Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pembimbing :
dr. Agus Saptanto, Sp.A
Disusun oleh :
1. Widya Rahmawati
H2A012024
2. Zaky Prasetya U.
H2A012051
3. Takul Usman
H2A012029
4. Inggit Azzahra H.
H2A012033
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2016
BAB II
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS
Nama Pasien
Usia
No. CM
Tanggal Masuk RS
Nama Ayah
Usia
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Alamat
Nama Ibu
Usia
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Alamat
II.
: An.K
: 6 th
:: 27 april 2016
: Tn.A
: 35 th
: SMA
: supir
: Semarang
: Ny.W
: 30 th
: SMA
:Ibu rumah tangga
: semarang
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan orang tua pasien pada
tanggal 29 april 2016 pukul 08.30 WIB di Bangsal Melati.
1. Keluhan Utama
Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Onset
Pasien merasakan demam sejak lima hari yang lalu.
Kronologis
HMRS tanggal 27 april 2016 tiba-tiba pasien demam. Demam
seluruh tubuh, pasien merasakan demam sudah sejak tanggal 25
ANC 4 kali di bidan, imunisasi TT 2x, keluhan saat hamil tidak ada,
ibu pasien hanya mengkonsumsi obat dari bidan.
b. Riwayat Natal (Persalinan)
Pasien merupakan anak kedua, lahir normal di bidan, BBL3000 gram,
lahir spontan langsung menangis, cacat bawaan tidak ada.
Anak pertama usia 11 tahun, lahir normal di bidan dengan BBL 3500
gram.
c. Riwayat Post Natal (Pasca Persalinan)
Ibu melakukan pemeriksaan post natal pada usia 1 minggu.
d. Riwayat Imunisasi
Jenis Imunisasi
Frekuensi
BCG
1x
HEPATITIS B
3x
POLIO
4x
DPT
3x
CAMPAK
1x
Kesan: imunisasi dasar lengkap
Waktu pemberian
2 bulan
0,2,4 bulan
0,2,4,6 bulan
2,4,6 bulan
9 bulan
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 29 april 2016 di Bangsal Melati
pukul 08.30 WIB.
1. Keadaan Umum : tampak sakit
2. Kesadaran
: Compos mentis
3. Vital sign
:
a. Frekuensi Nadi : 92 x/menit reguler
b. Frekuensi Napas : 21 x/menit reguler
c. Suhu
: 37,80C (axiller)
4. Status Generalisata
:
a. Kulit : turgor kulit normal, ikterik (-), sianosis (-), ruam kulit (-)
b. Kepala : kesan mesocephal
c. Mata :nrocos (-), konjungtivitis (-), conjungtiva anemis (-/-),
d.
e.
f.
g.
h.
5. Status Internus
a. Thorax
:
Cor
Pulmo
kuat angkat
Perkusi:
Batas atas
jantung:
parasternal sinistra.
Pinggang jantung:
ICS
tak
II lin.
thorax
-
pergerakan
dinding
simetris,
dinamis
statis
ICS
III
lin.
parasternal sinistra.
Batas kanan bawah: ICS V lin.
sternalis dex.
Batas kiri bawah: ICS V 1cm medial
Inspeksi
Normal
Perkusi
paru
Auskultasi : SDV (+/+), wheezing
LMCS
Kesan: konfigurasi jantung normal
Auskultasi : BJ I, II murni, reguler,
bising jantung (-)
b. Abdomen
c. ekstremitas
IV.
- Akral dingin
: (-)
- Capillary refill
: < 2
- oedem
: (-)
- sianosis
: (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil laboratorium tanggal 27 april 2016
Jenis
Darah rutin
Hemoglobin
leukosit
hematokrit
Trombosit
Hasil
Nilai normal
13,2
4,6
40
92
10,5 -12,9
5,0-14,5
35 - 43
150 - 400
Negatif
Negatif
Hasil
Nilai normal
4,71
4,04
13,20
39,2
134
81,20
26,20
31,30
0,40
0,03
0,61
4,52
0,49
0,00
1,30
40,80
48,00
12,30
5,0-14,5
3,6-5,2
10,5 -12,9
35 - 43
150 - 400
74 - 106
21 33
28 - 32
0,045 0, 44
0 0,2
1,8 8
0,9 5,2
0,16 - 1
0,45-0,77
01
50 70
20 70
1-6
negatif
negatif
RESUME
Dari anamnesis didapatkan :
Demam tinggi sejak 4 hari yang lalu. Demam dirasakan diseluruh tubuh.
Demam dirasakan sepanjang hari. Pasien juga mengeluhkan nyeri ketika
menelan makanan dan badannya terasal lemas. Pasien tidak kejang, diare (-),
nyeri perut(-), sesak nafas (-), nyeri sendi (-), nyeri otot(+), nyeri
retroorbital(+), BAB dan BAK (N). Riwayat imunisasi pasien lengkap.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
KU : tampak sakit. HR : 92 x/menit, RR : 21 x/menit, t : 37,8 0C. Status
gizi kesan normal. Ruam kulit(-), nyeri gastrocnemius(-), pemeriksaan
thorax(N), Abdomen(N), extremmitas (N). Dari hasil pemeriksaan penunjang
(laboratorium)
DAFTAR MASALAH
1.
2.
3.
4.
Masalah aktif
Demam
Mual muntah
Batuk berdahak
Trombositopenia
Masalah pasif
1. tonsilitis
VII.
DIAGNOSIS BANDING
DHF
Demam typhoid
Malaria
VIII.
DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis klinis
: demam berdarah dengue
Diagnosis petumbuhan : Pertumbuhan sesuai umur
Diagnosis perkembangan
: Perkembangan sesuai umur
Diagnosisi imunisasi
: Imunisasi dasar lengkap
Diagnosis sosial
: Ekonomi kurang
IX.
X.
INITIAL PLANT
Monitoring
: monitoring keadaan umum dan tanda tanda vital
Terapi farmakologis :
Paracetamol 15-20 mg/kgbb perkali pemberian
Infus ringer laktat 20 TPM
PROGNOSIS
a. Ad Sanam
: Dubia Ad Bonam
b. Ad Vitam
: Dubia Ad Bonam
c. Ad Fungsionam : Dubia Ad Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Demam Berdarah Dengue
A. Pendahuluan
Penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue
(DBD) adalah salah satu bentuk klinis dari penyakit akibat infeksi dengan virus
dengue pada manusia. Sedangkan manifestasi klinis dari infeksi virus dengue
dapat berupa Dengue Fever (DF) dan Dengue Haemoragic Fever (DHF).
DHF merupakan penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi
perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang menyebabkan
kematian.
B. Etiologi
Virus dengue penyebab DBD termasuk famili Flaviviridae, yang
berukuran kecil sekali, yaitu 35-45 nm. Virus dengue serotipe 1,2,3,4 ditularkan
melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes
polynesiensis, dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.
Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup
dikeluarkan
zat
anafilatoksin
yang
menyebabkan
peningkatan
Gambar
1.
D. Manifestasi Klinik
Infeksi virus dengue mengakibatkan menifestasi klinik yang bervariasi
mulai dari asimptomatik, penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile
illness), dengue fever, dengue haemoragic fever, sampai dengue shock syndrom.
Walaupun secara epidemiologis infeksi ringan lebih banyak, tetapi pada awal
penyakit hampir tidak mungkin membedakan infeksi ringan atau berat.
Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus memasuki
tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang menembus kulit. Setelah itu disusul
oleh periode tenang selama kurang lebih 4 hari, dimana virus melakukan replikasi
secara cepat dalam tubuh manusia. Apabila jumlah virus sudah cukup maka virus
akan memasuki sirkulasi darah (viraemia), dan pada saat ini manusia yang
terinfeksi akan mengalami gejala panas. Dengan adanya virus dengue dalam tubuh
manusia, maka tubuh akan memberi reaksi. Bentuk reaksi tubuh terhadap virus ini
antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dapat berbeda, dimana
perbedaan reaksi ini akan memanifestasikan perbedaan penampilan gejala klinis
dan perjalanan penyakit. Pada prinsipnya, bentuk reaksi tubuh manusia terhadap
keberadaan virus dengue adalah sebagai berikut :
Bentuk reaksi pertama
Terjadi netralisasi virus, dan disusul dengan mengendapkan bentuk netralisasi
virus pada pembuluh darah kecil di kulit berupa gejala ruam (rash).
Bentuk reaksi kedua
Terjadi gangguan fungsi pembekuan darah sebagai akibat dari penurunan jumlah
dan kualitas komponen-komponen beku darah yang menimbulkan manifestasi
perdarahan.
Bentuk reaksi ketiga
Terjadi kebocoran pada pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya
komponen plasma (cairan) darah dari dalam pembuluh darah menuju ke rongga
perut berupa gejala ascites dan rongga selaput paru berupa gejala efusi pleura.
Apabila tubuh manusia hanya memberi reaksi bentuk 1 dan 2 saja maka orang
tersebut akan menderita demam dengue, sedangkan apabila ketiga bentuk reaksi
terjadi maka orang tersebut akan mengalami demam berdarah dengue.
berlangsung selama beberapa hari itu sempat turun di tengahnya menjadi normal
kemudian naik lagi dan baru turun lagi saat penderita sembuh (gambaran kurva
panas sebagai punggung unta).
Gejala panas pada penderita infeksi virus dengue akan segera disusul
dengan timbulnya keluhan nyeri pada seluruh tubuh. Pada umumnya yang
dikeluhkan adalah nyeri otot, nyeri sendi, nyeri punggung, dan nyeri pada bola
mata yang semakin meningkat apabila digerakkan. Karena adanya gejala nyeri ini,
di kalangan masyarakat awam ada istilah flu tulang. Dengan sembuhnya penderita
gejala-gejala nyeri pada seluruh tubuh ini juga akan hilang.
Ruam yang terjadi pada infeksi virus dengue ini dapat timbul pada saat
awal panas yang berupa flushing, yaitu berupa kemerahan pada daerah muka,
leher, dan dada. Ruam juga dapat timbul pada hari ke-4 sakit berupa bercakbercak merah kecil seperti bercak pada penyakit campak. Kadang-kadang ruam
tersebut hanya timbul pada daerah tangan atau kaki saja sehingga memberi bentuk
spesifik seperti kaos tangan dan kaki. Yang terakhir ini biasanya timbul setelah
panas turun atau setelah hari ke-5.
Pada infeksi virus dengue apalagi pada bentuk klinis DHF selalu disertai
dengan tanda perdarahan. Hanya saja tanda perdarahan ini tidak selalu didapat
secara spontan oleh penderita, bahkan pada sebagian besar penderita tanda
perdarahan ini muncul setelah dilakukan tes tourniquet. Bentuk-bentuk perdarahan
spontan yang dapat terjadi pada penderita demam dengue dapat berupa perdarahan
kecil-kecil di kulit (petechiae), perdarahan agak besar di kulit (echimosis),
perdarahan gusi, perdarahan hidung dan kadang-kadang dapat terjadi perdarahan
yang masif yang dapat berakhir pada kematian.
Berkaitan dengan tanda perdarahan ini, pada anak-anak tertentu diketahui
oleh orangtua mereka bahwa apabila anaknya menderita panas selalu disertai
dengan perdarahan hidung (epistaksis). Dalam istilah medis dikenal sebagai
habitual epistaksis, sebagai akibat kelainan yang bersifat sementara dari gangguan
berbagai infeksi (tidak hanya oleh virus dengue). Pada keadaan lain ada penderita
anak yang apabila mengalami sakit panas kemudian minum obat-obat panas
tertentu akan disusul dengan terjadinya perdarahan hidung. Untuk penderita
dengan kondisi seperti ini, pemberian obat-obat panas jenis tertentu tersebut
sebaiknya dihindari.
Dengue Haemoragic Fever
Secara umum empat gejala yang terjadi pada demam dengue sebagai
manifestasi gejala klinis dari bentuk reaksi 1 dan 2 tubuh manusia atas keberadaan
virus dengue juga didapatkan pada DHF. Yang membedakan DHF dengan dengue
fever adalah adanya manifestasi gejala klinis sebagai akibat adanya bentuk reaksi
3 pada tubuh manusia terhadap virus dengue, yaitu berupa keluarnya plasma
(cairan) darah dari dalam pembuluh darah keluar dan masuk ke dalam rongga
perut dan rongga selaput paru. Fenomena ini apabila tidak segera ditanggulangi
dapat mempengaruhi manifestasi gejala perdarahan menjadi sangat masif. Yang
dalam praktik kedokteran sering kali membuat seorang dokter terpaksa
memberikan transfusi darah dalam jumlah yang tidak terbayangkan.
Yang penting bagi masyarakat awam adalah dapat mengetahui atau
mendeteksi kapan seorang penderita DHF mulai mengalami keluarnya plasma
darah dari dalam pembuluh darah. Keluarnya plasma darah ini apabila ada
biasanya terjadi pada hari sakit ke-3 sampai dengan hari ke-6. Biasanya didahului
oleh penurunan panas badan penderita, yang sering kali terjadi secara mendadak
(lysis) dan diikuti oleh keadaan anak yang tampak loyo, dan pada perabaan akan
didapatkan ujung-ujung tangan/kaki dingin serta nadi yang kecil dan cepat.
Banyak ditemui kasus dengan kondisi demikian, tampak suhu tubuh penderita
dirasakan normal mengira kalau putranya sembuh dari sakit. Kondisi tersebut
mengakibatkan orangtua tidak segera membawa putra mereka ke fasilitas
kesehatan terdekat. Pada keadaan ini penderita sudah dalam keadaan terlambat
sehingga kurang optimal untuk diselamatkan dari penyakitnya.
Sindrom syok dengue(SSD/DSS)
F. Klasifikasi
IgM
+
+
-
IgG
+
+
-
Keterangan
GRADE
Demam dengue
Nyeri retroorbita
Mialgia
Atralgia
Ruam
Manifestasi perdarahan
Tidak
ada
bukti
kebocoran plasma
Demam dengan manifestasi
DBD I
perdarahan
positf)
(uji
dan
tourniquet
adanya
tanda
kegagalan
DBD IV
<20
mmh,
Trombositopenia
Adanya peningkatan
hematokrit (>20%)
Trombositopenia
Adanya peningkatan
hematokrit (>20%)
Trombositopenia
Adanya peningkatan
hematokrit (>20%)
bukti
kebocoran plasma
bukti
kebocoran plasma
Sama seperti grade I ditambah
DBD II
hematokrit
Tidak
ada
hipotensi,
tampak lemas.
Sama seperti grade III ditambah
bukti nyata danya syok dengan
tekanan darah tidak terukur dan
Trombositopenia
Adanya peningkatan
hematokrit (>20%)
hari sakit ketiga. Hiperpireksia diatasi dengan antipiretik dan bila perlu
surface cooling dengan kompres es. Parasetamol direkomendasikan untuk
mengatasi demam dengan dosis 10-15 mg/kgBB/kali.
Pemberian cairan intravena pada pasien DHF tanpa renjatan
dilakukan bila pasien terus-menerus muntah sehingga tidak mungkin
diberi makanan peroral atau didapatkan nilai hematokrit yang bertendensi
terus meningkat (> 40 vol%). Jumlah cairan yang diberikan tergantung
dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa
5% dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila terdapat asidosis, 1/4 dari jumlah
larutan total dikeluarkan dan diganti dengan larutan yang berisi 0,167
mol/liter natrium bikarbonat (3/4 bagian berisi larutan NaCl 0.9% +
glukosa ditambah 1/4 natrium bikarbonat).
Berdasarkan rekomendasi WHO 2011 prinsip umum terapi dengue
ialah sebagai berikut:
a. Pemberian cairan kristaloid isotonik selama periode krisis, kecuali
pada bayi uia < 6 bulan yang disarankan menggunakan NACL
0,455
b. Penggunaan cairan koloid hiperonkotik, misalnya desktran 40
dapat dipertimbangkan pada kebocoran plasma yang berat dan
tidak ada perbaikan yang adekuat setelah pemberian kristaloid.
c. Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan rumaatan
ditambah 5% untuk dehidrasi. Jumlah tersebut hanyaa untuk
menjaga agar volume intravaskular dan sirkulasi tetap adekuat.
d. Durasi pemberian terapicairan intravena tidak boleh melebihi 2448 jam pada kasus syok
e. Pada pasien obesitas perhitungan volume cairan sebaiknya
menggunakan berat badan ideal.
f. Pemberian cairan selalu disesuaikan dengan kondisi klinis.
g. Pemberian transfusi trombosit tidak direkomendasikan pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hery Garna, Emelia Suroto, Hamzah, Heda Melinda D Nataprawira, Dwi
Prasetyo. 2005. Diare Akut Dalam: Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak Edisi Ke-3. Bandung: Bagian /SMF Ilmu Kesehatan Anak
FK Universitas Padjajaran/ RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG. Hal. 271278
2. Soegeng Soegijanto. 2002. Campak. dalam: Sumarmo S. Poorwo Soedarmo,
dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I.
Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 125
3. A.H. Markum, 2009, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
4. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. 2007. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.