali, yaitu 35-45 nm. Virus dengue serotipe 1,2,3,4 ditularkan
melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes
polynesiensis, dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.
Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup

terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak memberi perlindungan terhadap


serotipe lain.
C. Patofisiologi
Virus hanya dapat hidup dalam sel hidup sehingga harus bersaing dengan
sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat
bergantung pada daya tahan tubuh manusia.
Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen
sehingga

dikeluarkan

zat

anafilatoksin

yang

menyebabkan

peningkatan

permeabilitas kapiler dan terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke


ruang ekstravaskular; (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini
berlanjut akan mengakibatkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibat mobilisasi
sel trombosit muda dari sumsum tulang; (3) kerusakan sel endotel pembuluh
darah akan merangsang/ mengaktivasi faktor pembekuan. Ketiga faktor diatas
menyebabkan (1) peningkatan permeabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis yang
disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia, dan koagulopati.
Dari sudut patofisiologi, infeksi virus dengue bergerak sesuai alur berikut :

Gambar
1.

Patofisiologi Infeksi Dengue

D. Manifestasi Klinik
Infeksi virus dengue mengakibatkan menifestasi klinik yang bervariasi
mulai dari asimptomatik, penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile
illness), dengue fever, dengue haemoragic fever, sampai dengue shock syndrom.

Walaupun secara epidemiologis infeksi ringan lebih banyak, tetapi pada awal
penyakit hampir tidak mungkin membedakan infeksi ringan atau berat.
Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus memasuki
tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang menembus kulit. Setelah itu disusul
oleh periode tenang selama kurang lebih 4 hari, dimana virus melakukan replikasi
secara cepat dalam tubuh manusia. Apabila jumlah virus sudah cukup maka virus
akan memasuki sirkulasi darah (viraemia), dan pada saat ini manusia yang
terinfeksi akan mengalami gejala panas. Dengan adanya virus dengue dalam tubuh
manusia, maka tubuh akan memberi reaksi. Bentuk reaksi tubuh terhadap virus ini
antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dapat berbeda, dimana
perbedaan reaksi ini akan memanifestasikan perbedaan penampilan gejala klinis
dan perjalanan penyakit. Pada prinsipnya, bentuk reaksi tubuh manusia terhadap
keberadaan virus dengue adalah sebagai berikut :
Bentuk reaksi pertama
Terjadi netralisasi virus, dan disusul dengan mengendapkan bentuk netralisasi
virus pada pembuluh darah kecil di kulit berupa gejala ruam (rash).
Bentuk reaksi kedua
Terjadi gangguan fungsi pembekuan darah sebagai akibat dari penurunan jumlah
dan kualitas komponen-komponen beku darah yang menimbulkan manifestasi
perdarahan.
Bentuk reaksi ketiga
Terjadi kebocoran pada pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya
komponen plasma (cairan) darah dari dalam pembuluh darah menuju ke rongga
perut berupa gejala ascites dan rongga selaput paru berupa gejala efusi pleura.
Apabila tubuh manusia hanya memberi reaksi bentuk 1 dan 2 saja maka orang
tersebut akan menderita demam dengue, sedangkan apabila ketiga bentuk reaksi
terjadi maka orang tersebut akan mengalami demam berdarah dengue.

Gambar 2. Perjalanan penyakit DBD


Dengue Fever
Manifestasi klinis infeksi dengue fever ditandai gejala-gejala klinik berupa
demam, nyeri pada seluruh tubuh, ruam dan perdarahan. Demam yang terjadi
pada infeksi virus dengue ini timbulnya mendadak, tinggi (dapat mencapai 39-40
C) dan dapat disertai dengan menggigil. Begitu mendadaknya, sering kali dalam
praktik sehari-hari kita mendengar cerita ibu bahwa pada saat melepas putranya
berangkat sekolah dalam keadaan sehat walafiat, tetapi pada saat pulang putranya
sudah mengeluh panas dan ternyata panasnya langsung tinggi. Pada saat anak
mulai panas ini biasanya sudah tidak mau bermain. Demam ini hanya berlangsung
sekitar lima hari. Pada saat demamnya berakhir, sering kali dalam bentuk turun
mendadak (lysis), dan disertai dengan berkeringat banyak. Saat itu anak tampak
agak loyo. Kadang-kadang dikenal istilah demam biphasik, yaitu demam yang

berlangsung selama beberapa hari itu sempat turun di tengahnya menjadi normal
kemudian naik lagi dan baru turun lagi saat penderita sembuh (gambaran kurva
panas sebagai punggung unta).
Gejala panas pada penderita infeksi virus dengue akan segera disusul
dengan timbulnya keluhan nyeri pada seluruh tubuh. Pada umumnya yang
dikeluhkan adalah nyeri otot, nyeri sendi, nyeri punggung, dan nyeri pada bola
mata yang semakin meningkat apabila digerakkan. Karena adanya gejala nyeri ini,
di kalangan masyarakat awam ada istilah flu tulang. Dengan sembuhnya penderita
gejala-gejala nyeri pada seluruh tubuh ini juga akan hilang.
Ruam yang terjadi pada infeksi virus dengue ini dapat timbul pada saat
awal panas yang berupa flushing, yaitu berupa kemerahan pada daerah muka,
leher, dan dada. Ruam juga dapat timbul pada hari ke-4 sakit berupa bercakbercak merah kecil seperti bercak pada penyakit campak. Kadang-kadang ruam
tersebut hanya timbul pada daerah tangan atau kaki saja sehingga memberi bentuk
spesifik seperti kaos tangan dan kaki. Yang terakhir ini biasanya timbul setelah
panas turun atau setelah hari ke-5.
Pada infeksi virus dengue apalagi pada bentuk klinis DHF selalu disertai
dengan tanda perdarahan. Hanya saja tanda perdarahan ini tidak selalu didapat
secara spontan oleh penderita, bahkan pada sebagian besar penderita tanda
perdarahan ini muncul setelah dilakukan tes tourniquet. Bentuk-bentuk perdarahan
spontan yang dapat terjadi pada penderita demam dengue dapat berupa perdarahan
kecil-kecil di kulit (petechiae), perdarahan agak besar di kulit (echimosis),
perdarahan gusi, perdarahan hidung dan kadang-kadang dapat terjadi perdarahan
yang masif yang dapat berakhir pada kematian.
Berkaitan dengan tanda perdarahan ini, pada anak-anak tertentu diketahui
oleh orangtua mereka bahwa apabila anaknya menderita panas selalu disertai
dengan perdarahan hidung (epistaksis). Dalam istilah medis dikenal sebagai
habitual epistaksis, sebagai akibat kelainan yang bersifat sementara dari gangguan
berbagai infeksi (tidak hanya oleh virus dengue). Pada keadaan lain ada penderita

anak yang apabila mengalami sakit panas kemudian minum obat-obat panas
tertentu akan disusul dengan terjadinya perdarahan hidung. Untuk penderita
dengan kondisi seperti ini, pemberian obat-obat panas jenis tertentu tersebut
sebaiknya dihindari.
Dengue Haemoragic Fever
Secara umum empat gejala yang terjadi pada demam dengue sebagai
manifestasi gejala klinis dari bentuk reaksi 1 dan 2 tubuh manusia atas keberadaan
virus dengue juga didapatkan pada DHF. Yang membedakan DHF dengan dengue
fever adalah adanya manifestasi gejala klinis sebagai akibat adanya bentuk reaksi
3 pada tubuh manusia terhadap virus dengue, yaitu berupa keluarnya plasma
(cairan) darah dari dalam pembuluh darah keluar dan masuk ke dalam rongga
perut dan rongga selaput paru. Fenomena ini apabila tidak segera ditanggulangi
dapat mempengaruhi manifestasi gejala perdarahan menjadi sangat masif. Yang
dalam praktik kedokteran sering kali membuat seorang dokter terpaksa
memberikan transfusi darah dalam jumlah yang tidak terbayangkan.
Yang penting bagi masyarakat awam adalah dapat mengetahui atau
mendeteksi kapan seorang penderita DHF mulai mengalami keluarnya plasma
darah dari dalam pembuluh darah. Keluarnya plasma darah ini apabila ada
biasanya terjadi pada hari sakit ke-3 sampai dengan hari ke-6. Biasanya didahului
oleh penurunan panas badan penderita, yang sering kali terjadi secara mendadak
(lysis) dan diikuti oleh keadaan anak yang tampak loyo, dan pada perabaan akan
didapatkan ujung-ujung tangan/kaki dingin serta nadi yang kecil dan cepat.
Banyak ditemui kasus dengan kondisi demikian, tampak suhu tubuh penderita
dirasakan normal mengira kalau putranya sembuh dari sakit. Kondisi tersebut
mengakibatkan orangtua tidak segera membawa putra mereka ke fasilitas
kesehatan terdekat. Pada keadaan ini penderita sudah dalam keadaan terlambat
sehingga kurang optimal untuk diselamatkan dari penyakitnya.
Sindrom syok dengue(SSD/DSS)

Sindrom syok dengue adalah demam berdarah dengue dengan manifestasi


kegagalan sirkulasi berupa nadi lemah, lembut atau tak teraba, tekanan nadi 20
mmHg, hipotensi (sesuai umur), kulit dingin dan lembab, pasien tampak gelisah.
Dengan kata lain demam berdarah dengue yang telah memasuki keadaan syok
(sesuai DBD derajat III dan IV menurut WHO)
E. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hitung jenis leukosit, nilai hematokrit dan jumlah trombosit
penting dan merupakan bagian diagnosis klinis demam berdarah dengue. Cara
penegakan diagnosis melalui pemeriksaan laboratorium untuk dengue yaitu:
1. Isolasi
2. Deteksi asam nukleat virus melalui pemeriksaan reverse
transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR).
3. Deteksi antigen virus, yaitu pemeriksaan NS1 antigen virus dengue.
4. Deteksi respon imun serum, berupa pemeriksaan serologi Ig G dan
Ig M dengue, haemaglutination inhibition test (uji HI), complement
fixation test (CFT), uji neutralisasi. Pemeriksaan IgG dan IgM
dengue merupakan pemerisaan yang paling banyak tersedia di
laboratorium. Interpretasi uji serologi IgM dan IgG tampak pada
tabel.
Diagnosis
Infeksi primer
Infeksi sekunder
Infeksi lampau
Bukan dengue

F. Klasifikasi

IgM
+
+
-

IgG
+
+
-

Keterangan

Bila klinis mendukung infeksi


dengue, pemeriksaan dapat diulang
pada fase penyembuhan

GRADE
Demam dengue

Tanda dan Gejala


Pemeriksaan laboratorium
Demam dengan minimal dua
Leukopenia
Trombositopenia
kriteria;
Peningkatan
Nyeri kepala

Nyeri retroorbita
Mialgia
Atralgia
Ruam
Manifestasi perdarahan
Tidak
ada
bukti

kebocoran plasma
Demam dengan manifestasi

DBD I

perdarahan
positf)

(uji

dan

tourniquet

adanya

ada perdarahan spontan


DBD III

Sama seperti grade II dan I


ditambah

tanda

kegagalan

DBD IV

<20

mmh,

Trombositopenia
Adanya peningkatan
hematokrit (>20%)

Trombositopenia
Adanya peningkatan

hematokrit (>20%)
Trombositopenia
Adanya peningkatan
hematokrit (>20%)

sirkulasi: nadi lemah, tekanan


nadi

bukti

kebocoran plasma

bukti

kebocoran plasma
Sama seperti grade I ditambah

DBD II

hematokrit
Tidak
ada

hipotensi,

tampak lemas.
Sama seperti grade III ditambah
bukti nyata danya syok dengan
tekanan darah tidak terukur dan

Trombositopenia
Adanya peningkatan
hematokrit (>20%)

nadi tidak teraba.


Demam berdarah dengue derajat III dan IV disebut juga sindrom renjatan
dengue
G. Penatalaksanaan
Pada dasarnya bersifat suportif yaitu mengatasi kehilangan cairan
plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai
akibat perdarahan. Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DHF
dirawat diruang perawatan biasa, tetapi pada kasus DHF dengan
komplikasi diperlukan perawatn intensif. Fase kritis umumnya terjadi pada

hari sakit ketiga. Hiperpireksia diatasi dengan antipiretik dan bila perlu
surface cooling dengan kompres es. Parasetamol direkomendasikan untuk
mengatasi demam dengan dosis 10-15 mg/kgBB/kali.
Pemberian cairan intravena pada pasien DHF tanpa renjatan
dilakukan bila pasien terus-menerus muntah sehingga tidak mungkin
diberi makanan peroral atau didapatkan nilai hematokrit yang bertendensi
terus meningkat (> 40 vol%). Jumlah cairan yang diberikan tergantung
dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa
5% dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila terdapat asidosis, 1/4 dari jumlah
larutan total dikeluarkan dan diganti dengan larutan yang berisi 0,167
mol/liter natrium bikarbonat (3/4 bagian berisi larutan NaCl 0.9% +
glukosa ditambah 1/4 natrium bikarbonat).
Berdasarkan rekomendasi WHO 2011 prinsip umum terapi dengue
ialah sebagai berikut:
a. Pemberian cairan kristaloid isotonik selama periode krisis, kecuali
pada bayi uia < 6 bulan yang disarankan menggunakan NACL
0,455
b. Penggunaan cairan koloid hiperonkotik, misalnya desktran 40
dapat dipertimbangkan pada kebocoran plasma yang berat dan
tidak ada perbaikan yang adekuat setelah pemberian kristaloid.
c. Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan rumaatan
ditambah 5% untuk dehidrasi. Jumlah tersebut hanyaa untuk
menjaga agar volume intravaskular dan sirkulasi tetap adekuat.
d. Durasi pemberian terapicairan intravena tidak boleh melebihi 2448 jam pada kasus syok
e. Pada pasien obesitas perhitungan volume cairan sebaiknya
menggunakan berat badan ideal.
f. Pemberian cairan selalu disesuaikan dengan kondisi klinis.
g. Pemberian transfusi trombosit tidak direkomendasikan pada anak.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hery Garna, Emelia Suroto, Hamzah, Heda Melinda D Nataprawira, Dwi
Prasetyo. 2005. Diare Akut Dalam: Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak Edisi Ke-3. Bandung: Bagian /SMF Ilmu Kesehatan Anak
FK Universitas Padjajaran/ RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG. Hal. 271278
2. Soegeng Soegijanto. 2002. Campak. dalam: Sumarmo S. Poorwo Soedarmo,
dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I.
Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 125
3. A.H. Markum, 2009, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
4. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. 2007. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Você também pode gostar